242774114-Lap PNC Oke
242774114-Lap PNC Oke
A. PENGERTIAN
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lamanya
berlangsung selama 6-8 minggu (Mochtar_Rustam, 1998 : 115).
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu atau 42 hari.
Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Manuaba,
1998: 190).
Menurut WHO menyatakan bahwa, pasca partus-post natal, mulai sejak 1
jam setelah plasenta lahir sampai minggu ke-6 atau berlangsung selama 42
hari (Manuaba, 2001).
Masa puerparium (nifas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kambali
seperti sebelumnya pada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu Kebidanan,
2007).
B. Etiologi
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
jalan lain, dengan bantuan.
1. Partus dibagi menjadi 4 kala :
a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-
jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam
sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2
sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir
kala I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan mengejan. Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga kepala membuka pintu. Kepala lahir
seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar. Setelah putar paksi luar
berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik ke bawah untuk
melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di ikat
untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit.
Dengan lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya
plasenta dapat ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong
ke atas, tali pusat bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan
post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang
dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda
vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih
normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba,
1989).
C. Patofisiologi
1. Adaptasi Fisiologi
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam Pada
hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum
hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah
melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah lahir. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan progesteron
bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama hamil.
Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone menyebapkan
terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit
lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume
intrauterin yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai
terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan
oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan
bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin.
2. Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi
menjadi 3 fase yaitu :
a. Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana
ibu membutuhkan perlindungandan pelayanan.
b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada
minggu keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk
menerima peran barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu
muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik
c. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran.
Sistem keluarga telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang
baru. Tubuh pasian telah sembuh, perasan rutinnya telah kembali
dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan kembali.
E. Manifestasi klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak,
2004).
1. Sistem reproduksi
a. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis,
perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel
tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap
ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera
setelah bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi
vaskular dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang
meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke
atas menyebabkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah
pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha
luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa
pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris
trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari.
Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau
putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi
lahir.
e. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan.18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan.
f. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap
ke ukuran sebelum hamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita multipara.
2. Sistem endokrin
a. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun
secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra
seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena
kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita
menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon
terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat (Bowes,
1991).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan,
ibu merasa sangat lapar
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
c. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan.
6. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama
wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras,
nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
b. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama
sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem Perkemihan
a. Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti
daerah-daerah kecil hemoragi.
8. Sistem Integumentasi
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan
panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.
F. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita selama
periode post partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah
lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada
satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut:
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya
perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih
dari 24 jam setelah melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat
dan menadi kasus lainnya, tiga penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi
dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari perdarahan post
partum. Uterus yang sangat teregang (hidramnion, kehamilan ganda,
dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan pemberian
narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan perineum dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan
segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta
disebapkan oleh gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah :
tertahannya atau belum lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi
lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus
sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan
parut pada uterus setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000)
2. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa post
partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adanya
kenaikan suhu > 380 dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum.
Penyebap klasik adalah : streptococus dan staphylococus aureus dan
organisasi lainnya
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi
puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane
memiliki resiko tinggi terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya
puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan
pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada bulan pertamapost
partum (Novak, 1999)
H. Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
2. Urine lengkap
I. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Sakit perut, pendarahan, nyeri pada luka jaritan, takut bergerak.
2. Riwayat kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyertai.
3. Riwayat persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal/terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi
d. Keadaan ibU
4. Riwayat nifas yang lalu
a. Pengeluaran ASI lancer atau tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB atau tidak
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomy
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
6. Pemeriksaan psiko social
a. Respon + persepsi keluarga
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah lengkap : Hb, WBC, PLT
b. Elektrolit sesuai indikasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau
pembesaran jaringan atau distensi efek-efek hormonal.
2. Ketidakefektifan menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, tingkat dukungan, karakteristik payudara.
3. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia efek
anastesi, profil darah abnormal.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan,
penurunan Hb, prosedur infasive, pecah ketuban, malnutrisi.
5. Perubahan eliminasi urin berhubunagn dengan efek hormonal, trauma
mekanis, edema jaringan, efek anastesi ditandai dengan distensi
kantong kemih, perubahan-perubahan jumlah/ frekuensi berkemih.
6. Risiko kekurangan volume cairan berhubunag dengan penurunan
masukan atau penggantian tidak adekuat, kehil;angan cairan berlebih
( muntah, hemoragik, peningkatan pengeluaran urin).
7. Konstipasi behubungan dengan penurunan tonus otot, efek
progesterone, dehidrasi, nyeri perineal ditandai dengan perubahan
bising usus, veses kurang dari biasanya.
8. Defisiensi pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai perawatan diri
dan bayi berhubungan dengan kurang pemahaman, salah interpretasi
tidak tahu sumber-sumber.
C. INTERVENSI
No Diagnosa Noc Nic
1 Nyeri akut NOC: NIC:
1. Pain Level Pain Mangement:
berhubungan dengan
2. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
trauma mekanis,
edema atau 3. Comfort level secara komprehensif (PQRST)
pembesaran jaringan Kriteria Hasil: 2. Monitor vital sign
1. Mampu mengontrol nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
atau distensi efek-
(tahu penyebab terapeutik untuk mengetahui
efek hormonal.
nyeri,mampu menggunakan pengalaman nyeri pasien
teknik non farmakologi 4. Pilih dan lakukan penanganan
untuk mengurangi nyeri, nyeri (Farmakologi non
mencari bantuan) farmakologi dan interpersonal)
2. Melaporakn bahwa nyeri Analgesic Administration
berkurang dengan 1. Tentukan PQRST sebelum
menggunaka manajemen pemberian obat
nyeri 2. Tentukan pilihan analgesic
3. Mampu mengenali nyeri tergantung tipe dan beratnya
(PQRST) nyeri
4. Merasakan rasa nyaman 3. Evaluasi efektifitas analgesic
setalah nyeri berkurang tanda dan gejala
2 Ketidakefektifan NOC NIC
1. Breastfeding ineffective Breastfeding Assistence
pemberian ASI
2. Bretahing pattern 1. Evaluasi pola menghisap/
berhubungan dengan
ineffective menelan bayi
tingkat pengetahuan, 3. Breasfeeding interrupted 2. Tentukan keinginan dan
pengalaman Kriteria hasil: motivasi ibu untuk
sebelumnya, tingkat 1. Kementapan pemberian mrnyusui
3. Kaji kemampuan bayi untuk
dukungan, ASI: Bayi: perlekatan bayi
latch on dan menghisap
karakteristik yang sesuai pada dan
secara efektif
payudara. proses menghisap dari
4. Pantau integritas kulit
payudara ibu untuk
putting ibu
memperoleh nutrisi 5. Pantau berat badan dan pola
selama 3 minggu pertama eliminasi bayi
pemberian ASI Breast examination Lactation
2. Kemantapan pemberian
suppression
ASI:IBU: kemantapan ibu
1. Sediakan informasi tentang
untuk membuat bayi
laktasi dan teknik
melekat dengan tepat dan
memompa ASI (secara
menyusui dari payudara
manual atau dengan pompa
ibu untuk memperoleh elektrik) cara
nutrisi selama 3 minggu mengumpulkan dan
pertama pemberian ASI. menyimpan ASI
3. Pemeliharaan pemberian 2. Ajarkan orang tua
ASI: keberlangsungan mempersiapkan,
pemberian ASI untuk menyimpan,
menyediakan nutrisi bagi menghangatkan dan
bayi/toddler kemungkinan pemberian
4. Penyapihan pemberian
tambahan susu formula
ASI: Diskontinuitas
Lactation Counseling
progresi pemberian ASI
1. Sediakan infromasi tentang
5. Pengetahuan pemberian
keuntungan dan kerugian
ASI: tigkat pemahaman
peberian ASI
yang ditunjukan mengenai
2. Demonstrasikan latihan
laktasi dan pemberian
menghisap jika perlu
makanan bayi melalui 3. Diskusikan metode
proses pemberian ASI. alternative pemberian
6. Ibu mengenali isyarat
makan bayi
lapar dari bayi dengan
segera
7. Ibu mengindikasikan
kepuasan terhadap
pemberian ASI
8. Ibu tidak mengalami nyeri
tekan pada putting
9. Mengenali tanda-tanda
penurunan suplai ASI
3 Risiko cedera NOC NIC
1. Risiko Kontrol Manajemen lingkungan
berhubungan dengan
1. Sediakan lingkungan yang
Kriteria Hasil
biokimia efek
aman untuk pasien
1. Klien terbebas dari cedera
anastesi, profil darah 2. Identifikasi kebutuhan
2. Klien mampu menjelaskan
abnormal keamanan pasien, sesuai
cara/metode untuk mencegah
dengan kondisi fisik dan fungsi
injury/cedera
3. Klien mampu menjelaskan kognitif pasien dan riwayat
factor risiko dari lingkungan penyakit terdahulu pasien
personal 3. Menghindarkan lingkungan
4. Mampu memodifikasi gaya
yang berbahaya
hidup untuk mencegah injury 4. Memasang side rail tempat
5. Menggunakan fasilitas
tidur
kesehatan yang ada 5. Menyediakan tempat tidur
6. Mampu mengenali
yang nyaman dan bersih
perubahan status kesehatan 6. Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
7. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
8. Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
4 Risiko tinggi NOC NIC
1. Immune Status Infection control (control infeksi)
terhadap infeksi
2. Knowledge: Infection 1. Bersihkan lingkungan
berhubungan dengan
control setelah dipakai pasien lain
trauma jaringan, 3. Risk control 2. Pertahankan teknik isolasi
3. Gunakan baju, sarung
penurunan Hb,
tangan sebagai lat pelindung
prosedur infasive,
4. Pertahankan lingkungan
pecah ketuban,
aseptic selama pemsangan
malnutrisi.
alat
5. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local
6. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
7. Pertahankan teknik asepsis
pada pasien yang berisiko
8. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
5 Gangguan eliminasi NOC NIC
1. Urinary elimination
urie berhubunagn Urinary retention care
2. Urinary continuence
dengan efek 1. Lakukan penilaian kemih
Kriteria hasil
hormonal, trauma yang komprehensif berfokus
1. Kandung kemih kosong
mekanis, edema pada inkontinensia
jaringan, efek secara penuh (misalnya, output urin, pola
2. Tidak ada residu urine
anastesi ditandai berkemih, fungsi kognitif
>100-200 cc
dengan distensi dan masalah kencing
3. Intake cairan dalam
kantong kemih, raeksisten)
rentang normal
2. Merangsang reflex kandung
perubahan- 4. Bebas dari ISK
5. Tidak ada spasme bladder kemih kemih dengan
perubahan jumlah/
6. Balance cairan seimbang
menerapkan dingin untuk
frekuensi berkemih.
perut, membelai tinggi batin
atau air.
3. Sediakan waktu yang cukup
untuk pengosongan
kandung kemih (10 menit)
4. Memantau asupan dan
keluaran
5. Memantau tingka distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
6 Risiko kekurangan NOC: NIC
Fluid management
volume cairan
1. Fluid Balance 1. Pertahankan catatan intake
berhubunag dengan
dan output yang akurat
penurunan masukan 2. Hydration 2. Monitor status hidrasi
atau penggantian (kelembaban membrane
3. Nutrisional Status: Food
tidak adekuat, mukosa, nadi adekuat,
and Fluid intake
kehil;angan cairan tekanan darah ortostatik)
berlebih ( muntah, Kriteria Hasil : jika diperlukan
3. Monitor vital sign
hemoragik,
1. Mempertahankan urine 4. Monitor masukan
peningkatan
output sesuai dengan usia makanan/cairan dan hitung
pengeluaran urin).
dan BB, BJ, urine normal, intake kalori harian
5. Monitor status nutrisi
HT normal.
Hypopolemia Management :
2. Tekanan darah, nadi, suhu
1. Monitor respon pasien
tubuh dalam batas normal.
terhadap penambahan
3. Tidak ada tanda-tanda cairan.
dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik, 2. Monitor BB
membrane mukosa
3. Dorong pasien untuk
lembab, tidak ada rasa
menambah intake oral
haus yang berlebihan
4. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah yan ada berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat ( Doenges, 2001)
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu evaluasi formatif dsan sumatif:
1. Evaluasi formatif : evaluasi yang dilakukan berdasarkan respon pasien
terhadap tidakakan yang dilakukan.
2. Evaluasi sumatif: evaluasi yang dilakukan dengan mengetahui secara
keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA