Anda di halaman 1dari 5

Tulis kembali identifikasi masalah penelitian Sdr.

Secara lengkap sesuai dengan yang tertulis dalam


ringkasan proposal yang diserahkan kepada Panitia UK. Apabila identifikasi dalam jawaban berbeda
dengan dalam proposal yang diserahkan maka berakibat akan secara otomatis dinyatakan tidak lulus.
1. Penyusunan/penulisan identifikasi masalah harus terurut dari pertanyaan yang bersifat
filosofis, teoris, strategis, dan teknis atau sebaliknya. Apakah dalam identifikasi masalah yang
sdr rumuskan ada pertanyaan yang bersifat filosofis, atau teoris, atau tehnis, jelaskan dengan
argumentatif bahwa rumusan Sdr. Sudah runut dari tinggi/umum ke rendah/khusus atau
sebaliknya, dan bahwa jawaban Sdr, terumuskan dalam identifikasi masalah.

2. Fondasi bagi identifikasi masalah ada dalam laatar belakang. Latar belakang yang baik akan
melahirkan rumusan identifikasi yang baik. Coba Sdr jelaskan, kalimat mana, pada alinea
berapa, halaman berapa dasar untuk terumuskannya masing-masing identifikasi masalah.
Tuliskan kalimat dimaksud.

3. Jelaskan fungsi judul dalam suatu penelitian, dan jelaskan bagimana hiubungan judul
penelitian dengan identifikasi masalah, jelaskan oleh Sdr. Kata-kata mana masing masing
identifikasi terumuskan dalam judul pada proposal yang Sdr, serahkan.

4. Kerangka pikir merupakan penamparan secara singkat teori-teori yang akan digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada identifikasi masalah. Jelaskan oleh Sdr teoro mana yang
terdapat dalam proposal Sdr yang akan berguna untuk masing-masing identifikasi yang Sdr
tulis. Jelaskan pula fungsi Bab 2 dalam keseluruhan sebuah disertasi.

5. Jelasdkan men gapa sering terjadi, kesimpulan sebuah disertasi berbeda dengan masalah yang
ditulis dalam identifikasi masalah.

Catatan : Soal ujian ini harus dikumpulkan lagi bersama lembar jawaban
Jawaban No. 1
1. Apa latar belakang terjadinya tindak pidana Cyberterorism di Indonesia ?
2. Bagaimana Implementasi penegakan hukum terhadap Pelaku tindak pidana
Cyberterorism?
3. Apa yang menjadi kendala dan hambatan dalam penegakan hukum pelaku Cyberterorism
?
a) Untuk memahami cara kerja kejahatan Cyberterorism sehingga mengetahui sistem
kejahatan Cyberterorism. Mengoptimalkan perkembangan pemahaman penulis dalam
menambah refensi ilmu pengetahuan yang khususnya dalam penegakan
Cyberterorism.
b) Untuk memperoleh pemahaman tentang kejahatan Cyberterorism dalam perspektif
perbuatan melawan hukum Khususnya di indonesia. Diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dalam rangka mengintegrasi kontrovensi mengenai Cyberterorism.
c) Untuk mengetahui Penegakan pidana hukum terhadap Pelaku Cyberterorism dalam
dunia maya. Diharapkan pembaca dapat mengetahui pentingnya memahami tinjauan
yuridis serta prosedur tentang pelaksanaan kejahatan Cyberterorism
Ontologi membicarakan hakikat (segala sesuatu), ini berupa pengetahuan tentang hakikat
segala sesuatu.
Epistimologi membicarakan cara memperoleh pengetahuan itu.
Aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu.
Ontologi mencakup banyak sekali filsafat, mungkin semua filsafat masuk disini, misalnya
Logika, Metafisika, Kosmologi, Teologi, Antropologi, Etika, Estetika, Filsafat Pendidikan,
Filsafat Hukum dan lain-lain. Epistimologi hanya mencakup satu bidang saja yang disebut
epistimologi yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi
setiap cabang filsafat. Sedangkan Aksiologi hanya mencakup satu bidang filsafat yaitu aksiologi
yang membicarakan guna pengetahuan filsafat. Ini berlaku bagi semua cabang filsafat. Inilah
kerangka struktur filsafat. Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis tidak empiris.
Pernyataan ini menjelaskan bahwa ukuran kebenaran filsafat itu ialah logis tidaknya
pengetahuan itu. Bila logis berarti benar dan bila tidak logis berarti salah. Ada hal yang patut
diingat. Kita tidak boleh menuntut bukti empiris untuk membuktukan kebenaran filsafat.
Pengetahuan filsafat ialah pengetahuan yang logis dan tidak empiris. Bila logis dan tidak
empiris itu adalah pengetahuan sains. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis dan
tidaknya teori itu. Ukuran logis dan tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang
menghasilkan kesimpulan teori itu.

CYBER TERRORISM
Cyber Terrorism adalah suatu bentuk kegiatan terencana yang termotivasi secara politis yang
berupa serangan terhadap informasi,sistim komputer,program komputer dan data sehingga
mengakibatkan kerugian besar serta jatuh korban tak berdosa yang dilakukan oleh satu
kelompok grup atau perorangan.

Pengertian Cyber Terrorism


Cyber Terrorism sebenarnya terdiri dari 2 aspek yaitu Cyber Space dan Terrorism Para
pelakunya disebut cyber terrorist sedangkan para hackers dan crackers juga dapat disebut
cyber terrorist karena kegiatan yang mereka lakukan mirip hanya motivasi dan tujuannya yang
berbeda.
Contoh kasus Cyber Terrorism
Ramzi yousef, dalang penyerangan pertama ke gedung WTC,diketahui menyimpan detail
serangan dalam file yang dienkripsi dilaptopnya
Osama Bin Laden, diketahui menggunakan steganography untuk komunikasi dengan
jaringannya.
Contoh kasus Cyber Terrorism
Suatu website yang dinamai Club Hacker muslim diketahui menuliskan daftar tip untuk
melakukan hacking ke Pentagon
Seorang cracker yang menyebut dirinya sebagai DoktorNuker diketahui telah 5 tahun
melakukan defacing atau mengubah isi halaman web dengan propaganda anti
american,anti-israel dan pro-bin Laden

Undang-Undang yang dilanggar oleh Cyber Terrorism


UU nomor 19 tahun 2016 Tentang Internet dan Transaksi Elektronik (ITE) untuk menjerat
pelaku tindak pidana cyber terrorism dengan menggunakan Undang-Undang:
UU nomor 23 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme
UU nomor 15 tahun 2003 tentang tindak pidana terorisme

SOLUSI PERMASALAHAN
Bahwa pemerintah Republik Indonesia sebaiknya dibuat peraturan perundang-undangan
yang khusus mengenai tindak pidana cyber terrorism atau melakukan perubahan terhadap UU
no.15 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme mengingat tidak semua
pasal dapat digabungkan,karena apabila dilihat tindak pidana ini sangat potensial terjadi di
Indonesia

SOLUSI PERMASALAHAN
Serta diperlukan sikap antisipatif oleh pemerintah Indonesia dengan memperketat
pertahanan sistem teknologi,sistem komunikasi dan perlu membentuk lembaga khusus yang
memegang kendali seluruh jaringan teknologi dan komunikasi di Indonesia agar semua bentuk
kejahatan teknologi informasi dapat dicegah

KESIMPULAN
Hukum positif di Indonesia cukup efektif digunakan untuk menjerat pelaku tindak pidana
cyber terrorism akan tetapi perundang-undangan ini masih memiliki kelemahan yaitu tidak
memberikan definisi secara gramatikal mengenai cyber terrorism, dalam hal ini juga dalam hal
tat acara melakukan tindak kejahatannya masih belum di definisikan secara langsung sehingga
sama untuk menjerat pelaku cyberterrorism ini masih belum pasti dan pas.

Jawaban No 5.
Di halaman 7 dan 8,
Menurut Pompe, tindak pidana secara teoritis dapt dirumuskan sebagai suatu
pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang sengaja atau tidak
sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku dimana penjatuhan hukuman terhadap
pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya
kepentingan umum

Simons merumuskan tindak pidana adalah suatu tindak pidana yang melanggar hukum
yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengajaoleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan
sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. Menurut Simons tindak pidana itu dirumuskan
seperti diatas adalah karena :
a. Untuk adanya suatu tindak pidana disyaratkan bahwa harus terdapat suatu
tindakan yang dilarang;
b. ataupun diwajibkan oleh undang-undang, dimana pelanggaran terhadap larangan
atau kewajiban semacam itu telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat
dihukum;
c. Agar suatu tindakan itu dapat dihukum, maka tindakan memenuhi semua unsur
dari delik seperti yang dirumuskan di dalam undang-undang;
d. Setiap tindak pidana sebagai pelanggaran terhadap larangan atau kewajiban
menurut undang-undang itu, pada hakikatnya merupakan siati tindak melawan
hukum1
Pendapat di atas pengertian dari tindak pidana yang dimaksud adalah bahwa
perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan yang tidak
sesuai atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum
yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan tersebut ditunjukan kepada perbuatan
sedangkan acamannya atau sanksi pidananya ditunjukan kepada orang yang melakukan atau
orang yang menimbulkan kejadian tersebut2
Untuk pembagian jenis cybercrime, Ajeet Singh (2014) dalam jurnalnya membagi
cybercrime dalam 4 kategori utama adalah Kejahatan terhadap Individu, Kejahatan terhadap
Properti Orang Lain, Kejahatan terhadap Organisasi, dan Kejahatan terhadap Masyarakat.
Dalam kategori ini kejahatan yang terjadi seperti cyber terorism, penggelapan uang, penjualan
barang ilegal, penipuan data, penyebaran berita bohong dengan menghack website-website
layanan publik dan menyisipkan artikel berita bohong ke publik.

Kebebasan atas informasi dan komunikasi tidak bersifat mutlak. Apabila di lihat dari ajaran
aliran filsafat hukum kodrat mengenai hak milik yang dikembangkan oleh Sonny Keraf maka
hak untuk melakukan komunikasi dan hak atas informasi sebenarnya merupakan kewajiban
sekaligus hak manusia untuk mempertahankan hidup manusia. Kodrat individual harus
harmonis dengan kodrat sosial. Hak individual harus bersifat fungsi sosial dan tidak merusak
atau merugikan individu lain dan masyarakat. Cyberspace sebagai ruang elektronik berisi
masyarakat virtual yang terbentuk melalui jalinan komunikasi dalam sebuah jaringan
komputer harus di manfaatkan oleh tiap individu dan kelompok guna kelangsungan hidupnya.

1
Ibid
2
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm 54

Anda mungkin juga menyukai