Anda di halaman 1dari 13

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Definisi
Kehamilan adalah pertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan

ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari

saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung

dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender

internasional (Prawirohardjo, 2010).


Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi dan implantasi. Bila

dihitung saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) (Irianti,

dkk, 2013).
Kehamilan adalah mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari

ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,

nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh

kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba 2010 ).


Menurut prawirohardjo tahun (2010) mengatakan kehamilan

terbagi dalam 3 trimester, yaitu :


a Trimester pertama dimulai dari 0 sampai 12 minggu
b Trimester kedua dimulai dari 13 sampai 27 minggu
c Trimester ketiga dimulai dari 28 sampai 40 minggu
B. Imunisasi
Sejarah imunisasi telah dimulai lebih dari 200 tahun yang lalu, sejak

Edward Yenner tahun 1798 pertama kali menunjukkan bahwa dengan cara

vaksinasi dapat mencegah penyakit Cacar. Sejarah imunisasi di Indonesia

dimulai pada tahun 1956. Saat itu digelar imunisasi Cacar. Sekitar 17 tahun
9

berselang, pemerintah mulai melakukan imunisasi BCG untuk Tuberkulosis,

disusul imunisasi TT pada ibu hamil setahun kemudian. Pada tahun 1976,

diadakan imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada bayi. Pada tahun

1977, WHO mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global

dengan Expanded Program on Immunization. Sejak tahun 1981, mulai

dilakukan imunisasi Polio, Campak, dan Hepatitis (Ranuh, 2008).


1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan meningkatkan

kekebalan sesorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila

kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit

ringan. Vaksin adalah toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan

kemudian dimurnikan. Kemasan vaksin dalam vial, I vial vaksin tetanus

toksoid berisi 10 dosis dan setiap 1 box vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin

tetanus toksoid adalah vaksin yang berbentuk cairan (Depkes RI., 2005).
Imunisasi adalah memberi kekebalan terhadap penyakit tertentu.

Sedangkan pengertian imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk

membangun kekebalan sebagai pencegahan terhadap infeksi tetanus.

Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan

kemudian dimurnikan. Vaksin Tetaus Toksoid adalah vaksin yang

mengandung toksoid Tetanus yang telah dimurnikan yang terabsorbsi ke

dalam 3 mg/ml aluminium fosfat, thimerosal 0,1 mg/ml digunakan

sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi

sedikitnya 40 IU. Vaksin Tetanus Toksoid dipergunakan untuk

pencegahan tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi

wanita usia subur, dan juga untuk pencegahan tetanus (Depkes RI., 2005).
10

Konsepsi prakonsepsi mencakup penilaian terhadap imunitas.

Vaksin terdiri dari toksoid;nmisalnya tetanus; bakteri atau virus yang

sudah mati misalnya influenza, pnemokokus, hepatitis B, meningkokokus,

dan rabies; atau virus hidup yang dilemahkan termasuk varsela-zoster,

campak, gondongan, polio, rubella, cacar air dan demam kuning (Irianti

bayu, dkk, 2014)


2. Jenis imunisasi
Ada dua jenis imunisasi, yaitu iminisasi aktif dan imunisasi pasif
a. Imunisasi aktif
Kekebalan aktif adalah tubuh sendiri secara aktif akan menghasilkan

zat anti setelah adanya rangsangan vaksin dari luar tubuh.


b. Imunisasi pasif
Kekebalan pasif adalah kadar zat anti yang meningkat dalam tubuh

bukan sebagaihasil produksi tubuh sendiri, tetapi secara pasif

diperoleh karena suntikanatau pemberian dari luar tubuh (Wahab,

2002).

C. Imunisasi Tetanus Toksoid


1. Pengertian
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun

kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus (Idanati,

2005).Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan

dan kemudian dimurnikan (Setiawan, 2006).


Imunisasi TT pada ibu hamil yaitu pemberian kekebalan pada janin

terhadap infeksi tetanus ( Tetanus neonaturum) pada saat persalinan,

maupun posnatal. Bila seorang wanita selama hidupnaya mendapatkan

imunisaasi selama lima kali berarti akan mendapakan kekebalan seumur

hidup (long life) dengan periode waktu tertentu terhadap penyakit tetanus.

Menurut WHO, bila seorang ibu belum pernah mendapatkan TT seumur


11

hidupnya, maka ibu tersebut minimal mendapatkan paling sedikit 2 kali

injeksi selama kehamilan (pertama saat kunjungan antenatal pertama dan

kedua, empat minggu setelah kunjungan pertama). Dosis terakhir

sebaiknya diberikan sebelum 2 minggu persalinan untuk mendapatkan

efektifitas dari obat ( Hani ummi, dkk, 2010)


Imunisasi selama kehamilan dengan toxsoid atau bakteri atau virus

mati belum pernah dilaporkan berkaitan efek kejanin ACIP ( Advisory

Comittee on Imminization practies) Tahun 2011, merekomendasikan

Svalsin tetanus toksoid untuk mengurangi tingginya angka kejadian bayi

yang meninggal karena pertusis. Vaksin ini untuk ibu hamil diberikan pada

trimester III atau akhir trimester II ( setelah usia kehamilan 20 minggu).

Apabila tidak diberikan selama kehamlan dianjurkan agar tetap diberiakan

segera setelah persalinan. Untuk memastikan perlindungan terhadap ibu

dan bayi, ibu hamil belum disuntikan tetanus harus mendapatkan 3 vaksin

yang berisi tetanus dan mengurangi difteri tetanus. Jadwal yang

direkomendasikan adalah 0 minggu, 4 minggu, dan 6 bulan hingga 13

bulan (Irianti bayu, dkk, 2014).


2. Tujuan pemberian Imunisasi TT
a. Memberikan kekebalan pasif kepada ibu hamil terhadap tetanus,

karena vaksinasi selama hamil juga ikut membantu bayinya

menghindari tetanus selama beberapa minggu setelah lahir.


b. Mencegah terjadinya penyakit tetanus pada ibu saat hamil, bersalin

dan nifas
c. Melindungi bayi baru lahir dari tetanus neonatorum misalnya akibat

infeksi tali pusat pada proses persalinan (Saifuddin dkk, 2001).


3. Manfaat imunisasi TT ibu hamil
a. Melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatorum (Yulaikhah,

2008).
12

b. Memberi kekebalan terhadap penyakit tetanus terhadap ibu dan janin

yang dikandungnya, sehingga pada saat melahirkan ibu dan bayi

terhindar dari penyakit tetanus (Mandriawati, 2007).

c. Antitoksin yang yang melewati plasenta ke janin pasca imunisasi aktif

pada ibu dapat mencegah kejadian tetanus neonatorum. Efektifitas dua

dosis TT selama hamil dalam mencegah tetanus neonatorum berkisar

antara 80-100% (Wahab, 2002).

4. Jadwal dan jumlah dosis


Jumlah dan dosis imunisasi tetanus toksoid untuk ibu hamil

diberikan 2 kali, dengan dosis 0,5 cc disuntikan secara intramuskuler atau

subkutan. Sebaiknya imunisasi tetanus toksoid diberikan sebelum

kehamilan 8 bulan. Suntikan TT1 dapat diberikan sejak diketahui positif

hamil dimana biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke

sarana kesehatan ( Depkes RI, 2005).


Tabel 1.1 Pemberian imunisasi TT

Antigen Interval ( selang waktu Lama %

minimal) perlindungan [perlindungan


TTI Pada kunjungan - -

antenatal pertama
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80
TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95
TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99
TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur 99

hidup
Sumber : Saifudin, Abdul Bari, 2002
5. Keefektifan Vaksin Tetanus Toksoid
Kekebalan optimal pada ibu didapat bila jarak antara dua dosis

lebih panjang. Jumlah antibodi yang masuk kedalam tubuh bayi akan
13

memberikan titer setinggi titer antibodi ibu bila jarak antara dua dosis

dengan jarak kelahiran mencapai 60-120 hari (Sukmara, 2005).


Sukmara (2005) menyimpulkan titer rata-rata antibodi ibu dengan

interval 35-96 hari lebih memberikan proteksi dibandingkan dengan titer

rata-rata antibodi ibu dengan interval 28-31 hari.


6. Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan

dan pembengkakan pada tempat suntikan. Tetanus Toksoid (TT) adalah

antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada

bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi tetanus

toksoid (TT). Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh

sendiri dan tidak perlukan tindakanpengobatan ( Depkes RI, 2005).


TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita

hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan

imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak

didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka

yang tidak mendapatkan imunisasi (Saifuddin dkk, 2006).


Ibu hamil atau WUS (Wanita Usia Subur) yang mempunyai

gejala-gejala berat karena dosis pertama TT (Depkes, RI 2011).


7. Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Menurut Depkes RI, (2005) Pelayanan imunisasi tetanus toksoid

dapat dijumpai di :
a. Puskesmas
b. Puskesmas pembantu
c. Rumah sakit
d. Rumah bersalin
e. Polindes
f. Posyandu
g. Rumah sakit swasta
h. Dokter praktek dan bidan praktek.
8. Kontra Indikasi
D. Penyakit tetanus
14

Tetanus merupakan penyakit akut dan fatal yang disebabkan oleh

exotoxin yang ditimbulkan oleh clostridium tetani Tetanus timbul pada bayi

baru lahir dari ibunya yang tidak mempunyai perlindungan pasif sirkulasi

antibodi yang cukup. Pencegahan yang mungkin dilakukan dengan

memberikan vaksin tetanus toksoid pada ibu hamil atau tidak hamil, atau

keduanya dengan syarat pelayanan persalinan dengan bersih. Tetanus toksoid

terdiri dari formaldehide racun yang diperlukan untuk menstimulasi produksi

antioxin (Irianti bayu, dkk, 2014).


Tetanus neonatorum merupakan penyebab kejang yang sering dijumpai

pada bayi baru lahir, yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi

disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang terjadi sebagai akibat

pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak aseptik. Penyakit tetanus

adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostridium

tetani, yang bermanifestasi dengan kejang otot secara paroksimal dan diikuti

kekakuan seluruh badan. Kekakuan seluruh otot ini selalu tampak pada otot

masester da otot rangka ( Muttaqin arif, 2008).


Clostridium Tetani adalah kuman berbentuk batang dan bersifat

anaerob, gram positif yang mampu menghasilkan spora dengan bentuk

drumstik. Kuman inisensitif terhadap suhu panas dan tidak bisa hidup dalam

lingkungan beroksigen.Sebaliknya, spora tetanus sangat tahan panas, dan

kebal terhadap antiseptik. Spora tetanus dapat tetap hidup dalam autoklaf

bersuhu 121C selama 10-15 menit kuman tetanus terdapat pada kotoran dan

debu jalan, usus, dan tinja kuda, domba, anjing, kucing, tikus, dan lainnya.

Kuman tetanus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka dan dalam

suasana anaerob, kemudian menghasilkan toksin(tetanospasmin) dan


15

disebarkan melalui darah dan limfe. Toksin ini kemudianakan menempel pada

reseptor di sistem syaraf. Gejala utama penyakit ini timbulakibat toksin

tetanus mempengaruhi pelepasan neurotransmiter. Yang berakibat

penghambatan inhibisi. Akibatnya terjadi kontraksi serta spastisitas otot yang

tidak terkontrol, kejang, dan gangguan sistem syaraf otonom (Pedoman

Imunisasidi Indonesia, 2008).


Masa inkubasinya 5 sampai 14 hari, waktu ini adalah waktu antara

gejala pertama sampai timbul kejang pertama (Ismoedijanto, 2006).

Kebanyakan kasus Tetanus terjadi dalam waktu 14 hari. Pada umumnya

makin pendek masa inkubasi biasanya karena luka terkontaminsi berat, akibatnya

makin berat penyakit tetanus dan makin buruk prognosisnya (Ditjen PP&PL, 2005).
Menurut penelitian Hamid dalam Ritarwan, 2004, angka terjadinya

tetanus neonatorum melalui persalinan dengan cara tradisional 56 kasus

(68,29%), tenaga bidan 20 kasus (24,39), dan selebihnya melalui dokter 6

kasus (7,32%). Berat ringannya penyakit juga bergantung pada lamanya masa

inkubasi, makin pendek masa inkubasinya biasanya prognosis makin jelek.

Prognosis tetanus neonatorum jelek bila: umur bayi lebih dari 7 hari, masa

inkubasi 7 hari atau kurang, periode timbulnya gejala kurang dari 18 jam,

dijumpai kaku otot (Ritarwan, 2004).

E. Faktor- faktor yang mempengaruhi imunisasi Tetanus Toksoid pada ibu hamil.
1. Umur ibu
Umur adalah usia seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang

tahun terakhirnya (Mubarak, 2009). Hasil penelitian Wijayanti, dkk

(2013) menyatakan bahwa umur seseorang yang lebih dewasa dipercaya

dari orang yang belum tinggi kedewasaannya hal ini akan timbul karena

pengalaman dan kematangan jiwa yang mayoritas ibu hamil yang

menerima imunisasi tetanus toksoid berusia 20-35 tahun.


16

2. Pendidikan ibu
Pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh

orang dewasa kepada anak- anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan

rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (Notoatmodjo,

2010). Menurut penelitian Nanda (2013), menyatakan bahwa semakin

tinggi pendidikan responden maka semakin baik pula pengetahuannya

tentang pemberian imunisasi tetanus toksoid. Hal ini mempengaruhi

responden yang berpendidikan tinggi maka wawasannya semakin terbuka

semakin mudah untuk memahami suatu informasi.


3. Pekerjaan ibu
Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan (diperbuat atau

dikerjakan). Pekerjaan bukanlah sumber keuangan tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah (Erich 1996 dalam Nursalam, 2001).

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung (Mubarak, 2009). Pekerjaan yang termasuk variabel psikososial

ini, dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi

cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya

(Purnawan, 2009).
4. Dukungan suami
Kehamilan merupakan suatu peristiwa yang luar biasa dan

merupakan anugerah Tuhan yang maha Esa, maka sebuah kehamilan

perlu mendapat perhatian khusus dari ibu sendiri, suami, dan keluarga

yang lain. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis,

fisik, sosial, dan spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini

merupakan refleksi dari peran suami dalam keluarga (BKKBN 2001

dalam Jalilah 2008). Salah satu faktor yang mempengaruhi pemeriksaan


17

kehamilan (ANC) yang salah satunya imunisasi Tetanus Toksoid adalah

dukungan suami. Dukungan suami yang baik dapat memberikan motivasi

yang baik kepada ibu dalam memeriksakan kehamilan ANC (Sari, 2006).
Berdasarkan hasil peneltian Nunung Sagita 2013, Dari dari 33 ibu

hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil mendapat

dukungan dari suami dalam melengkapi imunisasi tetanus toksoid (TT)

yaitu sebanyak 20 ibu hamil (60,6%). Setelah dilakukan uji statistik

dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%

diperoleh nilai p-value 0,030 yang berarti lebih kecil dari -value (0,05).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara

dukungan suami dengan status imunisasi tetanus toksoid (TT) di Desa

Pulo Teungoh Kabupaten Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.


5. Pengetahuan ibu
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap obyek melaui indera yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga dan sebagainya). Pengetahuan tentang kesehatan adalah

mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara

memelihara kesehatan (Notoatmodjo, 2012) .


Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut

akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa

seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan

rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non

formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
18

akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.

Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut

(Notoatmodjo, 2012). Hasil penelitian Sukmara (2000) di Bogor

menyatakan bahwa, ibu-ibu yang pengetahuan tentang imunisasi TT

kurang mempunyai resiko 1,70 kali untuk tidak mendapatkan imunisasi

TT lengkap dibandingkan dengan ibu ibu yang berpengetahuan baik.

6. Media nformasi
Informasi adalah pengetahuan yang didapat dari pembelajaran,

pengalaman, atau instruksi. Informasi adalah suatu keterangan,

penerangan atau data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang

mempunyai arti bagi si penemerima dan mempunyai nilai yang nyata,

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan yang dapat dipakai sebagai

dasar untuk mengambil keputusan untuk masa yang akan datang

(Notoatmodjo, 2012).
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih

sering terpapar media massa (tv, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain)

akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan

orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan

media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh

seseorang (Notoatmodjo, 2012).


Berdasarkan hasil peneltian Nunung Sagita 2013, Dari dari 33 ibu

hamil yang diteliti ditemukan sebagian besar ibu hamil pernah

mendapatkan media informasi tentang imunisasi tetanus toksoid (TT)

yaitu sebanyak 20 ibu hamil (60,6%). Setelah dilakukan uji statistik


19

dengan menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%

diperoleh nilai p-value 0,030 yang berarti lebih kecil dari -value (0,05).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara

informasi dengan status imunisasi tetanus toksoid (TT) di Desa Pulo

Teungoh Kabupaten Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.


7. Ketersediaan obat
Pemantauan ketersediaan obat tahun 2015 digunakan untuk

mengetahui kondisi tingkat ketersediaan obat di Puskesmas. Kegiatan ini

dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka

menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang

akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah

satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota, kemudian

didistribusikan ke Puskesmas tiap kabupaten/kota tersebut Adanya data

ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah

penyusunan prioritas bantuan maupun intervensi program di masa yang

akan datang ( Kemenkes, 2015).


Berdasarkan data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan didapatkan bahwa 79,38% item obat

dan vaksin esensial tersedia di Puskesmas. Hasil tersebut menunjukan

bahwa ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas telah mencapai target

Renstra tahun 2015 yang sebesar 77%. Persentase instalasi farmasi

kabupaten/kota (IFK) yang melakukan manajemen pengelolaan obat dan

vaksin sesuai standar triwulan IV tahun 2015 pada jawa barat 77, 78%

(Kemenkes, 2015).
20

Faktor- faktor yang


mempengaruhi
imunisasi TT pada ibu
hamil:

- Pengetahuan
- Media Informasi
- Dukungan suami
Imunisasi TT pada Ibu
- Ketersediaan obat
Hamil
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Umur

Gambar 2.1

Kerangka Teori

Sumber : Kemenkes (2015), Mubarak (2009), Notoatmodjo (2012), Purnawan

(2009), Sari, (2006).

Anda mungkin juga menyukai