oleh :
PT PLN (Persero)
VISI
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang, unggul dan terpercaya
dengan bertumpu pada potensi insani.
MISI
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasaan
pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
MOTTO
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik"
MISI
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal.
2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara efisien,
handal dan akrab lingkungan.
3. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil.
4. Melaksanakan pembangunan instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
TUGAS UTAMA P3B
1. Mengoperasikan sistem tenaga listrik.
2. Mengoperasikan dan memelihara instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
3. Mengelola pelaksanaan jual beli tenaga listrik di sisi tegangan tinggi sistem.
4. Merencanakan pengembangan sistem tenaga listrik.
5. Membangun instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
6. Melakukan recovery jika ada gangguan sistem.
7. Menjaga kualitas tegangan.
STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (Persero)
DIAGRAM
AREA KERJA PT PLN (Persero) P3B
STRUKTUR
ORGANISASI P3B PUSAT
TUGAS MASING-MASING PADA STRUKTUR ORGANISASI
a. General Manager
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya
secara efisien,efektif dan snergis; menjamin terselenggaranya operasi dan penyaluran
tenaga listrik Jawa Bali yang andal dan akrab terhadap lingkungan; meningkatkan mutu
dan keandalan serta pelayanan dan memastikan Good Coorporate Govermance di PT.
PLN P3B Jawa Bali.
b. Audit Internal
Bertanggung jawab menjamin terlaksananya penyelenggaraan pembinaan dan penilaian
sistem pengendalian manajemen, operasional maupun keuangans erta memberikan
rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan.
c. Bidang Operasi Sistem
Bertanggung jawab menjamin terlaksananya pengelolaan dan pengembang proses
bidding energy; perencana dan analisa evaluasi operasi sistem; pengaturan dan
pengendalian sistem tenaga listrik; pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan
SCADATEL, fasilitas operasi sistem transmisi 500kV; pengelolaan proses pembacaan
meter, proses setelmen, penerbitan tagihan pembayaran serta penyelesaian permasalahan
transaksi.
d. Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab menjamin tersedianya rencana pengembangan sistem tenaga listik
Jawa Bali termasuk rencana sistem transmisi dan indikasi kebuuhan operasi sistem,
rencana pengembangan sistem SCADA dan telekomunikasi yang dilengkapi dengan
analisis keekonomian sistem dan kajian resiko dengan mengutamakan optimalisasi
pemanfaatan sumber daya perusahaan dan merencanakan, mengelola, memelihara dan
mengembangkan fasilitas teknologi informasi dan sistem informasi manajemen.
e. Bidang SDM
Bertanggung jawab menjamin tersedianya SDM yang berkualitas serta memiliki
kompetesi sesuai bidang tugasnya meliputi penyelenggaraan rekruitmen dan seleksi,
penempatan pembinaan dan pengembangan SDM secara komprhensif dan terencana;
mengelola kegiatan administrasi kepegawaian berbasis sistem informasi kepegawaian
yang terpadu, manajemen karis dan kinerja SDM.
f. Bidang Teknik Penyaluran
Bertanggung jawab menyusun kebijakan operasi dan pemeliharaan instalasi transmisi,
enjiniring transmisi dan proteksi; menyusun program pembinaa operasi dan
pemeliharaan, lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, pengendalian aset
transmisi dan logistic dengan memperhatikan aspek tekno ekonomis dan strategi
pengelolaan sistem transmisi untuk menjamin keandalan dan ketersediaan transmisi.
g. Bidang Umum
Bertanggung jawab menyusun perencanaan dan melaksanakan pengelolaan administrasi
perkantoran, prasarana kantor beserta fasilitasnya dan transportasi serta keamanaan serta
kebijakan dalam menghadapi masalah hukum yang timbul selama kegiatan perusahaan,
kebijakan dan strategi komunikasi, hubungan masyarakat dan program bina lingkungan
serta pengelolaan permasalahan social terkait ROW.
h. APB (Area Pengatur Beban)
Peran dan tugas dari APB (Area Pengatur Beban) adalah mengelola operasi dan
pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi serta mengelola pelaksanaan transaksi
tenaga listrik antara PLN Pusat dengan perusahaan pembangkit dan unit Distribusi.
i. APP (Area Pelaksana Pemeliharaan)
Tugas dari APP (Area Pelaksana Pemeliharaan) adalah melakukan pemeliharaan rutin
dan non rutin sampai dengan wewenangnya.
j. UPB (Unit Pengatur Beban)
Unit Area Pengatur Beban setara dengan Area Pengatur Beban yang mana Tugas dari
UPB (Unit Area Pengatur Beban) adalah mengelola operasi dan pemeliharaan sistem
transmisi tegangan tinggi serta mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara
PLN Pusat dengan perusahaan pembangkit dan unit Distribusi.
P
T
I
P
,
P
T
P
J
B
K
I
T
S
w
a
s
t
a
LINGKUP KERJA P3B SUMATRA
b. LINGKUP KERJA P3B JAWA BALI
c.
d.
PRIOK MKRNG
SLAYA U SLIRA
GU GU
CLGON
JTAKE TGRNG
BKASI
ASAHI ACC GU
U
MTWAR
KKSTL
SRANG KMBNG
CWANG
KSBRU HRGLS
CBATU JTBRG
GNDUL JT LHR JAVA
H
A
CBBAT SRAGI TBROK JPARA
NSDUA
BATASAN
a. HARDWARE
SINGLE LINE
e. Single Line 70 kV
f.
g. Single Line 150
kV
h.
i.
Si
ngle Line 150 kV / 20 kV
j.
k. S
ingle Line 150 kV / 70 kV
l.
m.
n. Single Line 500 kV
o.
KWh METER
p. Pada single line diagram, kWh meter diletakkan pada busbar incoming 20 kV
dan pada busbar transmisi. Sedangkan di lapangan, kWh berada di control room
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
5
q.
r. Keterangan Gambar :
1. Alat Ukur
Ampere Meter
s. Untuk mengukur besaran arus dengan satuan ampere.
KV Meter
t. untuk mengukur besaran tegangan dengan satuan kilo volt.
MW Meter
u. untuk mengukur besaran daya aktif dengan satuan mega watt.
MVAR Meter
v. untuk mengukur besaran daya reaktif dengan satuan mega var.
KWh Meter Terima
w. untuk mengukur besarnya KWh yang diterima.
KWh Meter Kirim
x. untuk mengukur besarnya KWH yang dikirim.
2. Announciator atau Papan Indikasi
Papan Indikasi
y. untuk mengetahui indikasi peralatan apa yang kerja atau mengalami kelainan.
Reset lock-out ry 79
z. untuk mereset relay recloser yg kerja.
Reset indikasi ry 79
aa. untuk mereset indikasi relay recloser.
Lamp Test
ab. untuk menguji lampu indikasi.
Stop Alarm
ac. untuk mematikan / mereset alarm.
Stop Flicker
ad. untuk menghentikan sinyal flicker.
Reset
ae. untuk menghilangkan / mereset indikasi.
Stop Buzzer
af. untuk mematikan / mereset alarm apabila MCB DC trip.
Lampu indikasi MCB DC trip
ag. untuk indikasi apabila MCB DC trip.
3. Tombol Selector Switch
Switch Voltmeter
ah. untuk mengetahui tegangan pada tiap phase (R, S, T).
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas JARGI dikontrol panel GI.
Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas JARGI dikontrol panel GI.
Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Synchronism berfungsi untuk mensinkronkan tegangan Line dan Bus.
4. Control Switch
Control Switch PMS BUS A
ai. untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS A 150 kV Remote dari panel kontrol.
Control Switch PMS BUS B
aj. untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS B 150 kV Remote dari panel kontrol.
Control Switch PMT
ak. untuk pembukaan dan penutupan PMT 150 kV Remote dari Panel Kontrol.
Control Switch PMS LINE
al. untuk pembukaan dan penutupan PMS LINE Remote dari Panel Kontrol.
am. Catatan : Untuk fasilitas control switch PMS Tanah tidak ada jadi untuk memasukkannya
dilakukan di switchyard.
5. Test Block
an. sebagai fasilitas untuk pengujian Meter (Besaran arus dan tegangan).
ao.
b. SOFTWARE
ALUR PENGENDALIAN OPERASI SISTEM
ap. Saat pengendalian operasi sistem di Jawa Bali dilakukan melalui 6
(enam) control center, 1 Inter Regional Control Centre yang bertugas melakukan
energy management system dan switching 500 kV dan 5 Regional Control Centre
yang bertugas melakukan switching 150/70 kV.
aq.
ar. Hirarki Control Centre Jawa Bali
as. IRCC/JCC saat ini terhubung dengan 40 lokasi 500kV remote station
(RTU), RCC RJKB terhubung dengan 127 lokasi 150/70kV remote station (RTU),
RCC RJBR terhubung dengan 88 lokasi 150/70kV remote station (RTU), RCC
RJTB terhubung dengan 118 lokasi 150/70kV remote station (RTU) dan RCC Bali
terhubung dengan 14 lokasi 150/70kV remote station (RTU).
at. IRCC/JCC berada diwilayah kendali Bidang Operasi Sistem yang
merupakan salah satu bidang di PLN P3B Jawa Bali, sedangkan masing-masing
RCC dibawah manajemen Area Pengatur Beban (APB).
au. Dalam melakukan pengendalian operasi, Asmen Operasi dibantu 5 dan 3 shift
dispatcher atau yang biasa disebut Manpower Dispatcher P3B JB.
av.
SCADA
aw. PENGERTIAN SCADA
ax. SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and Data
Acquisition. SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau
data-data dari lapangan dan kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat
yang akan mengatur dan mengontrol data-data tersebut.
ay. SCADA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
az. Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga
listrik terutama pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri
dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region
Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station.
ba. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang
hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan
tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan
sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi
data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah status
peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari RCC.
bb. Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data
dengan cepat setiap saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat
dengan cepat memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada
sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan.
Data yang dapat diamati berupa kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya, kondisi
sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di
komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila
terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan dapat megetahui dengan
mudah.
bc. KOMPONEN DASAR SCADA
Komponen-komponen pusat pengendalian, Control Centre, berupa computer-
komputer;
Komponen-komponen perangkat interface dengan rangkaian proses di gardu
induk maupun di gardu distribusi seperti RTU, perangkat komunikasi,
perangkat pekerjaan adaptasi dan perangkat-perangkat pencatu daya;
Perangkat meter-meter dan terminal pelanggan untuk otomatsasi.
Sarana telekomunikasi yang diperlukan untuk memungkinkan dua atau lebih
terminal dapat saling berkomunikasi.
a) Control Centre
bd. Control centre merupakan bagian dari system pengendalian
yang akan dibangun setelah gardu-gardu yang akan disupervisi disiapkan dan
semua kebutuhan infrastruktur seperti sarana telekomunikasi dan bangunan-
bangunan gardu induk dan lain-lain telah tersedia.
be. Pengembangan perangkat-perangkat RTU untuk keperluan
gardu induk, gardu hubung dan gardu distribusi secara bertahap mengikuti
perkembangan jaringan dengan tetap memperhatika keperluan dan urgensi dari
setiap titik remote control. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan instalasi dari
perencanaan system SCADA dapat dilaksanakan secara setahap demi setahap
tanpa perlu melaksanakannya secara keseluruhan pada waktu yang sama
terutama bila dipertimbangkan pelaksanaan otomatisasi pada bagian-bagian
jaringan tertentu belum mendesak.
b) Perangkat-perangkat RTU
bf.Pada setiap pengimplementasian RTU untuk gardu induk maka semua
jaringan out going dan incoming 20 kV serta semua jaringan transmisi 150 kV
dan pembangkit-pembangkitnya harus dapat dipantau dan di-remote control
baik status perlatan-peralatannya maupun besaran-besaran listriknya.
Sedangkan pada gardu hubung semua pemutus-pemutus daya LBS harus dapat
dimonitor dan di-remote control.
c) Perangkat-perangkat Meter Pelanggan Peserta Perangkat Interface
bg. Perlu dilakukan pengembangan dan penggantian meter yang
dilengkapi dengan perangkat elektronik untuk memungkinkan dilaksanakannya
komunikasi elektronis pelanggan dengan remote centre, pembacaan meter,
remote control, dan lain sebagainya.
bh. Penerapan otomatisasi pelanggan tersebut akan dilaksanakan
dengan terlebih dahulu pada jaringan spindle 20 kV yang banyak pelanggan-
pelanggan besarnya dengan menggunakan sarana telekomunikasi distribution
line carrier. Hal ini mengingat konfigurasi distribution line carrier yang
tersambung pada suatu spindle akan dapat melayani semua pelanggan yang
tersambung ke spindle tersebut dengan komunikasi broadcasting.
d) Keuntungan-keuntungan Penerapan Sistem SCADA/EMS
bi.Secara umum keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh dengan
menerapkan system SCADA/EMS pada kelistrikan, yaitu :
Dengan menggunakan system SCADA/EMS pada system kelsitrikan dapat
diperoleh dengan system pengoperasian dengan organisasi yang lebih
ramping dan sederhana. Pada prinsipnya, dengan adanya system
SCADA/EMS system gardu induk tanpa orang seharusnya dapat dilakukan,
dimana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya yang cukup signifikan sebagai
bahan pertimbangan dalam penerapan system SCADA.
Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengoperasian system
kelistrikan dengan menggunakan system SCAD/EMS adalah system
pengoperasian yang lebih ekonomis. Dengan menggunakan system
SCADA/EMS system pengoperasian kelistrikan dapat menghemat
keseluruhan biaya operasi, misalya dengan load forecast dan unit-unit
komitmen yang lebih baik, optimasi rugi-rugi transmisi maupun
pembangkit dan lain sebagainya yang secara keseluruhan akan
mengoptimumkan sumber daya secara ekonomis.
Peningkatan keandalan system. Factor-faktor pertimbangan
pengimplementasian SCADA/EMS bukan hanya terdiri atas pertimbangan
ekonomis semata-mata melainkan juga factor sekuriti dan keandalan.
Sejauh ini diakui masih sulit menjelaskan keuntungan-keuntungan diatas
secara kuantitatif dalam arti nilai ekonomis yang akan diperoleh bila system
dilengkapi dengan SCADA/EMS. Biasanya bila terjadi gangguan serius
yang menyebabkan pemadaman total (black out), baru akan terfikirkan
betapa pentingnya sarana dan fasilitas yang dapat digunakan untuk
membantu mengoperasikan dan menganalisa keandalan system. Dari
berbagai pendapat disepakati keandalan system akan bisa dinaikkan mulai
20% hingga 50% bila system kelistrikan dioperasikan dengan system
SCADA/EMS. Angka tersebut diharapkan akan semakin meningkat seiring
dengan kemajuan fungsi-fungsi perangkat lunak aplikasi yang terus
berkembang.
bj. SISTEM SCADA JAWA BALI
bk. DATA SISTEM SCADA
MASTER STATION terdiri dari 6 Control Center :
a) JCC GANDUL (Gandul, Depok)
bl. Tugas switching 500 Kv Jawa Bali.
b) RCC CAWANG (APB DKI JAKARTA dan BANTEN)
bm. Tugas pengaturan sistem 150/70kV DKI Jakarta dan Banten.
c) RCC CIGELENG (APB Jawa Barat)
bn. Pengaturan sistem 150/70KV Jawa Barat
d) RCC UNGARAN (APB Jawa Tengah dan DIY)
bo. Pengaturan sistem 150/70kV Jawa Tengah dan DIY
e) RCC WARU (APB Jawa Timur)
bp. Pengaturan 150/70kV Jawa Timur
f) RCC BALI (APB Bali)
bq. Pengaturan sistem 150/70kV Bali.
REMOTE STATION
br.
bw.
bx.
by.
bz.
ca.
cb.
cc.
cd.
ce.
cf.
cg.
ch. KONFIGURASI SCADA JAWA TIMUR
ci.
ea.
eb. Tugas Dispatcher (Pengatur Beban)
ed. Dispatching atau Pengaturan Beban adalah suatu tatacara untuk mengoperasikan
sistem tenaga listrik.
fa.
fb. MASALAH
fc. Medan (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
Sumatera Utara mengatakan, PLN seharusnya menunjukkan tanggung jawab dengan
pemadaman listrik yang bisa terjadi tiga hingga lima kali dalam sehari. "Petugas PLN
Sumatera Utara tampaknya menganggap hal yang sepele mengenai pemadaman listrik
tersebut. Manajemen PLN Sumut harus menunjukkan rasa tanggung jawab dengan
pemadaman listrik setiap saat di Kota Medan yang penduduknya sekitar 2,3 juta jiwa itu."
kata Ketua YLKI Sumut, Abubakar Siddik, di Medan, Senin,
fd. Pola pikir menyepelekan masalah pemadaman, menurut dia, harus
dihilangkan, dan merupakan paradigma lama, serta tidak mungkin lagi diterapkan pada era
globalisasi yang semakin canggih."PLN Sumut jangan kelihatannya seperti `buang badan`
dan tidak mau bertanggung jawab mengenai permasalahan listrik di daerah ini," ujarnya.
fe. Ia menyebutkan, untuk mengatasi kendala listrik itu, PLN Sumut harus bekerja keras
dengan mencari berbagai solusi sehingga tidak terjadi lagi pemadaman.Manajemen PLN
Sumut tidak usah mencari berbagai dalih atau alasan, bahwa pemadaman listrik karena
adanya perbaikan mesin pembangkit yang rusak di PLN Belawan. Cara-cara mengelabui
masyarakat seperti itu tidak zamannya lagi dan sudah kuno. Masyarakat juga sudah banyak
mengetahui, bahwa pemadaman listrik itu karena terjadi defisit.
ff. "Diperkirakan lebih kurang 371 mega watt kekurangan daya listrik di Sumut,"
kata Abubakar. Ia menambahkan, meski defisit, manajemen PLN Sumut bukannya mencari
tambahan daya, melainkan justru melakukan pemadaman bergilir di sejumlah kelurahan,
kecamatan di Kota Medan. Ini jelas merugikan pelanggan.
fg. Seharusnya, kata dia, manajemen PLN Sumut menyewa pembangkit listrik
kepada pihak lain atau membeli mesin pembangkit listrik yang baru untuk menggantikan
pembangkit listrik yang rusak di PLN Belawan. PLN Sumut saat ini hanya memberikan janji
dan pengharapan bagi masyarakat bahwa pada Oktober 2013 tidak ada lagi pemadaman.
"Namun kenyataannya pada Oktober pemadaman listrik semakin menjadi-jadi, tidak ubahnya
seperti makan obat saja," kata Abubakar. Sementara itu, manajemen PT PLN Wilayah Sumut-
Aceh akan berusaha menyewa dan mengoperasikan pembangkit diesel dengan total daya 430
MW. Target PLN pada awal November sudah tidak ada masalah krisis listrik di Sumut.
Pasokan listrik PLN untuk Sumut hanya 1.400 MW, sementara kebutuhannya mencapai 1.650
MW.
fh.
fi.
fj. DATA
fk. ANALISA
fl. KESIMPULAN