Abstract
This study aims to describe the efforts of United States of America to overcome the
cybercrime of Wikileaks that cracked USAs secret data, which contain harmful and
controversial documents that forbidden to public. The method used in this thesis is a
descriptive case study, where the author will explain it systematically taken by how
USA solved the states cracking data by Wikileaks. Based on the result of the study, it
indicated that Wikileaks remains exist inside the internet and still publicize many
documents about nations. However, USA achieved the purpose to rearrange their
image towards other nations by the efforts that theyve done to Wikileaks.
Latar Belakang
Pada 7 November 2007, dokumen AS mengenai pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh tentara AS di Guantanamo Bay dirilis di situs web Wikileaks. Wikileaks
awalnya memposting dokumen-dokumen yang berasal dari berbagai negara dengan
materi yang berbeda-beda. Namun lama-kelamaan situs tersebut menerbitkan begitu
banyak dokumen AS di halamannya, terhitung 251. 287 dokumen kawat diplomatik
yang dipublikasikan oleh Wikileaks. Bocornya dokumen ini juga disebabkan oleh
seorang analis intelijen militer AS yang bernama Bradley Manning, yang memiliki
akses langsung ke dalam database AS selama penugasannya di Baghdad. Manning
memiliki motivasi yang sama dengan Wikileaks, yaitu ingin memberikan fakta-fakta
kepada publik dari suatu kejadian yang bersifat rahasia dan sudah terjadi sebelumnya.
Keadaan semakin diperparah karena pada 5 Desember 2010, situs Wikileaks merilis
salah satu dokumen AS yang berupa daftar mengenai isu keamanan AS. Dokumen
tersebut berjudul The Critical Foreign Dependencies Initiative (CFDI) atau strategi
yang terdapat di dalam daftar Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (United
States Departement of Homeland Security). Daftar ini menjelaskan bahwa terdapat
infrastruktur AS yang terdiri dari 300 aset dan sistem di lebih dari 50 negara dan akan
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Mulawarman, Email : holimstfn@gmail.com
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : 77-86
Kerangka Konsep
Konsep Cybercrime
Cyber crime adalah tindakan penyalahgunaan yang terjadi di dalam cyber space
(dunia maya) dengan memanfaatkan komputer dan jaringan internet sebagai media
dalam melakukan kejahatan.
Cyber crime dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain:
1. unathorized access to computer system and service
2. illegal contents,
3. data forgery,
4. cyber espionage,
5. cyber sabotage and extortion,
6. offence against intellectual property,
7. infringements of privacy.
Dalam kasus Wikileaks, tindakan cyber crime yang dilakukan terhadap Amerika
Serikat termasuk sebagai unauthorized access to computer system and service.
Unathorized access to computer system and service merupakan kejahatan yang
dilakukan ke dalam suatu sistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin, atau
tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya.
2
Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim)
Demi mencegah dan melawan kejahatan di dunia maya, maka suatu negara yang
dirugikan berhak untuk menggunakan berbagai cara demi melindungi keamanan
negaranya atau yang dapat disebut juga dengan counter cyber crime.
Cara-cara yang termasuk di dalam counter cyber crime antara lain:
1. Memperbaiki sistem keamanan intelijen dalam negeri agar dapat mencegah
pembobolan data yang kemungkinan dapat dilakukan lagi oleh hacker yang dapat
meretas data rahasia.
2. Memblokir server atau menutup secara paksa situs terkait (khususnya yang
beroperasi di dalam negeri) dan dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan
sesama hacker juga agar akses ke dalam situs yang merugikan tidak dapat diakses
lagi oleh publik.
3. Menutup rekening keuangan yang dipakai oleh pelaku siber dalam
mengoperasikan websitenya. Jika pemerintah negara yang diserang melumpuhkan
keuangan yang selama ini dipakai untuk membiayai website tersebut, maka
kemungkinan besar website yang digunakan oleh hacker akan sulit atau sama
sekali tidak bisa digunakan.
Negara juga dapat menerapkan prinsip universal yang terdapat di dalam counter
cyber crime dimana suatu negara berhak mengadili pelaku cyber crime walaupun
pelaku tidak berada di dalam negara yang diserangnya. Prinsip universal dalam
mengatasi tindak kejahatan di dalam dunia maya ini lebih jelasnya tertera di dalam A
Proposal for an International Convention on Cyber Crime and Terrorism yang
diratifikasi pada tahun 2000, dimana perjanjian ini dibentuk atas dasar The
Convention on Cybercrime (biasa disebut dengan Budapest Convention on
Cybercrime atau Budapest Convention).
3
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : 77-86
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini merupakan deskriptif case study,
yang menjelaskan secara sistematis bagaimana upaya Amerika Serikat dalam
mengatasi pembobolan data yang dilakukan oleh Wikileaks. Jenis data yang dipakai
yaitu jenis data sekunder, yang merupakan data yang diperoleh dari buku-buku dan
artikel-artikel di internet yang erat kaitannya dalam mengumpulkan data untuk
mengetahui upaya Amerika Serikat dalam mengatasi pembobolan data yang
dilakukan oleh Wikileaks. Teknik pengumpulan data dari penelitian ini adalah
tinjauan pustaka dan online library research yang bersumber dari buku-buku dan
internet yang relevan dengan penulisan ini. Sedangkan teknik analisa data dalam
penelitian ini adalah teknik kualitatif yaitu dengan menganalisis data sekunder dan
kemudian menggunakan teori sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan kejadian
yang sedang diteliti.
Pembahasan
Wikileaks adalah organisasi nirlaba jurnalistik internasional berbasis internet dengan
domain wikileaks.org yang dibentuk pada tanggal 4 Oktober 2006. Didirikan oleh
seorang computer programmer dan aktivis internet berkewarganegaraan Australia
bernama Julian Assange, yang juga memegang jabatan sebagai pemimpin redaksi dan
direktur dari Wikileaks sendiri. Wikileaks sebagai kelompok global independen yang
mewadahi orang-orang berdedikasi tinggi dengan ide pers bebas. Wikileaks
mempublikasikan berita yang mereka peroleh melalui anonim yang tergabung dalam
Wikileaks, yang juga mendukung beroperasinya organisasi ini. Anonim-anonim
tersebut memberikan dokumen yang diretas lalu mengirimkannya kepada Wikileaks.
Setelah itu, tim Wikileaks menyunting dokumen yang didapatkan dan menjadikannya
berita sehingga dapat diakses oleh publik.
4
Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim)
Wakil Presiden AS Joe Biden telah menganggap Julian Assange sebagai teroris yang
berteknologi tinggi. Kasus pembobolan inipun memberikan dampak yang merugikan
AS. Biden menyatakan bahwa dengan membocorkan kawat-kawat diplomatik
tersebut, Assange dianggap telah mempersulit AS dalam usahanya menjalankan
urusan-urusan di seluruh dunia. Biden juga mengungkapkan mengenai bocoran yang
sudah tersebar itu membuat AS menjadi lebih sulit dalam menjalankan urusan-urusan
dengan negara-negara sahabatnya. Misalnya dalam sebuah pertemuan yang dihadiri
oleh para diplomat dunia, mereka hanya mau bertemu dengan Biden secara pribadi
dan tidak boleh disertai dengan staf di dalam ruangan.
Pembobolan yang dilakukan oleh Bradley Manning juga menyebabkan negara lain
mempertanyakan pertahanan keamanan AS yang ternyata bisa dicuri oleh anggotanya
sendiri. Pihak-pihak lain di luar Amerika Serikat yang mengetahui maraknya
pemberitaan Wikileaks tersebut akhirnya menganggap remeh AS dan cukup sulit
untuk mempercayakannya sebagai mitra hubungan antar negara. Kepercayaan yang
telah dibina dalam waktu yang lama terhadap negara-negara sahabat tiba-tiba berubah
menjadi kecurigaan terhadap AS. Amerika Serikat sendiri mengungkapkan bahwa
5
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : 77-86
Untuk mengurangi dampak yang nantinya akan memperburuk keadaan AS, maka AS
berupaya dengan menyusun dan melakukan cara-cara yang diharapkan mampu
mengatasi kerugian dari pembobolan data yang dilakukan oleh Wikileaks, antara lain:
1. Memperbaiki Sistem Keamanan Intelijen AS
Atas pembobolan yang dilakukan oleh Wikileaks pada tahun 2007, AS
memperbaiki sistem keamanan intelijen dengan meningkatkan perlindungan
terhadap sistem keamanan jaringan elektroniknya. Upaya ini dilakukan melalui
uji coba secara rutin yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan
jaringan mereka dalam menghadapi segala bentuk bahaya, termasuk penyusupan
dan kebocoran dokumen negara.
Setelah pembobolan yang terjadi pada akhir 2007, AS mendirikan situs rahasia
yang menyerupai sistem jejaring sosial seperti MySpace atau Facebook sebagai
sarana tukar-menukar informasi antara berbagai dinas intelijennya. Pada 22
September 2008, jejaring sosial tersebut akhirnya diluncurkan dan diberi nama
A-Space2, yang digunakan hanya untuk semua anggota dinas intelijen AS saat
mengirim laporan. Selain sebagai sarana pertukaran informasi, jaringan ini juga
dapat menjadi jalur komunikasi antara AS dengan negara-negara sahabat dan
digunakan untuk merekrut agen intelijen.
Sebelum bertindak lebih jauh lagi dalam mengatasi pembobolan dan penerbitan
dokumen rahasia yang dilakukan Wikileaks, Amerika Serikat membentuk
Wikileaks Task Force (WTF) yang merupakan tim cabang dari Counter
Intelligence Army (CIA). WTF ditugaskan khusus untuk memantau, menyelidiki
bagaimana dan dari siapa Wikileaks mendapatkan dokumen-dokumen rahasia AS
yang telah dibocorkan, dan merancang langkah-langkah yang tepat untuk
menangani pelaku pembobolan data agar dapat menghentikan bocoran berita
Wikileaks yang akan merugikan AS.3
2
A-Space adalah proyek dari Office Director National Inteligence (Kantor Direktur Intelijen
Nasional) sebagai sebuah situs khusus yang dibentuk oleh Badan Intelijen Pertahanan AS yang
digunakan sebagai database, berkemampuan untuk mencari dokumen-dokumen rahasia atau
umum secara bersamaan, dan dapat digunakan untuk bertukar pesan antar personel melalui web
6
Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim)
7
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : 77-86
Pada bulan Juli 2010, dua tuduhan tindakan menyimpang yang ditujukan
kepadanya atas:
a. Pentransferan data rahasia ke dalam komputer pribadinya dan memasang
software (perangkat lunak) ilegal ke dalam sistem komputer rahasia
b. Mengkomunikasikan, mentransmisikan, dan memberikan informasi
pertahanan nasional kepada pihak yang tidak mendapatkan izin untuk itu.
8
Upaya AS Mengatasi Pembobolan Data oleh Wikileaks (Stefanie Holim)
Dan dari pihak Swedia juga mengeluarkan tuntutan kepada Assange karena ia
dianggap telah melakukan pelecehan seksual terhadap dua perempuan saat
Assange masih tinggal untuk sementara di Swedia. Dianggap bahwa jeratan
hukum ini juga nantinya dapat membuat Julian Assange terekstradisi ke AS.
Jeratan hukuman yang diberikan kepada Assange ini diharapkan agar Wikileaks
tidak dapat mengoptimalkan pengoperasiannya seperti sebelumnya. Assange
merupakan pemimpin dari Wikileaks dan seluruh anggotanya sangat bergantung
kepada dirinya. Selain itu, pengaruh Assange di dalam Wikileaks sangat besar
yaitu sebagai seorang hacker yang menjunjung tinggi kebebasan pers. Jika
Assange masih aktif di dalam Wikileaks, propaganda yang diciptakannya melalui
kekuatan hacking atau meretas akan menunjang keinginan publik untuk terus
berusaha mencari lebih dalam berbagai dokumen negara yang tidak seharusnya
diketahui oleh publik. Oleh karena itu, jika tidak ada lagi campur tangan yang
9
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 : 77-86
Kesimpulan
Walaupun AS telah melakukan berbagai upaya counter cybercrime, namun AS masih
belum dapat mengatasi secara maksimal kegiatan cybercrime yang dilakukan oleh
Wikileaks. Hal tersebut terlihat dari situs Wikileaks yang sampai sekarang masih
tetap dapat beroperasi. Lagipula, lalu lintas internet yang sangat fleksibel dan luas
serta pengguna-pengguna anonim yang tidak diketahui siapa dan darimana asalnya
menyebabkan Wikileaks tetap aktif meskipun Assange tidak aktif lagi di dalamnya.
Daftar Pustaka
Literatur Buku:
Brevini, Hintz, & Mccurdy, Patrick. 2013. Beyond Wikileaks: Implications For The
Future of Communications, Journalism And Society, New York: Palgrave
McMillan
Isnaeni, Hendri F., 2011. Indonesia, Wikileaks, dan Julian Assange. Jakarta: PT. Ufuk
Publishing House.
Maskun, 2013. Kejahatan Siber (Cyber Crime): Suatu Pengantar. Jakarta: Kharisma
Putra Utama.
Priyatna, Haris, 2011. Wikileaks: Situs Paling Berbahaya Di Dunia. Bandung: PT.
Mizan Pustaka
Surahman & Kusmagi, Marye Agung. 2011. 69 Konspirasi Dunia Versi Wikileaks.
Jakarta: Penerbit Raih Asa Sukses.
T., Apriadi, 2011. Wikileaks: Bocoran Dokumen-Dokumen Rahasia Intelijen Tingkat
Tinggi. Yogyakarta. PT. Buku Seru.
Wahid & Labib, Mohammad, 2005. Kejahatan Mayantara (Cyber Crime). Bandung:
PT. Refika Aditama.
Internet :
Secret US Embassy Cables, dalam https://wikileaks.org.cablegate.html, diakses 11
November 2014
10