Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi
parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium
dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam
pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang.
Kekurangan hormon paratiroid dalam tubuh seseorang akan mengkibatkan kekurangan
kadar kalsium dan peningkatan fosfor dalam tubuh. Penderita dengan kekurangan hormon
paratiroid dinamakan hipoparatiroid. Hipoparatiroid akan menyebabkan hipokalsemia. Dan
banyak gejala klinis yang muncul akibat hipokalsemia ini diantaranya bisa menyebabkan
iritabilitas neuromuscular yang berupa tetanus (hipertonis otot yang menyeluruh).
Prevalensi penyakit hipoparatiroid di Indonesia masih jarang ditemukan. Kira-kira 100
kasus dalam setahun yang dapat diketahui, sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat
penderita penyakit hipoparatiroid lebih banyak ditemukan, kurang lebih 1000 kasus dalam
setahun. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tentang hipoparatiroid ini.
1.2. Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah anatomi dan fisiologi kelenjar paratiroid?
b) Apakah definisi hipoparatiroid?
c) Apakah etiologi/ factor pencetus hipoparatiroid?
d) Bagaimana patofisiologi hipoparatiroid?
e) Apakah manifestasi klinis hipoparatiroid?
f) Bagaimanakah klasifikasi hipoparatiroid?
g) Apakah pemeriksaan diagnostik pada pasien hipoparatiroid ?
h) Apa sajakah komplikasi hipoparatiroid ?
i) Bagaimana penatalaksanaan hipoparatiroid?
j) Bagaimanakah prognosis pada pasien hipoparatiroid?
k) BagaimanakahWOC pada hipoparatiroid?
l) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoparatiroid?
1.3. Tujuan
a) Menjelaskan anatomi dan fisiologi kelenjar paratiroid.
b) Menjelaskan definisi hipoparatiroid.
c) Menjelaskan etiologi/ factor pencetus hipoparatiroid.
d) Menjelaskan patofisiologi hipoparatiroid.
e) Menjelaskan manifestasi klinis hipoparatiroid.
f) Menjelaskan klasifikasi hipoparatiroid.
g) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada pasien hipoparatiroid .
h) Menjelaskan komplikasi hipoparatiroid .
i) Menjelaskan penatalaksanaan hipoparatiroid.
j) Menjelaskan prognosis pada pasien dengan hipoparatiroid.
k) Menjelaskan WOC pada hipoparatiroid.
l) Menjelaskan asuhan keperawtan pada pasien dengan hipoparatiroid.
1.4. Manfaat
a) Dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi kelenjar paratiroid.
b) Dapat menjelaskan definisi hipoparatiroid.
c) Dapat menjelaskan etiologi/ factor pencetus hipoparatiroid.
d) Dapat menjelaskan patofisiologi hipoparatiroid.
e) Dapat menjelaskan manifestasi klinis hipoparatiroid.
f) Dapat menjelaskan klasifikasi hipoparatiroid.
g) Dapat menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada pasien hipoparatiroid .
h) Dapat menjelaskan komplikasi hipoparatiroid .
i) Dapat menjelaskan penatalaksanaan hipoparatiroid.
j) Dapat menjelaskan prognosis pada pasien hipoparatiroid.
k) Dapat menjelaskan WOC pada hipoparatiroid.
l) Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoparatiroid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Anatomi Fisiologi


Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat
dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub
inferiornya. Namun, letak masing-masing paratiroid dan jumlahnya dapat cukup bervariasi,
jaringan paratiroid kadang-kadang ditemukan di mediastinum.
Setiap kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan
tebalnya 2 millimeter serta memiliki berat 50 miligram dan memiliki gambaran makroskopik
lemak coklat kehitaman. Kelenjar paratiroid orang dewasa terutama terutama mengandung
sel utama (chief cell) yang mengandung apparatus Golgi yang mencolok plus retikulum
endoplasma dan granula sekretorik yang mensintesis dan mensekresi hormon paratiroid
(PTH). Sel oksifil yang lebih sedikit namun lebih besar mengandung granula oksifil dan
sejumlah besar mitokondria dalam sitoplasmanya Pada manusia, sebelum pubertas hanya
sedikit dijumpai, dan setelah itu jumlah sel ini meningkat seiring usia, tetapi pada sebagian
besar binatang dan manusia muda, sel oksifil ini tidak ditemukan.Fungsi sel oksifil masih
belum jelas, sel-sel ini mungkin merupakan modifikasi atau sisa sel utama yang tidak lagi
mensekresi sejumlah hormon.
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresi parathormon (PTH), senyawa yang tersusun
atas 84 asam amino yang disekresikan oleh kelenjar paratiroid berfungsi membantu
memelihara keseimbangan dari kalsium dan phosphorus dalam tubuh. PTH juga berfungi
mengatur tingkat kalsium dalam darah, melepaskan kalsium dari tulang, penyerapan kalsium
dalam usus, dan ekskresi kalsium dalam urin.
Saat kadar kalsium meningkat, kalsium yang banyak terikat dengan reseptor membrane
pada sel di kelenjar paratiroid akan menghambat sintesis PTH dan sekresi dari PTH, dan
ketika tingkat kalsium dalam darah jatuh terlalu rendah, kelenjar paratiroid akan
meningkatkan sintesis dan mensekresi PTH untuk mengatur kembali kalsium dalam darah
agar tetap normal.
Kelenjar paratiroid tumbuh dari jaringan endoderm, yaitu sulcus pharyngeus ketiga dan
keempat. Kelenjar paratiroid yang berasal dari sulcus pharyngeus keempat cenderung bersatu
dengan kutub atas kelenjar tiroid yang membentuk kelenjar paratiroid dibagian kranial.
Kelenjar yang berasal dari sulcus pharyngeus ketiga merupakan kelenjar paratiroid bagian
kaudal, yang kadang menyatu dengan kutub bawah tiroid. Akan tetapi, sering kali posisinya
sangat bervariasi. Kelenjar paratiroid bagian kaudal ini bisa dijumpai pada posterolateral
kutub bawah kelenjar tiroid, atau didalam timus, bahkan berada dimediastinum. Kelenjar
paratiroid kadang kala dijumpai di dalam parenkim kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid
mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit
D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh
kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang
bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal,
meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat
dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran
utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)
1.2. Definisi
Hipoparatiroid adalah kombinasi dari gejala karena produksi hormon paratiroid (PTH)
tidak memadai (Hypo-paratiroid-isme). Hipoparatiroidisme adalah penurunan fungsi dari
kelenjar paratiroid , yang mengarah ke tingkat penurunan hormon paratiroid (PTH).
Konsekuensi hipokalsemia adalah kondisi medis serius.
Hipoparatiroidisme adalah suatu gangguan pada kelenjar paratiroid yang disebabkan
karena hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar paratiroid (Hotma Rumahorbo,
1999: 81). Hipoparatiroid terjadi akibat hipofungsi paratiroid atau kehilangan fungsi kelenjar
paratiroid sehingga menyebabkan gangguan metabolisme kalsium dan fosfor. Serum kalsium
menurun (bisa sampai 5 mg %), serum fosfor meningkat (9,5-12,5 mg%). Keadaan ini jarang
sekali ditemukan dan umumnya sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan
kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah
tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital).
Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak
adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh
kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan
yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-
kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
1.3. Klasifikasi
Dalam hal ini hipoparatiroid dapat berupa:
a) Hipoparatiroid Neonatal
Hipoparatiroid neonatal dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sedang
menderita hiperparatiroid. Aktivitas paratiroid fetus sewaktu dalam uterus ditekan oleh
maternal hiperkalsemia.
b) Simple Idiopatik Hipoparatiroid
Gangguan ini dapat ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa. Terjadinya sebagai
akibat pengaruh autoimun yang ada hubungannya dengan antibodi terhadap paratiroid,
ovarium, jaringan lambung dan adrenal. Timbulnya gangguan ini dapat disebabkan
karena menderita hipoadrenalisme, hipotiroidisme, diabetes mellitus, anemia pernisiosa,
kegagalan ovarium primer, hepatitis, alopesia dan kandidiasis.
c) Hipoparatiroid Pascabedah
Kelainan ini terjadi sebagai akibat operasi kelenjar tiroid, atau paratiroid atau sesudah
operasi radikal karsinoma faring atau esofagus. Kerusakan yang terjadi sewaktu operasi
tiroid, biasanya sebagai akibat putusnya aliran darah untuk kelenjar paratiroidisme karena
pengikatan arteri tiroid inferior. Hipoparatiroid yang terjadi bersifat sementara atau
permanen. Karena itu kadar kalsium serum harus diperiksa sesudah melakukan operasi-
operasi tersebut, tiga bulan kemudian dan sewaktu-waktu bila ada kelainan klinis
walaupun tak khas yang menjurus pada diagnosis hipoparatiroid.
1.4. Etiologi
Penyebab hipoparatiroidisme paling sering terjadi adalah sekresi hormon paratiroid yang
kurang adekuat. Penyebab paling umum dari hipoparatiroidisme adalah luka pada kelenjar-
kelenjar paratiroid hilangnya jaringan paratiroid.
Terdapat tiga penyebab yang paling utama dari pasien dengan hipoparatiroid.
a) Kekurangan sekresi hormon paratiroid (PTH) (> 99% dari semua kasus)
Lebih dari 99% dari semua pasien dengan hipoparatiroid disebabkan karena
sekresi hormon paratiroid yang kurang adekuat. Pasien yang menderita hipoparatiroid
dengan kondisi ini hanya memiliki jaringan paratiroid yang terlalu sedikit (atau tidak
lengkap), sehingga hormon paratiroid dihasilkan tidak memadai. Ini hampir atau selalu
karena komplikasi operasi tiroid atau paratiroid (tiroidektomi, paratiroidektomi, atau
diseksi radikal leher). Hipoparatiroidisme yang terjadi selama operasi leher mungkin
bersifat sementara atau permanen tergantung pada tingkat cedera kelenjar paratiroid.
Ada dua penyebab utama kekurangan hormone paratiroid:
Post operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
Idiopatik, penyakit ini jarang dan dapat konginetal atau didapat (acquired)
b) Ketidakmampuan untuk membuat bentuk aktif dari hormon paratiroid.
Kekurangan sekresi PTH tanpa alasan yang pasti disebut hipoparatiroidisme
idiopatik. Penyakit ini jarang dan dapat dikarenakan bawaan atau diperoleh. Ini adalah
bentuk penyakit yang sangat jarang ditemui. Hipoparatiroidisme dengan onset selama
beberapa bulan pertama kehidupan dapat permanen atau sementara, penyebabnya karena
ibu telah hiperparatiroidisme.
Penyebab terbesar Hipoparatiroidisme bawaan terjadi pada bayi yang lahir dari
ibu yang telah hiperparatiroidisme selama kehamilan. kalsium serum pada janin akan
persis sama seperti pada ibu, dan jika kalsium terlalu tinggi selama kehamilan, biasanya
membuat sel-sel paratiroid pada bayi akan arti kalsium tinggi dan memutuskan untuk
tidak tumbuh dan berkembang biak. Dengan demikian, bayi-bayi dapat lahir dengan
kelenjar paratiroid sangat yang kecil atau mereka dapat lahir
c) Ketidakmampuan ginjal & tulang untuk merespon hormon paratiroid yang diproduksi
oleh kelenjar paratiroid normal.
Seperti semua pasien dengan Hipoparatiroidisme, penyakit ini ditandai dengan
hypocalcemia dan hyperphosphatemia tetapi mereka memproduksi hormon paratiroid
dengan normal. Masalah terjadi pada tulang dan ginjal yang tidak merespon hormon
paratiroid. Bahkan jika hormon paratiroid normal diberikan melalui pembuluh darah,
tubuh tidak menanggapi.
1.5. Patofisiologi
Pada hipoparatiroidisme terdapat gangguan dari metabolisme kalsium dan fosfat, yakni
kalsium serum menurun (bisa sampai 5 mgr%) dan fosfat serum meninggi (bisa sampai 9,5-
12,5 mgr%).
Pada yang post operasi disebabkan tidak adekuat produksi hormon paratiroid karena
pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi. Operasi yang pertama adalah untuk
mengatasi keadaan hiperparatiroid dengan mengangkat kelenjar paratiroid. Tujuannya adalah
untuk mengatasi sekresi hormon paratiroid yang berlebihan, tetapi biasanya terlalu banyak
jaringan yang diangkat. Operasi kedua berhubungan dengan operasi total tiroidektomi. Hal
ini disebabkan karena letak anatomi kelenjar tiroid dan paratiroid yang dekat (diperdarahi
oleh pembuluh darah yang sama) sehingga kelenjar paratiroid dapat terkena sayatan atau
terangkat. Hal ini sangat jarang dan biasanya kurang dari 1 % pada operasi tiroid. Pada
banyak pasien tidak adekuatnya produksi sekresi hormon paratiroid bersifat sementara
sesudah operasi kelenjar tiroid atau kelenjar paratiroid, jadi diagnosis tidak dapat dibuat
segera sesudah operasi.
Pada pseudohipoparatiroidisme timbul gejala dan tanda hipoparatiroidisme tetapi kadar
PTH dalam darah normal atau meningkat. Karena jaringan tidak berespons terhadap hormon,
maka penyakit ini adalah penyakit reseptor. Terdapat dua bentuk: (1) pada bentuk yang lebih
sering, terjadi pengurangan congenital aktivitas Gs sebesar 50 %, dan PTH tidak dapat
meningkatkan secara normal konsentrasi AMP siklik, (2) pada bentuk yang lebih jarang,
respons AMP siklik normal tetapi efek fosfaturik hormon terganggu
1.6. Manifestasi Klinis
Gejala Hipoparatiroidisme sama dengan hypocalcemia dan dapat berkisar dari cukup
ringan (kesemutan di tangan, jari, dan sekitar mulut) bentuk-bentuk yang lebih parah (kram
otot parah dari seluruh tubuh), dan kejang-kejang. Hal ini dikarenakan kalsium yang
memiliki beberapa fungsi utama di dalam tubuh kita termasuk memberikan energi listrik
untuk seluruh sistem saraf, menyediakan energi listrik untuk kontraksi otot, dan memberikan
kekuatan untuk tulang. Semua gejala hypocalcemia disebabkan oleh disfungsi saraf dan otot-
otot.
Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas system neuromuskuler yang berupa tetanus.
Tetanus merupakan hipertoni otot yang menyeluruh disertai tremor dan kontraksi spasmodic
atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan
volunteer. Pada keadaan tetanus laten terdapat gejala patirasa, kesemutan, kram pada
ekstrimitas dengan keadaan perasaan kaku pada kedua tangan atau kaki. Pada keadaan
tetanus yang nyata (overt), tanda-tanda mencakup bronkospasme, spasme laring, spasme
korpopedal (fleksi sendi siku serta pergelangan tangandan ekstensi sendi karpofalangeal),
disfagia, fotofobia, aritmia jantung serta kejang. Gejala lainnya mencakup ansietas
iritabilitas, depresi, bahkan delirium, perubahan pada EKG dan hipotensi juga dapat terjadi.
(Brunner & Suddarth )
Gejala-gejala utama adalah reaksi-reaksi neuromuscular yang berlebihan yang
disebabkan oleh kalsium serum yang sangat rendah. Keluhan-keluhan dari penderita (70 %)
adalah tetani atau tetanic aequivalent.Tetani menjadi manifestasi sebagai spasmus corpopedal
dimana tangan berada dalam keadaan fleksi sedangkan ibu jari dalam adduksi dan jari-jari
lain dalam keadaan ekstensi. Juga sering didapatkan articulatio cubitti dalam keadaan fleksi
dan tungkai bawah dan kaki dalam keadaan ekstensi. .
Dalam titanic aequivalent:
a) Konvulsi-konvulsi yang tonis atau klonis
b) Stridor laryngeal (spasme) yang bisa menyebabkan kematian
c) Parestesia/ kesemutan
d) Disfagia dan disartria
e) Kelumpuhan otot-otot
f) Aritmia jantung
1.7. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan terdapat refleks patologis:
a) Erbs sign
Dengan stimulasi listrik kurang dari 5 milli-ampere sudah ada kontraksi dari otot (normal
pada 6 milli-ampere)
b) Chvosteks sign
Ketokan ringan pada nervus fasialis (didepan telinga tempat keluarnya dari foramen
sylomastoideus) menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Chvostek's sign mendeteksi
laten tetanus, penyadapan dari saraf wajah kelima di depan telinga dengan mulut pasien
yang sedikit terbuka menyebabkan kontraksi dari otot-otot wajah. Menunjukkan hasil
positif apabila pengetukan yang dilakukan secara tiba-tiba di daerah nervus fasialis tepat
di depan kelenjar parotis dan disebelah anterior telinga menyebabkan spasmeatau gerakan
kedutan pada mulut, hidung, dan mata.
c) Trousseaus sign
Jika sirkulasi darah dilengan ditutup dengan manset (lebih dari tekanan sistolik) maka
dalam tiga menit tangan mengambil posisi sebagaipada spasme carpopedal. Trousseaus
sign dianggap positif apabila terjadi spasme karpopedal yang ditimbulkan akibat
penyumbatan aliran darah jke lengan selama 3 menit dengan manset tensi meter.
d) Peroneal sign
Dengan mengetok bagian lateral fibula di bawah kepalanya akan terjadi dorsofleksi dan
adduksi dari kaki
Diagnosis sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas, seperti rasa nyeri dan
pegal-pegal. Oleh sebab itu, pemeriksaan akan membantu. Tetanus terjadi pada kadar
kalsium yang berkisar dari 5 hingga 6 mg/dl (1,2 hingga 1,5 mmol/L) atau lebih rendah lagi.
Kadar fosfat dalam serum meningkat, dan hasil pemeriksaan sinar-x tulang akan
memperlihatkan peningkatan densitas. Kalsifikasi akan terlihat pada foto rontgen yang
dilakukan terhadap jaringan subkutan atau basla ganglia otak
Diagnosa sering sulit ditegakkan karena gejala yang tidak jelas seperti rasa nyeri dan
pegal-pegal, oleh sebab itu pemeriksaan laboratorium akan membantu. Biasanya hasil
laboratorium yang ditunjukkan, yaitu:
a) Kalsium serum rendah. Tetanus terjadi pada kadar kalsium serum yang berkisar dari 5-6
mg/dl (1,2 - 1,5mmol/L) atau lebih rendah lagi.

b) anorganik dalam serum tinggi

c) Fosfatase alkali normal atau rendah

Foto Rontgen:

a) Sering terdapat kalsifikasi yang bilateral pada ganglion basalis di tengkorak

b) Kadang-kadang terdapat pula kalsifikasi di serebellum dan pleksus koroid

c) Density dari tulang bisa bertambah

d) EKG: biasanya QT-interval lebih panjang

1.8. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk menaikkan kadar kalsium serum sampai 9-10 mg/dl (2,2-2,5
mmol/L) dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme serta hipokalsemia. Dan
penatalaksanaan Hipokalsemia dibedakan menjadi 2 bagian yaitu penatalaksanaan pada
kondisi akut dan kronis. Pada kondisi akut, dimana pasien datang dengan kejang, penurunan
kesadaran, spasme otot. Walaupun Apabila terjadi hipokalsemia yang terjadi bersifat ringan
(7-8 mg/dl) maka penatalaksanaan hipokalsemia harus dilakuakan secara agresif dengan
kalsium glukonas intravena. Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai
2 ampul (90 180 elemental calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5%
yang kemudian diberikan dalam 10 menit.
Pada kondisi hipokalsemia kronik dimana pasien hanya mengeluhkan gejala ringan atau
bahkan tanpa gejala klinis dapat diberikan preparat kalsium vitamin D per oral. Beberapa
jenis preparat kalsium terdapat dipasaran, dimana kalsiun karbonat paling banyak digunakan.
Preparat kalsium karbonat mengandung 40% elemental calcium dengan harga relatif murah
sedangkan kalsium sitrat mengandung 21%, kalsium laktat 13%, kalsium glukonat 9%
elemental calcium. Selain preparat tablet juga terdapat preparat cair, seperti kalsium
glubionat yang mengandung 230 mg elemental calcium dalam 10 ml, serta kalsium karbonat
cair dosis preparat kalsium dimulai dari 1-3 gram elemental calcium yang terbagi dalam 3-4
dosis bersama makan. Target koreksi hipokalsemia disini adalah :
a) Terkontrolnya gejala klinis
b) Mempertahankan konsentrasi kalsium serum pada kisaran normalnya (8-8,5 mg/dl)
c) Jumlah kalsium urin dalam 24 jam dibawah 300 mg/24jam
d) Produk kalsiuum fosfat dibawah 55.
Secara khusus pada hipoparatiroid dibutuhkan pemberian vitamin D atau analog vitamin
D kalsitriol, sebuah vitamin D dalam bentuk aktif dan kerja cepat sehingga digunakan
sebagai terapi inisial.pada kondisi hipoparatiroid, terapi ideal adalah mengganti hormon
tersebut. Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat
paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat
kesuksesan yang bervariasi. Marwah etal dalam sebuah kohort perpektif menyimpulkan
bahwa auto transplantasi minimal 1 kelenjar paratiroid secara rutin secara bermakna
mengurangi insiden hipoparatiroid. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah
dicoba sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam
3 tahun dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi
kalsium serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal.
Akibat adanya iritabilitas neuromuskuler, penderita hipokalsemia dan tetanus
memerlukan lingkungan yang bebas dari suara bising, hembusan angin yang tiba-tiba,
cahaya yang terang atau gerakan yang mendadak. Trakeostomi atau ventilasi mekanis
mungkin dibutuhkan bersama dengan obat-obat bronkodilator jika pasien mengalami
gangguan pernafasan.
Preparat vitamin D dengan dosis yang bervariasi dihidrotakisterol (AT 10 atau
Hytakerol), atau ergokalsiferol (vitamin D2) atau koolekalsiferpol (vitamin D3) biasanya
diperlukan dan akan meningkatkan absorpsi kalsium dari traktus gastrointestinal.
1.9. Komplikasi
a) Tetany dapat menyebabkan saluran napas terblokir, membutuhkan tracheostomy
b) Pertumbuhan terhambat, cacat gigi, dan perkembangan mental lambat dapat terjadi jika
Hipoparatiroidisme berkembang di masa kecil.
c) Pengobatan yang berlebihan dengan vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan
hypercalcemia (kalsium darah tinggi) dan terkadang mengganggu fungsi ginjal.
d) Ada peningkatan risiko anemia pernisiosa , penyakit Addison's , katarak pembangunan,
dan itu penyakit Parkinson
1.10. Prognosis
Hipoparatiroidisme memiliki prognosis yang baik jika di diagnosis secara dini. Apabila
tidak, dapat terjadikomplikasi seperti spasme otot akut yang bisa menyebabkan gangguan
pada pernafasan, kelainan sistem otot, ligamen dan saraf, pertumbuhan yang terhambat,
malformasi gigi dan retardasi mental pada anak.
1.11. WOC

Hipoparatiroid

Penurunan kalsium serum Hipokalsemi

Peningkatan permeabilitas membrane neuron



Saraf perifer teraktivasi

Perjalanan impuls saraf perifer ke:

Otot jantung

cardiac arithmia

penurunan cardiac output

Intoleran aktivitas

Otot polos


peningkatan peristaltic usus

diare

Gangguan keseimbangan cairan dan elktrolit

Otot rangka

kontraksi tetani

Resiko tinggi cedra

Otot pernafasan

Tidak efektifnya jalan nafas

Pentingnya penatalaksanaan medikasi dan perawatan diri secara spesifik



Kurang pengetahuan tentang regimen diet dan medikasi

Resti terhadap inefektif penatalaksanaan regimen therapetik

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Biodata klien
a) Identitas klien
Nama : Tn.X
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani
Suku bangsa : sunda
Agama : islam
Alamat: Kp. Sawah lega RT.01 RW.01 Ds. Ngamplang Kec. Cilawu
Tanggal masuk : 25 september 2013
Tanggal pengkajian : 25 september 2013
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.J
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : buruh
Agama : islam
Suku bangsa : sunda
Hub dengan klien : Adik kandung
Alamat : cilawu
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Tn. X usia 58 tahun datang ke rumah sakit pada tangggal 25 september 2013 dengan
keluhan mengalami kejang.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh sakit kepala, sulit nafas saat kejang, kejang/kekakuan dirasakan pada
muka, terkadang pada tangan dan kaki,Tn. X sering mengalami kejang 1 bulan
terakhir.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Menurut penuturan klien, Pernah melakukan operasi pembedahan pada leher.
d) Pemeriksaan kesehatan keluarga
Menurut penuturan klien, tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengan klien.
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : compos metis
b) Penampilan umum: lemas
c) Tanda-tanda vital
Tekanan darah :90/80 mmHg
Nadi : 88x / menit
Respirasi : 20x / menit
Suhu : 37C
d) B1 (Sistem Pernafasan): Sulit napas (Bronkospasme/spasme laring), suara napas
stridor.
e) B2 (Sistem Kardiovaskuler): Hipotensi 90/80 mmHg
f) B3 (Sistem Persyarafan): Sakit Kepala
g) B4 (Sistem Perkemihan): hiperfosfatemia 6,0 mg/dl
h) B5 (Sistem Pencernaan): Sulit menelan, disfagia
i) B6(Sistem Integumen dan Muskuloskeletal): Kejang otot di muka, tangan dan kaki,
Tanda Chvosteks atau Trousseaus, kulit kering atau bersisik, rambut jarang-jarang,
kaku pada ekstremitas.
4. Pemeriksaan Penunjang:
a) Laboratorium : kalsium dalam serum rendah yaitu -5 mg/dL (normalnya 8.510.5
mg/dl).
b) Kadar fosfat dalam darah ), kadar fosfat 6.0 mg/dL (normalnya 2.5-4.5 mg/dL).
Analisa data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS: Penurunan kalsium dalam darah Pola napas tidak efektif
Klien mengeluh beberapa
kali sulit bernafas saat Iritabilitas neuromuscular
terjadi kejang.
Kejang otot pada bronkus atau
DO: laring
Tanda-tanda vital:
Sulit bernafas
TD : 90/80 mmHg
Nadi : 88x / menit Pola napas tidak efektif
RR : 20x / menit
Suhu : 37C

DS: Iritabilitas neuromuscular Nutrisi kurang dari kebutuhan


klien mengeluh sulit
menelan, tidak bisa makan Kejang otot pada faring (spasme
faring)

Sulit menelan

Disfagia

Intake nutrisi kurang

DS: Tetanus laten Intoleransi aktivitas


Mengeluh kaku pada
tangan dan kaki Ekstremitas kaku

Intoleransi Aktivitas

Data Subjektif: Defisiensi Parathormon Risiko cidera



Mengeluh kejang di otot Peningkatan kadar fosfat dlm
tangan dan kaki. darah & penurunan kalsium dlm
darah

Iritabilitas system
neuromuscular

Tetanus

Kejang

Risiko cedera

3.2. Diagnose keperawatan


a) pola nafas tidak efektif b/d spasme laring akibat aktivitas kejang.
b) Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d intake nutrisi inadekuat.
c) Intoleransi aktivitas b/d kekakuan ekstremitas
d) Resiko cedera b/d resiko kejang atau tetani yang diakibatkan oleh hipokalsemia.
3.3. Intervensi

No Dx NOC NIC
Pola nafas kembali efektif.
1 Kriteria Hasil: 1. Kaji upaya pernapasan dan kualitas suara
setiap 2 jam
Pola nafas efektif. 2. Auskultasi untuk mendengarkan stridor
RR 16-20 kali permenit laring tiap 4 jam
3. Baringkan pasien untuk mengoptimalkan
TTV dalam batas normal. bersihan jalan napas pertahankan dalam
posisi alamiah
Ekspansi paru mengembang. 4. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan
latihan batuk
5. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan
kebutuhan.(kolaborasi)

2 Kebutuhan nutrisi terpenuhi. 1. Monitor makanan/cairan yang dicerna


Kriteria Hasil: dan hitung masukan kalori tiap hari

Nutrisi adekuat 2. Tentukan makanan kesukaan dengan


Masukan makanan dan cairan mempertimbangkan budaya dan
adekuat keyakinannya
Energi adekuat
BB normal 3. Kolaborasi: Tentukan makanan yang
tepat sebagai program diet

4. Dorong pasien untuk memilih


makanan yang lunak
5. Dorong masukan makanan tinggi
kalsium

3 Aktivitas (ADL) kembali normal. 1. Rencanakan dan monitor program


Kriteria Hasil: aktivitas yang tepat.
2. Bantu memilih aktivitas yang sesuai
Mampu makan sendiri dengan kemampuannya
Memakai pakaian sendiri 3. Bantu untuk memfokuskan apa yang
Mandi dapat pasien lakukan.
Jalan 4. Buat lingkungan yang aman buat pasien
5. Berikan reinforcement kepada pasien atas
Duduk
kemampuannya.
6. Monitor respons emosi, fisik, social, dan
spiritual dalam aktivitas.

4 Klien tidak mengalami cedera. 1. Pantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2
Kriteria Hasil: jam sampai 4 jam.
2. Pantau fungsi jantung secara terus
reflek normal menerus/gambaran EKG.
tanda vital stabil 3. Bila pasien dalam tirah baring berikan
bantalan pada tempat tidur
4. Bila aktivitas kejang terjadi ketika pasien
bangun dari tempat tidur,bantu pasien
untuk berjalan,bantu pasien dalam
menangani kejang dan reorientasikan bila
perlu.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
menangani gejala dini dengan
memberikan dan memantau efektifitas
cairan parenteral dan kalsium.
3.4. Implementasi

No Dx Waktu Implementasi Paraf

1 1. Mengkaji upaya pernapasan dan kualitas suara


setiap 2 jam
2. Mengobservasi TTV
3. Membaringkan pasien untuk mengoptimalkan
bersihan jalan napas pertahankan dalam posisi
alamiah
4. Membantu pasien dalam nafas dan latihan batuk
5. Memberikan oksigen tambahan sesuai dengan
kebutuhan.(kolaborasi)

2 1. Memonitor makanan/cairan yang dicerna dan


menghitung masukan kalori tiap hari.

2. Menentukan makanan kesukaan dengan


mempertimbangkan budaya dan keyakinannya.

3. Kolaborasi: Menentukan makanan yang tepat


sebagai program diet.

4. Mendorong pasien untuk memilih makanan


yang lunak.

5. Mendorong masukan makanan tinggi


kalsium.

3 1. Memonitor program aktivitas yang tepat.


2. Membantu memilih aktivitas yang sesuai dengan
kemampuannya
3. Membantu untuk memfokuskan apa yang dapat
pasien lakukan.
4. Memberikan lingkungan yang aman buat pasien
5. Memberikan reinforcement kepada pasien atas
kemampuannya.
6. Memonitor respons emosi, fisik, social, dan
spiritual dalam aktivitas.
4 1. Memantau tanda-tanda vital dan reflek tiap 2
jam sampai 4 jam.
2. Memantau fungsi jantung secara terus
menerus/gambaran EKG.
3. Memberikan bantalan pada tempat tidur
4. Membantu pasien untuk berjalan,membantu
pasien dalam menangani kejang.
5. Berkolaborasi dengan dokter dalam menangani
gejala dini dengan memberikan dan memantau
efektifitas cairan parenteral dan kalsium.

3.5. Evaluasi

No Dx Waktu Evaluasi Paraf


S : klien mengatakan tidak sesak lagi.
1 O:
RR 16-20 kali permenit
TTV dalam batas normal.
Ekspansi paru mengembang
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.

2 S : Klien mengatakan sudah bisa makan dengan baik.

O:

Makanan klien tampak dihabiskan.


Klien tidak terlihat lesu lagi.
BB normal

A : masalah teratasi.

P : intervensi dihentikan

3 S : klien mengatakan sudah mampu melakukan


aktivitas sendiri.

O:

Klien terlihat sudah mampu makan sendiri.


Klien tampak mampu duduk dan berjalan
tanpa bantuan keluarga.

A : masalah teratasi.

P : intervensi dihentikan

4 S : keluarga klien mengatakan klien tidak mengalami


kejang lagi

O:

reflek normal
tanda vital stabil

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Hipoparatiroid adalah penurunan produksi hormone paratiroid akibat hipofungsi kelenjar
paratiroid. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipoparatiroid ini diantaranya
adalah paratiroiditis autoimun dan juga karena tindakan pembedahan yang menyebabkan
kelenjar paratiroid mengalami kerusakan. Sehingga terjadi kekurangan hormone paratiroid.
Dan hal ini menyebabkan terrjadinya hipokalsemia dan juga hiperfosfatemia. Karena fungsi
kelenjar paratiroid adalah menyeimbangkan produksi kalsium dan juga fosfat. Efek dari
hipokalsemia ini diantaranya terjadinya tetanus atau peningkatan tonus otot yang menyeluruh
sehingga muncul kejang, kram otot, spasme laring dan bronkospasme yang bisa
mengakibatkan pasien sesak dan muncul masalah keperawatan pola nafas tidak efektif.
kemudian efek kejang tadi bisa menyebabkan resiko tinggi cidera karena pasien tidak sadar.
Ada beberapa penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu dengan menangani hipokalsemia
dan hipoparatiroidnya.
Untuk Hipokalsemia akut bisa diatasi dengan pemberian kalsium glukonas intravena.
Kalsium glukonas intravena diberikan sebagai berikut, 1 sampai 2 ampul (90 180 elemental
calcium) dilarutkan dalam 50 100 mL larutan dextrose 5% yang kemudian diberikan dalam
10 menit. Sedangkan hipokalsemia kronik dengan diberikan preparat kalsium vitamin D per
oral.
Untuk gejala hipoparatiroid bisa dengan terapi ideal yaitu mengganti hormon tersebut.
Auto dan Xenotranplantasi jaringan kelenjar paratiroid telah dikerjakan pada saat
paratiroidektomi untuk mempertahankan fungsinya. Metode tersebut memberikan tingkat
kesuksesan yang bervariasi. Preparat hormon PTH (1-34 PTH teriparatide) juga telah dicoba
sebagai terapi pengganti.dalam beberapa penelitian termasuk uji klinis terbatas selam 3 tahun
dosis PTH sekali sampai dua kali sehari subkutan mampu menormalkan konsentrasi kalsium
serum setara kalsitriol, tetapi mempunyai kelebihan ekskresi kalsium urin normal.
4.2. Saran
Kelenjar paratiroid adalah suatu organ dalam sistem endokrin yang berfungsi mensekresi
parathormon (PTH), senyawa tersebut membantu memelihara keseimbangan dari kalsium
dan phosphorus dalam tubuh. Oleh karena itu hormon paratiroid penting sekali dalam
pengaturan kadar kalsium dalam tubuh seseorang.
Oleh karena begitu pentingnya fungsi hormon paratiroid itu, penanganan medis yang
tepat, serta asuhan keperawatan yang segera sangat dibutuhkan untuk menangani pasien
dengan kelaiana hipoparatiroid. Karena efek penundaan penanganan dapat berakibat
buruknya prognosis dan kemungkinan berkembangnya berbagai komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Ganong.1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Rumahorbor, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Endokrin.Jakarta:EGC

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC.

Thirta. Hipoparatiroid.http://www.scribd.com/doc/52114878/Hipoparatiroid. Diakses tanggal 2


mei 2012
Norsaid,andry. Asuhan keperawatan hipoparatiroid. http://www.scribd.com/doc/24155731/kel-5-
hipoparatiroid.diakses tanggal 2 mei 2012

Anda mungkin juga menyukai