Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AKTIVITAS DAN OLAH RAGA PADA LANSIA: JALAN


KAKI UNTUK KESEHATAN JANTUNG

Ditha Astuti P. 220111090013

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS),
jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil
sensus BPS pada tahun 1970 jumlah penduduk lanjut usia (lansia) berjumlah sekitar 5,31
juta orang atau 4,48% dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 1990 jumlah tersebut
meningkat hampir dua kali lipat yaitu menjadi 9,9 juta jiwa. Pada tahun 2020 jumlah
lansia diperkirakan meningkat sekitar tiga kali lipat dari jumlah lansia pada tahun 1990.

Lansia menurut kriteria BPS adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Departemen Sosial mendefinisikan lanjut usia sebagai seseorang baik laki-laki maupun
wanita yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas. Sedangkan UU nomor 23 tahun 1992
pasal 19, lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial.

Masa Lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada


keberfungsian fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Elizabeth Hurlock (1980)
mengemukakan bahwa penyebab fisik kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada
sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua. Kemunduran
dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri,
orang lain, pekerjaan dan penghidupan pada umumnya dapat menuju kepada keadaan
uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak, akibatnya, orang menurun secara fisik
dan mental dan mungkin akan segera mati. Masa lansia bisa jadi juga disertai dengan
berbagai penyakit yang menyerang dan menggerogoti kehidupan lansia sekalipun tidak
semua lansia adalah berpenyakit, tapi kebanyakan lansia rentan terhadap penyakit-
penyakit tertentu akibat kondisi organ-organ tubuh yang telah aus atau mengalami
kemunduran juga fungsi imun (kekebalan tubuh) yang juga menurun. Sekalipun
mengalami kemunduran pada beberapa aspek kehidupannya, bukan berarti lansia tidak
bisa menikmati kehidupannya. Lansia memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan untuk
mengisi hari-harinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan menghibur.

Penelitian terhadap usia lanjut mengungkapkan bahwa rangsangan dapat


membantu mencegah kemunduran fisik dan mental. Mereka yang secara fisik dan mental
tetap aktif di masa tua, tidak terlampau menunjukkan kemunduran fisik dan mental
dibanding dengan mereka yang menganut filsafat kursi goyang terhadap masalah usia
tua dan menjadi tidak aktif karena kemampuan-kemampuan fisk dan mental mereka
sedikit sekali memperoleh rangsangan (Hurlock, 1980). Aktivitas fisik, misalnya olah
raga yang dilakukan secara rutin dan teratur akan sangat membantu kebugaran dan
menjaga kemampuan psikomotorik lansia. Aktivitas-aktivitas kognitif seperti membaca,
berdiskusi, mengajar, akan sangat bermanfaat bagi lansia untuk mempertahanakan fungsi
kognitifnya sebab otak yang sering dilatih dan dirangsang maka akan semakin berfungsi
baik, berbeda jika fungsi otaknya tidak pernah di latih maka itu akan mempercepat lansia
mengalami masa dimensi dini. (Departemen Sosial, 2008)

Menurut The National Center for Health Statistic menyebutkan bahwa 50 juta
orang di Amerika Serikat menderita penyakit jantung. Sementara di Indonesia 7,2 juta
orang meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner dan lebih dari 3 juta menderita
penyakit jantung lainnya. (WHO, 2000)

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk :


1. Mengetahui tentang gambaran aktivitas dan olah raga pada lanjut usia.

2. Mengetahui aktivitas dan olah raga yang sesuai untuk lansia

3. Mengetahui manfaat jalan kaki untuk kesehatan jantung lansia

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Untuk Mahasiswa FIK Unpad

Menambah pengetahuan mahasiswa tentang aktivitas dan olah raga pada lansia.

Sebagai tambahan materi tentang intervensi aktivitas dan olah raga pada lansia.

1.3.2 Untuk Perawat

Sebagai referensi informasi dalam penanganan aktivitas dan olah raga yang
sesuai untuk lansia.
Sebagai dasar dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik di pelayanan
kesehatan.

1.3.3 Untuk Lansia

Mendapatkan informasi tentang aktivitas dan olah raga yang sesuai.

Mengetahui cara pencegahan penyakit jantung dengan aktivitas dan olah raga.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penyusunan makalah ini, yaitu :

Latar belakang pemilihan topik aktivitas dan olah raga pada lansia.

Uraian singkat isi artikel yang ditemukan.

Hasil analisis

Relevansi artikel dan kemungkinan untuk diaplikasikan di Indonesia.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan media elektronik dan studi
pustaka atau studi literatur untuk memperoleh informasi dan analisis mengenai gambaran
dan intervensi aktivitas dan olah raga pada lansia.

1.6 Sistematika Penulisan

Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

Daftar Isi

Kata Pengantar

BAB I Pendahuluan
BAB II Protokol

BAB III Pembahasan

3.1 Hasil Pencarian

3.2 Pembahasan Hasil

3.3 Relevansi hasil yang ditemukan dengan praktik

keperawatan gerontik di Indonesia.

BAB IV Simpulan dan Saran

Daftar Pustaka
BAB II

PROTOKOL

2.1 Identifikasi Topik

Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat
dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia
yang optimal (optimum Aging). Optimum aging bisa diartikan sebagai kondisi
fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga
memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna,
membahagiakan, berguna dan berkualitas.

Aktivitas fisik misalnya olah raga yang dilakukan secara rutin dan teratur
akan sangat membantu kebugaran dan menjaga kemampuan psikomotorik lansia.
Aktivitas-aktivitas kognitif seperti membaca, berdiskusi, mengajar, akan sangat
bermanfaat bagi lansia untuk mempertahanakan fungsi kognitifnya sebab otak
yang sering dilatih dan dirangsang maka akan semakin berfungsi baik, berbeda
jika fungsi otaknya tidak pernah dilatih maka itu akan mempercepat lansia
mengalami masa dimensi dini (Departemen Sosial, 2008)

Aktivitas-aktivitas spiritualitas dan sosial akan memberikan nilai tertinggi


bagi lansia untuk menemukan kebermaknaan dan rasa harga dirinya, dengan
banyak berdzikir dan melaksanakan ibadah sehari-hari lansia akan menjadi lebih
tenang dalam hidupnya kecemasan akan kematian bisa direduksi. Dengan aktif
dalam aktivitas sosial, seperti tergabung dalam paguyuban lansia atau karang
werdha akan menjadi ajang bagi mereka untuk saling bertukar pikiran, berbagi
pengalaman dan saling memberikan care, kegiatan ini akan sangat membantu para
lansia untuk mencapai kualitas hidup yang maksimal.(Syamsuddin dalam
Departemen Sosial, 2008)

Berjalan kaki rutin dikukuhkan sebagai obat paling menyehatkan di abad


modern ini. Bukan lari, apalagi sprint, yang bisa menambah sehat dan
menjanjikan kita beroleh umur panjang. Penelitian dalam beberapa tahun terakhir
semakin mengukuhkan bahwa berjalan tergopoh-gopoh dan bukan jalan santai
memang memberi banyak manfaat bagi kesehatan kita. Caranya, berjalan kaki
tergopoh-gopoh dengan laju 5-6 km/jam selama sekitar 40-50 menit/hari,
dilakukan 5-6 kali/seminggu.
Seseorang yang melakukan jalan yang tergopoh-gopoh secara rutin tidak hanya
mengalami peningkatan angka harapan hidup tetapi juga terhindar dari risiko
serangan jantung. (Nadesul dalam Kompas, 2008)

2.2 Topik

Topik yang diambil pada penyusunan makalah ini adalah Gambaran


aktivitas dan olah raga: jalan kaki pada lansia.

2.3 Tujuan

Mengetahui gambaran aktivitas dan olah raga pada lansia yang


mengalami gangguan kardiovaskuler.

2.4 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah:

Lansia berumur lebih dari 60 tahun

Berhubungan dengan kardiovaskuler, aktivitas dan olah raga pada lansia

Jenis penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif

2.5 Kriteria Ekslusi (Jika ada)

Dalam pembuatan makalah ini, kami menggunakan kriteria ekslusi


dikarenakan keterbatasan kami pada penguasaan bahasa asing, maka artikel-
artikel penelitian yang tidak menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
tidak akan digunakan dalam makalah ini.

2.6 Rencana Pencarian


Artikel yang berkaitan dengan kesepian dan isolasi sosial pada lanjut usia
akan kami cari melalui dua cara, yaitu cara elektronik dan cara manual (hand
searching). Secara elektronik akan dicari dengan:

www.live.unpad.co.id

www.google.com

www.scholar.google.com

Studi literatur

2.7 Istilah yang digunakan

Elderly aerobic exercise

Jalan kaki

Jantung

Lanjut usia

BAB III
HASIL

3.1 Hasil Pencarian ( Uraian singkat isi artikel )

Artikel 1

Pemanfaatan Momen 17-Agustusan


Sebagai Sarana Latihan Olahraga Rekreasi Terapeutik Untuk Lansia
Oleh : Ambar Sulianti *

Tujuan olahraga rekreasi terapeutik ialah memahami dan memenuhi kebutuhan


setiap individu dengan kemunduran daya ingat (fungsi kognitif) dengan berbagai aktivitas
fisik yang sesuai dengan kebutuhan individu tersebut. Olahraga rekreasi terapeutik terdiri
atas olahraga kesehatan yang berfungsi meningkatkan/memperlambat penurunan
kebugaran dan olahraga otak.

Tentang manfaat olahraga kesehatan untuk lansia, penelitian Kane et al mencatat


beberapa hal penting:

1. Latihan / olahraga dengan intensitas sedang dapat memberikan keuntungan


bagi para lansia melalui berbagai hal, antara lain status kardiovaskuler, risiko
patah tulang, abilitas fungsional dan proses mental.

2. Peningkatan aktivitas tersebut hanya akan sedikit sekali menimbulkan


komplikasi.

3. Latihan dan olahraga pada usia lanjut harus disesuaikan secara individual, dan
sesuai tujuan individu tersebut. Perhatian khusus harus diberikan pada jenis
dan intensitas latihan, antara lain jenis aerobik, kekuatan, fleksibilitas, serta
kondisi peserta saat latihan diberikan.

4. Latihan menahan beban (weight bearing exercise) yang intensif misalnya


berjalan, adalah yang paling aman, murah dan paling mudah serta sangat
bermanfaat bagi sebagian besar lansia (Whitehead,1995).
Adapun untuk jenis jenis olahraga otak, pemilihan disesuaikan dengan riwayat
penyakit lansia, fungsi saraf, minat, kebiasaan, emosi, dan kemampuan lansia. Salah satu
alat evaluasi yang bisa digunakan ialah ADL (Activity of Daily Living) dan IADL
(Instrumental Activity of Daily Living). Alat ini dapat menentukan stadium mana lansia
berada, apakah masih dalam stadium mudah lupa wajar (benign forgetfulness) ataukah
sudah berada dalam stadium MCI (Mild Cognitive Immpairment) atau demensia. Bila
sudah dalam stadium mudah lupa tidak wajar perlu dirujuk ke dokter untuk penanganan
lebih lanjut.

Artikel 2

Use It or Lose It:


The Importance of
Exercise in the Elderly
Katherine Kilpatrick, MD, CCFP
Presented at Queens Universitys Geriatrics CME, October 2003

Pentingnya olah raga dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yang


optimal telah menjadi diucapkan dan komprehensif, maka sering disebut sebagai "obat
yang sempurna". Latihan penting untuk populasi lansia. Kenyataannya, proses penyakit
kronis umumnya terjadi pada orang tua, penduduk lansia bahkan mendapatkan
keuntungan lebih banyak dari olah raga ini daripada anak muda.

Tipe olah raga yang sesuai untuk lansia adalah:

Jalan kaki

Bersepeda

Berenang

Aerobic low impact

Olah raga dilakukan beberapa hari dalam seminggu, sekitar 60 menit setiap
harinya. Untuk tiap-tiap olah raga tersebut intensitasnya meningkat secara bertahap.

Faktor-faktor yang mempengaruhi lansia tidak melakukan olah raga:

Kurangnya waktu dan motivasi

Kondisi cuaca yang buruk

Masalah transportasi

Masalah biaya

Kurangnya pengetahuan

Takut cedera
Keterbatasan kemampuan fisik

Stereotyping, misalnya persepsi lansiatidak perlu melakukan olah raga

Artikel 3

Physical Activity and Cardiovascular Disease


Ralph A H Stewart, MB, ChB, FRACP, MD
Cardiologist, Green Lane Hospital, Auckland

Diperkirakan sepertiga morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular


berkaitan dengan kekurangan aktivitas fisik.

Berjalan cepat setengah jam dalam sehari dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskuler pada lansia sekitar 40%. Olah raga yang teratur berhubungan dengan
resiko stroke non hemoraghik yang lebih rendah.

Berjalan rata-rata 2 jam tap minggunya dapa mengurangi resiko stroke sebesar
25%, dan dalam jumlah yang lebih lama berhubungan dengan pengurangan resiko yang
lebih tinggi.

Pada lansia olah raga aerobik dan kekuatan fisik lebih menurunkan resiko terjatuh
dan resiko cedera panggul atau lainnya serta meningkatkan fungsi fisik dan kelemahan
yang berkepanjangan. Dengan meningkatkan kekuatan otot dan mengurangi kelemahan
bisa meningkatkan kemampuan tubuh untuk betahan terhadap penyakit.

Olah raga dapat meningkatkan fungsi endotel sehingga pengeluaran nitrit oksid
meningkat. Nitrit oksid berperan mengurangi kejadian aterosklerosis dan penyakit
jantung koroner aku dengan mekanisme penekanan proliferasi otot jantung, menghambat
agregasi platelet dan penempelan leukosit.
Artikel 4

GAYA HIDUP WARGA USIA PERTENGAHAN DAN USIA LANJUT SERTA


PENGARUHNYA TERHADAP KESEHATAN
Oleh: Prof. Hung Zhao Guang

Berdasarkan definisi WHO (World Health Organization), maka usia di bawah 65


tahun tergolong Usia Pertengahan (Middle Age), usia di antara 65 tahun sampai dengan
74 tahun tergolong Junior Old Age ; usia antara 75 tahun sampai dengan 90 tahun baru
tergolong Formal Old Age ; dan antara 90 tahun sampai dengan 120 tahun digolongkan
Longevity Old Age (Orang Tua berumur panjang).

Penyakit yang terutama paling mempengaruhi kesehatan tubuh manusia adalah


Jantung Coroner. Tahun 2001 yang meninggal oleh penyakit Pembuluh Darah Jantung
dan Otak (Stroke) adalah 15.500.000 orang yang merupakan 25% dari total kematian
akibat penyakit. Jadi ini adalah penyakit yang paling berbahaya di dunia.

Para ilmuwan menggunakan Formula 3 buah setengah menit, yaitu: Ketika


terjaga, jangan segera turun ranjang, Rebahlah dulu kira-kira setengah menit, kemudian
baru turunkan kedua kaki di kaki ranjang selama setengah menit. Dengan melewati 3
buah setengah menit, kekurangan darah pada otak akan terhindar, jantung bekerja
normal, menghilangkan kemungkinan jatuh & patah tulang ; serangan jantung dan stroke.

Tiga buah setengah jam adalah : Setiap bangun tidur, berolah raga selama
setengah jam ; baik itu Tai Chi ; lari-lari pagi dengan jarak tidak kurang dari 3 Km atau
olahraga-olahraga lain yang cocok. Kemudian, tengah hari tidur siang setengah jam. Hal
ini diperlukan oleh jam biologis manusia, dengan tidur siang setengah jam maka bekerja
di siang dan sore akan penuh semangat, terutama pada manula, lebih-lebih memerlukan
tidur siang, sebab manula biasa tidur tidak terlampau malam dan bangun di pagi sekali,
jadi memerlukan sedikit istirahat di tengah hari. Yang ketiga adalah sore hari setelah
makan malam, berjalanlah pelan-pelan (slow walk) selama setengah jam, dengan
demikian para manula akan dapat tidur dengan nyenyak, dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya Myocardial Necrosis dan tensi tinggi.

Gaya Hidup Sehat/Benar diungkapkan hanya dengan 4 (empat) kalimat, yaitu:


1. Makan yang pantas

2. Berolahraga dengan takaran pas

3. Stop Rokok dan Kurangi Alkohol

4. Mental tenang seimbang.

Dengan 4 kalimat tersebut, penyakit Tekanan Darah Tinggi dapat berkurang 55% ;
Stroke & Jantung Coroner dapat berkurang 75% ; Diabetes dapat berkurang 50%

Olahraga adalah faktor sangat penting dalam kesehatan. Hypocrates pernah


mengungkapkan suatu kalimat mutiara yang telah menyebar di masyarakat luas selama
lebih dari 2400 tahun lamanya : Sinar Matahari, Udara, Air dan Olahraga adalah Sumber
daripada Kehidupan dan Kesehatan. Jika anda ingin mendapatkan Kehidupan (live) san
Kesehatan (health), anda takkan dapat dipisahkan dari Sinar Matahari, Udara, Air dan
Olahraga ! Berarti Olahraga sama pentingnya dengan sinar matahari.

Olahraga jalan adalah olahraga terbaik di dunia. Lebih baik ketimbang golf,
bowling, renang. Sebab umat manusia dalam evolusinya yang berjalan jutaan tahun, dari
kera sampai menjadi manusia, seluruh struktur tubuhnya adalah didesain untuk keperluan
jalan kaki. Jadi jalan kaki adalah olahraga terbaik di dunia. Melalui olahraga jalan kaki,
efeknya sangat baik terhadap tekanan darah, kolesterol dan berat badan. Olahraga jalan
bagi warga usia lanjut memang sangat bagus dan paling cocok.

Olahraga jalan yang terbaik adalah dapat dinyatakan dengan 3 kata, yaitu : Tiga ;
Lima dan Tujuh. Tiga adalah porsi jalan yang terbaik adalah 3 (tiga) kilometer, atau
berjalan 30 menit ke atas. Lima adalah setiap minggu tidak kurang dari 5 (lima) kali.
Sedangkan tujuh adalah takaran yang pas bagi olahraga jalan. Olahraga yang berlebihan
berbahaya bagi kita takaran yang pas adalah berolahragalah sampai usia seseorang
ditambah dengan denyut jantung orang tersebut sama dengan 170.

Misalnya anda berusia 50 tahun, berolahraga sampai dengan denyut jantung anda
mencapai 120, denyut jantung ditambah dengan usia menjadi 170. Inilah takaran yang
pas. Lantas kalau kondisi tubuh sangat fit, maka takaran yang pas dapat bertambah
sedikit, kalau kondisi tubuh kurang sehat, takaran dapat berkurang sedikit.
BAB IV

PEMBAHASAN HASIL

Pada bab ini akan dibahas perbandingan dari setiap artikel yang didapat
mengenai definisi, faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dan olah raga: jalan
kaki serta manfaat jalan kaki pada lansia. Kemudian melihat relevansi hasil dari
setiap penelitian dengan praktik keperawatan gerontik di Indonesia.

Aktivitas dan Olah Raga: Jalan Kaki

Keempat artikel di atas menunjukkan bahwa olah raga penting untuk


setiap orang, terutama bagi lansia. Pada salah satu artikel menyatakan bahwa
aktivitas dan olah raga sangat penting bagi lansia salah satu alasannya adalah
proses penyakit kronik biasa terjadi pada lansia.

Definisi Jalan Kaki

Jalan kaki adalah olah raga yang murah, aman dan sangat menyenangkan
bila dilakukan bersama-sama teman, pasangan atau keluarga. Pada
dasarnya, aktivitas fisik yang dilakukan secara kontinyu dan dalam waktu
yang panjang dapat melatih kesegaran jasmani seseorang, termasuk
berjalan kaki. Selain melatih kesegaran jasmani, oksigen yang dihirup dan
diedarkan akan melancarkan sirkulasi darah. Efeknya, kondisi tubuh tak
cepat lelah dan lebih cepat mengembalikan tubuh pada kondisi normal,
serta mengurangi stres atau depresi.

Faktor faktor yang mempengaruhi aktivitas dan olah raga: jalan kaki.

1. Kurangnya waktu dan motivasi

2. Kondisi cuaca yang buruk

3. Masalah transportasi
4. Masalah biaya

5. Kurangnya pengetahuan

6. Takut cidera

7. Keterbatasan kemampuan fisik

8. Stereotyping, misalnya persepsi lansia tidak perlu melakukan olah raga

Manfaat jalan kaki pada lansia

1. Serangan Jantung.

Kita tahu otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari
pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi
normal memompakan darah tanpa henti. Untuk itu, otot jantung
membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung.
Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot
jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.

Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah arteri tubuh yang


terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh
mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding
pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-
gopoh itu. Hasil akhirnya, tekanan darah cenderung menjadi lebih
rendah, perlengketan antarsel darah yang bisa berakibat gumpalan
bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.

Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons
penyerap kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki
tergopoh-gopoh. Tidak banyak cara di luar obat yang dapat
meningkatkan kadar HDL selain dengan bergerak badan. Berjalan kaki
tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko serangan jantung
menjadi tinggal separuhnya.
2. Stroke.

3. Berat badan stabil.

Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju


metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh
aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan
terbakar oleh meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan
berat badan tidak terjadi.

4. Menurunkan berat badan.

Selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang mulai


kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan kegiatan
berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan lemak di
bawah kulit akan dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki
cukup laju paling kurang satu jam.

5. Mencegah kencing manis.

Dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per jam,


waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau
mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka
yang bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes and Gigesive &
Kidney Diseases).

6. Mencegah osteoporosis.

Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja otot-otot
badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk
metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh
paparan cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin
D saja untuk mencegah atau memperlambat proses osteoporosis.
Tubuh juga membutuhkan gerak badan dan memerlukan waktu paling
kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar terbebas dari ancaman
osteoporosis.

Mereka yang melakukan gerak badan sejak muda, dan cukup


mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih bisa
terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.

7. Meredakan encok lutut.

Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok


lutut (osteoarthiris). Dengan membiasakan diri berjalan kaki cepat atau
memilih berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut
bisa mereda. Untuk mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan
berjalan kaki perlu dilakukan berselang-seling, tidak setiap hari.
Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada sendi untuk
memulihkan diri.

8. Depresi.

Bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu pasien


dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa
menggantikan obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi
ihwal terbebas dari depresi dengan berjalan kaki sudah dikerjakan
lebih 10 tahun.

9. Kanker

Dapat dicegah bila kita rajin berjalan kaki, setidaknya jenis kanker
usus besar (colorectal carcinoma). Kita tahu, bergerak badan ikut
melancarkan peristaltik usus, sehingga buang air besar lebih tertib.
Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya tinja lebih lama di
saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran berjalan kaki
terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.
(Kompas, 2008)
Relevansi Hasil yang Ditemukan dengan Praktik Keperawatan Gerontik di
Indonesia.

Dari analisis artikel penelitian di dalam dan luar negeri, relevansi untuk
aktivitas dan olah raga: jalan kaki dengan praktik Keperawatan Gerontik di
Indonesia terlihat dalam buku pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia Lanjut
yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1998.

Depkes RI, 1998 dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan Usia


Lanjut, memuat anjuran untuk hidup sehat:

1. Perkuat ketakwaan pada Tuhan Yang Maha Esa untuk mengendalikan


stress

2. Periksakan kesehatan secara berkala

3. Makan dan minum kurangi gula, lemak, dan garam


perbanyak buah, sayur, susu tanpa lemak dan ikan, hindari alkohol
berhenti merokok, perbanyak minum air putih 6-8 gelas per hari atau
sesuai anjuran petugas kesehatan.

4. Kegiatan fisik dan psikososial, pertahankan berat badan normal,


lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan, lakukan latihan kesegaran
jasmani sesuai kemampuan seperti jalan kaki, senam, berenang, dan
bersepeda.

5. Tingkatkan silaturahmi sempatkan rekreasi dan salurkan hobi secara


teratur dan bergairah.

6. Gunakan obat-obatan atas saran petugas kesehatan pertahankan


hubungan harmonis dalam keluarga. Tetap melakukan kegiatan seksual
dengan pasangan hidup
Salah satu anjuran tersebut adalah melakukan kegiatan fisik dan
psikososial sesuai kemampuan seperti jalan kaki. Hal tersebut menunjukkan
bahwa hasil yang ditemukan relevan dengan praktik Keperawatan Gerontik di
Indonesia.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Jumlah penduduk lanjut usia (usia 60 tahun keatas) di Indonesia terus menerus
meningkat. Pada tahun 1970 jumlah penduduk yang mencapai umur 60 tahun ke atas
(lansia) berjumlah sekitar 5,31 juta orang atau 4,48% dari total penduduk Indonesia.
Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 1992 pasal 19, Lanjut Usia adalah seseorang
yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial

Terjadinya proses penuaan dengan perubahan-perubahan yang terjadi


mengundang anggapan-anggapan dari masyarakat tentang lanjut usia itu sendiri. Adanya
anggapan di masyarakat yang menyatakan bahwa lansia merupakan warga kelas dua
menyebabkan lansia mengembangkan sikap sebagai golongan minoritas seperti sensitive,
mudah tersinggung, merasa tidak aman, cemas, tergantung pada orang lain secara
berlebihan dan pertahanan diri (Hurlock, 1992).

Masa lansia adalah sebuah kenyataan yang perlu diterima dengan ikhlas dan apa
adanya, tidak menyalahkan masa lalu apalagi ingin kembali pada masa lalu atau dengan
kata lain terlalu membanding-bandingkan antara kondisi dimasa muda dengan masa
sekarang. Seperti ungkapan bijak mengatakan bahwa masalalu tidak mungkin dirubah
masa depan belum tentu datang yang bisa dirubah adalah apa yang dialami sekarang,
tentunya adalah lebih kepada pemahaman dan pemaknaan setiap peristiwa hidup dengan
melihatnya secara lebih positif dan bijaksana.

Selanjutnya, masa lansia tetap produktif dengan mengisi berbagai kegiatan yang
positif seperti olah raga, baca buku, bersosialisasi, aktif dalam kegiatan keagamaan dan
menjaga pola hidup yang sehat seperti tidak merokok, menghindari makanan yang
berlemak dan kolesterol tinggi. Produktivitas akan meningkatkan rasa harga diri dan
kebermaknaan hidup lansia, dengan melakukan pekerjaan baru atau memberikan
perhatian pada hal-hal tertentu dan memberikan manfaat pada orang lain dan lingkungan
tentunya memberikan nilai plus tersendiri.
4.2 Saran

Diharapkan perawat, terutama perawat gerontik untuk mengenali aktivitas dan


olah raga yang sesuai untuk para lansia. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

Pengembangan terhadap aktivitas yang sesuai, seperti membaca.

Pengembangan terhadap olah raga yang sesuai, seperti jalan kaki, bersepeda.

Menciptakan komunitas lokal yang memiliki persamaan aktivitas dan olah raga
yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Guang, Hung Zhao. 2002. Gaya Hidup Warga Usia Pertengahan dan Usia

Lanjut Serta Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Tersedia di:


http://images.wareng.multiply.com/attachment/0/RoAS-
QoKCmoAAAmNH6I1/Gaya%20Hidup.pdf?nmid=47449719 (Diakses tanggal
25 April 2009)

Hurlock, E. 1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

La Ode, 1999. Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Kilpatrick, Katherine. 2003. Use It or Lose It: The Importance of Exercise


in the Elderly. Tersedia di:
http://www.stacommunications.com/journals/cme/2004/August/pdf/065.pdf
(Diakses 25 April 2009)

Musmulyadi. 2003. Tingkat Ketergantungan Lansia dalam Menjalankan

Aktivitas Kehidupan Sehari-hari di Desa Pasireungit Kecamatan Paseh


Kabupaten Sumedang. Bandung: FIK UNPAD

Nadesul, Hendrawan. 2008. Jalan Kaki Jinakkan 9 Penyakit. Tersedia di:

http://nasional.kompas.com/read/xml/2008/12/11/09210661/jalan.kaki.jinakkan.9.
penyakit (Diakses 25 April 2009)

Oswari, E. 1997. Menyongsong Lanjut Usia dengan Bugar dan Bahagia.

Jakarta : Sinar Harapan

Rosiana M, Anny. 2002. Pengaruh Pelaksanaan Terapi Aktivitas


Kelompok terhadap Kesepian pada Lansia di Panti Wreda Senjarawi. Bandung:
FIK UNPAD

Stewart, Ralph A.H. 2002. Physical Activity and Cardiovascular Disease.


Tersedia di:
http://jama.ama-assn.org/cgi/reprint/288/16/1994?
maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESULTFORMAT=&fulltext=
%22aerobic+exercise
%22+AND+elderly&searchid=1&FIRSTINDEX=10&resourcetype=HWCIT
(Diakses 25 April 2009)
Sulianti, Ambar. 2000. Pemanfaatan Momen 17-Agustusan sebagai
Sarana Latihan Olahraga Rekreasi Terapeutik Untuk Lansia.
Tersedia di: http://www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%20Pemanfaatan
%20Momen%2017-Agustusan%20Sebagai%20Sarana%20Latihan%20Olahraga
%20Rekreasi%20Terapeutik%20Untuk%20Lansia%20Oleh%20Ambar
%20Sulianti.pdf (Diakses 25 April 2009)

Anda mungkin juga menyukai