Anda di halaman 1dari 8

A.

Tinjauan Tentang Eluen


1. Kloroform
a. Pengertian
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl3).
Kloroform dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, meskipun
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium atau industri.
Wujudnya pada suhu ruang berupa cairan, namun mudah menguap.
Pada suhu normal dan tekanan, kloroform adalah cairan yang sangat
mudah menguap, jernih, tidak berwarna, berat, sangat bias, tidak mudah
terbakar. Hal ini ditemukan pada Juli 1831 oleh dokter Amerika Samuel
Guthrie (1782-1848), dan independen beberapa bulan kemudian oleh Prancis
Eugne Soubeiran (1797-1859) dan Justus von Liebig (1803-1873) di Jerman.
Kloroform yang bernama dan kimia ditandai pada tahun 1834 oleh Jean-
Baptiste Dumas (1800-1884). sifat anestesi Its dicatat awal tahun 1847 oleh
Marie-Jean-Pierre Flourens (1794-1867).
b. Sifat Kloroform
1) Molekul berat : 113,4
2) Titik didih : 61,15 C - 61,70 C.
3) Melting point : -63,2 sampai -63,5 C pada atm
4) Flash point : tidak ada.
5) Kepadatan relatif uap (udara = 1) : 4,1-4,36 kg m pada 101 kPa, 0 C.
6) Tekanan uap : 21,15 kPa pada 20 C.
7) Kelarutan dalam air Pada
0 C : 10.62g/kg Pada
10 C : 95g/kg Pada
20 C : 8.22g/kg
8). Specific gravity : 1,483 pada 20 C

Tidak seperti eter, kloroform's khas bau harum tidak menjengkelkan,


walaupun menghirup uap kloroform pekat dapat menyebabkan iritasi pada
permukaan mukosa terkena. Kloroform adalah obat bius lebih efektif
daripada nitrous oxide. Kloroform metabolisme dalam tubuh adalah dosis-
tergantung, mungkin secara proporsional lebih tinggi pada tingkat yang lebih
rendah dari eksposur. Sebuah persentase yang besar tetapi variabel kloroform
dari udara terinspirasi masih dipertahankan dalam tubuh, "itu adalah secara
ekstensif dimetabolisme oleh hati. Metabolit kloroform termasuk fosgen,
karbena dan klorin, yang semuanya dapat berkontribusi untuk aktivitas
sitotoksik nya. administrasi berkepanjangan kloroform sebagai obat bius
dapat menyebabkan toxaemia. Keracunan akut dikaitkan dengan sakit kepala,
kesadaran berubah, kejang, kelumpuhan pernafasan dan gangguan dari sistem
saraf otonom: pusing, mual, dan muntah yang umum. Kloroform juga dapat
menyebabkan kerusakan tertunda-onset ke jantung, hati dan ginjal. Ketika
digunakan dalam anestesi, pingsan biasanya diawali dengan tahap eksitasi.
Ini diikuti oleh hilangnya refleks, sensasi berkurang dan kehilangan
kesadaran kesatuan.
Mekanisme tindakan anaesthestics umumnya masih kurang dipahami.
Namun pada tahun 2008, ditemukan bahwa kloroform menghambat saluran
ion kalsium TRPC5 dominan di otak. Efek ini memblokir pada saluran ion
TRPC5 dibagi oleh kontemporer senyawa anestesi intravena dan menghirup
sama.
c. Pembuatan Kloroform
Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor
juga bereaksi dengan metal keton, yang menghasilkan masing-masing
bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Hal ini disebut CHX3 atau
haloform, maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform.
Pembuatan kloroform :
Peng foto kloran metana
Menurut reaksi haloform :
Zat + halogen + basa (halogen+basa=atau hipoklorit) CHCl3
Syarat untuk zat ini yaitu yang mempunyai atau pada oksidasi menghasilkan
gugus CH3COO (asetil) yang terikat pada atom H atau C. Reaksi haloform ini
berlangsung dalam tiga tingkat :
Oksidasi (bila perlu)
Substitusi
Penguraian oleh basa
Sifat-sifat CHCl3 :
Cairan
Baunya khas
Penggunaan CHCl3 :
Pelarut untuk lemak, dry cleaning dan sebagainya
Obat bius:dibubuhi etanol, disimpan dalam botol coklat, diisi sampai
penuh (2,103- 105)
Senyawa halokarbon seperti contohnya kloroform mudah dibuat, metana
berklorin dibuat melalui klorinasi metana. Kloroform (CHCl3), semua tidak
larut dalam air, tetapi merupakan pelarut efektif untuk senyawa organik.
Dalam pembuatan atau pensintesaan kloroform perlu diperhatikan
beberapa hal yaitu dengan adanya oksigen dari udara dan sinar matahari maka
kloroform dapat teroksidasi dengan lambat menjadi fosgen (gas yang sangat
beracun), maka untuk mencegah terjadinya fosgen ini maka kloroform,
disimpan dalam botol yang berwarna coklat yang terisi dan mengandung 0,5
1% etanol (untuk mengikat bila terjadi fosgen).
Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom
halogen klor (Cl) pada rantai C-nya. Senyawa kloroform dapat dibuat dengan
bahan dasar berupa senyawa organik yang memiliki gugus metil (-CH3) yang
terikat pada atom C karbonil atau atom C hidroksi yang direaksikan dengan
pereaksi halogen (Cl2). Beberapa senyawa yang dapat membentuk kloroform
dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-propanol, 2-butanol, etanol,
propanon, 2-butanon. Halogenasi sering berjalan secara eksplosif dan hampir
tanpa kecuali menghasilkan campuran produk, karena lasan inilah halogenasi
kadang saja digunakan dalam laboratorium.
Struktur senyawa haloalkana yang terbentuk dari proses halogenasi terdiri
dari ikatan sigma karbon-halogen yang terbentuk oleh saling menindihnya
suatu orbital atom halogen dan suatu orbital hibrida atom karbon. Sebuah
halogen membentuk satu ikatan kovalen dan karena itu tak terdapat sudut
ikatan di sekitar atom ini. Namun, karbon menggunakan orbital hibrida yang
sama tipenya untuk mengikat halogen, hidrogen maupun atom karbon lain.
Kloroform yang dapat dari alkohol dengan kapur klor (bleaching powder)
melalui tiga tingkatan reaksi yaitu :
1) Oksidasi oleh halogen
CH3CH2OH + Cl2 CH3CHO
2) Klorinasi dari hasil oksidasi
CH3CHO + Cl2 CCl3CHO + HCl
3) CCl3CHO + Ca(OH)2 CHCl3 + (HCOO)2Ca
Sedangkan pada reaksi dengan aseton lebih kuat, sehingga dalam proses
sintesa digunakan susunan alat yang agak berbeda. Reaksinya adalah sebagai
berikut
1). CH3COCH3 + 3 Cl2 CCl3COCH3 + 3 HCl
2). CCl3COCH3 + Ca(OH)2 CHCl3 + (CH3COO)2Ca
2. Aseton
Aseton merupakan keton yang paling sederhana, digunakan sebagai pelarut polar
dalam kebanyakan reaksi organik. Aseton dikenal juga sebagai dimetil keton, 2-
propanon, atau propan-2-on. Aseton adalah senyawa berbentuk cairan yang tidak
berwarna dan mudah terbakar, digunakan untuk membuat plastik, serat, obat-obatan,
dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Selain dimanufaktur secara industri, aseton juga
dapat ditemukan secara alami, termasuk pada tubuh manusia dalam kandungan kecil.
Aseton memiliki gugus karbonil yang mempunyai ikatan rangkap dua karbon
oksigen terdiri atas satu ikatan dan satu ikatan . Umumnya atom hidrogen yang
terikat pada atom karbon sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun lain
halnya dengan atom hidrogen yang berada pada karbon (C) disamping gugus karbonil
yang disebut atom hidrogen alfa. Sebagai akibat penarikan elektron oleh gugus
karbonil, kerapatan elektron pada atom karbon alfa semakin berkurang, maka ikatan
karbon dan hidrogen alfa semakin melemah, sehingga hidrogen alfa menjadi bersifat
asam dan dapat mengakibatkan terjadinya substitusi alfa (). Substitusi melibatkan
penggantian atom H pada atom karbon dengan elektrofil (Wade, L.G. 2006:1041-
1063). Atom hidrogen alfa pada aseton dapat dilihat pada Gambar 1.

Aseton mempunyai atom hidrogen alfa bersifat asam, oleh karena itu dapat
terionisasi menghasilkan ion enolat. Ion enolat dapat berada dalam dua bentuk yaitu
bentuk keto dan bentuk enol yang disebut bentuk tautomerisasi. Tautomer adalah
isomer-isomer pada senyawa karbonil yang hanya dibedakan oleh kedudukan ikatan
rangkap dan yang disebabkan perpindahan letak atom hidrogen alfa ke atom oksigen.
Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton dapat dilihat pada Gambar 2.
Hidrogen alfa pada senyawa aseton dapat disubtitusi oleh karbokation
sehingga terjadi reaksi alkilasi. Reaksi alkilasi pada aseton terdapat pada Gambar 3.

3. Asam Formiat
Asam formiat telah diproduksi sejak tahun 1960 dan menjadi produk samping
yang sangat berharga pada pembuatan asam asetat dengan oksidasi hidrokarbon fase
cair. Sejak saat itu, produksi ditingkatkan dan kapasitas dunia mencapai sekitar
330.000 ton/tahun. Asam formiat digunakan berbagai jenis pabrik, termasuk
digunakan pada makanan ternak yang disimpan di gudang, finishing tekstil, dan
sebagai bahan kimia intermediate. (Kirk Othmer, 1987)
a. Macam-macam proses pembuatan asam formiat
1. Proses Oksidasi Butena
Oksidasi fase cair pada butena dan naphta menghasilkan hasil samping
berupa asam formiat. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
C4H8 + 3O2 CH3COOH + 2HCOOH ....................................(1.1)
Proses yang terjadi adalah sebagi berikut :
Oksidasi butena dengan udara pada temperatur 180 oC tekanan 150 atm.
Butena sisa dan hasil reaktor kemudian masuk dalam separator gas - cair.
Gas dari separator gas - cair didinginkan kemudian masuk dalam separator,
gas - cair didinginkan kemudian masuk ke absorber, butena yang diserap
didistilasi pada tekanan 4 atm dalam stripper dan direcycle ke reaktor.
Kemudian cairan keluar dari separator cair - cair terdiri dari asam asetat,
metil etil keton, metil asetat dan asam formiat, dipisahkan dalam kolom
distilasi. Secara keseluruhan yield pada proses ini sekitar 40% - 50%
karena asam formiat hanya merupakan hasil samping dari produk utama
asam asetat. (Kirk Othmer, 1978)
2. Proses Sintesa dari Sodium Hidroksida, Karbon Monoksida dan Asam
Sulfat.
Reaksi yang terjadi :
CO + NaOH HCOONa .....................................................(1.2)
HCOONa + H2SO4 HCOOH + Na2SO4 ..............................(1.3)
Mula-mula karbon monoksida dicampur dengan natrium hidroksida
membentuk natrium formiat. Reaksi ini berjalan pada suhu 180oC dan
tekanan 15 - 18 atm, kemudian natrium formiat ditambahkan dengan asam
sulfat dalam reaktor berpengaduk, pada suhu 350 oC dan tekanan atmosfer.
Campuran yang dihasilkan dipisahkan dalam evaporator dalam tekanan
normal dan suhu 100 120oC untuk mendapatkan asam formiat dan
sodium sulfat kering. Pada proses ini rendemen yang diperoleh adalah
90% dengan konsentrasi produk 75% asam formiat dalam air.
3. Reaksi Hidrolisis Formamid
Reaksi yang terjadi :
CO + CH3OH HCOOHC3 .....................................................(1.4)
HCOOHC3 + NH3 HCONH2 + CH3OH .................................(1.5)
HCONH2 + H2SO4 HCOOH + (NH4)2SO4 .............................(1.6)
Proses yang terjadi adalah :
Karbonasi metanol dengan gas CO membentuk metil format pada
temperatur 80 oC dan tekanan 45 atm. Pada tahap ini, ditambahkan katalis
sodium atau potassium metoxide 2,5 % berat dari kebutuhan metanolnya
Kemudian terjadi amolisis metil format dengan ammonia membentuk
formamid pada suhu 80 - 100 oC dan tekanan 0,4 - 0,6 Mpa. Hidrolisis
formamid ditambah asam sulfat 68% - 74% pada suhu 85oC. Reaksi ini
berjalan pada reaktor berpengaduk. Amonium sulfat dan asam formiat
keluar dari reaktor kemudian masuk ke klin. Disini asam formiat diuapkan
dan selanjutnya masuk ke kolom distilasi, sedangkan ammonium sulfat di
blow down dan kemudian dikeringkan. Rendemen asam formiat yang
dihasilkan pada proses ini 93 %. (Kirk Othmer, 1978)
4. Hidrolisis Metil Format
Hidrolisis metil format merupakan teknologi proses yang sederhana.
Kesetimbangan hidrolisis relatif tidak berpengaruh, tetapi tergantung dari
konsentrasi air dengan pengaruh stoikiometri dari air, dimana konsekuensi
metode efisiensi energi dari pengaruh perubahan air sangat diperlukan.
Lebih dari itu metil format mempunyai tingkat volatilitas tinggi (mudah
menguap) dengan bp (bubble point = 32oC) dan asam formiat tergolong
asam kuat dari katalis reesterifikasi. Proses ini berlangsung pada
temperatur 54,7oC serta tekanan operasi 1 atm. Reaksi ini menghasilkan
produk samping metanol, yang dalam perkembangannya dapat direaksikan
dengan CO menghasilkan metil format.
b. Kegunaan Produk
Pemakaian asam formiat sebagai produk intermediat untuk kepentingan
industri cukup luas, di antaranya sebagai berikut :
1. Banyak digunakan dalam industri karet yaitu sebagai bahan koagulasi
karet alam.
2. Banyak digunakan dalam industri farmasi, terutama untuk desinfektan,
obat-obatan dan dipakai sebagai zat pengawet.
3. Dalam industri tekstil digunakan dalam proses dyeing dan finishing
sebagai conditioner.
4. Dalam industri kulit digunakan untuk menetralisir kapur.
5. Asam formiat juga digunakan dalam industri makanan, terutama
digunakan untuk mengasamkan makanan ternak.
c. Produk Asam formiat
- Sifat fisis
Berat molekul = 46,025 g/mol
Konstan ionisasi pada 20oC = 1,765 x 104
Titik didih = 100,8oC
Titik leleh = 8,4oC
Spesific gravity pada 40oC = 1,22647
Tegangan permukaan = 37,0 dyne/cm2
Viskositas pada suhu 25oC = 1,57 cP
Kapasitas panas, cair, 22oC = 0,514 kal/g oC
Panas penguapan, 100oC = 104 kal/g oC
Panas pembakaran, 25oC = -60,9 kkal/mol
- Sifat kimia
Asam formiat merupakan asam terkuat dari seri homolog gugus karboksilat.
Asam formiat mengalami beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi, reaksi
adisi, siklisasi, asilasi.
- Dekomposisi
Asam formiat stabil pada suhu kamar dan dapat didistilasi pada tekanan
atmosfer tanpa dekomposisi. Pada temperatur tinggi, asam formiat
terdekomposisi menjadi karbon monoksida dan air pada temperatur 200oC
dengan katalis alumina berlebih atau karbon dioksida dan hidrogen pada
temperatur 100oC dengan katalis nikel berlebih.
HCOOH ===> CO2 + H2 .......................................... (1.13)
HCOOH ===> CO + H2O .......................................... (1.14)
- Reaksi Adisi
Dalam reaksi adisi, asam formiat memecah ikatan rangkap karbon-karbon
menjadi bentuk ester
- Reaksi Siklisasi
Ortho penylin diamin bereaksi dengan asam formiat membentuk bensimidasol.
- Reaksi Asilasi
Asam formiat ester bereaksi dengan aldehid dan keton membentuk
hidroksimetilen.

Anda mungkin juga menyukai