Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY S DENGAN KPD DI RUANG


VK IRD RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG
TANGGAL 30 DESEMBER 2013

DISUSUN OLEH :

ALUH NUR SHOFIA FAJRIATUL HAYATI


01 SYE BID 11

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
MATARAM
2014
LEMBAR PENGESAHAN

1
2

Laporan ini dibuat sebagai hasil tindakan Praktik Klinik Kebidanan II


dengan judul laporan Asuhan Kebidanan Pada Ny S Dengan KPD di Ruang
VK. IRD RSUD Patut Patuh Patju Gerung.

Hari/tanggal :
Tempat:

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

(Nur Tawajjuh, S.ST) (Ni Made Wahyuni, Amd.Keb)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan kasus individu dengan judul
Asuhan Kebidanan Pada Ny S Dengan KPD ini dapat kami selesaikan
meskipun dalam bentuk serta isi yang sederhana.
Penyusanan laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi program
kurikulum semester V Prodi D III Kebidanan Stikes Yarsi Mataram. Pada
kesempatan penyusunan laporan kasus individu ini kami menghaturkan banyak
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1 Drg. Hj. Ni Made Ambarwati, Selaku Direktur di RSUD PATUT PATUH
PATJU GERUNG.
2 Ns. Agus Supinganto, M.Kes, Selaku Ketua Stikes Yarsi Mataram
3

3 Irni setyawati M.keb Selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan Stikes Yarsi
Mataram.
4 Ni Made Wahyuni, Amd.Keb, selaku pembimbing lahan di RSUD PATUT
PATUH PATJU GERUNG.
5 Yuliatin, Amd.Keb, selaku pembimbing lahan di RSUD PATUT PATUH
PATJU GERUNG.
6 Nur Tawajjuh, S.ST, Selaku pembimbing pendidikan di Stikes Yarsi Mataram
7 Seluruh tenaga kesehatan di RSUD PATUH PATUT PATJU GERUNG yang
telah memberi kesempatan pada kami dan membimbing kami dalam praktik
klinik kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik dalam
sistematika penulisan maupun isinya. Oleh karena itu kami mohon saran dan
kritik yang bersifat membangun dari pembimbing lahan praktek maupun
pembimbing pendidikan demi kesempurnaan laporan ini. Kami berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Mataram, Desember 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan menempatkan
kesehatan ibu dan anak sebagai perioritas utama, karena sangat mementukan
kualitas sumber daya manusia mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu
(AKI), serta lambatnya penurunan Angka Kematian Ibu, menunjukkan
bahwa pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan bagi dari segi
jangkauan maupun kualitas pelayanan. Ketuban pecah dini merupakan
masalah yang masih kontropersial dalam kebidanan. Penanganan yang
optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu berubah. Bila ketuban
pecah dini tidak mendapat penanganan yang baik dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi karena adanya infeksi,
dimana selaput ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman
4

penyebab infeksi sudah tidak ada sehingga dapat membahayakan bagi ibu
dan janinnya (medem.com/medlb/article diakses 13 juni 2011).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia
lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin.
Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Mortalitas dan
morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di
negara berkembang. Kematian wanita usia subur di negara miskin sekitar
25-50% disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat
melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita usia muda pada
masa puncak produktivitasnya (Saifuddin, 2006).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
menunjukkan bahwa secara nasional Angka Kematian Ibu di Indonesia
adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dari target tujuan
pembangunan milenium (Millenium Development Goals/MDGs), yakni
hanya 102/100.000 kelahiran tahun 2015 (Depkes RI, 2010).
Menurut Depkes RI tahun 2007 menjelaskan sekitar 30% kejadian
mortalitas pada bayi preterm dengan ibu yang mengalami ketuban pecah
dini adalah akibat infeksi, biasanya infeksi saluran pernafasan (asfiksia).
Selain itu, akan terjadi prematuritas. Sedangkan, prolaps tali pusat dan
malpresentrasi akan lebih memperburuk kondisi bayi preterm dan
prematuritas (Depkes RI, 2007).
Insidensi ketuban pecah dini terjadi 8 - 10% pada semua kehamilan
(Prawirohardjo, 2008). Insiden dari PROM (Premature Rupture of
Membrane) yaitu 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya
2% dari semua kehamilan (Fadlun, 2011). Sekitar 30 40% persalinan
prematur didahului oleh pecah ketuban. Komplikasi ini merupakan faktor
yang signifikan terhadap kemungkinan pesalinan dan kelahiran prematur.
Saat ketuban pecah, 50% ibu akan mengalami persalinan secara spontan
dalam 24 jam dan 80% akan memulai persalinan dalam 48 jam (Liu, 2007).
Data Dikes Provinsi NTB menyebutkan jumlah kematian ibu pada
tahun 2011 sebanyak 130 kasus, sehingga mengalami sedikit peningkatan
dari tahun 2010 sebanyak 113 kasus. Penyebab langsung kematian ibu
5

(32,31%) karena perdarahan, eklamsia/preeklamsia (29,23%), abortus


(3,07%), partus lama (0,76%), infeksi jalan lahir (3,07%), dan lain-lain
(31,53). Untuk di Kota Mataram sendiri kematian ibu juga mengalami
sedikit peningkatan, dimana pada tahun 2010 sebanyak 7 kasus dan pada
tahun 2011 tercatat 10 kasus yang terdiri dari perdarahan (1,53%), infeksi
(0,76%), eklamsi/preeklamsi (2,30%) dan lain-lain (3,07%). Infeksi yang
banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya
komplikasi atau penyulit kehamilan, seperti febris, korioamnionitis, infeksi
saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD)
yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi (Dikes NTB, 2011).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Nihayati (2011) didapatkan
bahwa angka kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD Praya cenderung
mengalami peningkatan dimana pada tahun 2008 sebanyak 147 kasus, pada
tahun 2009 sebanyak 371 kasus dan pada tahun 2010 sebanyak 334 kasus.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agil (2007) faktor
penyebab terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah pada paritas ibu yang
multipara sebesar 37,59%, selain itu riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun mengalami ketuban
pecah dini.
Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di Ruang Bersalin
Rumah Sakit Umum Provinsi NTB, tercatat kejadian Ketuban Pecah Dini
pada tahun 2009 sebanyak 301 kasus , pada tahun 2010 sebanyak 523 kasus
dan pada tahun 2011 sebanyak 682 kasus dari 2522 persalinan, atau kira-
kira frekuensi kejadiannya sekitar 27,04 % atau 1 per 4 persalinan (RSUP
NTB, 2011).
Ketuban Pecah Dini dari tahun ketahun selalu mengalami
peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin
sehingga akan terjadi peningkatan AKI dan AKB. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan kejadian Ketuban Pecah Dini yaitu dengan
cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi
sedini mungkin tanda dan gejala yang dapat menyebabkan terjadinya
Ketuban Pecah Dini, agar dapat ditanggulangi atau ditangani secara cepat
6

sehingga dapat mengurangi komplikasi dari Ketuban Pecah Dini tersebut


seperti infeksi, persalinan premature dan lainnya. Ketuban pecah dini (KPD)
merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi
pada ibu. Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan, pada keadaan normal 8-10%
perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini (Prawirohardjo,
2008).
Kebanyakan ibu dengan ketuban pecah dini akan mengalami
persalinan spontan dan hasilnya baik. Namun ada bahanya yang
berhubungan dengan ketuban pecah dini meliputi infeksi, tali pusat
menumbung, infeksi iatrogenik asenden dari pemeriksaan vagina dan
perlunya induksi atau augmentasi persalinan dengan intervensi yang sesuai
(Chapman, 2006).
Kematian ibu memang menjadi perhatian dunia international, World
Health organization (WHO) memperkirahkan diseluruh dunia lebih dari
585, 000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil dan bersalin, salah satunya
ialah persalinan ketuban pecah dini (KPD). Tahun 2008 terdapat 23 (4%)
persalinan prematur dari 580 persalinan normal karena ketuban pecah dini,
93 (39) sedangkan 2011terdapat 32 (6%) persalinan prematur dari 541
persalinan noemal karena ketuban pecah dini 12 (37, 5%) (Mitra, 2012).
Di asia tenggara (ASEAN) ketuban pecah dini (KPD) masih
tergolong tinggi, angka kematian ibu akibat ketuban pecah dini yang tidak
nyaman diperkirahkan berturut-turut 170 ribu dan 1,3 juta pertahun (98%)
dari seluruh persalinan normal dan KPD diasia tenggara salah satu
penyumbangnya ialah Indonesia (Arali, 2009 ).
Ketuban pecah dini (KPD) di Indonesia secara global 80% kematian
ibu. Pola penyebab langsung dimana-mana yaitu perdarahan (25%) biasanya
perdarahan pasca persalinan,sepsis (15%) hipertensi dalam kehamilan
7

(12%), partus macet (8%) komplikasi abortus tidak aman (13%), ketuban
pecah dini (4%) dan sebab-sebab lainnya (8%) (Wiknjosastro, 2008).

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan dengan menerapkan
manajemen kebidanan dalam kasus KPD dengan menggunakan
pendokumentasian SOAP.
1.2.2. Tujuan Khusus
1 Mampu melakukan pengkajian secara subjektif pada Ny.S
dengan kasus KPD
2 Mampu melakukan pengkajian secara objektif pada Ny.S
dengan kasus KPD
3 Mampu menentukan analisa pada Ny.S dengan kasus KPD
4 Mampu memberikan penatalaksanaan pada Ny.S dengan kasus
KPD
8

1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Klien
Dapat menambah pengetahuan klien khususnya dan
masyarakat umumnya dalam menjaga kehamilan. Klien atau
masyarakat dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada kehamilan.
1.3.2. Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman menerapkan manajemen
kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny S
sehingga nantinya pada saat bekerja dilapangan dapat dilakukan
secara sistematis yang pada akhirnya meningkatkan mutu pelayanan
yang akan memberikan dampak menurunkan angka KPD. Belajar
menerapkan langsung pada masyarakat di lahan perkembangan ilmu
pengetahuan yang telah diperoleh di dalam kelas.
1.3.3. Bagi Institusi
Menambah pengetahuan dan pengalaman institusi pendidikan
dalam pelaksanaan penanganan abortus bagi mahasiswa. Mengetahui
kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan ilmu pendidikan
yang telah diperoleh mahasiswa di bangku kuliah. Mengetahui
adanya kesenjangan dan faktor-faktor penyebab kesenjangan antara
teori dan praktik sebagai bahan analisa untuk pendidikan.
1.3.4. Bagi lahan praktik
Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan umumnya dan
pelayanan penanganan KPD khususnya melalui penerapan
manajemen kebidanan.
9

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Ketuban Pecah Dini (KPD)

Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang


masih kontroversial dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang
baku masih belum ada, selalu berubah. KPD sering kali menimbulkan
konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas pada ibu
maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian
perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian
akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak
maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada pengelolaan
kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif.

Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera


bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus
menunggu sampai terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan
memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan
kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan
janin yang cukup.

Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama,


infeksi, karena ketuban yang utuh merupakan barier atau penghalang
terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput ketuban
seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen yang
akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu
membutuhkan pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk
mempercepat persalinan dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan
resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas,
karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang
sering timbul pada bayi yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau
10

respiratory Distress Syndrom (RDS) yang disebabkan karena belum


masaknya paru.

Protokol pengelolaan yang optimal harus memprtimbangkan 2 hal


tersebut di atas dan faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan
untuk merawat bayi yang kurang bulan. Meskipun tidak ada satu protokol
pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD, tetapi harus ada panduan
pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas perinatal dan
dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada
ibu.

2.1.1. Definisi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum


terdapat atau dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu satu jam
sebelum ada tanda inpartu, sedangkan ketuban pecah pada
pembukaan kecil artinya :
1. Ketuban pecah sebelum pembukaan 4 cm.
2. Sudah terdapat tanda inpartu
Bahaya ketuban pecah dini dan ketuban pecah pada
pembukaan kecil adalah infeksi asenden dan perlepasan tali pusat
oleh karena melakukan pemeriksaan dalam yang terlalu sering
( Manuaba 2010 )
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada ahir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterem adalah
KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan. ( Rukiyah 2010 )
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
persalinan dimulai. Pecah ketuban sebelum persalinan dapat terjadi
pada janin immatur ( prematur atau gestasi kurang dari 37 minggu)
maupun janin matur (term) ( Yulianti 2006)
11

Ketuban pecah dini keadaan pecahnya selaput ketuban


sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan
prematur. Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterem
akan mengalami ketuban pecah Dini.
Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses
biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra seluler amnion,
korion, dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua
bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput
ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin,
sitokinin, dan protein hormon yang merangsang aktivitas ( sarwono
2009 )

2.1.2. Etiologi

Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal


terjadi pada selaput janin diatas serviks internal yang memicu
robekan dilokasi ini. Beberapa proses patologis Termasuk
perdarahan dan infeksi dapat menyebabkan terjadinya KPD
(Rukiyah 2010 )

2.1.3. Patofisiologi

Faktor pencetus terjadinya ketuban pecah dini harus


diwaspadai jika adanya kehamilan multiple, riwayat persalinan
preterem sebelumnya, tindakan senggama tidak berpengaruh pada
resiko kecuali jika higiene buruk, predeposisi terhadap infeksi,
pendarahan pervaginam, bakteri dengan pH vagina diatas 4, 5,
serviks tipis, flora vagina abnormal, kadar CRH ( corticotropin
releasing hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis
dapat menjadi stimulasi persalinan preterem ( Rukiyah 2010 )

2.1.4. Tanda Dan Gejala


12

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban


merembes melalui vagina Aroma air ketuban berbau amis dan dan
tidak seperti bau amoniak mungkin cairan ini masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, Cairan ini tidak
akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
dibawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran letak
dibawah untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak,
nyeri perut, denyut jantung bertambah cepat merupakan tanda- tanda
infeksi yang terjadi ( Rukiyah 2010 ).

2.1.5. Mekanisme Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan


oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban
pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh
selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi
ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
1. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen
2. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat
pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok
( sarwono 2009 )

2.1.6. Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini


bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
13

pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea, atau


gagalnya persalinan normal (Sarwono 2009 )

2.1.7. Diagnosis

Tentukan pecahnya selaput ketuban pecah, dengan adanya


cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan
menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien
batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan
dengan tes lakmus merah menjadi biru. Tentukan usia kehamilan,
bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi.
Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 C serta air
ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah > 15.00/ mm. Janin yang
mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelpik. Tentukan
adanya kontraksi teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan
dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) (Srwono 2009).

2.1.8. Penatalaksanaan

1. Pastikan diagnosis
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
4. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin.

2.1.9. Penanganan

1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Berikan antibiotic (ampisilin 4x500 mg dan metronidazol
2x500 mg selama 7 hari).
c. Jika umur kehamilan kurang dari 32-34 minggu, dirawat
selama air kertuban tidak keluar lagi .
14

d. Jika usia kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada


infeksi, tes busa negatif, beri deksametason, obserfasi tanda-
tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada
infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksometason dan
induksi sesudah 12 jam
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri
antibiotic dan lakukan induksi
g. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, tanda-tanda infeksi
intrauteri)
h. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk
memacu kematangan paru janin, dan lakukan kemungkinan
kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu dosis bertambah
12 mg per hari dosis tunggal selama 2 hari, deksamatason IM
5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali ( Sarwono 2009 )
2. Aktif
a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan
oksitosin, bila gagal Sc dapat pula diberikan misoprostol 50
mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika
dosis tinggi dan persalinan di akhiri.
1) Bila skor pelvik kurang dari 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan
dengan Sc.
2) Bila skor pelvik lebih dari 5, induksi persalinan ( Sarwono
2009 )

2.2. Pendokumentasian SOAP


15

Menurut Hellen Varney, alur berfikir saat menghadapi klien meliputi


7 langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh
seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, didokumentasikan dalam
bentuk SOAP yaitu :
S = SUBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
O = OBJEKTIF
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney
A = ASSESMENT
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
sumbektif dan data objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa/masalah
2. Antisipasi diagnosa/masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, 4 Varney.
P = PLANNING
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan 1 dan evaluasi
perencanaan (E) berdasarkan Assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.
Beberapa alasan penggunaan SOAP dalam pendokumentasian :
1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan perkembangan
informasi yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan
konklusi anda menjadi suatu rencana.
2. Metode ini merupakan intisari dari proses pelaksanaan kebidanan
untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY S DENGAN KPD
DI RUANG VK. IRD RSUD PATUT PATUH PATJU GERUNG
TANGGAL 30 DESEMBER 2013
16

SUBYEKTIF ( S )
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny S Nama : Tn M
Umur : 19 tahun Umur : 20 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Sasak Suku : Sasak
Pendidikan : SMP Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Aik Ampat Alamat : Aik Ampat
No. RM : 639114
Masuk RS. PPP Gerung : Tanggal 30-12-2013, pukul : 10.00 Wita
Tanggal Pengkajian : Tanggal 30-12-2013, pukul : 10.00 Wita
2. Keluhan utama : Ibu datang mengatakan keluar air sedikit sejak 10 hari yang
lalu.
3. Riwayat perjalanan penyakit : Ibu mengatakan hamil pertama, umur
kehamilan 9 bulan, mengeluh keluar air sedikit sejak 10 hari yang lalu tanggal
20-12-2013, pukul 05.30 wita, tetapi sejak pagi tanggal 30-12-2013,pukul
08.00 wita ibu datang ke puskesmas mengeluh sakit perut hilang timbul.
4. Riwayat Kehamilan sekarang
a. Hamil ke : 1 (pertama)
b. HPHT : 20-3-2013
c. Gerakan janin : Ibu mengatakan masih dan sering merasakan gerakan
janinnya.
d. ANC : 6 kali di Puskesmas
e. TT : 2 kali di Puskesmas
f. Obat yang pernah dikonsumsi : vitamin dan Fe
g. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan merasa cemas
dengan keadaannya saat ini, karen sudah keluar air sedikit sejak 10 hari
dan sakit perut hilang timbul .
5. Riwayat penyakit yang pernah diderita sekarang dan dulu
a. Penyakit kardiovaskuler : Tidak pernah
17

b. Peyakit hipertensi : Tidak pernah


c. Penyakit Diabetes : Tidak pernah periksa laboraturium.
d. Penyakit kelamin/HIV/ AIDS : Tidak pernah periksa laboraturium
e. Penyakit Malaria : Tidak pernah
f. Penyakit Campak : Tidak pernah
g. Penyakit TBC : Tidak pernah
h. Penyakit Ginjal : Tidak pernah
i. Anemia berat : Tidak pernah
j. Gangguan mental : Tidak pernah
k. Penyakit Asma : Tidak perah
l. Riwayat kembar : Tidak ada
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
Hami Riwayat Persalinan Masalah/Penyulit Anak
lUK
Tempat Penolong JP K P N JK BBL Ket
ke
ini - - - - -

7. Riwayat Sosial Ekonomi


a. Status perkawinan : Nikah 1 kali, lamanya 1 tahun.
b. Riwayat KB yang lalu : Belum pernah
c. Rencana KB : Suntikan 3 bulan
d. Pengambil keputusan dalam keluarga : suami
e. Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan :
Makanan Sebelum Hamil Selama Hamil
Jenis makanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
Banyaknya/porsi 1 piring 1 piring
Makanan lainnya Jajan/buah Jajan/buah
Pantangan Tidak ada Tidak ada

Minum Sebelum Hamil Selama Hamil


Jenis minuman air putih air putih
Frekuensi 6-7 gelas sehari 7-8 gelas sehari
Pantangan Tidak ada Tidak ada

Personal hygiene Sebelum Hamil Selama Hamil


Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
Gosok gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
18

Ganti pakaian 2 kali sehari 2 kali sehari

f. Eliminasi
BAB Sebelum Hamil Selama Hamil
Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari
Konsistensi Padat lunak Padat lunak
Penyulit Tidak ada Tidak ada
BAB terakhir : tanggal 30-12-2013 pukul 06.00 WITA

BAK Sebelum Hamil Selama Hamil


Frekuensi 3 - 4 kali sehari 5-6 kali sehari
Penyulit Tidak ada Tidak ada
BAK terakhir :tanggal 30-12-2013 pukul 06. 00 WITA

g. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari


Pekerjaan : mengerjakan pekerjaan rumah
Pola Istirahat Sebelum Hamil Selama hamil
Siang 2 jam 2 jam
Malam 7 - 8 jam 7 8 jam
Kesuitan Tidak ada Tidak ada

8. Kebiasaan hidup sehat : ibu megatakan tidak merokok, tidak minum minuman
keras dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
a. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan : tidak ada
OBYEKTIF (O)
1 Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. TB / BB : 158 cm / 60 kg
d. Lila : 26 cm

Tanda-tanda vital
a. TD : 110/70 mmhg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Suhu : 36,8 0C
d. Respirasi : 24 kali / menit
19

2 Pemeriksaan Fisik
a. Kepal dan rambut : Bersih, tidak ada
ketombe, kulit kepala tidak ada luka atau lesi
b. Muka : Tidak ada edema, tidak pucat dan
tidak ada cloasma gravidarum.
c. Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterus
d. Mulut dan gigi : Warna bibir tidak pucat, lidah
tidak kotor, gusi tidak berdarah, tidak ada lubang
pada gigi dan tidak ada caries pada gigi.
e. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe,
thyroid dan tidak ada bendungan vena jugularis
f. Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, tidak terdapat striae
gravidarum dan linea nigra.
Palpasi :
Leopold I : TFU 28 cm, teraba bokong pada FU, PBBJ 2635 gr.
Leopold II : Teraba puka
Leopold III : Teraba kepala
Leopold IV : Kepala masuk PAP 4/5
g. Genetalia :
Inspeksi : ketuban (+) sedikit dan tidak keruh.
VT = 2 cm, eff 25 %, ket (+),presentasi kepala,denominator belum
jelas, Penurunan kepala HI, teraba bagian terkecil janin/tali pusat.
h. Ekstremitas
Kuku jari tidak pucat, edema tidak ada, tidak ada varices pada kaki,
refleks pattela +/+

3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab.
Hasil : HB : 8,5 gr
GD :B
20

Protein urin : (-)

ASESSMENT ( A )
Diagnosa : G1P0A0H0, A/T/H/IU, umur kehamilan 40 minggu, keadaan ibu dan
janin baik dengan inpartu kala 1 fase laten dan KPD.

PLANNING ( P )
1. Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan
umum ibu dan janin baik dengan TD: 110/80 mmHg, N:84 x/menit, S: 36,8 0C,
R: 24 x/menit dengan pembukaan 2 cm, serta DJJ masih baik.
2. Menginformasikan kepada ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan adalah tanda
dan gejala dari pecahnya ketuban sebelum proses persalinan berlangsung.
3. Memasang infuse RL
4. Melakukan pemeriksaan Lab. dengan hasil sbb:
a. HB : 8,5 gr
b. GD :B
c. Protein urin : (-)
5. Melakukan skint test dengan menggunakan Ampisilin yang di campur dengan
NACL lalu disuntikkan secara IC.
6. Memberikan terapi dengan memberikan Ampisilin 1 gram secara IV.
7. Menganjurkan pada ibu untuk tidur miring kiri serta memberitahu ibu untuk
makan dan minum yang banyak .
8. Konsultasi dengan dokter SPOG
9. Membawa ibu ke ruang bersalin untuk dilakukan observasi lanjut
BAB IV
PEMBAHASAN

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan dimulai.


Pecah ketuban sebelum persalinan dapat terjadi pada janin immatur ( prematur
atau gestasi kurang dari 37 minggu) maupun janin matur (term) ( Yulianti 2006)
Sesuai dengan teory varney, pengkajian adalah pengumpulan data yang
berhubungan dengan pasien. Pada pengumpulan data subyektif Ny. S diketahui
21

bahwa kehamilan ini adalah kehamilan yang pertama. Keluhan ibu pada waktu itu
data ke RS. PPP Gerung adalah Ibu mengatakan hamil pertama, umur kehamilan 9
bulan, mengeluh keluar air sedikit sejak 10 hari tanggal 20-12-2013 pukul 05.30
wita, tetapi sejak pagi tanggal 30-12-2013 pukul 08.00 ibu datang ke puskesmas
mengeluh keluar air dan sakit perut hilang timbul.
Pada pemeriksaan obyektif di dapatkan hasil keadaan umum ibu baik
dengan TD: 110/80 mmHg, N:84 x/menit, S: 36,80C, R: 24 x/menit.VT = 2 cm,
eff 25 %, ket (+),presentasi kepala,denominator belum jelas , Penurunan kepala
HI, teraba bagian terkecil janin/tali pusat. Pada langkah antisipasi dilakukan
pengidentifikasian tindakan segera dengan memasang infus RL,melakukan skin
test dengan menggunakan Ampisilin yg dicampur dengan NACL dan di masukkan
secara IC, kemudian memberikan ampisilin 1 gram secara IV,lalu kemudian
memperbaiki posisi ibu dan memberikan makan dan minum,setelah itu bidan
mengkonsultasikan ke dr.SPOG lalu kemudian membawa ibu ke ruang bersalin.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan KPD dapat
disimpulkan dari pembahasan studi kasus pada KPD di RS. PPP Gerung, tidak
banyak ditemukan adanya perbedaan antara teori dengan penerapan menejemen
kebidanan SOAP.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari berbagai uraian masalah, penerapan manajemen kebidanan
dalam memberikan asuhan kebidanan, dapat diperoleh kesimpulan :
Ibu datang ke RS. Patut Patuh Patju Gerung pada tanggal 30
Deseember 2012, jam 10.00 WITA. Keluhan ibu pada waktu itu datang ke
RS. PPP Gerung adalah Ibu mengatakan hamil pertama, umur kehamilan 9
bulan, mengeluh keluar air sedikit sejak 10 hari tanggal 20-12-2013 pukul
05.30 wita, tetapi sejak pagi tanggal 30-12-2013 pukul 08.00 ibu datang ke
puskesmas mengeluh keluar air dan sakit perut hilang timbul.
Ny S G1P0A0H0, A/T/H/IU, UK 40 minggu dengan KPD. Dan
berpotensi Terhadap Janin. Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala
22

infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin
lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu
dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas dan morbiditas perinatal.
Kemudian terhadap ibu karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi
infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga
dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia,
serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur,
partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi lainnya.
1. Observasi TTV dan tidak adanya infeksi
2. Cairan infuse 28 tetes
3. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan dan terapi
4. Lakukan pendekatan terapeutik kepada klien
5. Lakukan observasi dan pemeriksaan fisik
6. Lakukan pencatatan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada status
pasien
7. Jelaskan pada ibu mengenai hasil pemeriksaan
8. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan dan pemberian terapi
9. Berikan HE mengenai : pola nutrisi, personal hygiene, pola istirahat
10. Semua rencana telah dilaksanakan dengan efektif dan aman sesuai
dengan yang ada di intervensi
11. Setelah dilakukan tindakan,terapi dan konsultasi ke dr.SPOG kemudian
ibu di bawa ke ruang bersalin untuk dilakukan observasi selanjutmya.

5.2. Saran
5.2.1. Bagi Klien
Dianjurkan kepada ibu-ibu hamil untuk rajin memeriksakan
kehamilanya agar dapat dideteksi secara dini adanya kelainan yang
dialami oleh ibu agar secepatnya dapat ditangani.
5.2.2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami teori yang
didapatkan selama proses belajar mengajar sehingga dapat
23

menerapkan secara nyata sesuai tugas dan wewenang bidan tentang


ANC patologis sehingga dapat dijadikan bekal dalam memberikan
asuhan kebidanan dikemudian hari.
5.2.3. Bagi Institusi
Agar dapat memberikan bimbingan kepada mahasiswa baik teori
maupun praktek sehingga mahasiswa dapat dengan mudah dan
mandiri mengimplementasikan dengan baik dan sesuai langkah-
langkah yang telah ditentukan
5.2.4. Bagi lahan praktik
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan wewenang, dapat
bekerja sama dengan klien dan dapat meningkatkan peran bidan
dalam fungsinya sebagai pelaksana kebidanan, lebih meningkatkan
kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain, klien, dan
keluarga.
24

DAFTAR PUSTAKA

Dikes Provinsi NTB. 2011. Profil Kesehatan NTB, NTB.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Survey Demografi Kesehatan Indonesia,


Jakarta.

Dinas Kesehatan RI. 2011. Profil Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Rukiyah , Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Trans Info Media:
Jakarta

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal, Jakarta : JNPKKR-POGI-YBPSP

Sarwono Prawihardjo, 2009. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawihardjo; Jakarta

Prof. Dr. Ida Bagus Gede Manuaba 2010. Buku Ajar Phantom Obstetri. Trans Info
Media, Jakarta

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai