Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

Mioma Uteri

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat


dalam Menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Obstetri dan Gynekologi
RumahSakitUmumDaerahdr.ZainoelAbidin, Banda Aceh

Disusun Oleh :

Ivana Maulidia
(1107101030322)

Pembimbing :
Dr. dr. Hasanuddin, Sp.OG (K)

BAGIAN/SMF ILMU OBGYN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Mioma Uteri. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad S.A.W. dan keluarganya.

Ucapan terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada pembimbing penulis
yaitu dr. Hasanuddin, Sp.OGdan para dokter sertaperawatdi bagian/SMF Ilmu
Obgyn yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya
laporankasusini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih


banyak terdapat kekurangan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan untuk penyempurnaan tinjauan pustaka ini. Semoga dapat
bermanfaat baik bagi penulis maupun orang yang membacanya.

Banda Aceh, Januari 2016

Wassalam,

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
iii

BAB I
PENDAHULUAN....................................................................
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..............
2
2.1 Anatomi.................
2
2.2 Definisi.........................
4
2.3 Epidemiologi...............
4
2.4 Etiologi...........
5
2.5Klasifikasi Mioma Uteri.................
6
2.6 Gejala Klinis.................
8
2.7 Diagnostik.................
10
2.8 Penatalaksanaan.................
12

BAB III
LAPORAN KASUS
15
3.1 Identitas Pasien
15
3.2 Anamnesis...................................................................
15
3.3Riwayat Penyakit Sekarang
15
3.4Riwayat Penyakit Keluarga
15
3.5Riwayat Pengobatan
15
3.6 Riwayat Kebiasaan Sosial...........................................................
15
3.3 Pemeriksaan Fisik.................
16

3
3.4 Diagnosis Banding.................
17
3.5 Diagnosis Kerja.................
17
3.6 Pemeriksaan Penunjang.................
18
3.7 Tatalaksana .................
22
3.8 Prognosis .................
22
3.9 Follow Up .................
22

BAB IV
PEMBAHASAN
26

BAB V
KESIMPULAN
29

DAFTAR PUSTAKA ..
30

4
BAB I
PENDAHULUAN

Mioma Uteriadalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai.


Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau
uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada 20-25% wanita di atas usia 30
tahun. (1)
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih
banyak lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke.
Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di
Indoneia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% dari semua penderita ginekologi
yang dirawat. (2,3)
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu
mendekati angka 40%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Mioma uteri
dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke. Penelitian Ran Ok et al di
Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus mioma uteri dari
4874 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti. (3,4)
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga
kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.
Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik,
terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang,
dan nyeri akibat penekanan massa tumor. (3)
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan
sosial pada wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif,
pengobatan yang dapat dilakukan adalah histerektomi, dimana mioma uteri
merupakna indikasi yang paling sering untuk dilakukan histerektomi di USA. (1/3
dari seluruh angka histerektomi). (5)
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 45 tahun dengan diagnosa
mioma uteri yang selanjutnya ditatalaksana laparotomi histerektomi. Selanjutnya
akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksanaan ini sudah tepat dan
sesuai dengan literatur.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum
di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih
kurang 57 gram. Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan
pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus,
disamping itu serabutserabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat
meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin.
Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi
dan kembali ke ukuran pada masa predolesen. (6)

Uterus terdiri dari beberapa bagian, yaitu:


a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uterimempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina. (3,6)

Uterus memiliki tiga lapisan yang berbeda struktur dan fungsinya. Lapisan itu
diantaranya
a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.
Endometriumterdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam
masa haid endometrium untuksebagian besar dilepaskan, untuk kemudian
tumbuh menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh

2
darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada
janin.
b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling
penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi
kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan
yang terbuka.
c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang
menfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
- Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral
dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara
lain vena dan arteria uterine.
- Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
- Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan
uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus
uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena
uterus berkontraksi kuat.
- Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
- Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan
vena ovarika. (3,7)

2.2 Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-
seljaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen.Mioma uteri disebut
jugadengan leiomioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat

3
karenajaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan
neoplasma jinakyang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini
memperlihatkangejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma. (3)

2.3 Epidemiologi
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan belum pernah
(dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan pada wanita
berumur 35-45 tahun (proporsi 25%). Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma masih tumbuh. Proporsi mioma uteri pada masa reproduksi 20-
25%.Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma
uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause
dan 12 per seribu wanita menopause (P<0,001).(8)
Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena
wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen dibanding wanita
kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita
kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja. Penelitian Baird di Amerika
Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan usia 35-49 tahun, 478
diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi 35%.(3)
Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan
proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034 kasus
ginekologi.Management of Uterine Fibroid at The University of Nigeria Teaching
Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri 9,8% dari seluruh
kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi.Penelitian Gaym A
di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat
penderita mioma uteri sebanyak 588 kasus. (9)

2.4 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga
merupakan penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumor monoklonal
yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal. Tumbuh
mulai dari benih multiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium sangat

4
lambat tetapi progresif. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mioma
uteri:
a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan
teori Cell nest atau teori genitoblast, teori ini menyatakan bahwa untuk terjadinya
mioma uteri harus terdapat dua komponen penting yaitu: sel nest ( sel muda yang
terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara terus menerus).
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen.19 Hormon estrogen dapat diperoleh melalui
penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal (Pil KB, Suntikan KB, dan
Susuk KB).Peranan estrogen didukung dengan adanya kecenderungan dari tumor
ini menjadi stabil dan menyusut setelah menopause dan lebih sering terjadi pada
pasien yang nullipara.

b. Progesteron
Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjang siklus
menstruasi dan kehamilan. Progesteron merupakan antagonis natural dari
estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara yaitu:
mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa
faktor yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :

1) Umur
Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun.Penelitian Chao-Ru Chen
(2001) di New York menemukan wanita kulit putih umur 40-44 tahun beresiko 6,3
kali menderita mioma uteri dibandingkan umur < 30 tahun (OR =6,3; 95% CI:3,5-
11,6). Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahun beresiko 27,5 kali
untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30 tahun (OR=27,5; 95%
CI:5,6-83,6).

2) Paritas

5
Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relative infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma
uteri atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
keadaan ini saling mempengaruhi.Penelitian Okezie di Nigeria terhadap 190 kasus
mioma uteri, 128 (67,3%) adalah nullipara.
Penelitian yang dilakukan di Nigeria terhadap wanita dengan usia rata 44,9
tahun, 40,8 % nullipara dan 35% melahirkan 1-2 kali.Demikian juga dengan hasil
penelitian Buttrum memperoleh dari 1.698 kasus mioma uteri, 27% diantaranya
infertile dan 31% melahirkan 1-2 kali.
3) Faktor Ras dan Genetik
Pada wanita tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri lebih tinggi.Penelitian Baird di Amerika yang dilakukan terhadap
wanita kulit hitam dan wanita kulit putih menemukan bahwa wanita kulit hitam
beresiko 2,9 kali menderita mioma uteri (OR=2,9; 95%CI:2,5-3,4).21 Terlepas dari
faktor ras, kejadian mioma juga tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada
yang menderita mioma uteri. (3,4)

2.5 Klasifikasi Mioma Uteri


Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:

2.5.1. Mioma Uteri Subserosum


Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut
sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya
menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis
ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik.

2.5.2. Mioma Uteri Intramural

6
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multiple. Apabila masih
kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering
tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya
massa tumor di daerah perut sebelah bawah.

2.5.3. Mioma Uteri Submukosum


Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan
tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat
keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma
submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan
melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi. (3,5)

Gambar 1. Klasifikasi Mioma Uteri

Perubahan Sekunder
1. Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan
mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada
penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya

7
menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok
lainnya.
3. Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas,
dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga
terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari
kistoma ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama
terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya
gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan
garam kapur pada sarang mioma maka mioma
menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
Rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan
ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas.
Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut
sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat
dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan
hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit
demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan
nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada
putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
6. Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan
degenerasi hialin. (3)

2.6 Gejala Klinis


Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini
berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan

8
komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan mioma uteri sebagai keluhan
utama pada umumnya adalah:
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,
menoraghi dan dapat juga terjadi metrorgia. Hal ini seringmenyebabkan penderita
juga mengalami anemia dan perdarahan yang terus menerus.
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih
menjadi perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan
abnormal ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium. Tetapi saat ini
pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena
pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai
adenokarsinoma, permukaan endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di
atas mioma submukosa, dan miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena
adanya sarang mioma diantara serabut miometrium. Pada mioma uteri
submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi
pada permukaan endometrium.

2) Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri
pada kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan
pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan
keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.

3) Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan
oleh mioma uteri pada vesika urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus
urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin
hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. (3,4)

Gejala akibat Komplikasi

1) Degenerasi ganas

9
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-
0,6% dari seluruhkasusmiomauterisertamerupakan50-
75%darisemua sarkoma uterus.Keganasanumumnya baru
ditemukanpada pemeriksaan histologi uterus yang
telahdiangkat.Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau
ukuran tumor yang semakin bertambahbesar terutama jika
dijumpai pada penderita yang sudah menopause.

2) Anemia

Anemiatimbulkarenaseringkalipenderitamiomauterimengalamipe
rdarahanpervaginamyangabnormal.Perdarahanabnormalpadakas
usmiomauteri akanmengakibatkan anemia defisiensi besi
(Marjono, 2008)

3) Torsi

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul


gangguan sirkulasi akutsehinggamengalaminekrosis.
Dengandemikiantimbulsindroma abdomenakut,mual,muntah dan
syok

4) Infertilitas

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup


atau menekan parsinterstisialis tuba, sedangkan mioma uteri
submukosum juga memudahkan terjadinya abortusoleh karena
distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas
yang dicurigaipenyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab
lain harus disingkirkan (4)

2.7 Diagnostik
Untuk menegakkan diagnostik mioma uteri, dapat dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1) Anamnesis
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung pada

10
lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya
dijumpai pada 20-50% penderita saja kasus mioma uteri menimbulkan
keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluhkan apapun. Adapun hasil
anamnesis yang mungkin didapatkan yaitu gejala seperti adanya
perdarahan abnormal, nyeri, dan juga beberapa keluhan miksi.

2) Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin
uterus. Diagnosa mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan
kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit
untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.

3) Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan
zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang
pada beberapa kasus menyebabka polisitemia. Adanya hubungan
antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan
mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik
ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropetin ginjal.
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Mioma uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan
irregularitas kontur maupun pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi
ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik dengan bayangan akustik.
Degenerasi kistik ditandai adanya daerah hiperekoik.
c. Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri
submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut
sekaligus dapat diangkat.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi
mioma, tetapi jarang diperlukan.Pada MRI, mioma tampak sebagai
massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium

11
yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat
dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat
disimpulkan. (3,4)

Diagnosis banding
1.Adenomiosis
2.Neoplasma ovarium

2.8 Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksaaan myoma uteri dibagi atas 2 metode :

1. Terapi medisinal (hormonal)


Saat ini pemakaian Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis
memberikan hasil untuk memperbaiki gejala-gejala klinis yang ditimbulkan oleh
myoma uteri. Pemberian GnRH agonis bertujuan untuk mengurangi ukuran
myoma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Dari suatu
penelitian didapati data pada pemberian GnRH agonis selama 6 bulan pada pasien
dengan myoma uteri didapati adanya pengurangan volume myoma sebesar 44%.
Efek maksimal pemberian GnRH agonis baru terlihat setelah 3 bulan.

Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan


mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan
pembedahan. Terapi hormona lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat
progesterone akan mengurangi gejala perdarahan uterus yang abnormal namun
tidak dapat mengurangi ukuran dari myoma.

2. Terapi pembedahan

Terapi pembedahan pada myoma uteri dilakukan terhadap myoma yang


menimbulkan gejala.MenurutAmericanCollegeof Obstetricians and gynecologist

12
(ACOG) dan American society for Reproductive Medicine (ASMR) indikasi
pembedahan pada pasien dengan myoma uteri adalah :

1. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif


2. Sangkaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan myoma pada masa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada cavum uteri maupun karena oklusi tuba
5. Nyeri dan nyeri tekan yang sangat mengganggu
6. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi maupun histerektomi

a) Miomektomi

Miomektomi sering dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan fungsi


reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Dewasa ini ada beberapa
pilihan tindakan untuk melakukan miomektomi, berdasarkan ukuran dan lokasi
dari myoma. Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi
histeroskopi maupun dengan laparoskopi.Pada laparotomi, dilakukan insisi pada
dinding abdomen untuk mengangkat myoma dari uterus.

Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang


lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada
pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada
miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga
akan mempengaruhi factor fertilitas pada pasien. Disamping itu masa
penyembuhan paska operasi juga lebih lama, sekitar 4-6 minggu.

Pada miomektomi secara histeroskopi, dilakukan terhadap myoma submukosa


yang terletak pada cavum uteri. Pada prosedur pembedahan ini ahli bedah
memasukkan alat histeroskop melalui serviks dan mengisi cavum uteri dengan
cairan untuk memperluas dinding uterus.

13
Miomektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma
yang bertangkai diluar cavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara
laparoskopi. Myoma subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga
dapat diangkat secara laparoskopi. Resiko yang terjadi pada pembedahan
laparoskopi termasuk perlengketan, trauma terhadaporgan sekitar seperti usus,
ovarium, rectum serta perdarahan. Sampai saat ini miomektomi dengan
laparoskopi merupakan standart bagi wanita dengan myoma uteri yang masih
ingin mempertahankan fungsi reproduksinya. (4,5,10)

b) Histerektomi

Tindakan pembedahan untuk mengangkat uterus dapat dilakukan dnegan 3 cara


yaitu : dengan pendekatan abdominal (laparotomi), vaginal dan beberapa kasus
dengan laparoskopi. Tindakan histerektomi pada pasien dengan myoma uteri
merupakan indikasi bila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan
obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total


abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).
Subtotal abdominal histerektomi (STAH) dilakukan untuk menghindari resiko
operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang lebih banyak, trauma operasi
pada ureter, kandung kemih dan rectum. Namun dengan melakukan STAH, kita
meninggalkan serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat
trejadi.

Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat
menjadi sumber timbulnya secret vagina dan perdarahan paska operasi dimana
keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH. (9,10)

14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Pasien
Nama : Ny. V
JenisKelamin : Perempuan
Umur : 34 Tahun
Alamat : Lueng Bata
No. CM : 1-09-76-30
Tanggal Masuk : 06-08-2016
Tanggal Pemeriksaan : 07-08-2016

3.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Mules-mules sejak 2 jam yang lalu sebelum msauk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang mengaku hamil 5 bulan HPHT 2 Maret 2016 TTP 09
Desember 2016, ANC teratur di bidan 5 sebanyak 5x dan di Sp.OG, pada saat
USG terakhir kali dikatakan janin mengalami kelainan kongenital.
Pasien daang dengan Mules-mules sejak 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Keluar air-air (-),

Riwayat Penyakit Dahulu


Hipertensi (-) Diabetes Melitus (-) Keluhan yang sama sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal di dalam keluarga ada yang mengalami penyakit seperti
pasien.

Riwayat Penggunaan Obat


Pasien mendapat beberapa terapi dari RS
- Asamfolat
-

Riwayat Menarche

15
Usia 11 tahun, teratur, 7 hari, Ganti Pembalut 2-3 x/hari. Dismenore (-)

Riwayat Pernikahan
1x. 20 Tahun

Riwayat Persalinan
Anak I : laki-laki 13 tahun, 3700 gram, PV di bidan
Anak II : laki-laki 7 tahun, 3500 gram, PV di bidan
Anak III : laki-laki 6 tahun, 3700 gram, PV di bidan
Anak IV : usia sesuai dengan kehamilan

Riwayat Pemakaian KB
Tidak Ada

3.3 Pemeriksaan Fisik


3.3.1 Vital Sign
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Laju Nadi/Nafas : 88 kali per menit/ 24 kali per menit
SuhuTubuh : 36,70 C

3.3.2 Status Generalisata


Mata : konjungtiva tidak anemis, ikterik tidak ada
T/H/M : dalam batas normal
Leher : tidak ada pembesaran KGB

Thoraks
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi:Stem fremitus kanan = Stem fremitus kiri
Perkusi:Sonor/Sonor
Auskultasi: Suara Pernapasan : vesikuler di seluruh lapangan paru.
Suara tambahan : Tidak dijumpai
Cor : BJ I >BJ II, reguler, bising (-)

16
Abdomen
Inspeksi : asimetris (+)
Palpasi : kesan uterus membesar, padat.Nyeri tekan (+)
Perkusi : timpani (+)
Auskultasi : Peristaltik (+)

Ekstremitas : Tidak ada edema

3.3.4 Status Gynekologi


I : v/u tenang
Io : Tidak dilakukan
Vt : portio arah posterior, pembukaan sudah lengkap, hodge
L1 : TTU 21cm, TBJ 1550 Gram
L2 : punggung kiri, DJJ Tidak terdengar
L3 : kepala
L4 : 3/5

3.4 Diagnosis Banding


1. Mioma Uteri
2. Adenomiosis
3. Neoplasma ovarium

3.5 Diagnosis Kerja


Mioma Uteri
3.6 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 1 Pemeriksaan Laboratorium (1/1/2016)

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi


Haemoglobin(Hb) 10,8 g/dl 13-16 Menurun
Hematokrit (Ht) 33 % 40-58 Menurun
Eritrosit 4,0/mm3 4700-5400 Menurun
Leukosit 16,0/mm3 4000-11000 Meningkat
Trombosit 398/mm3 150000-450000 Normal
Eosinofil 3 0-6 Normal
Basofil 0 0-2 Normal

Netrofil Segmen 62 50-70 Normal

17
Netrofil Batang 1 2-6 Menurun
Limfosit 25 20-40 Normal

Monosit 9 2-8 Meningkat


CT 1-7 Normal
BT 7 5-15 Normal
HbsAg Negatif Negatif Normal
SGOT 16 < 31 Normal
SGPT 12 < 34 Normal
Protein Total 7,0 6,4-8,3 Normal
Albumin 3,53 3,5-5,2 Normal
Na 14,1 135-146 Normal
K 4,0 3,5-4,5 Menurun
Cl 108 90-110 Normal
GDS 73 <200 Normal
Ureum 16 13-43 Normal
Kreatiniin 0,40 0,51-0,95 Menurun

Tabel 2 Pemeriksaan Laboratorium (4/1/2016)


Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Ca 125 1739,50 < 35 Meningkat
Na 145 135-146 Normal
K 3,1 3,5-4,5 Menurun
Cl 108 90-110 Normal
GDS 164 <200 Normal
Ureum 15 13-43 Normal
Kreatiniin 0,43 0,51-0,95 Menurun

Tabel 3 Pemeriksaan Laboratorium (9/1/2016)


Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi

18
Haemoglobin(Hb) 7,9 g/dl 13-16 Menurun
Hematokrit (Ht) 23 % 40-58 Menurun
Eritrosit 2900 /mm3 4700-61000 Menurun
Leukosit 11400/mm3 4000-11000 Meningkat
Trombosit 127000/mm3 150000-450000 Menurun
Eosinofil 0 0-6 Normal
Basofil 0 0-2 Normal

Netrofil Segmen 87 50-70 Normal


Netrofil Batang 0 2-6 Menurun
Limfosit 8 20-40 Menurun

Monosit 5 2-8 Normal

Tabel 4 Pemeriksaan Laboratorium (10/1/2016)


Pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi
Haemoglobin(Hb) 12,3 g/dl 13-16 Normal
Hematokrit (Ht) 30 % 40-58 Menurun
Eritrosit 4500 /mm3 4700-61000 Menurun
Leukosit 10500/mm3 4000-11000 Normal
3
Trombosit 221000/mm 150000-450000 Normal
Eosinofil 3 0-6 Normal
Basofil 0 0-2 Normal

Netrofil Segmen 82 50-70 Meningkat


Netrofil Batang 0 2-6 Menurun
Limfosit 10 20-40 Menurun

Monosit 5 2-8 Normal

a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan Thorax PA 11-01-2016
Kesan: tidak tampak kelainan pada cor dan pulmo.

b. Pemeriksaan USG 06-01-2016

19
Gambar 2.USG Ginekologi

c. Patologi Anatomi

Gambar 3. Uterus dan Ovarium dekstra

Lokalisasi : Uterus dan Ovarium Dekstra


Diagnosa Klinik : Mioma Uteri
Makroskopik : Terima sediaan jaringan uterus yang disertai adneksa
dengan ukuran 14,5 x 13 x 8 cm (adneksa 8,5 x 4,5 x

20
4 cm) warna putih abu-abu, konsistensi kenyal, 3 cup
3 blok, proses sebagian
Mikroskopik : - Tampak endometrium atrofi
- Cerviks dengan sebukan sel-sel radang limfosit
- Pada jaringan tumor tampak jaringan otot polos dan
jaringan ikat prolieratif membentuk susunan pusaran
air dan diantaranya tampak kelenjar dan stroma
endometrium
- Pada jaringan ovarium tampak pembuluh darah
melebar dengan sel-sel radang limfosit
- Tidak dijumpai tanda keganasan pada sediaan ini
Kesimpulan : - Adenomyoma uteri
- Cervicitis kronis
- Oophoritis kronis
3.7Tatalaksana
a. Medikamentosa
- IVFD RL 20 gtt/i
- Inj Ceftriaxone1gr/12 jam
- Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
- Inj. Transamin 500mg/ 8 jam
- Inj. Ketorolac 3% 40mg / 8 jam

b. Supportif
- Menjelaskan tentang penyakit pasien dan halhal yang
akandilakukankepadapasien.
- Menyarankan kepada pasien untuk memakan makan yang sehat dan
mengurangi makanan yang mengandung karsinogen.

3.8Prognosis
Quo ad vitam : Dubia Ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia Ad Bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia Ad Bonam

21
3.9 Follow Up
Tanggal 7/1/2015
06.00
S/ Pasien mengeluhkan sesekali terasa nyeri pada benjolan
O/ KU: Baik, TD : 130/70, N : 78x/I, RR : 20x/I, T: 36.4 oC
Status generalisata : pada abdomen teraba massa dibagian perut bawah
10x11 cm, terfiksir, nyeri perut ada
Status Ginekologi :
I : V/U tenang, perdarahan aktif tidak ada
IO: tidak dilakukan
VT: tidak dilakukan
A/ Mioma Uteri
P/ Hemodinamik stabil : obs.KU, TTV, Perdarahan
Atasi Perdarahan : Inj. Kalnex 1 amp / 8 jam
Atasi nyeri : Inj. Ketorolac 3% 1 amp/8 jam
Multivitamin : Sohobion 1x1
Atasi nyeri ulu hati : Omeprazol 2x1 tab
Pasien rencana operasi miomektomi 8/1/2016

Tanggal 8/1/2016
06.00
S/ Pasien mengeluhkan sesekali terasa nyeri pada benjolan
O/ KU: Baik, TD : 140/80, N : 80x/I, RR : 25x/I, T: 36.5 oC
Status generalisata : pada abdomen teraba massa dibagian perut bawah
10x11 cm, terfiksir, nyeri perut ada, disertai udem
tungkai
Status Ginekologi :
I : V/U tenang, perdarahan aktif tidak ada
IO : tidak dilakukan
VT: tidak dilakukan
A/ Mioma Uteri
P/ Hemodinamik stabil : obs.KU, TTV, Perdarahan
Atasi Perdarahan : Inj. Kalnex 1 amp / 8 jam
Atasi nyeri : Inj. Ketorolac 3% 1 amp/8 jam
Multivitamin : Sohobion 1x1
Atasi nyeri ulu hati : Omeprazol 2x1 tab
Op hari ini

14.00 LAPORAN PEMBEDAHAN


Tindakan Pembedahan : I. Laparotomi
II. Total Abdominal Histerectomi
III. Salphingoovorectomi Dekstra
IV. Adhesiolisis + Pemasangan drain
Uraian Pembedahan:
- Informed Consent, terpasang infus dan kateter, diberikan antibiotik
proofilaksis, desinfeksi lapangan operasi dengan povidone iodine, dipasang

22
doek steril. Insisi kulit abdomen midline sampai dengan atas umbilikus lapis
demi lapis hingga rongga abdomen terbuka. Pada eksplorasi didapatkan
perlengketan hebat antara dinding abdomen dengan uterus, didapatkan
perlengketan hebat antara usus dengan uterus dan ovarium -> konsul bedah
digestif -> dilakukan pembebasan. Pada eksplorasi, didapatkan uterus
membesar setinggi pusat, ovarium kiri sudah tidak ada (riwayat post
pengangkatan kista tahun 2003). Dilakukan total abdominal histerektomi +
salphingoovorectomi dekstra + adhesiolisis dan pemasangan drain.
- Ligamentum Rotundum dekstra sinistra dipotong, diklem, dijahit, dibuat
bladder flap -> terdapat ruptur buli 3 cm -> konsul bedah urologi ->
dilakukan repair.
- Arteri uterina dekstra sinistra diklem, dipotong, dijahit
- Vena uterina dekstra sinistra diklem, dipotong, dijahit.
- Uterus dipotong sampai dengan serviks
- Stamp vagina dijahit depan belakang
- Rawat perdarahan
- Cuci cavum abdomen hingga bersih -> dipasang drain
- Cavum abdomen dijahit lapis demi lapis sampai dengan cavum abdomen
tertutup

Tanggal 9/1/2016
06.00
S/ Pasien mengeluhkan terasa nyeri pada pada daerah luka operasi, sesak,
batuk, dan jantung berdebar
O/ KU: Baik, TD : 130/70, N : 85x/I, RR : 20x/I, T: 36.5 oC
Status generalisata : pada abdomen tampak luka, tertutup perban, tidak
berdarah. Drain 80 cc.

Status Ginekologi :
I : V/U tenang, perdarahan aktif tidak ada
IO : tidak dilakukan
VT: tidak dilakukan
A/ POD I Post laparotomi + Total Abdominal Histerektomi +
Salphingoovorectomi dekstra + Adhesiolosis rectosigmoid + Pemasangan Drain
P/ Hemodinamik stabil : obs.KU, TTV, Perdarahan
Atasi Infeksi : Inj. Ceftriaxone 1 gr / 12 jam
Atasi Perdarahan : Inj. Transamin 500 mg / 8 jam
Atasi nyeri : Inj. Ketorolac 3% 1 amp/8 jam
Multivitamin : Sohobion 1x1
Atasi stress ilcer : Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam

23
Rencana : -Cek darah lengkap post op. Bila Hb < 8 transfusi
PRC s/d Hb > 10
-Pertahankan kateter threeway 2 minggu

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang


wanita berusia 45 tahundengan diagnosa mioma uteri.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa
danpemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang
berupa USG dan pemeriksaanlaboratorium.

Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan


perdarahan dari jalan lahir, nyeri pada bagian perut serta perut
pasien semakin membesar. Ada beberapa kemungkinan
diagnosis untuk pasien dengan perdarahan abnormal disertai
nyeri dan benjolan pada perut bagian bawah antara lain yaitu
mioma uteri dan endometriosis.

Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang


mioma (serviks, intramural,submukus, subserus), besarnya
tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala
yangditimbulkan dapat digolongkan menjadi empat yaitu
perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejaladan tanda penekanan,
serta infertilitas dan abortus.

Pada kasus ini, beberapa dari gejalatersebut didapatkan


pada Ny.F. Perdarahan abnormal dapatdisebabkan oleh
beberapa faktor antara lain pengaruh ovarium sehingga
terjadilah hiperplasiaendometrium, permukaan endomerium
yang lebih luas daripada biasa, atrofi endometriumdiatas mioma
submukosum, miometrium tidak dapat berkontraksi optimal
karena adanyasarang mioma diantara serabut miometrium,
sehingga tidak dapat menjepit pembuluh diantara serabut
miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.

25
Rasa nyeri yang dikeluhkan pasien dapat disebabkan oleh
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai
nekrosis setempat dan peradangan. Gejala penekananberupa
gangguan BAB dan BAK tidak didapatkan pada pasien karena
ukuran mioma yang tidak terlalu besar. (Hanifa dkk, 2008).

Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum


serta vital sign pasien dalambatas normal sehingga menunjukkan
gangguan perdarahan serta nyeri sudah berlangsunglama dan
tubuh telah melakukan penyesuaian diri.

Pada pemeriksaan abdomen, palpasi daerah suprapubik


kesan uterus membesar, padat, disertai nyeri tekan. Pada mioma
uteri, perlunakan tergantung pada derajatdegenerasi dan
kerusakan vaskuler. Uterus sering dapat digerakan, kecuali
apabila keadaanpatologik pada adneksa. Pada pemeriksaan
pelvis, serviks dalam batas normal. Namun, pada keadaan
tertentu,mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali
dilatasi serviks dan terlihat pada osteumservikalis. Hasil
pemeriksaan inspekulo didapatkan bentuk, warna dan
permukaan porsio dalam batas normal, tidak terlihat adanya
fluksus yang berasal dari dalam (kanalis servikalis atau kavum
uteri). Didapatkan pula sekret/lendir berwarna putih pada forniks
dan dindingvagina.

Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini


didapatkan gambaran uterusantefleksi yang membesar, dengan
kesan mioma uteri. Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan
besar kecilnya tumor, ada tidaknya keluhan, umurdan paritas
penderita. Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif mengingat
pada hasilpasien memiliki keluhan subjektif berupa perdarahan
pervaginam abnormal. Pada pasien dilakukan tindakan
histerektomi. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma
uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia,

26
metrorrhagia,keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan
ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14minggu.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara,


yaitu total abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal
histerektomi (STAH). Masing-masing prosedur histerektomi ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk
menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti perdarahan
yang banyak, trauma operasi pada ureter,kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan
serviks,dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks
dapat terjadi. Dengan menyisakanserviks, menurut penelitian
didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih
rendahdibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan
tetap mempertahankan fungsi seksual. Pada TAH, jaringan
granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi
sumbertimbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi
dimana keadaan ini tidak terjadi padapasien yang menjalani
STAH.

27
BAB V
KESIMPULAN

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagenMioma uteri merupakan
neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma
ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.
Secara garis besar, mioma uteri dibagi menjadi 3 yaitu mioma uteri
subserosum, mioma uteri intramural, dan mioma uteri submukosum. Sebagian
besar penderita mioma uteri tidak mengeluhkan gejala, adapun gejala yang
mungkin timbul seperti perdarahan abnormal, nyeri, dan adanya gangguan miksi
akibat drai penekanan. Penegakkan diagnosa mioma uteri yaitu berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan
mioma uteri yaitu diantaranya dengan terapi hormonal dan terapi pembedahan.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Agdi M., and Tulandi T. Endoscopic management of uterine


fibroids. Best Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology,
2008
2. Memarzadeh S, Broder MS,WexlerAS, Pernol ML. Leimyoma of the
uterus. In : Current Obstetric & Gynecologic diagnostic & treatmen,
Decherney AH, Nathan L, editors Ninth edition. Lange Medical
Book,New York, 2007, p: 693-701
3. Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta.
4. Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric
and Gynecologic. Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange,
Norwalk Connectient, California, Los Atlas, 2007, p : 657-62.
5. Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from :
http://www.geocities.com. (Accessed : November 21, 2008).
6. Manuaba IBG, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan,
EGC, Jakarta, p : 409-12.
7. Nierth-Simpson, E.; Martin, M.; Chiang, T.; Melnik, L.; Rhodes, L.; Muir,
S.; Burow, M.; McLachlan, J. Human uterine smooth muscle and
leiomyoma cells differ in their rapid 17beta-estradiol signaling:
implications for proliferation. Endocrinology, 2009. 150 (5): 2436
2445.
8. Okolo, S. Incidence, aetiology and epidemiology of uterine
fibroids. Best practice & research. Clinical obstetrics & gynaecology,
2008. 22 (4): 571588
9. Polena, V., et al. Long-term results of hysteroscopic myomectomy in 235
patients.European Journal of Obstetrics & Gynecology and
Reproductive Biology 130 (2007): 232237.
10. Sankaran, S.; Manyonda, I.Medical management of fibroids. Best
Practice & Research Clinical Obstetrics & Gynaecology, 2008. 22 (4):
655.

29

Anda mungkin juga menyukai