Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Keberadaan minyak bumi di alam merupakan hasil pelapukan fosil-fosil tumbuhan dan
hewan pada zaman purba jutaan tahun silam. Organisme-organisme tersebut kemudian
dibusukkan oleh mikroorganisme dan kemudian terkubur dan terpendam dalam lapisan kulit
bumi. Dengan tekanan dan suhu yang tinggi, maka setelah jutaan tahun lamanya, material
tersebut berubah menjadi minyak yang terkumpul dalam pori-pori batu kapur atau batu pasir.
Oleh karena pori-pori batu kapur bersifat kapiler, maka dengan prinsip kapilaritas, minyak bumi
yang terbentuk tersebut perlahan-lahan bergerak ke atas. Ketika gerakan tersebut terhalang oleh
batuan yang tidak berpori, maka terjadilah penumpukan minyak dalam batuan tersebut. Itu
sebabnya minyak bumi disebut sebagai petroleum (yang dalam bahasa Latin, petrus = batu dan
oleum = minyak).

Minyak dan gas bumi (migas) hingga saat ini masih merupakan sumber energi utama yang
digunakan manusia dalam aktivitasnya. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang merupakan liquid
sehingga sangatlah mudah untuk dibawa, maupun diproses tanpa perlu menggunakan wadah
yang khusus. Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model), permintaan minyak
dunia pada periode jangka menengah (2002-2010) diperkirakan meningkat sebesar 12 juta barel
per hari (bph) menjadi 89 juta bph atau tumbuh rata-rata 1,8% per tahun. Sedangkan pada
periode berikutnya (2010-2020), permintaan naik menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan
sebesar 17 juta bph. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan minyak dan gas bumi terus
meningkat dari waktu ke waktu.

Keterdapatan migas di bawah permukaan Bumi tidak terjadi secara acak, melainkan mengikuti
prinsip atau hukum geologi yang disebut sistem hidrokarbon (petroleum system). Hukum ini
menyatakan bahwa agar migas terjadi dan terakumulasi (terkumpul) di suatu tempat di bawah
permukaan Bumi, maka ada lima syarat yang harus dipenuhi: (1) ada batuan induk yang kaya zat
organik dan matang yang menjadi dapur tempat minyak dan gas dibentuk, (2) ada batuan
reservoir tempat akumulasi minyak dan gas tersimpan, (3) ada perangkap/jebakan tempat minyak
dan gas terakumulasi, (4) ada batuan yang menyekat hidrokarbon yang telah terperangkap agar
tidak keluar dari perangkap, dan (5) ada migrasi, yaitu perpindahan minyak atau gas bumi dari
dapur batuan induk ke perangkap. Satu saja dari lima syarat ini tidak dipenuhi, maka
akumulasi hidrokarbon tidak akan terjadi. Kelima aspek ini pun tidak berdiri sendiri, tetapi harus
saling berhubungan dalam ruang dan waktu geologi.

Lapangan Bosand berada dalam cekungan Sumatra selatan yang merupakan cekungan yang
berbentuk asimetris dan dibatasi oleh sesar dan singkapan batuan pra-Tersier yang mengalami
pengangkatan di bagian barat daya sepanjang bukit Barisan.

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud analisa ini adalah untuk:

1. Menentukan batas satuan batuan dalam data Mudlog titik bor Rangerz 1
2. Menentukan batas satuan Formasi dalam data Mudlog titik bor Rangerz 1
3. Menentukan Petroleum system data Mudlog titik bor Rangerz 1

Tujuan analisa ini adalah agar:

1. Dapat menggambarkan kedalaman yang memiliki prospek (cadangan migas) dalam titik
bor Rangerz 1)
2. Dapat memperkirakan jumlah batuan reservoir dalam titik bor Rangerz 1
3. Mengidentifikasi zona target dalam titik bor Rangerz 1
BAB II

METODE PENELITIAN

3.1. Langkah Kerja


Analisa menggunakan data sekunder dari titik bor Rangerz 1 yaitu data mudlog yang
memberikan informasi mengenai:

a. Kedalaman
b. Cutting Lithology
c. Kandungan Gas
d. Chromatolog
e. Profil dan deskripsi profil

Berdasar data yang tersedia, maka langkah kerjanya adalah sebagai berikut:

1. Kajian pustaka pra analisa (Geologi Regional daerah telitian, Cekungan Sumatra Selatan,
Batas antar formasi, Petroleum System)
2. Penentuan satuan batuan berdasar Cutting Lithology dan profil
3. Penentuan Formasi berdasarkan kajian pustaka serta deskripsi profil pada titik bor
Rangerz 1
4. Penentuan Petroleum system denngan mempertimbangkan deskripsi profil, kandungan
gas, dan satuan batuan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. SATUAN BATUAN TITIK BOR RANGERZ 1


Penentuan satuan batuan ini berdasarkan pada deskripsi profil dan Cutting Lithology. Satuan
batuan yang didapat dimulai dari yang terdalam adalah:

a. Satuan batuan Metamorf (1176 m-1321 m)


b. Satuan batuan Serpih (1136 m-1176 m)
c. Satuan batuan Batupasir (1119 m-1136 m)
d. Satuan batuan Serpih (1052 m-1119 m)
e. Satuan batuan Batupasir (1032 m- 1052 m)
f. Satuan batuan Serpih (715 m-1032 m)
g. Satuan batuan Batupasir (695 m-715 m)
h. Satuan batuan Serpih (469 m-695 m)
i. Satuan batuan Batupasir (356 m-469 m)
j. Satuan batuan Serpih (304 m-356 m)
k. Satuan batuan Batupasir (259 m-304 m)
l. Satuan batuan Serpih (57 m-194 m)
m. Satuan batuan Batupasir 0 m-57 m)

3.2. FORMASI TITIK BOR RANGERZ 1


Formasi ini ditentukan berdasarkan deskripsi profil, litologi penyusun, serta kajian pustaka
daerah telitian. Formasi yang diintepretasikan dimulai dari yang terdalam adalah:

a. Batuan Dasar (1176 m-1321 m)


b. Formasi Talang Akar (1052 m-1176 m)
c. Formasi Gumai (351 m-1052 m)
d. Formasi Air Benakat (71 m- 351 m)
e. Formasi Muara Enim (0 m-71 m)

3.3. PETROLEUM SYSTEM TITIK BOR RANGERZ 1


Indikasi Petrolelum system yang didapat pada Titik bor RANGERZ 1 adalah:

a. Terdapat batuan dasar (metamorfik) pada titik bor ini yang pada bagian atas memiliki
indikasi ketersediaan migas yang melimpah
b. Terdapatnya batuan reservoir yang kebanyakan terisi oleh gas alam.
c. Terdapatnya batuan sumber yang kebanyakan terdiri dari batubara
d. Terdapatnya seal yang terbentuk diantara reservoir rock

3.4. ZONA TARGET


Zona target untuk eksploitasi ditentukan berdasar litologi dan kandungan migasnya, untuk
pertambangan dengan metode konvensional, zona target berada pada kedalaman:
a. Minyak
1. Reservoir Rock 1 (1170 m-1176 m below)
2. Reservoir Rock 3 (1032 m-1052 m below)
b. Gas
1. Reservoir Rock 1 (1170 m-1176 m below) 943 unit
2. Reservoir Rock 2 (1119 m-1136 m below) 745 unit
3. Reservoir Rock 3 (1032 m-1052 m below) 2413 unit
4. Reservoir Rock 4 (971 m-980 m below) 1480 unit
5. Reservoir Rock 5 (957 m-960 m below) 863 unit
6. Reservoir Rock 6 (859 m-861 m below) 703 unit
7. Reservoir Rock 7 (694 m-700 m below) 677 unit
8. Reservoir Rock 8 (637 m-644 m below) 482 unit
9. Reservoir Rock 9 (461 m-469 m below) 627 unit
10. Reservoir Rock 10 (443 m-449 m below) 1163 unit
BAB IV

KESIMPULAN

Dari analisa yang didapat, maka kesimpulannya adalah:


1. Petroleum system yang terdapat dalam lokasi penelitian dimungkinkan terbentuk karena
adanya jebakan struktur.
2. Dari beberapa zona prospek yang didapat, disarankan dalam pengeboran minyak dengan
cara konvensional menargetkan reservoir 1 dan 3 karena terdapat tanda/ jejak minyak di
dalam batuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013, September 19). Menyigi Geologi, Mencari Migas Indonesia.


Retrieved from GEOMAGZ: http://geomagz.geologi.esdm.go.id/menyigi-
geologi-mencari-migas-indonesia/
Larasati, D. (2011, April). GEOLOGI UMUM. Retrieved from Digital Library ITB:
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/455/jbptitbpp-gdl-dianlarasa-22706-4-2011ta-
3.pdf

Anda mungkin juga menyukai