Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No.

2 ISSN 2089-0036

KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JERUK PAMELO


DI KABUPATEN PANGKEP
Financial feasibility of pamelo citrus farming in Pangkep Regency

Armiati
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Makassar
Jln. Perintis Kemerdekaan Km.17,5 Makassar

ABSTRAK
Analisis kelayakan finansial usahatani jeruk pamelo di Kecamatan Marang, Kabupaten
Pangkep, dilaksanakan pada Juni sampai Agustus 2010. Penelitian bertujuan untuk: (1)
mengidentifikasi permasalahan usahatani pamelo; (2) menganalisis kelayakan usahatani
dengan menggunakan Net B/C; NPV dan IRR dan (3) menganalisis kepekaan/sensitivitas
usahatani terhadap perubahan biaya, harga, dan jumlah produksi. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi/wawancara dengan petani responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masalah utama usahatani pamelo adalah: (a) pembibitan (seleksi
bibit/pohon induk belum optimal); (b) pemeliharaan (pemupukan belum sesuai ke-
tersediaan hara dan kebutuhan tanaman, pemangkasan belum dilakukan, pengamatan
kebun belum terjadwal, pengendalian hama/penyakit belum sesuai hama/penyakit sasaran;
(c) pemasaran dilakukan secara borongan (belum ada sortasi/grading); (d) kelembagaan
petani belum menjangkau agribisnis secara utuh, tetapi terfokus pada aspek produksi. Pada
tingkat suku bunga 14% usahatani pamelo layak untuk dikembangkan dengan nilai Net B/C
3,29; NPV Rp. 62.722.024 dan IRR 36,48%. Pada kondisi peningkatan biaya produksi 10%
usahatani pamelo masih layak untuk dikembangkan dengan nilai Net B/C 2,910, NPV
Rp.57.734.458 dan IRR 33,79%. demikian pula halnya pada kondisi penurunan harga
produksi 10% atau penurunan produksi 20% dengan nilai Net B/C masing masing. 2,87
dan 2,4, NPV masing masing Rp.51.482.256 dan Rp 40.202.488 dan IRR masing masing
33,68% dan 31,37%. Namun apabila secara bersama-sama terjadi peningkatan biaya
produksi 40% dan penurunan produksi 40% atau peningkatan biaya produksi 30% suku
bunga 16% dan produksi turun 40% maka usahatani pamelo mengalami kerugian dengan
nilai Net B/C<1, NPV<0 dan IRR lebih rendah dari suku bunga bank yang berlaku sehingga
tidak layak untuk dikembangkan.
Kata kunci: Usahatani pamelo, analisis finansial, analisis sensitivitas,

ABSTRACT
Financial feasibility of Pamela citrus farming in Pangkep regency was conducted at Juny
until Augustus 2010. In Marang regency Pangkep, district. The research aimed were (1)
identifying the problems of pamelo farming in Pangkep district; (2) analyzing financial
feasibility of pamelo farming based on Net B/C; NPV and IRR and (3) analyzing
sensitivity of pamelo farming towards cost, production price and total production changes.
Data collection was done by observation and interviewing of 20 respondents. The result
show that the actual problems of pamelo farming such as: (a) seedling (seedling selection
has not been done as well as the parent stock); (b) crop maintenance including fertilizer

59
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

application has not been adjusted to the conditions of nutrient availability and crop needs;
pruning has not been performed; observation of the garden has not been scheduled; pest
control/disease has not been adjusted for the pest/disease targets; (c)marketing is still done
by the piece there is no sorting/grading and (d) agribusiness farmer institutions as a whole
has not reached but is still focused on production aspects. (2) At the interest rate of 14%
pamelo farming is eligible to be depeloved, with Net B/C 3,29; NPV Rp. 62.722.024 and
36,48 of IRR. (3) Analyze of farming sensitivity by increasing production cost about 10%
changes the values of investment criteria, to be 2,9 in net B/C, Rp 57.734.458 for its NPV
and 33,79% of IRR. In condition when there is a decreasing production price about 10%,
the farming still feasible to depelop because it has value of Net B/C 2,87; NPV is Rp
51.482.256 and 33,68 of IRR. In condition when there is a decreasing production 20%, the
value of investment criteria to be 2,4 in Net B/C; NPV is Rp 40.202.488 and 31,37 of IRR.
Those values indicates that the farming still feasible to conduct. The latest sensitivity
analyze of increasing production cost about 40% and decreasing production 40%, or
increasing production cost about 30%, interest rate of 16% and decreasing production
40%, give result of Net B/C <1; NPV<0 and IRR< of interest rate. Those values indicates
that the farming is not feasible to be conducted.
Keywords: Pamelo farming, financial feasibility, sensitivity analyze

PENDAHULUAN bangkan, karena memiliki kandungan gizi


tinggi dan cita rasa yang enak sehingga
Komoditas hortikultura merupakan pro-
banyak diminati oleh konsumen. Pengem-
duk yang prospektif baik untuk memenuhi
bangan jeruk terdapat di 14 provinsi (23
pasar domestik maupun pasar interna-
sentra), dan salah satunya adalah Sulawesi
sional. Peningkatan pengetahuan terutama
Selatan dengan sentra pengembangannya
untuk pemenuhan gizi dan kesehatan serta
yaitu Kabupaten Pangkep dan Luwu Utara
peningkatan pendapatan turut mendukung
(Puslitbang Hortikultura, 2010).
peningkatan permintaan produk tersebut.
Indonesia mempunyai peluang yang cu- Jenis jeruk yang dikembangkan di Ka-
kup besar untuk pengembangan komoditas bupaten Pangkep dan merupakan salah
hortikultura baik tropis maupun sub tropis, satu komoditas unggulan daerah adalah
karena didukung oleh keragaan karak- jeruk besar (pamelo). Komoditas ini sudah
teristik lahan, agroklimat serta sebaran terkenal dan pemasarannya sudah cukup
wilayah yang luas. luas. Menurut data Dinas Tanaman Pa-
ngan dan Peternakan Kabupaten Pangkep
Berdasarkan data FAO, perdagangan buah
(2010), areal kebun pamelo tahun 2009
di tingkat dunia terus mengalami pening-
tercatat seluas 1.159,20 ha dengan pro-
katan (Dirjen Hortikultura Departemen
duksi 17.899,30 ton. Areal terluas terdapat
Pertanian, 2009). Indonesia merupakan
di Kecamatan Labakkang dan Kecamatan
salah satu negara penghasil buah tropis
Marang, yaitu 90,25% dari total luas
yang memiliki keanekaragaman dan ke-
areal.
unggulan cita rasa yang cukup baik di-
banding dengan buah-buahan dari negara Petani pamelo di Kabupaten Pangkep pa-
penghasil buah tropis lainnya (Muhaymin, da dasarnya telah berupaya untuk mema-
2009). dukan sumberdaya yang dimiliki seopti-
mal mungkin untuk mendapatkan keun-
Jeruk merupakan salah satu jenis produk
tungan yang maksimal. Namun demikian,
buah-buahan yang potensial untuk dikem-
masih banyak kendala yang dihadapi pe-

60
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

tani dalam berusahatani antara lain keter- Pengambilan data dilakukan dengan dua
batasan penggunaan inovasi teknologi, ke- cara yaitu wawancara dan observasi. Ob-
terbatasan modal serta masalah pema- servasi merupakan cara pengumpulan data
saran. Padahal sebagai komoditas ung- melalui pengamatan langsung secara
gulan daerah usahatani pamelo mempu- cermat dan sistematis baik secara parti-
nyai potensi pengembangan dan peluang sipatif maupun non partisipatif. Wawan-
pasar yang cukup luas (tersedia lahan cara dilakukan dengan menggunakan daf-
untuk pengembangan seluas 2.500 ha) tar pertanyaan yang telah disiapkan yang
serta didukung oleh kesesuaian iklim dan bertujuan untuk mendapatkan informasi
tanah yang menunjang pertumbuhan dan yang terarah dan sesuai (Suratno dan
produksinya. Arsyad, 1999).
Sampai saat ini informasi mengenai ke- Data primer seperti aspek personal petani,
layakan dan permasalahan usahatani pa- penggunaan input, produktivitas, harga
melo di Kabupaten Pangkep masih ter- input, harga produksi, upah tenaga kerja
batas sedangkan hasil dari analisis kela- diperoleh melalui wawancara terstruktur
yakan finansial ini akan menunjukkan menggunakan daftar pertanyaan. Data
apakah usahatani pamelo layak atau tidak penggunaan input dan produksi yang di-
layak untuk dikembangkan. Informasi ini kumpulkan adalah mulai dari persiapan
berguna bagi para petani maupun investor (investasi awal) sampai 20 tahun dengan
yang tertarik untuk mengembangkan atau asumsi umur produksi potensial usahatani
menanamkan modalnya dalam usahatani pamelo adalah 20 tahun. Data sekunder
pamelo. Sehingga dengan adanya inves- diperoleh dari instansi terkait seperti dinas
tasi dalam usaha pengembangan usahatani pertanian dan kantor ketahanan pangan.
ini diharapkan akan meningkatkan jumlah Analisis data dilakukan secara kualitatif
produksi pamelo dan pada akhirnya akan dan kuantitatif. Analisis kualitatif diguna-
meningkatkan keuntungan atau pendapat- kan untuk menggambarkan keadaan seca-
an petani dan investor itu sendiri. Oleh ra sistematis sesuai kondisi lapangan.
karena itu dilakukan penelitian yang ber- Analisis kuantitatif digunakan untuk data
tujuan untuk: (1) mengidentifikasi/meng- yang berbentuk angka sehingga memper-
inventarisir permasalahan usahatani pame- mudah membuat kesimpulan. Untuk me-
lo, (2) menganalisis kelayakan finansial
ngetahui kelayakan finansial usahatani
usahatani pamelo di Kabupaten Pangkep, digunakan tiga kriteria yaitu; Net Present
dan (3) menganalisis kepekaan atau sensi- Value (NPV); Internal Rate Of Return
tivitas usahatani pamelo terhadap peru- (IRR) dan Net B/C Ratio (Kadariah, 1979;
ubahan biaya produksi, harga produksi Malian, 2004) dengan rumus sebagai beri-
dan jumlah produksi. kut:
1. Net Present Value (NPV)
BAHAN DAN METODE Net Present Value merupakan selisih
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan antara penerimaan dengan biaya yang
Marang, Kabupaten Pangkep pada Juni telah di-present value-kan. Dalam kriteria
sampai Agustus 2010. Penentuan lokasi ini dikatakan bahwa proyek akan dipilih
dilakukan secara sengaja (purposive sam- apabila nilai NPV lebih besar dari nol.
pling) dengan pertimbangan bahwa daerah
tersebut merupakan sentra produksi pa- n
Bt Ct
melo. Pengambilan petani contoh dilaku- NPV t
kan secara random sebanyak 20 orang. t 1 1 i

61
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

Keterangan : Selain perhitungan kriteria investasi juga


Bt = Penerimaan usahatani pada tahun perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk
ke-t menjelaskan pada skala mana usahatani
Ct = Cost (biaya usahatani pada tahun pamelo mampu bertahan terhadap peru-
ke-t) bahan yang tidak menguntungkan seperti
N = Umur ekonomis proyek (20 tahun) penurunan produksi, penurunan harga atau
i = Tingkat suku bunga yang berlaku peningkatan biaya produksi. Menurut
(14%) Soekartawi (2002) setelah analisis proyek
perlu dilakukan analisis sensitivitas untuk
2. Internal Rate Return (IRR) melihat apa yang terjadi terhadap analisis
proyek jika terjadi suatu kesalahan atau
Kriteria yang menunjukkan bahwa suatu
perubahan dalam dasar-dasar perhitungan
usaha layak dijalankan adalah jika nilai
biaya atau benefit, sehingga hal ini akan
IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
membantu memperkecil ketidakpastian.
yang berlaku pada saat usahatani tersebut
diusahakan. Secara matematis dirumuskan Parameter yang diuji pada perubahan
sebagai berikut: usahatani pamelo adalah sebagai berikut:
1. Kenaikan biaya produksi
Berdasarkan pengalaman hampir se-
NPV1 tiap tahun terjadi perubahan harga
IRR i1 (i2 - i1) sarana produksi terutama pupuk, pes-
NPV1 - NPV2
tisida maupun upah tenaga kerja. Pe-
ningkatan biaya tersebut rata-rata 10%
Keterangan : tahun-1.
NPV1 = NPV yang bernilai positif 2. Penurunan harga produk
NPV2 = NPV yang bernilai negatif Sebagaimana dengan produk pertanian
i1 = Tingkat suku bunga saat NPV lainnya penurunan harga juga selalu
bernilai positif terjadi pada jeruk pomelo terutama
i2 = Tingkat suku bunga saat NPV pada saat musim panen raya atau saat
bernilai negatif panen bertepatan dengan musim panen
buah-buahan lainnya. Selain itu pe-
3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) nurunan mutu buah juga dapat menye-
babkan penurunan harga. Penurunan
Usahatani pamelo dikatakan menguntung- harga rata-rata 10%.
kan (profitable) apabila nilai Net B/C>. 3. Penurunan jumlah produksi
Secara matematik dirumuskan sebagai Penurunan produksi biasanya terjadi
berikut: apabila terjadi perubahan cuaca. Ini
n
terjadi apabila curah hujan tinggi pada
Bt Ct saat fase pembungaan sehingga bunga
t
t 1 1 i gugur dan produksi berkurang. Penu-
Net B / C n
Ct Bt runan produktivitas diperkirakan rata-
t
t 1 1 i rata 20%.
4. Peningkatan biaya dan penurunan pro-
Keterangan : duksi
Bt = penerimaan kotor pada tahun ke-t Pada kondisi ekstrim seandainya ter-
Ct = biaya kotor pada tahun ke-t jadi peningkatan biaya produksi 40%
n = umur ekonomis proyek dan penurunan produksi 40% atau pe-
i = tingkat suku bunga yang berlaku ningkatan biaya produksi 30% suku
bunga 16% dan produksi turun 40%.

62
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

HASIL DAN PEMBAHASAN merah dan pamelo Putih. Tahun 1995


pamelo Gollagolla dikukuhkan sebagai
Kondisi Pertanaman Jeruk Pamelo
varietas unggul lokal. Potensi lahan pe-
Tanaman pamelo tumbuh hampir pada se- ngembangan terluas terdapat di Kecamat-
mua daerah di Sulawesi Selatan namun an Marang dan Kecamatan Labakkang
tidak semua dapat menghasilkan produksi yaitu seluas 2.500 ha dengan kondisi la-
dan rasa yang baik. Kenyataan menunjuk- han datar hingga berombak, jenis tanah
kan bahwa hanya di beberapa kecamatan Aluvial, tekstur lempung dengan keting-
di Kabupaten Pangkep mampu mempro- gian tempat 0-200 m dpl. (Dinas Tanaman
duksi buah dengan optimal baik dari segi pangan dan Peternakan Kabupaten Pang-
jumlah maupun rasa. Menurut petani, ta- kep, 2010). Dari potensi tersebut, telah
naman ini ditanam sekitar tahun 1965 di ditanami 1.037,2 ha yang berarti masih
Desa Batara, Kecamatan Labbakkang, ke- tersedia lahan pengembangan seluas
mudian sekitar tahun 1970-an mulai di- 1.462,8 ha. Produksi yang dicapai pada
kembangkan dengan cara cangkokan dan tahun 2009 tercatat sebesar 17.899,30 ton
berkembang ke daerah lain seperti Keca- (Tabel 1), dan pemasarannya sudah ber-
matan Marang. Karena rasanya yang kembang luas dan pangsa pasar terbesar
enak komoditas ini mulai dikembangkan adalah Pulau Jawa, meliputi Jawa Timur,
secara komersial sekitar tahun 1980-an Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta dan
dan dipasarkan ke Kota Makassar. Varie- Jawa Barat sebesar (61%), Makassar
tas yang berkembang adalah varietas lokal (21%) dan sisanya ke Kalimantan dan
berdasarkan seleksi alam, yaitu pamelo daerah Sulawesi lainnya (18%).

Tabel 1. Luas panen dan produksi jeruk besar pomelo perkecamatan di Kabupaten
Pangkep, 2009
Luas Populasi (pohon)
Produksi Produktivitas
No Kecamatan Tanam
Jumlah Produktif (Ton) (kw pohon-1)
(ha)
1. Pangkajene 1,0 172 150 19,1 1,27
2. Minasa Tene 4,8 840 810 101,1 1,26
3. Bungoro 2,9 446 423 54,6 1,29
4. Labakkang 299,5 52.415 28.525 4.250,2 1,49
5. Marang 746,7 130.675 68.100 11.632,2 1.62
6. Segeri 32,0 5.650 2.764 319,4 1,40
7. Mandalle 29,6 5.180 5.095 672,5 1,32
8. Balocci 21,5 3.762 3.195 408,9 1,28
9. T.Tallasa 21,2 3.710 2.900 368,3 1,27
Jumlah 1159,20 189.764 111.944 17.899,30
Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, Kabupaten Pangkep, 2010.

Hasil identifikasi permasalahan usahatani batang bawah dan batang atas dilakukan
pamelo di Kabupaten Pangkep saat ini secara coba-coba oleh petani karena
adalah: Pembibitan masih dilakukan se- belum cukup informasi yang tersedia
adanya dengan menggunakan teknik oku- mengenai teknologi tersebut. Selain itu
lasi dan cangkok. Kompatibilitas antara seleksi bibit maupun seleksi pohon induk

63
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

dan pelabelan belum dilakukan sesuai diplodia yang paling efisien adalah meng-
dengan aturan teknis. gunakan teknik aplikasi dikerok ke-
mudian dikuas dengan difenokonazol 250
Anjuran pemupukan spesifik lokasi dan
g L-1 (Score 250 EC) dosis 5 mL L-1
teknik penentuan kebutuhan hara tanaman
dengan interval 1 minggu 3 kali aplikasi
belum sepenuhnya dipahami oleh petani.
(Triwiratno et al., 2009).
Umumnya petani memupuk dengan pupuk
kandang dan pupuk kimia seadanya atau Panen dilakukan dengan cara menarik
sesuai dengan pemahamannya dan dosis- buah dengan menggunakan alat panen
nya ditingkatkan sesuai dengan umur lokal dan umumnya kegiatan panen dila-
tanaman, dengan anggapan bahwa sema- kukan oleh pembeli (pedagang). Semen-
kin besar pohon maka semakin banyak tara cara panen yang benar adalah dipetik
jumlah pupuk yang dibutuhkan. Sebagian atau menggunakan gunting. Pemetikan
besar petani memberikan pupuk dengan buah dengan cara ditarik tidak disarankan
cara dihambur belum dibuatkan larikan karena dapat merusak atau mematahkan
sehingga penyerapan hara oleh tanaman cabang tanaman sehingga menimbulkan
tidak optimal. Sistem pemangkasan belum infeksi jamur atau penyakit lainnya.
dilakukan secara optimal terutama pe- Pemasaran hasil dilakukan secara borong-
mangkasan bentuk. an, belum dilakukan sortasi/grading. Ke-
Penyakit yang dominan dan banyak me- lembagaan petani masih terfokus pada
rusak/mematikan tanaman adalah Diplo- kegiatan usahatani dan belum menjangkau
dia dan Phythopthora sp. Penyakit diplo- kegiatan pemasaran.
dia disebabkan oleh jamur Botrydiplodia
theobromae (Diplodia natalensis) dengan Analisis Kelayakan Finansial Usahatani
gejala kulit memproduksi gom atau blen- Biaya usahatani pamelo meliputi biaya
dok, selanjutnya kulit menjadi kering, investasi awal dan biaya pemeliharaan.
pecah dan mengelupas yang menyebabkan Biaya investasi meliputi penyiapan/pem-
nekrosis pada kayu dan daun menguning. bersihan lahan (land clearing), pemagaran
Sedangkan serangan Phytopthora ter- dan pengadaan peralatan. Total investasi
utama pada bagian batang sebelah bawah awal Rp 10.200.000. Biaya produksi rata-
dan akar yang menyebabkan kerusakan rata Rp 6.316.500 pertahun dengan trend
batang dan cabang di atasnya karena yang cenderung meningkat setiap tahun-
transportasi hara terganggu. nya. Peningkatan tersebut terutama di-
Hama yang banyak menyerang buah ada- sebabkan oleh penambahan penggunaan
lah puru buah yang menyebabkan pe- pupuk dan pestisida.
nampilan buah tidak menarik dan tidak Sedangkan penerimaan merupakan hasil
simetris. Pada tingkat serangan lanjut kali antara produksi dan harga jual yang
dapat mengakibatkan penurunan kualitas berlaku di daerah produsen. Jumlah pene-
dan rasa buah menjadi pahit. Upaya pe- rimaan tersebut tergantung jumlah pro-
ngendalian hama dan penyakit dilakukan duksi dan harga jualnya. Harga jual pa-
secara individual dan sering terlambat melo di daerah produsen rata rata Rp.
dilakukan karena petani belum melakukan 2.000 buah-1. Produktivitas tanaman pa-
pengamatan kebun secara terjadwal. Pe- melo dari tahun ke tahun cenderung me-
ngendalian yang dilakukan adalah dengan ngalami peningkatan. Tanaman pamelo
cara penyemprotan berbagai macam pes- mulai berproduksi pada umur 4 tahun.
tisida tanpa memperhatikan hama dan Menurut petani, tanaman yang dibudi-
penyakit sasaran. Sedangkan berdasarkan dayakan melalui bibit okulasi cenderung
hasil penelitian pengendalian penyakit

64
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

berproduksi sampai umur 30 tahun dan Nilai B/C 3,29 diartikan bahwa setiap in-
produksi maksimal dicapai pada saat umur vestasi Rp 1 dikeluarkan dapat memberi-
1520-an tahun. Sedangkan apabila meng- kan keuntungan Rp 3,29. Nilai NPV ber-
gunakan bahan tanaman dari cangkokan nilai positif menunjukkan bahwa man-faat
hanya dapat berproduksi sampai umur 20 yang diterima petani lebih besar dari biaya
tahun yang dikeluarkan. Analisis NPV merupa-
kan metode penilaian kelayakan investasi
Untuk mengetahui kelayakan finansial
yang menyelaraskan nilai akan datang
usahatani pamelo dilakukan dengan meng-
menjadi nilai sekarang menggunakan dis-
gunakan indikator NPV, IRR dan Net B/C
count factor pada tingkat biaya modal/
Ratio. Tingkat suku bunga yang diguna-
suku bunga tertentu (Yusuf et al., 2009).
kan adalah tingkat suku bunga yang ber-
Sedangkan nilai IRR lebih besar dari suku
laku pada saat penelitian yaitu asumsi
bunga bank yang berlaku menunjukkan
14% tahun-1. Hasil analisis menunjukkan
bahwa menginvestasikan modal untuk
bahwa usahatani pamelo layak dikem-
usahatani pamelo lebih menguntungkan
bangkan di Kabupaten Pangkep karena
dibanding dengan mendepositokannya ke
memiliki nilai Net B/C 3,29, NPV RP
bank.
62.722.024 dan IRR 36,48%. (Tabel 2).

Tabel 2. Analisis kelayakan finansial usahatani pamelo di kabupaten Pangkep, 2010.

Kriteria Kelayakan Nilai Kesimpulan


Net B/C 3,29 Layak
NPV RP 62.722.024 Layak
IRR 36,48 %. Layak
Sumber: data primer diolah, 2010.

Analisis Sensitivitas jadi Rp 1.800 buah-1 usahatani pamelo


masih memenuhi kriteria layak untuk
Apabila diasumsikan bahwa perubahan
dikembangkan dengan nilai Net B/C 2,87,
hanya terjadi pada biaya produksi yaitu
NPV Rp 51.482.256 dan IRR 33,68%.
kenaikan 10% (rata rata Rp.7.151.571
Demikian pula halnya pada kondisi pe-
tahun-1) maka hasil analisis menunjukkan
nurunan produksi 20%. Hasil analisis me-
bahwa nilai B/C, NPV dan IRR berubah,
nunjukkan bahwa usahatani tersebut ma-
namun masih memenuhi kriteria layak
sih layak untuk dikembangkan karena
untuk dikembangkan. peningkatan biaya
masih memenuhi kriteria kelayakan yaitu
10% mengakibatkan Net B/C, turun men-
Net B/C sebesar 2,4; NPV Rp 40.202.488
jadi 2,91; NPV Rp 57.734.458 dan IRR
dan IRR 31,37%. Penurunan produksi
33,79%.
pamelo dapat terjadi akibat perubahan
Pada skenario penurunan harga produksi kondisi iklim (hujan terus menerus) se-
10%, diasumsikan menyebabkan peneri- hingga tanaman tidak mengalami masa
maan usahatani juga turun 10% karena stress, hujan pada saat fase pembungaan
kondisi lain seperti biaya, jumlah pro- sehingga terjadi gugur bunga atau tanam-
duksi, dianggap tetap. Hasil analisis kepe- an sudah berumur di atas 20 tahun.
kaan menunjukkan bahwa pada penurunan
harga produksi dari Rp 2.000 buah-1 men-

65
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

Selain skenario tersebut, dilakukan pula dan suku bunga meningkat menjadi 16%.
analisis kepekaan pada kondisi kombinasi Nilai Net B/C yang dihasilkan juga di
antara peningkatan biaya produksi dan bawah 1 yaitu 0,89, NPV Rp 2.267.310
penurunan produksi. Pada analisis ini dan IRR 11,52%. Kondisi ini dapat terjadi
diasumsikan terjadi kondisi ekstrim yaitu apabila terjadi peningkatan harga sarana
peningkatan biaya produksi 40% dan pe- produksi misalnya dengan pencabutan
nurunan produksi 40% atau peningkatan subsidi pupuk dan pestisida, peningkatan
biaya produksi 30% suku bunga 16% dan upah kerja dan penggunaan sarana pro-
produksi turun 40%. Hasil analisis me- duksi yang tidak efisien. Penurunan pro-
nunjukkan bahwa pada kondisi pening- duksi dapat terjadi apabila pemeliharaan
katan biaya meningkat sampai 40% (rata- tidak dilakukan secara optimal atau pada
rata Rp 9.102.000 tahun-1) dan produksi tanaman yang berumur tua. Untuk itu di-
turun 40% usahatani pamelo sudah meng- perlukan upaya upaya preventif terutama
alami kerugian dengan nilai Net B/C ratio dari segi budidaya untuk mengatasi turun-
0,81, NPV Rp -3.817.754 dan IRR 8,96 nya produksi baik dari segi kuantitas
%. Demikian pula halnya apabila biaya maupun kualitas.
produksi naik 30%; produksi turun 40%

Tabel 3. Analisis kepekaan/sensitivitas usahatani pamelo di Kabupaten Pangkep, pada


berbagai perubahan, 2010.

Kriteria Kelayakan Nilai Kesimpulan


Peningkatan biaya produksi 10 %
Net B/C 2,910 Layak
NPV Rp 57.734.458 Layak
IRR 33,79% Layak
Penurunan harga produksi 10 %
Net B/C 2,87 Layak
NPV Rp 51.482.256 Layak
IRR 33,68% Layak
Penurunan produksi 20 %
Net B/C 2,4 Layak
NPV Rp 40.202.488 Layak
IRR 31,37%. Layak
Peningkatan biaya produksi 40 % dan
penurunan produksi 40%
Net B/C 0,81 Tidak Layak
NPV Rp -3.817.754 Tidak Layak
IRR 8,96% Tidak Layak
Peningkatan biaya produksi 30 %;
produksi turun 40 % dan suku bunga
meningkat menjadi 16 %.
Net B/C 0,89 Tidak Layak
NPV Rp -2.267.310 Tidak Layak
IRR 11,52%. Tidak Layak

Sumber: Data primer diolah, 2010.

66
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Masalah utama dalam usahatani pamelo di Muhaymin, 2009. Analisis kelayakan
Kabupaten Pangkep adalah (a) pembibitan finansial usahatani Anggur Prabu
(belum dilakukan seleksi bibit maupun Bestari di Kota Probolinggo Jawa
pohon induk secara optimal): (b) peme- Timur. J. Agritek 17(5): xxxx
liharaan yang meliputi pemupukan belum Dirjen Hortikultura Departemen Per-
disesuaikan dengan kondisi hara dan ke- tanian, 2009. Upaya pengembangan
butuhan tanaman; pemangkasan belum kawasan buah-buahan unggul tro-
dilakukan; pengamatan kebun belum ter-
pika untuk ekspor [diakses tanggal
jadual; pengendalian hama/penyakit be- 16 Oktober 2009 pada situs:
lum disesuaikan dengan hama/penyakit http://www.deptan.go.id].
sasaran; (c) pemasaran masih dilakukan
secara borongan belum ada sortasi/ Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan
grading; (d) kelembagaan petani belum Kabupaten Pangkep, 2010. Selayang
menjangkau agribisnis secara utuh tetapi pandang komoditi andalah jeruk
masih terfokus pada aspek produksi. besar pamelo. Dinas tanaman pa-
ngan dan Peternakan Kabupaten
Usahatani pamelo di Kabupaten Pangkep Pangkep.
membutuhkan investasi awal sebesar Rp
10.200.000 dan biaya pemeliharaan rata Malian, 2004. Analisis ekonomi usahatani
rata pertahun sebesar Rp 6.316.500. Pada dan kelayakan finansial teknologi
tingkat suku bunga 14% usahatani ter- pada skala pengkajian. Makalah Pe-
sebut layak untuk dikembangkan dengan latihan Analisis Presentasi dan Ta-
nilai Net B/C 3,29; NPV Rp 62.722.024 bulasi Data Penelitian dan Pengka-
dan IRR 36,48 %. jian, Bogor 29 November9 De-
sember 2004.
Pada kondisi peningkatan biaya produksi
10% usahatani pamelo masih layak untuk Kadariah, 1979. Pengantar Evaluasi
dikembangkan dengan nilai Net B/C Proyek. Fakultas Ekonomi Univer-
2,910, NPV Rp 57.734.458 dan IRR 33,79 sitas Indonesia, Jakarta.
%. demikian pula halnya pada kondisi Suratno dan Lincolin Arsyad, 1999.
penurunan harga produksi 10% atau penu- Metodologi Penelitian Untuk Eko-
runan produksi 20% dengan nilai Net B/C nomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN,
masing-masing 2,87 dan 2,4, NPV ma- Yogyakarta.
sing-masing sebesar Rp 51.482.256 dan
Rp 40.202.488 dan IRR masing-masing Soekartawi, 2002. Analisis Usaha Tani.
sebesar 33,68% dan 31,37%. Namun apa- UI Press, Jakarta
bila secara bersama-sama terjadi pening- Triwiratno, A., M.E. Dwiastuti, dan B.
katan biaya produksi 40% dan penurunan Widodo, 2009. Teknik pengendalian
produksi 40% atau peningkatan biaya pro- penyakit diplodia dan penyakit ja-
duksi 30% suku bunga 16% dan produksi mur kerak menggunakan fungisida
turun 40% maka usahatani pamelo meng- difenokonazol 250 g.L-1 pada pa-
alami kerugian sehingga tidak layak untuk melo, dalam Kumpulan Abstrak
dikembangkan dengan nilai Net B/C<1, Hasil Penelitian Pertanian Komo-
NPV<0 dan IRR lebih rendah dari suku ditas Jeruk. Pusat perpustakaan dan
bunga yang berlaku yaitu masing masing Penyebaran Teknologi Pertanian.
Net B/C 0,81 dan 0,89, NPV masing Badan Litbang Pertanian Deptan,
masing Rp -3.817.754 dan Rp -2.267.310 2009.
dan IRR 8,96% dan 11,52%.

67
Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 ISSN 2089-0036

Puslitbang Hortikultura, 2010. Pedoman Yusuf, Masniah, Masyhuri dan Irham,


Umum Program Dukungan Pengem- 2009. Analisis kelayakan usahatani
bangan Kawasan Agribisnis Horti- jeruk keprok soe di Kabupaten
kultura. Puslitbang Hortikultura, Timor Tengah Selatan, Nusa Teng-
Badan Litbang pertanian. Kemente- gara Timur. J. Informatika Perta-
rian Pertanian. nian 18(2): xxxx

68

Anda mungkin juga menyukai