UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian/ definisi koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang
atau badan hokum dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sehingga
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Gerakan koperasi digagas oleh Robet Owen (1771-1858), yang menerapkannya
pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini
dikembangkan lebih lanjut oleh William King (1786-1865) dengan mendirikan took koperasi
di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama
The Cooperator yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang mengelola took
dengan prinsip koperasi.
Koperasi dikenalkan di Indonesia oleh R.Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa
Tengah pada tahun 1896. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia
mengadakan kongres koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Tanggal dilaksanakannya
kongres ini kemudian di tetapkan sebagai hari koperasi Indonesia.
BAB 2
PEMBAHASAN
Bila dilihat dari peranan anggota dalam koperasi sangat begitu dominan, maka setiap
harga yang akan ditetapkan koperasi harus dibedakan antara harga untuk anggota dengan
harga untuk non anggota. Hal inilah yang membedakan kebijakan harga di koperasi dengan
perusahaan nonkoperasi.
Segmen pasar dalam koperasi terbagi dua, yaitu anggota dan bukan anggota,
sedangkan perusahaan nonkoperasi adalah masyarakat umum yang tidak punya kaitan
kepemilikan dengan perusahaan tersebut. Perbedaan ini mengharuskan daya analisis yang
lebih tajam dalam melihat peranan koperasi dalam pasar yang bersaing. Pada koperasi-
koperasi yang mampu menyatukan unit-unit usaha pada industri hulu sampai dengan industri
hilir melalui integrasi vertikal, umumnya mempunyai anggota yang cukup banyak terutama
anggota-anggota ditingkat koperasi primer. Anggota-anggota koperasi primer pada umumnya
penghasil input untuk produk yang diproduksi dan dijual oleh kopersai-koperasi yang lenih
tinggi, akan tetap membutuhkan produk tersebut. Kebutuhan ini mungkin timbul karena
fungsi dan kualitas produk berbeda dengan fungsi dan kualitas input. Misalkan, dalam
industri rokok, integrasi vertikal akan terbentang dari pemilik input seperti petani tembakau
dan cengkeh hingga perusahaan pembuat rokok. Para petani cengkeh atau tembakau dapat
membentuk koperasi primer yang bertugas sebagai produsen bahan baku rokok. Kemudian
beberapa koperasi primer tersebut dapat membentuk koperasi sekunder yang bertugas
membuat/memproduksi rokok. Dengan cara ini anggota koperasi primer dapat memiliki
perusahaan rokok. Mengingat fungsi rokok berbeda denga fungsi tembakau atau cengkeh,
umumnya anggota yang berada di koperasi primer akan membutuhkan rokok untuk
dikonsumsi atau dijual kembali. Dalam kasus seperti ini seharusnya pelayanan yang diberikan
kepada anggota harus berbeda dengan pelayanan kepada non anggota baik dalam segi harga
maupun fasilita-fasilitas lainnya.
Bila anggota tersebut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tentang harga,
maka koperasi tidak dapat menentukan harga pada saat keuntungan maksimum. Harga tidak
lagi didasarkan pada prinsip profit motive tetapi sudah memperhatikan pelayanan kepada
anggota.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koperasi memiliki peluang seiring dengan kritis yang terjadi di Indonesia dan Asia
pada umumnya. Kegagalan industry besar untuk menghasilkan pembangunan yang
berkelanjutan, memberikan peluang bagi operasi untuk menyatakan dirinya sebagai
fundamental perekonomian.
Untuk menggapai peluang itu dan menetapkan kembali operasi sebagai soko guru
diperlukan perubahan radikal ( mengubah dari akar masalah) dan komprehensif. Yang harus
dibenahi segera adalah pertama, reorientasi dan organiasi koperasi. Koperasi di orientasi dan
diorganisasikan sebagai bangun perusahaan yang prefesional. Koperasi harus berdiri tegak
sebagai bangun perusahaan yang mandiri dan efisien. Kedua, reaktualisasi peranan
pemerintah seperti disebutkan pada uraian sebelumnya.
Koperasi jangan lagi dieksplotasi menjadi jargon politik kepentingan. Ketiga,
pembenahan system ekonomi Indonesia sehingga kembali pada cita-cita didirikannya Negara
Repbulik Indonesia. System, praktik dan peraturan-peraturan yang berjiwa kapitalistik,
liberal, perkoncoan harus segera diganti dan unit usaha ekonomi rakyat lainnya dapat
berkembang dan tidak ditindas oleh unit usaha yang besar dan kuat
3.2 Saran
1. Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi untuk menambah pengetahuan tentang
perkoperasian
2. Perlunya peran aktif semua anggota dalam pengembangan koperasi
DAFTAR PUSTKA
http://ardyasha.blogspot.co.id/2015/11/bab-7-koperasi-dalam-berbagai-struktur.html
http://infomanajerna.blogspot.co.id/2012/11/organisasikoperasi-dalam-sistem-pasar-a.html
https://lilissolehat.files.wordpress.com/2011/12/bab-3-dan-bab-4.pdf