Anda di halaman 1dari 47

TUGAS SISTEM KENDALI INDUSTRI

P3B (PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN)

oleh :

1. ARSI YOTA IHSANINGRUM (02)


2. DIDIN PUTRI MADINA (05)
3. ICHA NUR NOVIANTI (12)
4. NIKEN ENDRAS CAMARITA(22)
5. REGINA DAMAYANTI (23)
6. SELLI NUR PRAMUDITA (24)

D III TEKNIK LISTIK 3A

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2013

PT PLN (Persero)
VISI
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang, unggul dan terpercaya
dengan bertumpu pada potensi insani.
MISI
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasaan
pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

TUJUAN PT PLN (Persero)


Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenagalistrik bagi kepentingan umum dalam
jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan melaksanakan penugasan
Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka menunjang pembangunan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sesuai dengan Undang-Undang No. 19/2000.

MOTTO
Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik"

P3B (PENYALURAN DAN PUSAT PENGATUR BEBAN)


VISI
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi sistem, dan transaksi tenaga listrik dengan
kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders dan
memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

MISI
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal.
2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi secara efisien,
handal dan akrab lingkungan.
3. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan adil.
4. Melaksanakan pembangunan instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
TUGAS UTAMA P3B
1. Mengoperasikan sistem tenaga listrik.
2. Mengoperasikan dan memelihara instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
3. Mengelola pelaksanaan jual beli tenaga listrik di sisi tegangan tinggi sistem.
4. Merencanakan pengembangan sistem tenaga listrik.
5. Membangun instalasi sistem transmisi tenaga listrik.
6. Melakukan recovery jika ada gangguan sistem.
7. Menjaga kualitas tegangan.
STRUKTUR ORGANISASI PT PLN (Persero)
DIAGRAM
AREA KERJA PT PLN (Persero) P3B
STRUKTUR
ORGANISASI P3B PUSAT
TUGAS MASING-MASING PADA STRUKTUR ORGANISASI
a. General Manager
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi seluruh sumber daya
secara efisien,efektif dan snergis; menjamin terselenggaranya operasi dan penyaluran
tenaga listrik Jawa Bali yang andal dan akrab terhadap lingkungan; meningkatkan mutu
dan keandalan serta pelayanan dan memastikan Good Coorporate Govermance di PT.
PLN P3B Jawa Bali.
b. Audit Internal
Bertanggung jawab menjamin terlaksananya penyelenggaraan pembinaan dan penilaian
sistem pengendalian manajemen, operasional maupun keuangans erta memberikan
rekomendasi bagi perbaikan dan kemajuan perusahaan.
c. Bidang Operasi Sistem
Bertanggung jawab menjamin terlaksananya pengelolaan dan pengembang proses
bidding energy; perencana dan analisa evaluasi operasi sistem; pengaturan dan
pengendalian sistem tenaga listrik; pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan
SCADATEL, fasilitas operasi sistem transmisi 500kV; pengelolaan proses pembacaan
meter, proses setelmen, penerbitan tagihan pembayaran serta penyelesaian permasalahan
transaksi.
d. Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab menjamin tersedianya rencana pengembangan sistem tenaga listik
Jawa Bali termasuk rencana sistem transmisi dan indikasi kebuuhan operasi sistem,
rencana pengembangan sistem SCADA dan telekomunikasi yang dilengkapi dengan
analisis keekonomian sistem dan kajian resiko dengan mengutamakan optimalisasi
pemanfaatan sumber daya perusahaan dan merencanakan, mengelola, memelihara dan
mengembangkan fasilitas teknologi informasi dan sistem informasi manajemen.
e. Bidang SDM
Bertanggung jawab menjamin tersedianya SDM yang berkualitas serta memiliki
kompetesi sesuai bidang tugasnya meliputi penyelenggaraan rekruitmen dan seleksi,
penempatan pembinaan dan pengembangan SDM secara komprhensif dan terencana;
mengelola kegiatan administrasi kepegawaian berbasis sistem informasi kepegawaian
yang terpadu, manajemen karis dan kinerja SDM.
f. Bidang Teknik Penyaluran
Bertanggung jawab menyusun kebijakan operasi dan pemeliharaan instalasi transmisi,
enjiniring transmisi dan proteksi; menyusun program pembinaa operasi dan
pemeliharaan, lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, pengendalian aset
transmisi dan logistic dengan memperhatikan aspek tekno ekonomis dan strategi
pengelolaan sistem transmisi untuk menjamin keandalan dan ketersediaan transmisi.
g. Bidang Umum
Bertanggung jawab menyusun perencanaan dan melaksanakan pengelolaan administrasi
perkantoran, prasarana kantor beserta fasilitasnya dan transportasi serta keamanaan serta
kebijakan dalam menghadapi masalah hukum yang timbul selama kegiatan perusahaan,
kebijakan dan strategi komunikasi, hubungan masyarakat dan program bina lingkungan
serta pengelolaan permasalahan social terkait ROW.
h. APB (Area Pengatur Beban)
Peran dan tugas dari APB (Area Pengatur Beban) adalah mengelola operasi dan
pemeliharaan sistem transmisi tegangan tinggi serta mengelola pelaksanaan transaksi
tenaga listrik antara PLN Pusat dengan perusahaan pembangkit dan unit Distribusi.
i. APP (Area Pelaksana Pemeliharaan)
Tugas dari APP (Area Pelaksana Pemeliharaan) adalah melakukan pemeliharaan rutin
dan non rutin sampai dengan wewenangnya.
j. UPB (Unit Pengatur Beban)
Unit Area Pengatur Beban setara dengan Area Pengatur Beban yang mana Tugas dari
UPB (Unit Area Pengatur Beban) adalah mengelola operasi dan pemeliharaan sistem
transmisi tegangan tinggi serta mengelola pelaksanaan transaksi tenaga listrik antara
PLN Pusat dengan perusahaan pembangkit dan unit Distribusi.

LANGKAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN PT PLN (Persero)


a. UPAYA PENCAPAIAN VISI DAN MISI PERSEROAN
Untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan serta menyesuaikan diri dengan peraturan
perudangan terbaru tersebut, PLN telah menetapkan tujuan strategis untuk periode 2011-
2015 sebagai berikut :
Memperbaiki kondisi keuangan PLN
Meningkatkan efisiensi investasi dan operasi
Memperbaiki kinerja operasional dan perbaikan citra PLN

PRIORITAS JANGKA PENDEK


Prioritas jangka pendek adalah mengatasi kekurangan pasoka listrik untuk pemadaman
di hampir seluruh wilayah Indonesia, mengatasi krisis likuiditas dan kemampuan
pendanaan jangka pendek.

PRIORITAS JANGKA PANJANG


Aspirasi jangka panjang perusahaan adalah bertransformasi menuju Perusahaan Kelas
Dunia, Menguntungkan dan Dicintai Pelanggan dengan Cara yang Ramah Lingkungan
dan Aman.

SASARAN JANGKA PANJANG PLN TAHUN 2010-2015


Menambah kapasitas pembangkit menajadi 30 GW pada tahun 2015 atau 5 GW per
tahun.
Menurunkan biaya pokok produksi menjadi Rp. .099 per kWh.
Menurunkan susut jaringan dari 9,93% menjadi 7,98% dan SAIDI/SAIFI dari 300
menit/9 kali gangguan menjadi 120 menit/4 kali gangguan.
Memperkecil gap gangguan keuangan menjadi Rp.113-124 triliun.
Return On Assets (ROA) menjadi 5,6% sampai dengan tahun 2015
Meningkatkan kemampuan dan menambah jumlah pegawai lebih dari 20.000
pegawai.

b. STRATEGI UMUM PERUSAHAAN


Seiring berlakuya UU No.30 tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan yang tidak lagi PLN
sebagai PKUK, maka strategi perusahaan kini diarahkan menjadi entitas korporasi yang
sehat secara financial, sehingga dapat melakukan investasi untuk mempertahankan
pangsa pasar dan berkembang sesuai dengan kaidah-kaidah korporasi.
LINGKUP KERJA
a.
PenyaluranPEMBANGKITAN
5dan
UnitPusat
Distribusi
P Pengatur Beban
Consumers
PENYALURAN
DISTRIBUSI
(P3B) Jawa
e Bali
r
u
s
a
h
a
a
n

P
T

I
P
,

P
T

P
J
B

K
I
T

S
w
a
s
t
a
LINGKUP KERJA P3B SUMATRA
b. LINGKUP KERJA P3B JAWA BALI
c.
d.

PRIOK MKRNG
SLAYA U SLIRA
GU GU
CLGON
JTAKE TGRNG
BKASI
ASAHI ACC GU
U
MTWAR
KKSTL
SRANG KMBNG
CWANG
KSBRU HRGLS
CBATU JTBRG
GNDUL JT LHR JAVA
H
A
CBBAT SRAGI TBROK JPARA

BGBRU CIBNG CRATA UBRNG GU PATI


MADURA
A PDLRG KUDUS GRSIK
BDSLN CRBON PMLNG
RBANG
BABAT
P SGLNG A KRPYK ACC BLORA LNGAN U
SALAK ACC KBSEN PKLON
WLERI CEPU
GU GLT MR BKLAN SMNEP
KMJNG UNGAR SPANG PMKSN
CNJU R CGRLG P BMAYU UNGAR A
BJGRO U PERAK
GARUT MRIC A SGMDU
KDMBO
DRJAT P MJNNG GARNG
A
RWALO SGRAH KRIAN
CAMIS
A JELOK
SRGEN
ACC
WSOBO
TSMYA BNJ AR PWRJO BOJLI JAJAR
NGAWI WARU
LMNIS KNTUG BNGIL
G GBONG PEDAN MKRTO GRATI PITON
PALUR
SURYA
U STBDO
MNRJO
BNTUL KLTEN M GUNG KBAGN PBLGO
KDBRU
LWANG
BDWSO BWNGI
BALI
A A PMRON
LMJNG GLNUK
WLNGI KKT ES BTRTI
GNYAR
JMBER KAPAL AMLRA
NGARA
SANUR
PSGRH

NSDUA

BATASAN
a. HARDWARE
SINGLE LINE
e. Single Line 70 kV
f.
g. Single Line 150
kV
h.
i.
Si
ngle Line 150 kV / 20 kV
j.
k. S
ingle Line 150 kV / 70 kV
l.
m.
n. Single Line 500 kV
o.

KWh METER
p. Pada single line diagram, kWh meter diletakkan pada busbar incoming 20 kV
dan pada busbar transmisi. Sedangkan di lapangan, kWh berada di control room
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :

5
q.

r. Keterangan Gambar :
1. Alat Ukur
Ampere Meter
s. Untuk mengukur besaran arus dengan satuan ampere.
KV Meter
t. untuk mengukur besaran tegangan dengan satuan kilo volt.
MW Meter
u. untuk mengukur besaran daya aktif dengan satuan mega watt.
MVAR Meter
v. untuk mengukur besaran daya reaktif dengan satuan mega var.
KWh Meter Terima
w. untuk mengukur besarnya KWh yang diterima.
KWh Meter Kirim
x. untuk mengukur besarnya KWH yang dikirim.
2. Announciator atau Papan Indikasi
Papan Indikasi
y. untuk mengetahui indikasi peralatan apa yang kerja atau mengalami kelainan.
Reset lock-out ry 79
z. untuk mereset relay recloser yg kerja.
Reset indikasi ry 79
aa. untuk mereset indikasi relay recloser.
Lamp Test
ab. untuk menguji lampu indikasi.
Stop Alarm
ac. untuk mematikan / mereset alarm.
Stop Flicker
ad. untuk menghentikan sinyal flicker.
Reset
ae. untuk menghilangkan / mereset indikasi.
Stop Buzzer
af. untuk mematikan / mereset alarm apabila MCB DC trip.
Lampu indikasi MCB DC trip
ag. untuk indikasi apabila MCB DC trip.
3. Tombol Selector Switch
Switch Voltmeter
ah. untuk mengetahui tegangan pada tiap phase (R, S, T).
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas JARGI dikontrol panel GI.
Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas JARGI dikontrol panel GI.
Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan / dikerjakan oleh
petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Synchronism berfungsi untuk mensinkronkan tegangan Line dan Bus.
4. Control Switch
Control Switch PMS BUS A
ai. untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS A 150 kV Remote dari panel kontrol.
Control Switch PMS BUS B
aj. untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS B 150 kV Remote dari panel kontrol.
Control Switch PMT
ak. untuk pembukaan dan penutupan PMT 150 kV Remote dari Panel Kontrol.
Control Switch PMS LINE
al. untuk pembukaan dan penutupan PMS LINE Remote dari Panel Kontrol.
am. Catatan : Untuk fasilitas control switch PMS Tanah tidak ada jadi untuk memasukkannya
dilakukan di switchyard.
5. Test Block
an. sebagai fasilitas untuk pengujian Meter (Besaran arus dan tegangan).
ao.

b. SOFTWARE
ALUR PENGENDALIAN OPERASI SISTEM
ap. Saat pengendalian operasi sistem di Jawa Bali dilakukan melalui 6
(enam) control center, 1 Inter Regional Control Centre yang bertugas melakukan
energy management system dan switching 500 kV dan 5 Regional Control Centre
yang bertugas melakukan switching 150/70 kV.

aq.
ar. Hirarki Control Centre Jawa Bali
as. IRCC/JCC saat ini terhubung dengan 40 lokasi 500kV remote station
(RTU), RCC RJKB terhubung dengan 127 lokasi 150/70kV remote station (RTU),
RCC RJBR terhubung dengan 88 lokasi 150/70kV remote station (RTU), RCC
RJTB terhubung dengan 118 lokasi 150/70kV remote station (RTU) dan RCC Bali
terhubung dengan 14 lokasi 150/70kV remote station (RTU).
at. IRCC/JCC berada diwilayah kendali Bidang Operasi Sistem yang
merupakan salah satu bidang di PLN P3B Jawa Bali, sedangkan masing-masing
RCC dibawah manajemen Area Pengatur Beban (APB).
au. Dalam melakukan pengendalian operasi, Asmen Operasi dibantu 5 dan 3 shift
dispatcher atau yang biasa disebut Manpower Dispatcher P3B JB.
av.
SCADA
aw. PENGERTIAN SCADA
ax. SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and Data
Acquisition. SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau
data-data dari lapangan dan kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat
yang akan mengatur dan mengontrol data-data tersebut.
ay. SCADA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
az. Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga
listrik terutama pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri
dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region
Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master Station.
ba. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit yang
hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan
tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan
sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi
data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah status
peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari RCC.
bb. Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan data
dengan cepat setiap saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA dapat
dengan cepat memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan pada
sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat diatasi / dinormalkan.
Data yang dapat diamati berupa kondisi ON / OFF peralatan transmisi daya, kondisi
sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di
komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda, bahkan apabila
terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan dapat megetahui dengan
mudah.
bc. KOMPONEN DASAR SCADA
Komponen-komponen pusat pengendalian, Control Centre, berupa computer-
komputer;
Komponen-komponen perangkat interface dengan rangkaian proses di gardu
induk maupun di gardu distribusi seperti RTU, perangkat komunikasi,
perangkat pekerjaan adaptasi dan perangkat-perangkat pencatu daya;
Perangkat meter-meter dan terminal pelanggan untuk otomatsasi.
Sarana telekomunikasi yang diperlukan untuk memungkinkan dua atau lebih
terminal dapat saling berkomunikasi.
a) Control Centre
bd. Control centre merupakan bagian dari system pengendalian
yang akan dibangun setelah gardu-gardu yang akan disupervisi disiapkan dan
semua kebutuhan infrastruktur seperti sarana telekomunikasi dan bangunan-
bangunan gardu induk dan lain-lain telah tersedia.
be. Pengembangan perangkat-perangkat RTU untuk keperluan
gardu induk, gardu hubung dan gardu distribusi secara bertahap mengikuti
perkembangan jaringan dengan tetap memperhatika keperluan dan urgensi dari
setiap titik remote control. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan instalasi dari
perencanaan system SCADA dapat dilaksanakan secara setahap demi setahap
tanpa perlu melaksanakannya secara keseluruhan pada waktu yang sama
terutama bila dipertimbangkan pelaksanaan otomatisasi pada bagian-bagian
jaringan tertentu belum mendesak.
b) Perangkat-perangkat RTU
bf.Pada setiap pengimplementasian RTU untuk gardu induk maka semua
jaringan out going dan incoming 20 kV serta semua jaringan transmisi 150 kV
dan pembangkit-pembangkitnya harus dapat dipantau dan di-remote control
baik status perlatan-peralatannya maupun besaran-besaran listriknya.
Sedangkan pada gardu hubung semua pemutus-pemutus daya LBS harus dapat
dimonitor dan di-remote control.
c) Perangkat-perangkat Meter Pelanggan Peserta Perangkat Interface
bg. Perlu dilakukan pengembangan dan penggantian meter yang
dilengkapi dengan perangkat elektronik untuk memungkinkan dilaksanakannya
komunikasi elektronis pelanggan dengan remote centre, pembacaan meter,
remote control, dan lain sebagainya.
bh. Penerapan otomatisasi pelanggan tersebut akan dilaksanakan
dengan terlebih dahulu pada jaringan spindle 20 kV yang banyak pelanggan-
pelanggan besarnya dengan menggunakan sarana telekomunikasi distribution
line carrier. Hal ini mengingat konfigurasi distribution line carrier yang
tersambung pada suatu spindle akan dapat melayani semua pelanggan yang
tersambung ke spindle tersebut dengan komunikasi broadcasting.
d) Keuntungan-keuntungan Penerapan Sistem SCADA/EMS
bi.Secara umum keuntungan-keuntungan yang dapat kita peroleh dengan
menerapkan system SCADA/EMS pada kelistrikan, yaitu :
Dengan menggunakan system SCADA/EMS pada system kelsitrikan dapat
diperoleh dengan system pengoperasian dengan organisasi yang lebih
ramping dan sederhana. Pada prinsipnya, dengan adanya system
SCADA/EMS system gardu induk tanpa orang seharusnya dapat dilakukan,
dimana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya yang cukup signifikan sebagai
bahan pertimbangan dalam penerapan system SCADA.
Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengoperasian system
kelistrikan dengan menggunakan system SCAD/EMS adalah system
pengoperasian yang lebih ekonomis. Dengan menggunakan system
SCADA/EMS system pengoperasian kelistrikan dapat menghemat
keseluruhan biaya operasi, misalya dengan load forecast dan unit-unit
komitmen yang lebih baik, optimasi rugi-rugi transmisi maupun
pembangkit dan lain sebagainya yang secara keseluruhan akan
mengoptimumkan sumber daya secara ekonomis.
Peningkatan keandalan system. Factor-faktor pertimbangan
pengimplementasian SCADA/EMS bukan hanya terdiri atas pertimbangan
ekonomis semata-mata melainkan juga factor sekuriti dan keandalan.
Sejauh ini diakui masih sulit menjelaskan keuntungan-keuntungan diatas
secara kuantitatif dalam arti nilai ekonomis yang akan diperoleh bila system
dilengkapi dengan SCADA/EMS. Biasanya bila terjadi gangguan serius
yang menyebabkan pemadaman total (black out), baru akan terfikirkan
betapa pentingnya sarana dan fasilitas yang dapat digunakan untuk
membantu mengoperasikan dan menganalisa keandalan system. Dari
berbagai pendapat disepakati keandalan system akan bisa dinaikkan mulai
20% hingga 50% bila system kelistrikan dioperasikan dengan system
SCADA/EMS. Angka tersebut diharapkan akan semakin meningkat seiring
dengan kemajuan fungsi-fungsi perangkat lunak aplikasi yang terus
berkembang.
bj. SISTEM SCADA JAWA BALI
bk. DATA SISTEM SCADA
MASTER STATION terdiri dari 6 Control Center :
a) JCC GANDUL (Gandul, Depok)
bl. Tugas switching 500 Kv Jawa Bali.
b) RCC CAWANG (APB DKI JAKARTA dan BANTEN)
bm. Tugas pengaturan sistem 150/70kV DKI Jakarta dan Banten.
c) RCC CIGELENG (APB Jawa Barat)
bn. Pengaturan sistem 150/70KV Jawa Barat
d) RCC UNGARAN (APB Jawa Tengah dan DIY)
bo. Pengaturan sistem 150/70kV Jawa Tengah dan DIY
e) RCC WARU (APB Jawa Timur)
bp. Pengaturan 150/70kV Jawa Timur
f) RCC BALI (APB Bali)
bq. Pengaturan sistem 150/70kV Bali.
REMOTE STATION
br.

Link Komunikasi SCADA


bs. Media komunikasi yang digunakan untuk SCADA Jawa Bali adalah :
a) Fiber Optic
b) PLC
c) Pilot Cable
d) Radio Microwave
bt.
bu. KONFIGURASI LINK KOMUNIKASI UNTUK SISTEM SCADA 500
KV
bv.

bw.
bx.
by.
bz.
ca.
cb.
cc.
cd.
ce.
cf.
cg.
ch. KONFIGURASI SCADA JAWA TIMUR
ci.

EMS (Energy Management System)


cj. EMS merupakan aplikasi untuk melakukan manajemen energi operasi sistem
tenaga listrik yang terintegrasi dengan sistem SCADA.
ck. EMS berfungsi untuk :
a) Monitoring operasi sistem tenaga listrik
b) Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan keamanan operasi sistem
tenaga listrik
c) Mencapai operasi sistem tenaga listrik yang ekonomis.
cl. Kebutuhan aplikasi EMS beroperasi secarareal time dengan data snapshot dari
server SCADA atau sub sistem komunikasi untuk pengukuran dan status saat
aplikasi dijalankan dan data modeling serta data statis dapat diambil dari server
historical, EMS dan SCADA.
AMS (Automatic Meter Reading)
cm. Automatic Meter Reading (AMR) adalah system pembacaan meter jarak jauh
secara otomatis, terpusat, dan terintegrasi dari ruang control melalui media
komunikasi telepon public (PSTN) atau telepon seluler (GSM) menngunakan
software tertentu. Sistem AMR diterapkan pada pelanggan potensial dengan daya
terpasang diatas 41.5 KVA.
cn. Konfigurasi peralatan yang digunakan diantaranya :
Meter elektronik yang terpasang di pelanggan
Modem dan saluran telepon
Computer
co. Dengan system AMR, pelanggan dapat mengetahui nilai dan karakteristik
energy listrik yang dikonsumsi, sehingga dapat melakukan energy management
untuk menghemat biaya listrik.
cp. Sistem AMR (Automatic Meter Reading) merupakan sistem pengambilan data
tersentralisasi, dimana data regular yang berupa :
Energy (kWh & kVArh)
Max Demand (VA), dan
Load Profile (Arus,Tegangan,kW, kVAr, dan kVA)
cq. secara periodik dibaca dari setiap Meter dan dikumpulkan di Master AMR
untuk keperluan billing dan juga untuk analisa profil customer dalam kerangka
antisipasi kebutuhan daya.
cr. Sistem ini pun memiliki beberapa kelemahan.
kWh meter transaksi yang digunakan tidak satu jenis, sehingga download
datanya harus menggunakan program yang berbeda.
nilai dari pengukuran per 30 menit
koneksi ke kWh meter lebih rentan terhadap gangguan.
Pengumpulan data dan kalkulasi susut transmisi akan memakan waktu yang
lama.
Sistem ini akan efektif jika kalkulasi susut dilakukan per-hari (per-24 jam)
cs. Sistem AMR ini memungkinkan untuk malakukan koreksi pola operasi setiap
harinya. Ini hanya bereffek pada perencanaan pengoperasian pembangkit setiap
harinya.
LFC (Load Frequency Control)
ct. Peralatan yang seacraotomatis merespon sinyalk dari control center secarareal
time untuk mengatur daya aktif keluaran dari generator yang berada dalam suatu
area tertentu sebagai tanggapan terhadap perubahan frekuensi sistem, pembebanan
tieline, atau keduanya, dengan maksud untuk menjada frekuensi sistem yang
diinginkan, dan atau mewujudkan pertukaran daya aktif dengan area lain dalam
batas yang dikendaki.
SOP
PENERAPAN SOP
c. BRAINWARE
MENERAPKAN BUDAYA ORGANISASI
cu. Dalam sebuah perusahaan terdapat sebuah organisasi. Untuk mencapai
tujuan dari perusahaan tersebut diperlukan budaya oerganisasi. Budaya organisasi
dianggap penting, karena pada budaya organisasi yang kuat akan mempermudah
dalam tercapainya tujuan oranisasi, sebaliknya jika budaya organisasi lemah akan
tujuan organisasi akan sulit dicapai.
cv. Budaya organisasi mendorong terciptanya komitmen organisasi dan
meningkatkan konsistensi sikap pegawai, budaya menyampaikan kepada karyawan
baimana pekerjaan dilakukan dan apasaya yang bernilai penting.
cw. Sebagai organisasi publik milik pemerintah, budaya yang terdapat pada
organisasi akan lebih terlihat karena tujuan dari organisasi publik lebih kepada
memberikan manfaat untuk masyarakat dan tidak semata menjalankan organisasinya
untuk mendapatkan keuntungan. Seperti pada PT PLN Unit P3B Jawa-Bali
merupakan unit kerja PT. PLN (Persero) yang memiliki pekerja dalam
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan di daerah daerah seperti di pulau Jawa
dan pulau Bali. P3B JB (Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali)
mempunyai tujuannya yaitu lebih memfokuskan usaha pengelolaan operasi system,
memlihara dan mengembangkan sustem operasi dan sarana penyaluran, mengelola
transaksi energi dan mengelola pengusahaan jasa telekomunikasi masing masing
sesuai kebijakan Perseroan secara komersil, sesuai dengan kontrak kerja yang
diterapkan oleh Direksi Perseroan sebagai unit kerja yang dibawah PT. PLN
Persero.
cx. Selain terdapat tujuan, pada sebuah organisasi terdapat sebuah visi dan
misi. Visi dan misi tersebut dijadikan sebagai landasan dasar untuk lebih
memperbaiki dan mengembangkan budaya organisasi yang akan mempengaruhi
besarnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Kinerja pegawai
dipengaruhi oleh budaya organisasi dan setiap pegawai yang ikut bersama-sama
membangun budaya organisasi yang baik, maka PT PLN unit P3B Jawa-Bali akan
menjadi perusahaan yang memiliki predikat baik dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan lain.
cy. PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI PADA P3B
Sosialisasi Budaya Organisasi
cz. Keberhasilan penerapan budaya organisasi diikuti dengan
proses sosialisasi melalui pelatihan sejak seorang pegawai mulai bekerja
dengan menanamkan nilai- nilai serta menceritakan budaya yang ada pada
organisasi, sehingga sejak menjadi pegawai baru nilai-nilai dan norma yang
berlaku sudah menjadi pedoman pegawai dalam berpeilaku. Pelatihan budaya
merupakan bagian dari sosialisasi budaya. Pelatihan diberikan kepada pegawai
baru yang akan mulai bergabung menjadi anggota organisasi. Pelatihan
diberikan oleh orang-orang yang mempunyai banyak pengalaman cukup lama
sebagai anggota organisasi sehingga terdapat banyak pengetahuan dan cerita
tentang budaya yang ada pada P3B JB. Seperti penjelasan tentang sosialisasi
budaya yang di ceritakan oleh seorang staff bidang SDM dan Umum.
da. Sosialisasi budaya dalam mengimplementasikan budaya
organisasi dilakukan dengan membuat komitmen pada tahun 2010 dengan
membangun pondasi yang terdapat dalam satu buku saku yang di bagian
halaman terakhir terdapat lembar komintmen bahwa pegawai sudah
membaca dan mengerti dan akan mengimplementaskan budaya organisasi
dengan sebaik -baiknya. Sosialisasi budaya organisasi pada P3B JB diserahkan
kepada masing- masing bidang dan masing- masing bidang mempunyai
wewenang berdiskusi untuk menentukan nilai-nilai apa yang paling cocok
untuk di tanamkan pada bidangnya. Seperti pada bidang SDM dan Umun,
setelah berdiskusi nilai- nilai apa yang menjadi pedoman dalam berperilaku
mereka membuat satu hukuman apabila salah satu anggota dari tim SDM
melanggar peraturan yang telah di buat bersama tersebut. Hukuman yang
dijatuhkan apabila seorang pegawai datang terlambat yaitu dengan
mengalungkan buku saku pedoman perilaku dari pagi sampai waktu jam kantor
habis, dan cara ini terbilang efektif karena mengurangi jumlah pegawai yang
sering datang terlambat. (Bapak Sidik, staff bidang umum)
db. Pendapat lain yaitu
dc. Sosialisasinya itu tadi, dengan membuat pamflet-pamflet, buku saku
pedoman perilaku dan melalui media internal PT PLN dan Cukup efektif,
karena adanya media-media tersebut, pegawai akan lebih mudah mengakses
tentang budaya organisasi yang menjadi pedoman perilaku bagi kami dalam
berperilaku. (DM SDM danUmum, 5 Juli 2012)
dd.
de. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh seorang staf dan deputi
manager SDM bahwa proses sosialisasi memberikan manfaat dalam
menerapkan budaya organisasi yang terkandung dalam nilai- nilai budaya
sebagai pedoman perilaku bagi setiap pegawai. Manfaat yang terkandung
adalah proses penerapan budaya organisasi akan berjalan dengan baik karen
melalui pembuatan buku saku yang di dalamnya terdapat apa yang boleh
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh pegawai serta adanya
lembar pernyataan bahwa setiap pegawai berkomitmen untuk menjaga,
menjalankan dan menjadikan nilai-nilai budaya sebagai dasar dari seorang
pegawai dalam berperilaku.
df.Adanya punishment yang sudah menjadi kesepakatan bersama
disosialisasikan dengan baik agar dapat mengurangi jumlah pegawai yang
datang terlambat. Ketika suatu peraturan di sosialisasikan dengan baik, maka
jika ada seorang pegawai yang melanggar akan mendapatkan hukuman yang
sudah di sepakati bersama dan karena dengan adanya peraturan yang sudah di
bentuk bersama ada perasaan malu jika apa yang sudah disepakati kemudian
dilanggar sendiri dan hukuman nya pun terlihat oleh orang banyak. Pengenalan
dan sosialisasi budaya organisasi dapat dilakukan dengan memberikan
pelatihan tentang model budaya organisasi yang digunakan untuk mengetahui
bagaimana anggota organisasi mengenal budaya yang ada pada organisasinya
melalui pengetahuan anggota organisasi tentang artefak seperti ritual-ritual,
bahasa sehari- hari, makna logo perusahaan, tekno logi yang berkembang serta
produk lain yang diproduksi pada oleh organisasi. Selain artefak terdapat nilai-
nilai yang menjadi pedoman perilaku dan asumsi dasar yang digunakan oleh
seorang pemimpin dalam mengambil keputusan.
Peran Budaya Organisasi pada PT PLN unit P3B Jawa Bali
dg. Budaya organisasi pada tiap organisasi mempunyai ciri khas
yang akan membedakan P3B JB dengan organisasi lain dan bermanfaat bagi
kinerja organisasi P3B JB. Berikut hasil wawancara dengan wakil dari bidang
SDM mengenai budaya organisasi yang ada pada P3B JB.
dh. P3B JB membentuk budaya organisasi melalui nilai-nilai
SIPP yang bercirikan komunikasi terbuka, kinerja tinggi, dan komitmen tenaga
kerja serta memastikan bahwa budaya organisasional memberi manfaat dari
beragam gagasan, budaya, dan pemikiran tenaga kerja melalui kegiatan-
kegiatan organisasi yang dapat diikuti oleh seluruh pegawai, seperti kegiatan
diklat, forum diskusi, dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat bagi
kemajuan organisasi (Bapak Sidik, staff bidang SDM dan Umum).
di.Berdasarkan pernyataan diatas terlihat bahwa budaya organisasi dapat
memberikan keleluasaan untuk anggota organisasi dalam memberikan
pemikiran-pemikiran untuk kegiatan-kegiatan yang dapat membangun
organisasi menjadi organanisasi yang diterima dengan baik oleh pelanggan
maupun mitra kerja serta bagi anggota organisasinya sendiri. Mengembangkan
budaya organisasi diperlukan komunikasi yang efektif seperti melalui disposisi,
surat dan nota dinas sesuai TLSK, email, telepon, facsimile, CoP, website (buku
tamu, agenda, liputan berita dan informasi lainnya). Informasi dan komunikasi
dua arah dilakukan melalui raker, RTM, tea morning dan forum- forum seperti
SBO (spiritual, budaya, olah raga) yang di gunakan untuk memfasilitasi
pegawai guna mencapai keseimbangan kerja.
dj. TAHAPAN PENERAPAN BUDAYA ORGANISASI
dk. Tahapan penerapan budaya organisasi dalam menerapkan budaya
organisasi agar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh PT PLN unit P3B,
yaitu:
a) Tahap Pertama
dl.Budaya organisasi pada P3B JB dijabarkan menjadi empat tata nilai
oleh PT PLN Pusat, yaitu saling percaya, integritas, peduli, dan pembelajar.
Keempat tata nilai ini bercirikan komunikasi yang efektif antar anggota
organisasi maupun dengan orang-orang yang berada di luar organisasi sehingga
akan terjadi komunikasi dua arah yang dapat menciptakan kerja sama yang baik
dengan pelanggan, maupun mitra kerja. P3B JB sepakat bahwa cara yang tepat
untuk memperkuat budaya organisasi yaitu melalui manajemen kinerja yang
akan meningkatkan kinerja pegawai yang berlandaskan pada siklus
perencanaan, pemantauan dan peningkatan kinerja pegawai yaitu dengan
memotivasi pegawai agar dapat bekerja dengan sebaik -baiknya. Melalui
budaya P3B JB menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, baik sebagai
mitra kerja maupun sebagai anggota masyarakat dengan mengedepankan nilai-
nilai budaya yang sudah di tanamkan oleh organisasi. Seperti tanggap terhadap
keluhan pelanggan dan menyelesaikan permasalahan dengan tepat waktu dan
sebaik-baiknya.
dm. Pengenalan pembentukan budaya organisasi sudah ada sejak PT
PLN berdiri, pembentukannya didasari oleh visi dan misi organisasi sehingga
pegawai akan lebih mudah memahami tentang budaya organisasi yang menjadi
pedoman perilaku pada P3B JB. Para pendiri mempunyai asumsi dasar, norma,
nilai- nilai dan aturan yang selanjutnya diperkenalkan, di ajarkan, dan
ditanamkan kepada pegawai sebagai anggota organisasi. Budaya organisasi
P3B JB diberikan secara turun temurun dari pendiri PT PLN pusat terdahulu,
kemudian di implementasikan sesuai dengan tata nilai yang sudah ditetapkan
menjadi tata nilai dari P3B JB. Namun P3B JB mempunyai penilaian sendiri
tentang urutan nilai yang di tetapkan oleh PT PLN. Nilai yang paling utama
menurut P3B JB adalah integritas karena loyalitas pegawai adalah yang paling
utama dan mendukung untuk mewujudkan nilai-nilai lain. Budaya muncul
ketika adanya interaksi antara satu anggota organisasi dengan anggota
organisasi lain yang saling memberikan informasi tentang perwujudan budaya
organisasi yang akan meningkatkan kinerja pegawai dan saling memberikan
motivasi untuk ikut dalam mengembangkan budaya organisasi.
b) Tahap Kedua
dn. Sosialisasi budaya dilakukan melalui pelatihan budaya oleh
anggota organisasi yang sudah berpengalaman dan dapat dijadikan contoh yang
baik oleh para pegawai baru karena memiliki perilaku yang baik selama menj
adi anggota organisasi di P3B JB. PLN pusat memberikan wewenang penuh
kepada masing - masing bidang di P3B JB dalam mensosialisasikan budaya
organisasi, sehingga melalui diskusi yang dilakukan oleh masing- masing
bidang diperoleh nilai-nilai budaya yang tepat untuk diterapkan pada bidang
tersebut. Melalui kesepakatan bersama, masing- masing bidang menentukan
hukuman apa yang paling tepat jika terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh
pegawai, seperti hukuman yang ditetapkan oleh bidang SDM dan Umum.
Apabila terdapat pegawai yang terlambat dijatuhi hukuman mengalungi buku
saku pedoman perilaku sejak melakukan pelanggaran sampai jam pulang
kantor. Adanya hukuman yang sudah disepakati bersama, pelaksanaan budaya
organsasi akan menjadi lebih efektif karena akan mengurangi pegawai
melakukan pelanggaran-pelanggaran yang akan berpengaruh pada kinerja
mereka seperti tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu atau lebih sering
datang terlambat daripada datang tepat waktu. Peran seorang pimpinan atau
manager dari masing- masing bidang dalam mengawasi proses sosialisasi
implementasi budaya organisasi juga sangat penting, untuk itu seorang
pemimpin harus memegang teguh budaya yang sudah ada dan menceritakan
serta memberi contoh yang baik tentang bagaimana budaya organisasi yang ada
pada P3B JB.
do. Pengenalan budaya organisasi dapat dilakukan dengan
memberikan pelatihan tentang model budaya organisasi yang digunakan untuk
mengetahui bagaimana anggota organisasi mengenal budaya yang ada pada
organisasinya melalui pengetahuan anggota organisasi tentang artefak seperti
ritual-ritual, bahasa sehari- hari, makna logo perusahaan, teknologi yang
berkembang serta prdouk apa saja yang diproduksi pada oleh organisasi.
c) Tahap Ketiga
dp. Budaya organisasi terkait dengan nilai- nilai, norma-norma, dan
peraturan yang berlaku sehingga perilaku pegawai akan lebih terarah dalam
melakukan kegiatan organisasionlanya. Budaya dijadikan sebagai ciri khas dari
organisasi lainnya yang sejenis, karena nilai- nilai yang terkandung mempunyai
arti yang menggambarkan bagaimana budaya yang ada pada PT PLN unit P3B
Jawa Bali. Peran budaya dalam memotivasi pegawai cukup kuat, karena
dengan menanamkan budaya yang kuat sejak seseorang mulai bergabung akan
membangun sifat loyalitas kepada organisasi. Untuk menciptakan kesan yang
baik di hadapan pelanggan, mitra kerja, maupun masyarakat P3B JB
memfokuskan tiga prinsip yaitu Kapailitas inti, Kepemimpinan, Teknis yang
baik dalam melayani masyarakat.
d) Tahap Keempat
dq. Penerapan budaya organisasi diwujudkan setelah melalui penjabaran
budaya organisasi, sosialisasi budaya dan sosialisasi peran budaya organisasi
sehingga apabila dalam pelaksanaannya semua tahapan tersebut terlaksana
dengan baik, maka penerapan budaya organisasi akan mencapai hasil yang
maksimal. Pada PT PLN unit P3B Jawa Bali, penerapan budaya organisasi
diwujudkan dengan menanamkan nilai-nilai budaya yang ada pada organisasi
sehingga anggota organisasi mempunyai pedoman dalam berperilaku.
dr.
ds.
dt.
MEMBERIKAN PAY FOR PERFOMANCE
du. Untuk memastikan budaya organisasi memberikan manfaat dari
beragam gagasan, budaya, dan pemikiran tenaga kerja dengan melakukan kegiatan
rapat secara berkala. Kegiatan tersebut dievaluasi secara berkala untuk melihat
efektivitas, dan hasil digunakan untuk peningkatan komunikasi, inovasi dan
perbaikan untuk meningkatkan kinerja, dengan demikian P3B JB mempunyai cara
untuk memperkuat budaya organisasi yang berkinerja tinggi, keterikatan, dan
kepuasan yaitu dengan sistem manajemen kinerja yang meningkatkan kinerja
pegawai berdasarkan siklus perencanaan, pemantauan, dan penilaian dan
meningkatkan keterikatan dan kepuasan pegawai melalui pemberian pay for
performance dan kriteria talenta sebagai kenaikan karir.
dv.
SERAGAM PEGAWAI
dw. P3B JB mempunyai beberapa baju seragam yang digunakan padahari -
hari tertentu. Seperti hari senin pakaian yang dipakai berwarna hitam putih. Hari
Selasa memakai baju seragam area. Hari rabu memakai seragam serikat kerja. Hari
kamis memakai baju safari berwarna hitam putih dan pada hari jumat memakai baju
batik.
dx.
TRAINING PEGAWAI
dy. Sebelum kerja langsung, pegawai dispatcher dilalukan trainang di P3B
Pusat. Dan setelah bekerja pegawai dispatcher juga diadakan training setiap setahun
sekali yang diadakan di PUSDIKLAT. Dan training yang dilakukan tersebut disebut
DTS (Dispatcher Training Simulator).
dz. Dispatcher Training Simulator untuk uji kompetensi dispatcher, dengan
fasilitas DTS ini peserta uji kompetensi seolah-olah sedang mengatur sistem dalam
kondisi yang sebenarnya, dimana trainer akan memberikan simulasi-simulasi kasus
pada transmisi, diantaranya switching / pemeliharaan penghantar, serta gangguan
terhadap sistem mulai dari gangguan pembangkit, transmisi hingga trafo. Pada uji
kompetensi ini peserta dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang tepat
terhadap kondisi yang sedang terjadi pada sistem transmisi sesuai dengan standar
prosedur yang sudah ditetapkan, dimana pengambilan keputusan oleh peserta uji
kompetensi tersebut yang akan menjadi bahan penilaian dalam uji kompetensi
dispatcher. DTS akan memberikan respon terhadap langkah-langkah yang dilakukan
oleh peserta sesuai dengan karakteristik sistem tenaga listrik yang sedang diatur.
Walaupun data untuk aplikasi DTS ini berjalan secara offline, namun data didapat
dengan meng-capture data real time pada suatu waktu dan kondisi tertentu, sehingga
keakuratan DTS ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh kondisi datadata realtime
yang sedang berjalan, jika data-data tersebut tidak akurat maka respon dari DTS
juga menjadi kurang sesuai dengan kondisi sistem di lapangan yang terkini.

ea.
eb. Tugas Dispatcher (Pengatur Beban)

ec. Apa itu dispatching?

ed. Dispatching atau Pengaturan Beban adalah suatu tatacara untuk mengoperasikan
sistem tenaga listrik.

ee. Tatacara tersebut meliputi :


ef. a. Perencanaan
eg. - Study aliran daya (load flow)
eh. - Study hubung singkat
ei. - Economic Load Dispatch
ej. - Maintenance scheduling unit pembangkit
ek.
el. b. Pelaksanaan / Operasi Real Time
em. Perlengakpan :
en. - Konfigurasi jaringan sistem tenaga listrik
eo. - Rencana operasi harian
ep. - SCADA
eq. - SOP Pemulihan (recovery)
er. - Logsheet
es.
et. c. Analisa dan Evaluasi
eu. - Pembuatan statistik sebagai input bagi perencanaan
ev.
ew. Tugas Pokok Dispatcher :
ex. Mengatasi penyimpangan (deviasi) yang terjadi dari Rencana Operasi Harian.
Penyimpangan dapat terjadi antara lain karena gangguan sistem (gangguan partial dan
gangguan total / black out). Dalam kasus gangguan total, proses pemulihannya harus
dilakukan secara bertahap, sebagai berikut :
1. Black Start Unit Pembangkit,
2. Pengiriman tegangan (back feeding) ke Unit Pembangkit/Gardu Induk
3. Pemulihan sistem jaringan tenaga listrik dengan melakukan pembebanan Gardu Induk
secara bertahap sesuai dengan kemampuan unit pembangkit yang telah beroperasi.
4. Keberhasilan di dalam mengasut (start) unit pembangkit sepenuhnya bergantung kepada
Enjinir dan Operator Unit Pembangkitan.
5. Pengiriman tegangan ke unit pembangkit (untuk keperluan start) dan pemulihan sistem
dengan melakukan langkah-langkah pembebanan secara bertahap sehingga membentuk
subsistem kecil dan kemudian dirangkai dengan subsistem kecil lainnya hingga
membentuk sistem interkoneksi utuh seperti sediakala, sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Dispatcher yang dibantu pelaksanaannya oleh Operator gardu induk.

ey. Siapa Dispatcher?


ez. Petugas pelaksana operasi real time yang mampu menjaga mutu dan
keandalan operasi sistem tenaga listrik. Berperan melaksanakan rencana operasi harian
(ROH) dan mampu mengatasi penyimpangannya.

fa.
fb. MASALAH
fc. Medan (ANTARA News) - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
Sumatera Utara mengatakan, PLN seharusnya menunjukkan tanggung jawab dengan
pemadaman listrik yang bisa terjadi tiga hingga lima kali dalam sehari. "Petugas PLN
Sumatera Utara tampaknya menganggap hal yang sepele mengenai pemadaman listrik
tersebut. Manajemen PLN Sumut harus menunjukkan rasa tanggung jawab dengan
pemadaman listrik setiap saat di Kota Medan yang penduduknya sekitar 2,3 juta jiwa itu."
kata Ketua YLKI Sumut, Abubakar Siddik, di Medan, Senin,
fd. Pola pikir menyepelekan masalah pemadaman, menurut dia, harus
dihilangkan, dan merupakan paradigma lama, serta tidak mungkin lagi diterapkan pada era
globalisasi yang semakin canggih."PLN Sumut jangan kelihatannya seperti `buang badan`
dan tidak mau bertanggung jawab mengenai permasalahan listrik di daerah ini," ujarnya.
fe. Ia menyebutkan, untuk mengatasi kendala listrik itu, PLN Sumut harus bekerja keras
dengan mencari berbagai solusi sehingga tidak terjadi lagi pemadaman.Manajemen PLN
Sumut tidak usah mencari berbagai dalih atau alasan, bahwa pemadaman listrik karena
adanya perbaikan mesin pembangkit yang rusak di PLN Belawan. Cara-cara mengelabui
masyarakat seperti itu tidak zamannya lagi dan sudah kuno. Masyarakat juga sudah banyak
mengetahui, bahwa pemadaman listrik itu karena terjadi defisit.
ff. "Diperkirakan lebih kurang 371 mega watt kekurangan daya listrik di Sumut,"
kata Abubakar. Ia menambahkan, meski defisit, manajemen PLN Sumut bukannya mencari
tambahan daya, melainkan justru melakukan pemadaman bergilir di sejumlah kelurahan,
kecamatan di Kota Medan. Ini jelas merugikan pelanggan.
fg. Seharusnya, kata dia, manajemen PLN Sumut menyewa pembangkit listrik
kepada pihak lain atau membeli mesin pembangkit listrik yang baru untuk menggantikan
pembangkit listrik yang rusak di PLN Belawan. PLN Sumut saat ini hanya memberikan janji
dan pengharapan bagi masyarakat bahwa pada Oktober 2013 tidak ada lagi pemadaman.
"Namun kenyataannya pada Oktober pemadaman listrik semakin menjadi-jadi, tidak ubahnya
seperti makan obat saja," kata Abubakar. Sementara itu, manajemen PT PLN Wilayah Sumut-
Aceh akan berusaha menyewa dan mengoperasikan pembangkit diesel dengan total daya 430
MW. Target PLN pada awal November sudah tidak ada masalah krisis listrik di Sumut.
Pasokan listrik PLN untuk Sumut hanya 1.400 MW, sementara kebutuhannya mencapai 1.650
MW.
fh.

fi.
fj. DATA
fk. ANALISA
fl. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai