Anda di halaman 1dari 27

KEBIJAKAN DIREKTUR RS PGI CIKINI

No. : / / / 2015

TENTANG

ASESMEN DAN PENCATATAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

DIREKTUR KETUA RS PGI CIKINI


Menimbang :
a. bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan pasien dan keluarga dilakukan asesmen
pendidikan pasien;
b. bahwa agar asesmen dan pencatatan pendidikan pasien dan keluarga dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan RS PGI CIKINI sebagai landasan
bagi penyelenggaraan asesmen dan pencatatan pendidikan pasien dan keluarga;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur RS PGI CIKINI.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Kepmenkes 1426/Menkes/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS)

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN ASESMEN DAN


PENCATATAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RUMAH SAKIT
PGI CIKINI
Kedua : Kebijakan tentang Asesmen dan Pencatatan Pendidikan Pasien dan
Keluarga RS PGI CIKINI sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di :Jakarta
Pada Tanggal :30 Desember 2015

Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR


D
Direktur RS PGI Cikini
Lampiran : Keputusan Direktur Ketua RS PGI CIKINI Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN ASESMEN DAN PENCATATAN


PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RS PGI CIKINI

1. Semua pasien yang masuk ke rumah sakit dilakukan assesment tentang kebutuhan
pendidikan
2. Hasil pengkajian pendidikan pasien dicatat dalam rekam medik
3. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang kondisi kesehatan dan diagnosa
penyakit
4. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang keamanan dan efektifitas
penggunaan peralatan medis
5. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang manajemen nyeri
6. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang diet dan nutrisi yang memadai
7. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang teknik rehabilitasi
8. Setelah mendapatkan pendidikan pasien dilakukan verifikasi bahwa pasien telah
menerima dan memahami pendidikan yang diberikan.

DItetapkan

Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR

Direktur RS PGI Cikini


KEBIJAKAN DIREKTUR RS PGI CIKINI
No. : / / / 2015

TENTANG

PEMBENTUKAN TIM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

DIREKTUR KETUA RS PGI CIKINI


Menimbang :
a. bahwa dalam upaya menunjang partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan
keputusan dan proses pelayanan, maka diperlukan penyelenggaraan pendidikan
pasien dan keluarga;
b. bahwa agar pendidikan pasien dan keluarga dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya kebijakan Direktur RS PGI CIKINI sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pendidikan pasien dan keluarga;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Ketua RS PGI CIKINI

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Kepmenkes 1426/Menkes/SK/XII/2006 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PGI CIKINI TENTANG


KEBIJAKAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA RUMAH SAKIT RS
PGI CIKINI

Kedua : Kebijakan tentang Pendidikan Pasien dan Keluarga RS PGI CIKINI


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 30 Desember 2015

Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR

Direktur RS PGI Cikini


Lampiran : Keputusan Direktur Ketua RS PGI CIKINI
Nomor :././/2015
Tanggal :

KEBIJAKAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA


RUMAH SAKIT PGI CIKINI
Rumah sakit membentuk Team Pendidikan Pasien dan Keluarga atau PKRS
(Promosi Kesehatan Rumah Sakit /PROMKES)
1. Team PKRS(PROMKES) terdiri dari semua unsur profesi yang ada di rumah sakit,
sedikitnya terdiri dari dokter, perawat, apoteker, ahli gizi dan rehabilitasi medik.
2. Team PKRS membuat program kerja.
3. Dalam memberikan pendidikan, team bekerja secara kolaboratif
4. Anggota PKRS memiliki pengetahuan yang cukup tentang materi pendidikan yang
diberikan.
5. Team PKRS menyediakan waktu yang adekuat dalam memberikan pendidikan kepada
pasien dan keluarga.
6. Anggota team PKRS memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
7. Rumah Sakit melalui team PKRS mengidentifikasi dan menjalin kerjasama dengan
sumbersumber yang ada di komunitas yang mendukung promosi kesehatan
berkelanjutan dan pendidikan untuk pencegahan penyakit
8. Bila kondisi pasien mengindikasikan, pasien dirujuk ke sumber-sumber yang tersedia di
komunitas untuk menjamin kontinuitas pelayanan.

Ditetapkan :

Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR

Direktur RS PGI Cikini


PANDUAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

RUMAH SAKIT P G I C I K I N I
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. FALSAFAH PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan
yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil keputusan tentang asuhan
yang diterimanya. Pendidikan diberikan ketika pasien berinteraksi dengan dokter atau
perawatnya. Demikian juga petugas kesehatan lainnya memberikan pendidikan secara
spesifik.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan oleh pasien dan
keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang dibutuhkan setelah pasien
dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Pendidikan pasien dapat
mencakup informasi sumber-sumber di komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak
lanjut pelayanan apabila diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila
dibutuhkan.

Pendidikan yang efektif dalam suatu rumah sakit hendaknya menggunakan audiovisual
serta berbagai pembelajaran jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya sehingga mereka mendapat pengetahuan
dan ketrampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan pengambilan keputusan asuhan
pasien

Pendidikan berfokus pada pengetahuan dan ketrampilan spesifik yang dibutuhkan pasien
dan keluarga dalam pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan
berkelanjutan di rumah

Rumah sakit secara rutin memberikan pendidikan pada area yang berisiko tinggi bagi
pasien
Pasien dan keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan dengan
memberi kesempatan untuk memberi pendapat dan mengajukan pertanyaan kepada staf
untuk meyakinkan pemahaman yang benar dan mengantisipasi partisipasi.

Dalam pemberian pendidikan kepada pasien, seluruh tenaga kesehatan profesional yang
memberi asuhan memahami kontribusinya satu dan lain, sehingga diperlukan kolaborasi
anar tenaga profesional tersebut.
BAB II

PERAN PROMKES

Peran berbagai pihak dan tenaga kesehatan dalam promosi kesehatan

Sistem Pelayanan Kesehatan


Menurut Dubois & Miley (2005 : 317) :
Sistem pelayanan kesehatan merupakan jaringan pelayanan interdisipliner,
komprehensif, dan kompleks, terdiri dari aktivitas diagnosis, treatmen,
rehabilitasi, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan untuk masyarakat pada
seluruh kelompok umur dan dalam berbagai keadaan.
Berbagai sistem pelayanan kesehatan meliputi : pelayanan kesehatan
masyarakat, rumah sakit-rumah sakit, klinik-klinik medikal, organisasi-
organisasi pemeliharaan kesehatan, lembaga kesehatan rumah, perawatan dalam
rumah, klinik-klinik kesehatan mental, dan pelayanan-pelayanan rehabilitasi.
Pekerja sosial bekerja dalam berbagai sistem pelayanan kesehatan.
Umumnya pelayanan kesehatan masyarakat disediakan melalui program-
program kesehatan secara lokal, lebih fokus pada promotif dan pencegahan atau
upaya perubahan masyarakat dalam mengatasi suatu masalah kesehatan, seperti
memberantas penyakit menular.

Tujuan Sistem Kesehatan


Dalam batas-batas yang telah disepakati, tujuan sistem kesehatan adalah:
1. meningkatkan status kesehatan masyarakat. Indikatornya banyak, antara lain
Angka Kematian Ibu, Angka Kematian Bayi, Angka kejadian penyakit dan
berbagai indikator lainnya.
2. meningkatkan responsiveness terhadap harapan masyarakat. Dalam hal ini
masyarakat puas terhadap pelayanan kesehatan.
3. menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan. Sistem kesehatan diharapkan
memberikan proteksi dalam bentuk jaminan pembiayaan kesehatan bagi yang
membutuhkan.

Aplikasi Sistem Pelayanan Kesehatan


Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian
banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari
prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan,
tanggung jawab dan tanggung gugat. Sistem pelayanan kesahatan di Indonesia yang
melibatkan sistem kolaborasi antar tenaga kesehatan diharapkan masing-masing
tenaga kesehatan dapat bekerjasama menempatkan perannya masing-masing dalam
menangani masalah pasien maupun masalah kesehatan. Diantara peran tenaga
kesahatan baik dokter, farmasi dan perawat dalam meningkatkan kualitas sistem
pelayanan,
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien
sebagai pusat anggota tim
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim
lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.
Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting
antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Farmasis menyediakan obat, produk pelayanan kesehatan lain, menjamin
kualitas, informasi dan sarana yang memadai kepada pasien, dan memonitor
penggunaan obat yang digunakan pasien. Pelaksanaan tugas harus sesuai untuk setiap
individu atau kebutuhan pasien, didefinisikan dengan jelas, dan dikomunikasikan
secara efektif kepada semua pihak yang terkait.
Seorang ahli gizi akan bertugas dalam menjamin kebutuhan nutrisi pasien.
Seorang ahli gizi bertanggung jawab penuh terhadap apa yang dikonsumsi pasien
setiap harinya. Ahli gizi diharapkan bisa berkoordinasi dengan tenaga kesehatan
lainnya sehingga diharapkan nutrisi yang diberikan sangat sesuai dengan kebutuhan
pasien dan tidak bertentangan dengan pengobatan yang diberikan kepada pasien
tersebut.
Para tenaga kesehatan lain yang mungkin dilibatkan pada kasus khusus seperti
fisioterapist, bidan dan lain-lain harus bisa menjalankan perannya sendiri. Mereka juga
tidak boleh lupa untuk berkomunikasi dan berkolaborasi demi tercapainya sistem
pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Dengan sistem pelayanan kesehatan yang
lebih berkualitas diharapkan ke depannya akan terwujud sebuah sistem kolaborasi
yang mampu menciptakan Indonesia sehat.
Dalam sistem pelayanan kesehatan, suatu kolaborasi harus dapat menyatakan
bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan.
Elemen penting untuk mencapai kolaborasi yang efektif meliputi kerjasama,
asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan kordinasi seperti skema di
bawah ini.

Contoh penerapan dan peran kolaborasi dalam sistem pelayanan kesehatan adalah
sebagai berikut:

1. Pelaksanaan patient center care pada semua golongan pasien.


2. Melakukan dan membudayakan sistem kunjungan ke bangsal-bangsal
pasien yang melibatkan seluruh tenaga kesehatan baik dokter, farmasis,
perawat, ahli gizi dan tenaga kesehatan lain-lain dalam periode waktu
tertentu. Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visit bersama
antara dokter-perawat-apoteker dan mahasiswa perawat-apoteker
maupun mahasiswa kedokteran, dengan tujuan mengevaluasi pelayanan
kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Antara profesi tenaga
kesehatan saling bertukar informasi untuk mengatasi permasalahan
pasien secara efektif. Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu upaya
untuk menanamkan sejak dini pentingnya kolaborasi bagi kemajuan
proses penyembuhan pasien. Kegiatan ronde bersama dapat
ditindaklanjuti dengan pertemuan berkala untuk membahas kasus-
kasus tertentu sehingga terjadi transfer pengetahuan diantara anggota
tim.
3. Melakukan dan menerapkan prinsip komunikasi interprofessional
dalam lingkungan tempat dimana para tenaga kesehatan bekerja.
Berprilaku asertif, berpegang teguh dalam etika, dan koordinasi.

Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan
untuk mencapai tujuan colaboration teamdalam sistem pelayanan kesehatan adalah:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik profesional.
2. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya
3. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
4. Meningkatnya kohesifitas antar profesional
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang
lain.

Promosi kesehatan merupakan sebuah kegiatan untuk meningkatkan kualitas hidup


masyarakat di sebuah kawasan, area atau perkumpulan yang mempunyai kebiasaan yang sama
melalui edukasi terhadap masalah kesehatan yang ada di komunitas tersebut. Promosi
kesehatan melibatkan berbagai tenaga kesehatan. Bagi komunitas, tenaga kesehatan fokus
mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu komunitas, misalnya penyakit yang berjangkit di
suatu komunitas tersebut sehingga dapat dilakukan tindakan preventif, diagnosis dan
pengobatan
Peran Dokter
Menghitung frekuensi penyakit dan angka kejadian penyakit pada populasi, lalu
membandingkan distribusi penyakit pada populasi-populasi dan kemudian menarik
kesimpulan tentang penyebab perbedaan distribusi penyakit pada populasi.
Melakukan diagnosis komunitas terhadap masalah-masalah kesehatan dalam
komunitas
Mengetahui dan menegakkan diagnosis mengenai penyakit atau masalah kesehatan
yang berpotensi muncul dalam komunitas serta faktor-faktor yang dapat
memicunya, baik secara fisik maupun psikis.
Memberikan prioritas perhatian kepada masalah kesehatan penyakit yang
menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada komunitas tersebut.
Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mencegah penyakit, melindungi,
memulihkan, dan meningkatkan kesehatan komunitas

Selain itu, dalam promosi kesehatan, dokter juga berperan melaksanakan pendidikan
kesehatan dalam rangka promosi kesehatan dan pencegahan penyakit diantaranya :
Mengidentifikasi kebutuhan perubahan perilaku dan modifikasi gaya hidup untuk
promosi kesehatan pada berbagai kelompok umur, jenis kelamin, etnis, dan budaya
Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan dalam rangka promosi
kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat.
Melakukan penyuluhan kesehatan dan edukasi tentang penyakit yang ada pada
komunitas
Bekerja sama dengan sekolah dalam mengembangkan program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)
Peran Apoteker dalam Promosi Kesehatan merupakan perannya dalam Komunitas
Memberikan pengarahan kepada masyarakat mengenai penggunaan obat yang
benar melalui penyuluhan, seminar, buletin, maupun iklan layanan masyarakat.
Membantu pemerintah dalam mewujudkan masyarakat sehat, khususnya dalam
penanganan penyakit - penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang
melalui penyuluhan, membuat materi, buletin, iklan, serta berpartisipasi dalam
pengendalian infeksi di RS melalui Komite Pengendali Infeksi.
Memberikan informasi mengenai pemecahan masalah kesehatan yang ada di
masyarakat khususnya mengenai obat atau penemuan obat baru.
Berperan dalam memberikan edukasi obat pada masyarakat, pengadaan obat
berdasarkan penyakit yang banyak terjadi di komunitas tersebut, serta dalam
pengawasan mutu obat.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan edukasi
apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit
ringan dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi
secara aktif dalam promosi dan edukasi.
Disiplin dan pengawasan penggunaan obat pada masyarakat korban bencana, atau
pada pemberian imunisasi.

Perawat dalam komunitas dituntut untuk mampu meningkatkan kesadaran masyarakat


pentingnya kesehatan melalui perannya sebagai edukator terhadap masyarakat
(Muharyani,2011). Layanan keperawatan komunitas berfokus pada level prevensi primer
(memperkuat garis pertahanan dengan menekan faktor resiko dan mencegah stres), sekunder
(dimulai setelah timbul tanda dan gejala, untuk memperkuat garis pertahanan normal melalui
tujuan dan intervensi relevan), dan tersier (dilakukan setelah terapi untuk mencegah penyulit
lebih lanjut). Sedangkan struktur hubungan perawat komunitas dengan masyarakat adalah
membantu yang sehat untuk memelihara kesehatannya, yang sakit untuk memperoleh kembali
kesehatannya, yang tidak bisa disembuhkan untuk menyadari potensinya (Depkes,2007).
Perawat dalam komunitas tugasnya sama seperti dalam individu, tetapi ruang lingkupnya
berbeda dan memperhatikan norma di komunitas tersebut. Dalam promosi kesehatan, perawat
memiliki peran sebagai pendidik, penyuluh kesehatan dan pelaksana konseling keperawatan.
Sebagai pendidik, penyuluh kesehatan, dan pelaksana konseling keperawatan, fungsi yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Mengkaji kebutuhanmasyarakat untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan
dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan. Dari hasil pengkajian diharapkan
dapat diketahui tingkat pengetahuan klien, informasi apa yang diperlukan klien,
dan apa yang ingin diketahui dari klien.
Meningkatkan dan memelihara kesehatan klien melalui penyuluhan atau
pendidikan kesehatan
Melaksanakan penyuluhan atau pendidikan kesehatan klien antara lain tetntang
pengobatan, hygiene, perawatan, serta segala tanda tanda bahaya
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan keperawatan serta membimbing dan
mendidik suatu komunitas untuk menanamkan pengertian kebiasaan dan perilaku
hidup sehat sehingga mampua memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya
Menyusun program penyuluhan atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat
atau sakit seperti nutrisi, latihan, penyakit, dan pengelola penyakit
Membantu masyarakat untuk memilih sumber informasi kesehatan dari buku
buku, koran, TV, teman, dan lainnya
Memberikan informasi, mendengarkan secara obyektif, memberikan dukungan,
memberikan asuhan, dan menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat
Membantu masyarakat untuk mengidentifikasi masalah serta berbagai faktor yang
mempengaruhi
Memberikan petunjuk untuk mencari pendekatan pemecahan masalah dan memilih
cara pemecahan masalah yang tepat
Membantu menentukan pemecahan masalah yang dapat dilakukan

Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat


1. Pelayanan Kesehatan yaitu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat serta pencegahan terhadap penyakit
2. Pelayanan Promotif :
Meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan
kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang
berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian
masyarakat dalam pembangunan kesehatan.
Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal
terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.
3. Pelayanan Preventif :
Menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan tenaga kesmas yang
memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta
pengendalian penyakit.
Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan
penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit.
4. Memperkenalkan gagasan dan teknik perilaku sehat
5. Melakukan identifikasi dan mengembangkan strategi perubahan perubahan hidup
sehat.
6. Memotivasi masyarakat sehingga terjadi perubahan perilaku hidup sehat
Peran ahli gizi dalam komunitas
Penyuluhan kepada masyarakat mengenai kebutuhan gizi seimbang untuk keluarga.
Contoh : pemberian materi ataupun demo masak mengenai cara membuat makanan
dengan gizi seimbang. (komnunitas masyarakat)
Peran ahli gizi di rumah sakit atau klinik: merancang makanan yang diberikan kepada
pasien, konsultasi kesehatan.

BAB III

STANDAR PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

a. Standar PPK 1

Rumah sakit menyediakan pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien dan


keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan.
Memenuhi standar PPK 1, RS PGI CIKINI membentuk Team Pendidikan Pasien dan
keluarga (Team PPK) yang bertanggung jawab kepada DIREKTUR RS PGI
CIKINI. Team PPK terdiri dari seluruh dokter, perwakilan perawat per ruang,
perwakilan rehabilitasi medis, perwakilan ahli gizi dan perwakilan farmasi/apoteker.
Pengorganisasian Team PPK dipimpin oleh satu orang ketua, satu orang wakil ketua
dan seorang sekretaris.

Team PPK mengorganisasikan kegiatannya dengan membuat program kerja,


kerangka acuan, pedoman teknis dan fasilitas yang diperlukan.

b. Standar PPK 2

Dilakukan asesmen kebutuhan pendidikan masing-masing pasien dan dicatat di


rekam medis.

ASSESMENT PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

NO DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


1/1
RS PGI CIKINI

Jl. Raden Saleh No.40


Jakarta 10330

MENETAPKAN
TANGGAL TERBIT

S P O Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR

Direktur RS PGI Cikini


PENGERTIAN Pengkajian yang dilakukan oleh staf rumah sakit untuk mengidentifikasi
kebutuhan pengetahuan masing-masing pasien dan keluarganya.

TUJUAN 1. Mengidentifikasi ketrampilan dan pengetahuan yang merupakan


1. Status kesehatan,
kekuatanstatus promosi pasien
dan kelemahan dan praktek pencegahan
kesehatan,
2. persepsi pengobatan
Sebagai dasar atau perawawatan,
dalam membuat follow up pasien
perencanaan pendidikan
perawatan3. Agar semua petugas yang ada di rumah sakit dapat berpartisipasi
2. Keamanan / dalam
proteksi : bahaya lingkungan, sumber-sumber yg
proses pendidikan
KEBIJAKAN potensial 1.menimbulkan
Semua pasiencidera fisik, ke
yang masuk terpapar dengan
rumah sakit penyakit
dilakukan assesment tentang
menular dan kebutuhan
pathogen, pendidikan
alergi, daya tahan tubuh dan respon thd
pathogen2. Hasil pengkajian pendidikan pasien dicatat dalam rekam medik
3. Tumbuh kembang : Kepantasan perkembangan fisik, psikososial, dan
3. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang kondisi
moral, pencapaian dari tugas perkembangan dalam berbagai area
kesehatan dan diagnosa penyakit
4. Fungsi kognitif ( bahasa, memori, penilaian, pengambilan keputusan )
5. Metode 4.untuk
Pasienmengatasi/kooping thd stress,pendidikan
dan keluarga mendapatkan mendefinisakan
tentang keamanan dan
efektifitas
stressor, toleransi penggunaan
thd stress, peralatan
efektifitas koopingmedis
6. Nilai, tujuan, dan kepercayaan
5. Pasien dan keluargaberhubungan dengan
mendapatkan pilihan, tentang
pendidikan atau manajemen
membuat keputusan,
nyeri kepercayaan spiritual, issu ttg hidup yg penting,
hubungan6. antara
Pasienpola nilai kepercayaan
dan keluarga dengan
mendapatkan masalah
pendidikan dan diet dan nutrisi
tentang
praktek kesehatan
yang memadai
7. Pasien dan keluarga mendapatkan pendidikan tentang teknik
rehabilitasi
8. Setelah mendapatkan pendidikan pasien dilakukan verifikasi bahwa
pasien telah menerima dan memahami pendidikan yang diberikan.
UNIT TERKAIT Rawat Inap

PENGKAJIAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN PASIEN

NAMA UMUR JENIS KEL RUANG NO RM


Jakarta ......................................2015

Edukator

....................................

c. Standar PPK 3

Pendidikan dan pelatihan membantu pemenuhan kebutuhan kesehatan berkelanjutan


dari pasien

Pasien sering membutuhkan pelayanan tindak lanjut guna memenuhi kebutuhan


kesehatan berkelanjutan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. Maka RS
PGI CIKINI memfasilitasi kebutuhan pasien tersebut dengan mengadakan
pendidikan dan pengarahan kepada mereka untuk terlibat dalam klub maupun
jejaring rumah sakit diantaranya :

Klub Stroke
Klub DM
Klub Kesehatan Jiwa
Jejaring TB DOTS
Jejaring PONEK

d. Standar PPK 4

Pendidikan pasien dan keluarga termasuk topik berikut ini, terkait dengan pelayanan
pasien : penggunaan obat yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman,
potensi interaksi antara obat dengan makanan, pedoman nutrisi, manajemen nyeri
dan teknik rehabilitasi

PENDIDIKAN KESEHATAN : PENGOBATAN

NO. REVISI HALAMAN


1/2
RS PGI CIKINI NO DOKUMEN
Jl. Raden Saleh
No.40
Jakarta 10330
TANGGAL TERBIT MENETAPKAN

S P O
Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR
Direktur RS PGI Cikini

PENGERTIAN Menyiapkan pasien untuk mendapatkan pengobatan yang aman dan


memonitor efek dari pengobatan
TUJUAN Mencegah terjadinya kesalahan obat
Menjaga keamanan pemakaian obat
KEBIJAKAN Dilakukan pada semua pasien yang mendapatkan pengobatan
PROSEDUR 1. Berikan penjelasan kepada pasien untuk mengenali perbedaan
karakteristik dari pengobatan dengan tepat
2. Berikan informasi tentang nama generik dan merk dagang setiap obat
3. Berikan penjelasan tentang tujuan dan aksi setiap obat
4. Berikan penjelasan kepada pasien tentang dosis, lokasi dan lama
pemberian setiap obat
5. Berikan penjelasan kepada pasien tentang penggunaan obat yang tepat
6. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan pengobatan
7. Instruksikan pasien untuk mengikuti prosedur sebelum pengobatan
dengan tepat
8. Berikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan jika dosis obat
hilang
9. Berikan penjelasan kepada pasien tenang kriteria memilih obat pengganti,
dosis dan waktu dengan benar
10. Berikan penjelasan kepada pasien akibat yang akan terjadi jika
mengehentikan pengobatan
11. Berikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping yang mungkin
ada dari masing-masing obat
12. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala jika dosis berlebih ataupun
kurang
13. Berikan penjelasan tentang interaksi obat dan makanan yang mungkin
terjadi
14. Berikan penjelasan tentang bagaimana cara menyimpan obat dengan tepat
15. Berikan penjelasan tentang perawatan alat bantu yang digunakan dalam
pemberian obat

ASSESMENT PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA

NO DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


2/2
RS PGI CIKINI

Jl. Raden Saleh


No.40
Jakarta 10330

PENGERTIAN 16. Berikan penjelasan tentang cara membuang jarum dan syringe dengan
benar di rumah
17. Peringatkan pasien tentang bahaya menggunkan obat kadaluarsa
18. Peringatkan pasien untuk tidak memberikan obat yang diresepkan kepada
orang lain
19. Berikan informasi tentang penggantian obat
20. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan anggota tim
kesehatan lain
21. Libatkan keluarga / orang terdekat

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. Instalasi Rawat Jalan
3. ICU
4. IGD

PENDIDIKAN KESEHATAN : PENGGUNAAN PERALATAN MEDIS

NO. REVISI HALAMAN


1/1
RS PGI CIKINI NO DOKUMEN
Jl. Raden Saleh
No.40

Jakarta 10330
TANGGAL TERBIT MENETAPKAN

S P O Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR


Direktur RS PGI Cikini
PENGERTIAN Menyiapkan pasien untuk menggunakan peralatan medis secara aman

TUJUAN 1. Mencegah terjadinya kesalahan penggunaan peralatan medis


2. Menjaga keamanan dan keselamatan dalam penggunaan peralatan medis
KEBIJAKAN Dilakukan pada semua pasien yang menggunakan peralatan medis
PROSEDUR 1. Berikan informasi tentang peralatan medis yang digunakan
2. Berikan penjelasan tentang tujuan penggunaan peralatan medis
3. Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana penggunaan
peralatan medis yang tepat
4. Evaluasi kemampuan pasien dalam menggunakan peralatan medis
tersebut
5. Berikan pejelasan kepada pasien akibat yang akan terjadi jika
mengehentikan pengunaan peralatan medis sebelum selesai program
6. Berikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping yang mungkin
ada dari pemakaian peralatan medis
7. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan anggota tim
kesehatan lain
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. ICU
4. IGD

PENDIDIKAN KESEHATAN : PENGGUNAAN PERALATAN MEDIS

NO DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN


RS PGI CIKINI 1/2

Jl. Raden Saleh No.40

Jakarta 10330

TANGGAL TERBIT MENETAPKAN

Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR


S P O
Direktur RS PGI Cikini
PENGERTIAN Menyiapkan pasien untuk mengikuti diet yang dianjurkan dengan benar
TUJUAN Menyiapkan pasien agar mau bekerja sama dalam program diet yang
ditetapkan

KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien yang diprogram diet

PROSEDUR 1. Kaji pengetahuan pasien saat ini tentang diet yang dianjurkan
2. Tentukan persepsi pasien tentang diet dan harapan tentang tingkat
pemenuhan diet
3. Berikan penjelasan tentang diet yang ditentukan
4. Jelaskan tujuan diet
5. Berikan penjelasn tentang berapa lama diet harus dilakukan
6. Berikan penjelasan kepada pasien tentang bagaimana membuat agenda
makan secara tepat
7. Instruksikan pasien untuk mengikuti diet yang dianjurkan dan
menghindari makanan yang merupakan pantangan
8. Berikan penjelasan tentang interaksi obat dan makanan yang mungkin
terjadi
9. Bantu pasien untuk mengakomodasi pilihan makanan dalam diet yang
ditentukan
10. Bantu pasien dalam melakukan penggantian bahan makanan untuk
mendapatkan resep favorit sesuai dengan diet yang dianjurkan
11. Berikan penjelasan kepada pasien cara membaca label makanan dan
memilih makanan dengan tepat
12. Observasi kemampuan pasien memilih makanan sesuai dengan diet yang
telah ditentukan
13. Observasi kemampuan pasien memilih makanan sesuai dengan diet-nya

PENDIDIKAN KESEHATAN : PENGGUNAAN PERALATAN MEDIS

NO. REVISI HALAMAN


2/2
RS PGI CIKINI NO DOKUMEN

Jl. Raden Saleh No.40

Jakarta 10330
MENETAPKAN
TANGGAL TERBIT
S P O

PROSEDUR 14. Berikan secara tertulis waktu makan pasien


15. Rekomendasikan buku masak yang mencantumkan resep sesuai dengan
diet
16. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan oleh tim kesehatan
lain
17. Rujuk pasien ke ahli gizi Libatkan keluarga klien

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. ICU

PENDIDIKAN KESEHATAN : MANAJEMEN NYERI

NO. REVISI HALAMAN


1/2
RS PGI CIKINI NO DOKUMEN

Jl. Raden Saleh No.40

Jakarta 10330
TANGGAL TERBIT MENETAPKAN
Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR
S P O
Direktur RS PGI Cikini
PENGERTIAN Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi mengurangi nyeri atau
menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien
TUJUAN Memfasilitasi pasien untuk tindakan pengurangan nyeri

KEBIJAKAN Dilakukan pada pasien yang mealami nyeri

1. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk lokasi,


karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya
nyeri dan faktor presipitasi
2. Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan ketidaknyamanan,
khususnya ketidakmampuan komunikasi efektif
3. Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat
4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima tentang
pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien terhadap nyeri
5. Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
6. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu dan keluarga
mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan ketidakmampuan
7. Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran kontrol paska nyeri
yang dapat digunakan
8. Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan
9. Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk mengkaji kenyamanan
pasien dan merencanakan monitoring tindakan
10. Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama berakhir,
antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

PENDIDIKAN KESEHATAN : MANAJEMEN NYERI

NO. REVISI HALAMAN


2/2
RS PGI CIKINI NO DOKUMEN

Jl. Raden Saleh No.40

Jakarta 10330
PROSEDUR 11. Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal: farmakologi,
nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurun nyeri
12. Mengajarkan kepada pasien untuk mempertimbangkan jenis dan sumber
nyeri ketika memilih strategi penurun nyeri
13. Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya sendiri dan intervensi segera
14. Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi (misal: biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, acupressure, terapi dingin/panas, dan pijatan)
15. Jelaskan tentang penggunaan analgetik untuk penurun nyeri yang optimal
16. Gunakan pengukuran control nyeri sebelum nyeri meningkat
17. Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien, catat
perubahan pada rekam medik.
18. Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan dengan
pengkajian terus-menerus terhadap pengalaman nyeri
19. Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien
20. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi penurunan nyeri
21. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri, sesuai keperluan
22. Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan keluarga dan
respon untuk pengalaman nyeri
23. Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika mungkin
24. Pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada rentang spesifik

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap


2. ICU

e. Standar PPK 5
Metode pendidikan mempertimbangkan nilai-nilai dan pilihan pasien dan keluarga,
dan memperkenankan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga dan staf
agar pembelajaran dapat dilaksanakan
Pembelajaran akan terlaksana apabila memperhatikan metode yang digunakan
untuk mendidik pasien dan keluarga. Rumah sakit menyediakan media sebagai
pembelajaran pasien dan keluarga seperti leaflet, LCD, notebook, alat peraga
pendidikan, sound system dll. Setelah pendidikan pasien dan keluarga dilakukan,
perlu dilakukan verifikasi untuk memastikan pasien dan keluarga menerima dan
memahami pendidikan yang diberikan.

Instrumen Ceklist Verifikasi Pengetahuan Pasien

Petunjuk Penggunaan Cheklist Verifikasi Pengetahuan Pasien


1. Format diisi dengan lengkap
2. Ketercapaian diberi tanda ()

Nama Educator : Tanggal Verifikasi :


Nama Pasien / Umur / Ruang : Tempat Verifikasi :

Selama Verifikasi, apakah pasien melakukan Ketercapaian


No Keterampilan Indikator Ketercapaian Ya Tidak
1 Bentuk-bentuk Menyampaikan hak pasien,
pendidikan kesehatan manajemen nyeri, pendidikan pre
disebutkan operasi, pengobatan, rehabilitasi,
nutrisi, proses penyakit

2 Manfaat pendidikan Menjelaskan manfaat manajemen


kesehatan diidentifikasi nyeri, pengetahuan proses penyakit,
/ dijelaskan pengobatan, manajemen

3 Pemberian tindakan Mengungkapkan berbagai


yang selalu disertai pendidikan kesehatan yang
pendidikan kesehatan didapatkan setiap akan dilakukan
dilakukan. tindakan

4 Perubahan sikap tentang Pasien menunjukan sikap koperatif


pendidikan kesehatan dalam perawatan

Demonstrasi yang ditunjukan oleh pasien : Memahami & Menerima


Belum memahami & Menerima

Tanda Tangan Pasien ......................................Tanggal...........................................

Tanda Tangan Educator .................................Tanggal..........................................

f. Standar PPK 6
Tenaga kesehatan profesional yang memberi pelayanan pasien berkolaborasi
dalam memberikan pendidikan

PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN DAN KELUARGA

NO. REVISI HALAMAN


1/1
RS PGI CIKINI NO DOKUMEN

Jl. Raden Saleh No.40

Jakarta 10330
TANGGAL TERBIT MENETAPKAN
Dr. Boy Eduard R. Wajong,MKes, MMR
S PO
Direktur RS PGI Cikini
PENGERTIAN Rumah sakit menyediakan pendidikan untuk menunjang partisipasi pasien
dan keluarga dalam pengambilan keputusan dan proses pelayanan.
TUJUAN Mengatur sistem pendidikan yang diberikan kepada pasien dan keluarga oleh
berbagai macam profesi yang ada di rumah sakit
PROSEDUR 1. Rumah sakit membentuk Team Pendidikan Pasien dan Keluarga Team PPK).
2. Team PPK terdiri dari semua unsur profesi yang ada di rumah sakit,
sedikitnya terdiri dari dokter, perawat, apoteker, ahli gizi dan rehabilitasi
medik.
3. Team PPK membuat program kerja.
4. Dalam memberikan pendidikan, team bekerja secara kolaboratif
5. Anggota PPK memiliki pengetahuan yang cukup tentang materi pendidikan
yang diberkan.
6. Team PPK menyediakan waktu yang adekuat dalam memberikan pendidikan
kepada pasien dan keluarga.
7. Anggota team PPK memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai