Anda di halaman 1dari 157

Kang Abdul

Yang aku tahu hanya satu. Bahwa aku tak tahu apa-apa. (Socrates)
Jumat, 20 Mei 2016
Makalah Supervisi Pendidikan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Supervisi pendidikan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam penyelenggaran


satuan pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak atau PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini) hingga jenjang pendidikan tinggi setingkat Universitas. Supervisi bukan berarti
mencari kelemahan pada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, namun supervisi
pendidikan bersifat mengatur, mengarahkan, mengawasi, membina, serta memberikan
evaluasi terhadap kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta hal-hal yang
berhubungan dengan sistem pendidikan yang terkait dengan kurikulum, sarana dan
prasarana, serta proses belajar mengajar yang berjalan di satuan pendidikan.

Disadari atau tidak, dewasa ini supervisi pendidikan merupakan hal mutlak yang
harus ada dalam satuan pendidikan guna mengetahui sejauh apa dan seperti apa
berjalannya hal-hal yang terkait dengan Pendidikan.

Mengingat pentingnya Supervisi pendidikan, maka tak dapat dipungkiri lagi


bahwa mengetahui dan mempelajari tentang Supervisi Pendidikan merupakan langkah
awal yang sangat fundamental untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan
kemajuan pendidikan itu berjalan apakah target atau tujuan yang sudah direncanakan
sudah mampu terlaksana atau belum, dan jika belum, melalui supervisi inilah diadakan
pengawasan dan pembinaan.
Supervisi yang tidak hanya terfokus pada satu tipe, satu tujuan, dan satu fungsi
mengharuskan kita untuk lebih memperdalam pengetahuan kita secara lebih terperinci
dan lebih spesifik. Oleh karena itu, mempelajari supervisi pendidikan merupakan hal
yang tak pernah terpisahkan dalam proses pendidikan. Jika Kepala Sekolah
mengambil andil dalam melakukan supervisi kepada tenaga pendidik dan
kependidikan, maka guru memegang supervisi bagi siswa-siswa yang diajarkan

B. Rumusan Masalah

1 Apakah yang dimaksud dengan supervisi Pendidikan ?


2 Siapa saja yang mengambil bagian sebagai supervisor pendidikan ?
3 Hal-hal apa saja yang menjadi ruang lingkup supervisi ?
4 Bagaimana Implementasi Supervisi di MAN 2 Kota Bandung ?

C. Tujuan

1. Mengetahui maksud dari Supervisi pendidikan


2. Mengetahui pihak-pihak yang temasuk supervisor pendidikan
3. Mengetahui hal-hal yang termasuk dalam ruang lingkup supervise
4. Mengetahui pengimplementasisan Supervisi di MAN 2 Kota Bandung
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Supervisi

Supervisi adalah istilah yang relativ sering terdengar dari pendidikan di


Indonesia , karena itu perlu uraian secara lengkap tentang pengertiannya, yang akan
dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu dari sudut etimologis, morfologis, dan semantik.

a. Secara etimologis, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris, yaitu supervision, artinya
pengawasan (Echols, 1983: 569). Oteng (1983: 222) mengatakan bahwa penggunaan
istilah supervisi sering diartikan sama dengan directingatau pengarahan. Sementara
Suharsimi (1988: 152) mengatakan bahwa memang sejak dulu banyak orang
menggunakan istilah pengawasan, penilikan atau pemeriksaan untuk istilah supervisi,
demikian pula pada zaman Belanda orang mengenal istilah inspeksi.

b. Secara morfologis, kata supervisi terdiri atas dua kata, super dan visi (super dan vision).
Menurut Ametembun (1981: 1) super berarti atas atau lebih, sedangkan visi berarti lihat,
tilik, dan awasai. Jadi supervisi berarti melihat, menilik dan mengawasi dari atas; atau
sekaligus menunjukan bahwa orang yang melaksanakan supervisi berada lebih tinggi dari
orang yang dilihat, ditilik, dan diawasi.

c. Secara semantik, para ahli memberikan berbagai corak definisi, tapi pada prinsipnya
mengandung makna yang sama. Menurut (Wiles, 1955: 8) "Supervision is assistance in
the development of a better teaching-learning situation"(supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi mengajar yang lebih baik. Neagley dalam Pidarta (1986: 2)
menyebutkan bahwa supervisi adalah layanan kepada guru-guru di sekolah yang
bertujuan untuk menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum. Menurut
Mc. Nerney (dalam Sahertian, 1982: 20) mengartikan supervisi sebagai prosedur
memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses
pengajaran.Sedangkan Poerwanto (1986: 84) menyatakan, supervisi adalah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat dipetik kesimpulan


bahwa Supervisi merupakan suatu layanan dari atasan kepada bawahan
dengan memberikan pengarahan guna mengembangkan kinerja menjadi lebih
baik. Kegiatan supervisi disebut pula sebagai kegiatan mengawasi atau
pengawasan.

B. Tujuan Supervisi

Menurut Arikunto ( 2004 : 40 ) Tujuan Supervisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus supervisi ada beberapa yaitu meliputi:

a. Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik yang
belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.

b. Meningkatkan mutu kinerja guru sehingga berhasil membantu dan membimbing


siswa mencapai prestasi belajar yang diharapkan.

c. Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana


dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung
dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan tujuan lembaga.

d. Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang ada


untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan
keberhasilan belajar siswa.
e. Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung
terciptanya suasana kinerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat
mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.

f. Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga


tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan sekolah
pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang menunjukkan
keberhasilan lulusan.

C. Fungsi Supervisi

Fungsi supervisi dapat dirumuskan berbeda-beda tergantung pada sudut pandang


seseorang terhadap supervisi. Tetapi semua fungsi-fungsi itu mengarah kepada usaha
peningkatan situasi belajar mengajar (Afifuddin, 2005 : 228 )

Menurut Mamur ( 2012 : 31 ) supervisi pendidikan mempunyai tiga fungsi umum,


yaitu :

5 Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan


6 Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang
terkait dengan pendidikan
7 Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing

D. Jenis-Jenis Supervisi

Berdasarkan banyaknya jenis pekerjaan yang di lakukan oleh guru-guru maupun


para karyawan pendidikan, penuklis berpendapat bahwa supervisi di dalam dunia
pendidikan dapat di bedakan menjadi dua macam, yaitu supervisi umum dan supervisi
pengajaran. Di samping kedua jenis supervisi tersebut kita mengenal pula istilah
supervisi klinis, pengawasan melekat, dan pengawasan fungsional ( Purwanto, 2010 :
89 )

a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran.


Yang dimaksud dengan supervisi umum disini adalah supervisi yang di lakukan
terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan
dengan usaha perbaikan pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan pengelolaan
bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan, supervisi
terhadap kegiatan pengelolaan administrasi kantor, supervisi pengelolaan keuangan
sekolah atau kantor pendidikan dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran ialah kegiatan-


kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi (baik
personel maupun material) yang memungkinkan terciptanya situasi belajar-
mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan ( Purwanto,
2010 : 89 )

b. Supervisi klinis

Supervisi klinis termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Disebut supervisi


klinis karna prosedur pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab
atau kelemahan yang terjadi di dalam proses belajar-mengajar, dan kemudian secara
langsung pula diusahakan bagaimana cara memperbaiki kelemahan atau
kekurangan tersebut ( Purwanto, 2010 : 90)

c. Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional

Istilah pengawasan melekat ditutunkan dari bahasa asing built in-


controleyang berarti suatu pengawasan yang memang sudah dengan sendirinya
(melekat) menjadi tugas dan tanggung jawab semua pimpinan dari pimpinan tingkat
atas sampai dengan pimpinan tingkat yang paling bawah dari semua organisasi atau
lembaga.dengan kata lain, semua orang yang menjadi pemimpin, apapun
tingkatannya, adalah sekaligus sebagai pengawas terhadap bawahannya masing-
masing. Oleh karena setiap pemimpin adalah juga sebagai pengawas, maka
kepengawasan yang dilakukan itu disebut pengawasan melekat ( Purwanto,
2010 : 92 )
E. Ruang Lingkup Supervisi

Kedudukan supervisi pendidikan sama pentingnya dengan administrasi


pendidikan, namun secara hirarkis supervisi merupakan salah satu fase atau tahap dari
administrasi. Thomas H Briggs dalam Rifai (1982: 225) menegaskan, bahwa supervisi
merupakan bagian atau aspek dari administrasi. Khususnya yang mengenai usaha
peningkatan guru sampai kepada taraf penampilan tertentu. Atmosudirdjo (1985: 104)
menjelaskan bahwa secara teoritis yang menjadi objek supervisi ada dua aspek, yaitu:
a. Aspek manusianya, seperti sikap terhadap tugas, disiplin kerja, moral kerja,
kejujuran, ketaatan terhadap peraturan organisasi, kerajinan, kecakapan kerja,
kemampuan dalam bekerja sama, watak;
b. Aspek kegiatannya, seperti cara bekerja kerja (cara mengajar), metode pendekatan
terhadap siswa, efisiensi kerja, dan hasil kerja.
BAB III

PEMBAHASAN

Sehubungan dengan materi ELT MANAGEMENT, penulis melakukan


wawancara dengan Bapak Dr. Asep Encu M.Ag selaku Kepala Sekolah MAN 2 Kota
Bandungyang beralamat di Jl.Cipadung No. 57 Cibiru, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MAN 2 adalah sebagai berikut :

1. Sebelum supervisi dilakukan, langkah atau hal pertama yang harus dilakukan
adalah proses atau perbaikan terhadap manajemen yang menyangkut sarana, sistem,
dan lain sebagainya. Pada dasarnya supervisi merupakan pengejawantahan dari
manajemen peserta didik, manajemen sarana dan prasarana, manajemen mutu
pendidikan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, seorang supervisor seperti Kepala
Sekolah tidak bisa melakukan supervisi tanpa melakukan atau menyusun
manajemen-manajemen itu

2. Sebelum melakukan supervisi (pengawasan dan pembinaan) adalah melakukan


Planning (Perencanaan), lalu ada beberapa hal lain lagi seperti pengadaan,
pemeliharaan, dan lain-lain yang nanti semuanya akan bermuara pada supevisi yang
berupa pengawasan dan pembinaan tersebut. Jadi ketika menjadi kepala sekolah,
hal yang pertama kali kepala sekolah lakukan adalah Planning selama masa
jabatan, oleh karena itu jika kepala sekolah ditempatkan di Sekolah selama 4
tahun, maka Planning atau perencanaan untuk sekolah juga harus kepala sekolah
buat hingga 4 tahun ke depan sehingga apa yang hendak dilakukan nantinya selama
4 tahun kedepan dapat terstruktur dengan baik. Namun Rencana yang dibuat ini
tentu harus di perlihatkan dan diajukan kepada pihak-pihak yang memiliki
kewenangan akan hal itu.

3. Supervisor utama di Sekolah itu adalah Kepala Sekolah, namun dalam prosesnya
itu kepala Sekolah tentunya tidak bisa setiap saat mengontrol atau mengawasi
Sekolah atu hal-hal terkait lainnya. Oleh karena itu, kepala sekolah berkoordinasi
dengan Wakil-wakil yang ada.

4. Di man 2 Kota Bandung ini sendiri kegiatan supervisi sudah dilakukan dan sedang
dalam proses bertahap, karena kepala sekolah baru diangkat menjadi kepala
sekolah baru 1 tahun

5. Untuk supervisi sendiri di man 2 kota bandung, biasanya diadakan evaluasi secara
rutin terhadap system pengajaran dan hal lainnya pada awal bulan, lewat ini lah
kepala sekolah menjadi lebih tahu apa saja kekurangan dan masalah yang ada dan
harus dilakukan perbaikan

6. Jika ada guru yang kurang maksimal dalam mengajarnya, biasanya kepala sekolah
secara langsung berbicara pribadi dan membinanya

7. Didalam kelas sendiriada beberapa macam jenis supervisi yang ada, salah satunya
yaitu supervisi klinis. Dari supervisi inilah supervisor dapat tahu bagaimana
perkembangan siswa pada umumnya. Jika kepala sekolah tidak ada kegiatan ke
luar, biasanya kepala sekolah langsung berkeliling ke sekolah untuk mengadakan
supervisi klinis ini, namun jika kepala sekolah banyak kegiatan, maka
perkembangan siswa ditanyakan kepada Wakil-Wakil Kepala

Selain wawancara dengan Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bandung, kami juga
melakukan wawancara kepada salah satu Siswa, berikut adalah hasil wawancaranya :
1. Menurut siswa sendiri, evaluasi dan pengawasan yang dilakukan kepala sekolah
MAN 2 Kota Bandung saat ini sudah berjalan dengan rapi dan sistematis, hal ini
dibuktikan dengan adanya acara rutin pertemuan guru-guru dengan kepala sekolah
setiap awal bulan

2. Pengawasan dan pembinaannya sendiri sudah terlihat mulai dari guru (pendidik),
sistem, maupun pada hal sarana dan prasarana, sehingga sekarang di MAN 2 Kota
Bandung ini sarana dan prasarananya di perbarui dan diperbaiki secara berkala dan
terencana

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Supervisi merupakan suatu layanan dari atasan kepada bawahan dengan


memberikan pengarahan guna mengembangkan kinerja menjadi lebih baik

Supervisor yang paling utama dalam lingkungan sekolah ialah kepala sekolah
yang bersangkutan. Pelaksanaan supervisi juga dibantu oleh wakil kepala sekolah
sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu, tugas supervisi ini dilakukan oleh pengawas
dari Kanwil Depdikbud dengan pembantunya

Beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam ruang lingkup supervisi yaitu ;
Pelaksanaan kurikulum, ketenagaan, ketatausahaan, sarana dan prasarana pendidikan,
Hubungan sekolah dengan masyarakat, dll.

Di MAN 2 Kota Bandung, supervisi sudah mulai berjalan dengan baik walaupun
dipimpin oleh Kepala Sekolah yang baru. Hal ini terbukti dengan
pengimplementasian supervisi yang dilakukan dengan diadakannya pertemuan para
guru dengan kepala sekolah tiap 1 bulan sekali dan tak jarang pula kepala sekolah
yang berkeliling memasuki kelas dalam rangka menjalankan supervisi klinis itu.
Sedangkan dalam hal sarana dan prasarananya sendiri sedang berjalan dan dalam
proses serta tetap berada dalam pantauan kepala sekolah (Supervisor).

B. Saran

Supervisi sebaiknya dilakukan secara berkala setiap saatnya melalui pemantaun


baik oleh kepala sekolah yang bersangkutan ataupun diwakilkan oleh wakil-wakil
yang bersangkutan, dengan begitu akan menjadi lebih jelas terlihat mana yang kurang
dan perlu diperbaiki dalam system dan hal-hal yang serkaitan dengan sekolah dan
proses pendidikan dalam sekolah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin,dkk. (2005). Administrasi Pendidikan. Bandung, CV.Insan Mandiri

Ametembun, N.A. (1981). Guru dalam administrasi sekolah.Bandung, IKIP Bandung

Arikunto, Suharsimi. (2004). Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta,PT Rineka Cipta

Atmosudirdjo, Prajudi S. (1985). Dasar-dasar ilmu administrasi. Jakarta, PT. Ghalia


Indonesia.

Echols, John, M, Shadily, Hassan. (1983). Kamus Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta, PT.
Gramedia

Mamur, J.A. (2012). Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta, Diva Press

Pidarta, Made. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Bandung,PT. Bina Aksana.

Purwanto, Ngalim. (2010). Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung, PT. Remaja


Rosdakarya

Rifai, Mohd. (1987). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung, Jemmars.

Sahertian. A Piet. (1994). Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta, Adni Offset

Sutisna, Oteng. (1983). Administrasi Pendidikan. Bandung, Aksara.

Wiles, Kimball. (1987). Supervision for Better School. New Yersey, Printice Hall Inc,
Engwwood Cliffs,.

Diposkan oleh Abdul Majid di 02.51


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Mengenai Saya

Abdul Majid

Lihat profil lengkapku

Arsip Blog
2016 (34)
Mei (27)
1 Makalah Perkembangan Ilmu Fiqh
2 Makalah Perbedaan Pendapat Para Ulama
3 Makalah Kaidah-Kaidah Fiqh
4 Makalah Sumber-Sumber Hukum Fiqh
5 Makalah Sumber-Sumber Ilmu Fiqh
6 Makalah Pembidangan Ilmu Fiqh
7 Makalah Hubungan Ilmu Fiqh dengan Ilmu Lainnya
8 MAKALAH OBJEK PEMBAHASAN METODOLOGI,
TUJUAN, DAN K...
9 Makalah Syariah, Fiqh, Ushul Fiqh
10 Makalah Bidang-Bidang Hukum
11 Makalah Mikroekonomi dan Mekanisme Pasar
12 Makalah Supervisi Pendidikan
13 Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta 2
14 Makalah Filsafat Administrasi
15 Makalah Implikasi Akhlak Baik dan Buruk Terhadap L...
16 Puisi Sapardi Djoko Damono : Tangan Waktu
17 Makalah Penemuan Hukum
18 Makalah Fiqh dan Legislasi
19 Makalah Undang-Undang, Hukum, dan Hakim
20 Makalah Aliran-Aliran Hukum
21 Makalah Teori Hukum
22 KINERJA BIROKRASI DI ERA DESENTRALISASI
23 Makalah Filsafat Ilmu
24 Psikologi Sosial : Konsep Diri
25 Kelompok Sosial
26 Interaksi Sosial
27 Makalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI)
2 Maret (6)
3 Februari (1)

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger .

Lanjut ke konten rinidelmasari

16 Januari 2015

MAKALAH PROFESI SUPERVISOR DAN


SUPERVISI PEMBELAJARAN
MAKALAH

Profesi Kependidikan
Profesi Supervisor dan Supervisi Pembelajaran

Dosen pengampu : Najib S.Pd.I, M.PdI

Kelompok9:

Rini Delmasari

ajuzar

Dinia Margi Arti

Ayu keke

PROGRAM STUDIBAHASA INDONESIA

JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

YAYASAN PENDIDIKAN MERANGIN

TAHUN 2014

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena telah


memberikan rahmat dan kesehatan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Profesi kependidikan

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas


dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak Najib S.Pd.I, M.Pd.I yang telah
membimbing dalam proses pembelajaran, serta teman-teman sekelompok yang
telah berjuang dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan


kritik dan saran yang membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran perkembangan peserta
didik khususnya dan pendidikan pada umumnya.

Bangko, 03 Mei 2014

penulis

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar
.i

Daftar
Isi
ii

BAB I:
PENDAHULUAN..1

8 Latar
Belakang. 1
9 Rumusan
Masalah.. 2
10 Manfaat
Penulisan.. 2

BAB II:
PEMBAHASAN..4

11 Defenisi
Supervisi 4
12 Supervisi Bukan
Inpeksi.. 7
13 Tujuan
Supervisi.. 9
14 Fungsi Supervisi dan
Supersior. 11
15 Peranan Supervisor
Pembelajaran 12
16 Tugas Pokok Supervisor
Pembelajaran. 13
17 Kelengkapan
Administrasi.. 14
18 Prinsip Penyususnan
Program 16
19 Prinsip-prinsip
Supervisi.. 17
20 Tipe-Tipe Supervisi
Pembelajaran.. 19
21 Teknik
Supervisi. 20
22 Pendekatan Supervisi
Pembelajaran. 21
23 Perangkat Supervisi
Pembelajaran. 22
24 Implementasi Teknik
Supervisi 23

BAB III :
PENUTUP.26

Kesimpulan
.. 26
Saran
26

Daftar
Pustaka
27
ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di


Indonesia maka paradigma tenaga kependidikan pun sudah seharusnya
mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan supervisi atau
kepengawasan pendidikan ini. Dari paradigma lama dapat dipahami bahwa
pengawasan cenderung bersifat otokratis, mencari-cari kesalahan atau
kelemahan orang lain dan berorientasi pada kekuasaan. Pengertian
pengawasan seperti ini sering disebut inspeksi atau memeriksa, orang
yang melakukan pemeriksaan itu sendiri disebut inspektur. Perubahan demi
perubahan telah dialami. Pengaruh-pengaruh barat mulai masuk, sehingga
pengertian pengawasan dalam pendidikan dirubah menjadi supervisi
yang maksudnya hampir sama dengan inspeksi tapi istilah supervisi
memiliki arti yang lebih luas dan demokratis, tidak hanya melihat apakah
kepala sekolah, guru, dan para pegawai sekolah telah melakukan tugas dan
kegiatan sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi juga berusaha
mencari jalan keluar bagaimana cara memperbaikinya. Dengan paradigma
baru ini diharapkan para pendidik dan para supervisor dapat menjalin
kerjasama yang lebih harmonis dalam rangka mengemban tugas-tugas
kependidikan yang dibebankan kepada diri masing-masing.

Supervisi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan


pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep
dasar supervisi pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang
konsep supervisi pendidikan itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan
mengajar, pendidikan adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh
seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif
yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan pengajaran
hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu proses
pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan kreatifitas
peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau
disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah
dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan. Pengawasan
di sini adalah pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para
pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-
pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau
metode mendidik yang baik dan professional. Dalam perkembangannya
supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan
pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan
mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Dan dengan adanya
mata kuliah supervisi pendidikan pada institusi yang bergerak dalam
bidang pendidikan akan lebih menunjang para mahasiswa untuk mengetahui
bagaimana mengawasi atau mensupervisi pada pendidikan yang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah diatas, maka permasalahan yang akan


dibahas yaitu:

1.2.1 Bagaimana pengertian dari supervisi pendidikan?

1.2.2 Apa saja tujuan dari supervisi pendidikan?

1.2.3 Siapa yang menjadi sasaran dalam supervisi pendidikan?

1.2.4 Apa saja fungsi dari supervisi pendidikan?

1.2.5 Bagaimana ruang lingkup dan teknik dari supervisi pendidikan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1.3.1 Mengetahui tentang pengertian supervisi pendidikan.

1.3.2 Mengetahui tujuan supervisi pendidikan.

1.3.3 Mengetahui sasaran dalam supervisi pendidikan.

1.3.4 Mengetahui fungsi dari supervisi pendidikan.

1.3.5 Mengetahui ruang lingkup dan teknik dari supervisi pendidikan.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu:

1.4.1 Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi para mahasiswa


mengenai supervisi pendidikan.

1.4.2 Dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana


proses penanganan dan penyelesaian masalah mengenai pendidikan sekarang
ini.
BAB II

PEMBAHASAN

25 Defenisi Supervisi

Supervisi secara etimologi berasal dari kata super dan visi


yang mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan
menilai dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap
aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan*)

Ada beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi bahkan dalam
pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara
bergantian. Istilah-istilah tersebut, antara lain, pengawasan,
pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan
untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan yang
dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki
dalam suatu pekerjaan**)

Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai


berikut : Supervision is assistance in the devolepment of a better
teaching learning situation. Supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini
mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi
belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student,
an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan
ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi***)

Good Carter sebagaimana yang diungkapkan oleh Piet A Sehertian dalam


bukunya mendefinisikan supervisi adalah sebuah usaha dari petugas-
petugas sekolah dalam memimpin komponen-komponen sekolah untuk
memperbaiki pengajaran, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan
guru-guru, merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran
metode mengajar dan mengevaluasi pembelajaran****) Kimball Willes
menambahkannya dengan bantuan yang diberikan oleh seorang supervisor
bertujuan untuk memperbaiki situasi belajar mengajar yang lebih baik.
Situasi belajar mengajar di sekolah bergantung pada ketrampilan
supervisor*****)

5
Ibrahim bafadal menyatakan bahwa supervisi dapat diartikan sebagai
layanan profesional. Layanan profesional tersebut berbentuk pemberian
bantuan kepada personel sekolah dalam meningkatkan kemampuananya
sehingga lebih mampu mempertahankan dan melakukan perubahan
penyelenggaraan sekolah dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan
sekolah. Layanan profesional itu dapat juga berupa membantu guru
meningkatkan kemamuannya dalam mengelola proses belajar-mengajar dalam
rangka pencapaian tujuan sekolah. Denan demikian, supervisi pendidikan
pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan membantu personel
meningkatkan kemampuannya******)

Secara umum supervisi adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang
tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah
lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa
dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan
pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-
alat pengajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik,dll. Dengan
kata lain supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif*******)

Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa supervisi bukanlah


kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi merupakan kegiatan yang kontinu
dan berkesinambungan sehingga guru-guru selalu berkembang dalam
mengerjakan tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan
pengajaran secara efektif dan efisien. Secara implisit definisi
supervisi memiliki wawasan dan pandangan baru tentang supervisi yang
mengandung ide-ide pokok, seperti menggalakkan pertumbuhan profesional
guru, mengembangkan kepemimpinan demokratis, melepaskan energi, dan
memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan efekitivitas proses
belajar mengajar.

Selain itu supervisi ditujukan untuk membantu para guru dalam melihat
lebih jelas untuk memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Hal ini
penting karena guru harus mampu memenuhi kebutuhan siswa. Demikian juga
bantuan tersebut diberikan kepada guru agar mampu mengidentifikasi
kesulitan individual siswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran
secara lebih tepat melalui analisis kebutuhan dan kondisi yang dimiliki
oleh siswa********)

Pada hakekatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu


pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan profesional personil,
perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian
tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Dengan kata
lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk membantu atau membina
guru-guru, pembinaan ini menyebabkan perbaikan atau peningkatan
kemampuan kemudian ditransfer kedalam perilaku mengajar sehingga
tercipta situasi belajar mengajar yang lebih baik, yang akhirnya juga
meningkatkan pertumbuhan peserta didik.
*) E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 154.

**) E. Mulyasa, Manajemen hlm. 155.

***) Sabaruddin, www.

****) Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan


(Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 17

*****) Piet A Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi


Pendidikan.hlm. 18

******) Ibrahim Bafadal, Dasar-Dasar Manajemen dan Supervisi Taman


Kanak-Kanak(Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 72

*******)M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervise


Pendidikan(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 76

********)Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Supervisi(Jakarta: Rineka


Cipta, 2004), hlm. 12

6
26 Supervisi bukan Inpeksi

Sejak zaman penjajahan belanda hingga awal tahun 1950-an, kata supervisi
yang pupoler sekarang, lebih dikenal dengan istilah inspeksi. Karenanya,
kegiatan supervisi pembelajaran yang kita kenal sekarang , dulunya
merupakan aktivitas inpeksi. Karenanya kegiatan supervisi pembelajaran
yang kita kenal sekarang dulunya merupakan aktivitas inspeksi,
pemeriksaan, pengawasan atau penilikan atas proses belajar dan mengajar.
Memang , hingga saat ini sesekali kegiatan supervisi itu masih berbau
inpeksi, karena sifanya melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan
penilikan. Namun demikian, titik tekan inpeksi adalah menyalahkan,
sedangkan supervisititik fokusnya adalah melakukan bimbingan
profesional. Karena itu supervisi dapat diberi makna sebagai inpeksi
untuk mencari kelemahan-kelemahan guru hanya sebatas sebuah diagnosis,
yang kemudian ditindak lanjuti dengan kegiatan bimbingan profesional
terhadap mereka.

Inpeksi diambil dari bahasa belanda, yaitu inspectie. Istilah ini


bermakna memeriksa, melihat, menilik, bahkan menginterogasi untuk
mencari kesalahan subjek yang melakukan tindakan inpeksi atau yang
menginsipeksi disebut inspektur. Kegiatan yang dominan dilakukan oleh
inpektur antara lain disajikan berikut ini.
27 pengarahan (directing), dimana pengawas sekolah secara satu arah
memberikan pengarahan kepada guru agar melakukan sesuatu sesuai
dengan kehendak dan capaian yang diinginkannya.

1.2.2 Pelatihan (coaching), dimana pengawas, tanpa bertanya kepada guru


memberikan pelatihan mengenai subtansi yang olehnya dipandang penting,
tanpa mengetahui apakah guru memandangnya penting atau sudah
mengetahuinya atau belaum.

1.2.3 Berbicara-langsung (direct-telling), dimana pengawas secara


langsung menyampaikan sesuatu kepada guru. Komunikasi dikemas satu arah
dan kalau pun ada pertanyaan cenderung sebatas basa-basi.

1.2.4 Pemeriksaan (contorolling), dimana pengawas memeriksa apakah


semua tugas pokok dan fungsi guru telah dijalankan secara benar dengan
berhasil baik.

1.2.5 Pengoreksian (correcting), dimana pengawas mengoreksi apakah


semuanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan atau digariskan untuk
kemudian secara satu arah atau tanpa dialog melakukan koreksi yang
cendrung menyalahkan, bukan mencari cara bagaimana caranya agar menjadi
benar.

1.2.6 Penimbangan (judging), dimana pengawas membuat timbangan atau


mengadili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak atas
kinerja subjek yang diinspeksi.

1.2.7 Pengarahan (directing), dimana memberi pengarahan dan


menentukan ketetapan atau garis kerja secara satu arah.

1.2.8 Memimpin (leading), dimana pengawas secara otoriter setiap


usaha perbaikan pembelajaran.

1.2.9 Pendemontrasian (demontration), dimana memperlihatkan bagaimana


cara mengajar yang baik.

Berbeda dengan inpeksi, supervisi merupakan kegiatan yang tidak


dimaksudkan untuk mencari-cari kesalahan, melainkan lebih banyak
mengandung unsur pembinaan, pengembangan profesi, dan sejenisnya agar
kondisi guru yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya.
Langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan atas kinerja yang lemah
itu. Supervisi dilakukan untuk melihat pada bagian mana dari kegiatan
guru yang masih lemah untuk diupayakan menjadi positif , juga melihat
pada bagian mana kegiatan guru yang sudah positif untuk ditingkan
menjadi lebih baik lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya.
Subjek yang melakukan supervisi disebut supervisor. Regulasi yang
berlaku sejak sejak tahun 1970-an, bahkan secara praktis masih diakui
hingga saat ini , subjek yang disebut supervisor dibidang pendidikan itu
adalah administrator sekolah dan pengawas. Bahkan, pada tahun 1970-an
pada jenjang pendidikan anak usia dini dan sekolah dasar, juga untuk
pendidikan luar sekolah, disebut penilik. Pada jenjang sekolah menengah
pertama hingga ke jenjang sekolah menengah atas disebut pengawas.

Bagi Mulyasa (2006) supervisi sesungguhnya dapat dilakasanakan oleh


administrator sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi didalam
sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus yang lebih
independen, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan
pelaksanaan tugas. Admistrator sekolah yang mensupervisi harus mampu
melakukan pengawasan dan pengandalian untuk meningkatkan kinerja guru
disekolahnya. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar
kegiatan pembelajaran oleh guru disekolah terarah pada tujuan yang
ditetapkan.

Kegiatan ini juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar guru
tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya. Dalam kerangka ini supervisi merupakan bagian dari proses
administrasi sekolah. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi
administrasi yang ada disekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian
terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Kegiatan supervisi
diharapkan menginspirasi guru untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan
dengan jumlah yang lebih banyak, waktu yang lebih cepat, cara lebih
mudah, dan hasil yang lebih baik dari pada jika dikerjakan sendiri.

28 Tujuan Supervisi

Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans,


1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman,
1990). Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru dan staf agar personil tersebut mampu
meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan
melaksanakan proses belajar mengajar

Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari


supervisi pendidikan yaitu :

10

1.3.1 Meningkatkan mutu kinerja guru

Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran


sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami
keadaan dan kebutuhan siswanya.
Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam
satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta
saling menghargai satu dengan lainnya.
Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan
prestasi belajar
Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi,
keahlian dan alat pengajaran.
Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang
dapat membantu guru dalam pengajaran.
Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah
untuk reposisi guru.

1.3.2 Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan

terlaksana dengan baik

1.3.3 Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana


yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan siswa

1.3.4 Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam


mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa
dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.

1.3.5 Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta


situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.

29 Fungsi Supervisi dan Supervisor

Supervisi pendidikan bersifat multifungsi. Pertama, meningkatkan mutu


proses dan hasil pembelajaran. Mutu proses tercermin dari suasan
pembelajaran yang sehat, dinamis, produktif, kreatif, adatif, ekonimis,
menyenangkan, dan sebagainya. Mutu hasil pembelajaran tercermin dari
nilai tambah capaian kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Kedua,
mendorong dan mengoptimasi unsur-unsur yang terkait dengan proses
pembelajaran. Fokusnya dalam kerangka ini lebih pada hal-hal yang
bersifat teknis administrasi dan fasilitatif bagi terlaksananya proses
pembelajaran yang baik dan bermutu. Ketiga, fungsi membina dan memimpin.
Muaranya adalah semua sumber daya yang tersedia disekolah dapat secara
konsisten dan taat atas asas bekerja pada koridornya.

Fungsi-fungsi supervisi itu dijalankan oleh pengawas ketika dia


memposisikan diri sebagai supervisor. Karena itu Pengawas dan
supervisor di sini orangnya sama. Hanya topinya yang berbeda. Pada
saat mana dia menggunakan topi pengawas dan pada saat mana pula
menggunakan topi supervisor. Made Pidarta (2009) merumuskan fungsi
supervisor seperti berikut ini
Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orang tua,
dan program sekolah kepada pemerintah dan badan-badan komponen
lainnya.
Memantau penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar
Mengembangkan program baru untuk jabatan baru yang diperkirakan
dapat muncul
Mengintegrasikan, program yang diajukan pemerintah, ekonomi,
pandangan, dan industri.
Menilai dan meningkatkan atas makna gaya hidup.
Memilih inovasi yang berkonsisten dengan masa depan

11

Agar supervisor tepat mengembangkan profesi guru dengan tidak


mengabaikan politik negara supaya tetap profesional . supervisor jangan
sampai terlibat intrik-intrik kepentingan politik tertentu. Jangan
semata-mata memandang politik negara saja. Karena nanti supervisor,
administrator sekolah, dan guru hanya akan menjadi alat negara, sehingga
profesionalitas mereka akan hilang dan tidak ahli lagi dibidangnya.

30 Peranan Supervisor Pembelajaran

Supervisor pembelajaran dilakukan oleh pengawas profesional yang


memerankan diri sebagai supervisor. Ketika dia bertindak sebagai
supervisor, topi pengawasnya dilepas. Supervisor pengajaran lebih
berperan sebagai gurunya guru. Mereka adalah orang-orang yang siap
membantu kesulitan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Supervisor pembelajaran bukanlah seorang pengawas yang terkesan angker,
bahkan mungkin mencari-cari kesalahan guru.

Menurut oliva (1984), peran supervisor pembelajaran ada empat. Pertama,


sebagai koordinator, yaitu mengkoordinasikan program-program dan bahan-
bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran
dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programnya. Kedua,
sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis
dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengembangan staf,
sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun
kelompok. Ketiga, sebagai semimpin kelompok (group leader), supervisor
harus memiliki kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok, dan
menciptakan pelbagai bentuk kegiatan kelompok. Keempat, sebagai
evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk
dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum, serta harus
mampu membantu mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi guru,
membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan
sebagainya.
12

Senada dengan itu Wiles dan Bondi (1986) mengemukakan peranan supervisor
mencakup delapan bidang kompetensi, yaitu sebagai developers of people,
curriculum developers, instructional specialist, human relation worker,
staff developers, administrators, managers of change, dan evaluators.
Untuk dapat melaksanakan peran diatas, supervisor harus memiliki
beberapa kompetensi dan kemampuan pokok, baik kompetensi proses maupun
kompetensi substantif. Kompetensi proses mencakup perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Kompetensi substantif terutama
berkaitan dengan pemahaman dan pemilikan guru tehadap tujuan pengajaran,
persepsi guru terhadap siswa, pengetahuan guru tentang materi, dan
penguasaan guru terhadap teknik mengajar.

Sejalan dengan itu, Glatthorn (1990) mengemukakan kompetensi yang harus


dimiliki oleh supervisor meliputi hal-hhal yang berkaitan dengan the
nature of teaching, the nature of adult development, dan the
characteristics of good and effective school. Berkaitan dengan hakikat
pengajaran, supervisor harus memahami keterkaitan pelbagai variabel yang
berpengaruh. Pertama, adalah faktor-faktor organisasional, terutama
budaya organisasi dan keberadaan tenaga profesional lainnya dalam
lembaga pendidikan. Kedua, berkaitan dengan pribadi guru, menyangkut
engetahuan guru, kemampuan membuat perecanaan dan mengambil keputusan,
motivasi kerja, tahapan perkembangan atau kematangan, dan keterampilan
guru. Ketiga, berkaitan dengan sistem pendukung (support system) dalam
pengajaran, yaitu kurikulum, pelbagai buku teks, serta ujian-ujian.
Terakhir, adalah siswa sendiri yang keberadaannya didalam kelas sangat
bervariasi.

31 Tugas Pokok Supervisor Pembelajaran

Inti tugas tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah menilai dan
membina. Sehubungan dengan ini ada empat tugas utama pengawas sekolah,
yaitu:

Merencanakan penilaian yang di lengkapi dengan instrumennya.


Melaksanakan penilaian sesuai dengan kaidah-kaidah penilaian.
Mengolah hasil penilaian dengan teknik-teknik pengolahan yang
ilmiah.
Memanfaatkan hasil penilaian untuk pelbagai keperluan.

13

1.7 Kelengkapan Administrasi

Kementerian Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Peningkatan


Mutu Pendidikan dan Tenaga Kerja Kependidikan (Ditjen PMPTK) sejak
Agustus 2009, telah menetapkan kewajiban administratif pengawas sekolah,
yang mana kewajiban administratif itu merupakan tindak lanjut keluarnya
Permendiknas Nomor 12 tahun 2007. Berikut ini poin-poin yang menjadi
kewajiban administratif pengawas yang sekaligus sebagai kelengkapan
administrasi pengawas.

14

Tabel 1.7.1 Kelengkapan Administrasi Pengawas

No Indikator Operasional Kelengkapan Administrasi


1. Surat tugas dari dinas
Melaksanakan pengawasan
pendidikan yang dilampiri dengan data
terhadap 10 sampai dengan 15
1 sekolah dan jumlah guru
sekolah dan membina 40 guru
2. Data pendidik dan tenaga
hingga paling banyak 60 guru
kependidikan sekolah binaan.
3. Program tahunan pengawasan,
meliputi pengawasan akademik dan
manajerial, mencakup prioritas
pemantauan, pembinaan dan penilaian.
14
4. Program semester pengawasan,
2 Menyusun program pengawasan
meliputi pengawasan akademik dan
akademik dan manajerial
manajerial yang memuat masalah

15
prioritas pembinaan, pemantauan, dan
penilaian.
5. Dokumen hasil pemantauan
kinerja sekolah dalam menerapkan
standar isi, proses, penilaian, dan
standar kompetensi lulusan (SKL), yang
meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.

6. Format isian rekaman kegiatan


Melaksanakan supervise supervise akademik.
akademik dalam menerapkan
3
standar isi, proses, 7. Bukti fisik pengolahan data dan
penilaian dan SK laporan pemantauan, pembinaan, dan
penilaian kinerja dalam penerapan
standar isi, proses penilaian, dan SKL
meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
output.

8. Lembar hasil refleksi dan


rekomendasi tindak lanjut perbaikan
mutu berkelanjutan.
4 Melaksanakan supervise 9. Dokumen hasil pemantauan
manajerial dalam menerapkan kinerja sekolah dalam menerapkan
standar pengelolaan, pendidik standar pengelolaan, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, serta pembiayaan.

10. Format isian rekaman kegiatan


supervise akademik yang keabsahannya
ditandai dengan tanda tangan personal
dan tenaga kependidikan, yang di supervise dan dikuatkan tanda
sarana dan prasarana, serta tangan kepala sekolah.
pembiayaan.
11. Bukti fisik pengolahan data dan
laporan supervisi.

12. Lembar hasil refleksi dan


rekomendasi tindak lanjut perbaikan
mutu berkelanjutan.
13. Format isian bukti pelaksanaan
penilaian

Melaksanakan penilaian 14. Instrumen penilaian


kinerja kepala sekolah dalam
5
melaksanakan tugas manajerial 15. Data hasil penilaian
dan akademik.
16. Lembar analisis dan rekomendasi
tindak lanjut perbaikan mutu
berkelanjutan.
Melaksanakan pembimbingan dan
pelatihan dalam rangka 17. Dokumen jadwal, tanggal, jam,
meningkatkan mutu profesi tema, dan kompetensi yang dikembangkan
kepala sekolah, tenaga dalam bentuk workshop, seminar,
6
pendidik dan tenaga observasi dan group conference,
kependidikan paling sedikit bimbingan teknis, serta kunjungan
malaksanakan tiga kali dalam sekolah melalui supervise manajerial.
satu semester.
18. Laporan tahunan pengawasan sekolah
yang meliputi seluruh sekolah binaan
yang ditekankan pada pemetaan
Menyusun laporan pelaksanaan pencapaian tujuanpengawasan.
7
program pengawasan. 19. Laporan semesteran pengawasan per
sekolah yang meliputi seluruh sekolah
binaan yang ditekankan pada pemetaan
pencapaian tujuan pengawasan.
16 20. Laporan penelitian tindakan kelas
Menyusun karya tulis laporan (PTK) atau laporan penelitian tindakan
8
hasil penelitian atau sekolah. (PTS)
perbaikan pelaksaan tugas. 17

1.8 Prinsip Penyusunan Program

Kegiatan pengawas sekolah harus diawali dengan penyusunan program kerja.


Dengan adanya penyusunan tersebut maka sebuah pekerjaan akan terarah dan
memiliki sasaran serta target yang jelas. Untuk dapat menyusun program
pengawas yang baik, seorang pengawas perlu memiliki pemahaman yang
komprehensif mengenai lingkup tugasnya, menguasai prosedur penyusunan
program kerja, serta kemampuan sistematis untuk merancang program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan sehingga akan produktif dan memberi
kontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Prinsip-prinsip yang merupakan rambu-rambu yang harus dipenuhi agar


pelaksanaan pengawasan berjalan efektif, diantaranya:

Kegiatan pengawas sekolah dikembangkan atas dasar visualisasi


harapan ke depan dari kualitas pembelajaran dan mutu pendidikan yang
ingin dicapai.
Kegiatan pengawas sekolah dikembangkan atas dasar hasil kerja
pengawas pada tahun sebelumnya.
Kegiatan pengawas sekolah mengacu pada kebijakan pendidikan, baik
yang dikeluarkan oleh kementrian pendidikan maupun dinas pendidikan
di semua tingkatan.
Program kegiatan pengawas memuat prioritas pembinaan dengan target
pencapaiannya dalam jangka pendek (semester), jangka menengah (satu
tahun), dan jangka panjang (tiga sampai lima tahun).
Program kerja pengawas selalu diawali dengan penilaian kondisi
awal sekolah berkaitan dengan sumber daya pendidikan, program kerja
sekolah, proses bimbingan/pembelajaran, dan hasil belajar/bimbingan
siswa.
Program kerja pengawas harus memuat prgram primer dan sekunder,
serta harus jelas mana yang menjadi tugas utama pengawas dan mana
pula yang dapat dikreasi sendiri oleh guru.
Pelaksaan program pengawas bersifat fleksibel namun tidak keluar
dari ketentuan tentang penilaian, pembinaan, dan pemantauan sekolah.

1.9 Prinsip-prinsip Supervisi

Tahalele dan Indrafachrudi (1975) merumuskan prinsip-prinsip sebagai


berikut : (a) dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif, (b) kreatif
dan konstruktif, (c) Ilmiah dan efektif, (d) dapat memberi perasaan aman
pada guru-guru, (e) berdasarkan kenyataan, (f) memberi kesempatan kepada
supervisor dan guru-guru untuk mengadakan evaluasi diri.

Prinsip tersebaut harus tercermin dalam konteks hubungan supervisor


dengan guru, maupun di dalam proses pelaksaan supervisi secara
keseluruhan, prinsip tersebut antara lain disajikan berikut ini:

Objektif, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran atas dasar


impersonal, tidak dengan cara pilih kasih.
Transparan, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran ini diketahui
oleh pihak-pihak yang ingin memberikan informasi.
Akuntabel, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran harus dapat
dipertanggung jawabkan, baik proses, maupun hasil, dan tidak
lanjutnya,
Berkelanjutan, dimana pelaksanaan supervisi pembelajaran harus
dilakukan secara terus-menerus, menurut periode waktu tertentu.
Aplikatif, dimana pelaksaan supervisi pembelajaran harus
bermanfaat dan memiliki daya terap bagi perbaikan proses dan hasil
pembelajaran.
Keyakinan, dimana kegiatan pengawas dilaksanakan dalam pola
hubungan kepercayaan antara pihak sekolah dengan pihak pengawas,
hingga hasilnya dapat dipercaya.
Realistik, kegiatan pengawas yang sesuai berdasarkan fakta.

18

Utilitas, dimana proses dan hasil pengawas harus bermuara pada manfaat
bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah tersebut.

Pendukungan, dimana proses ini harus mendukung kearah kemajuan


pertumbuhan profesional guru dan peningkatan hasil belajar siswa.
Jejaring, dimana pelaksaan supervisi menggalang jaringan kerjasama
dengan pihak lain yang relevan.
Kolaboratif, dimana pelaksaan supervisi sebaiknya berkolaborasi
dengan orang atau lembaga lain.
Dapat diuji, dimana hasil pengawas harus mampu menggambarkan
kondisi kebenaran objektif dan siap diuji ulang.

Prinsip-prinsip kepengawasan itu harus dilakukan dengan tetap


memperhatikan kode etik pengawas satuan pendidikan, kode etik yang
dimaksud minimal berisi sebelas hal berikut ini

Supervisor pembelajaran bekerja atas dasar Iman dan taqwa serta


mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Supervisor bangga akan tugas yang mengeban tugasnya.
Supervisor pembelajaran memiliki pengabdian yang tinggi dalam
menekuni tugas pokok dan fungsinya.
Supervisor pembelajaran bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas profesinya.
Supervisor pembelajaran menjaga citra dan nama baik profesinya.
Supervisor pembelajaran menjujung tinggi disiplin dan etos kerja
dalam melaksanakan tugas profesinya
Supervisor pembelajaran mampu menampilkan keberadaan dirinya
sebagai supervisor profesional dan kokoh yang diteladani.
Supervisor pembelajaran siap dan terampil dalam menanggapi dan
membantu pemecahan masalah-masalah yang dihadapi semua pemangku
kepentingan atau sekolah binaannya.
Supervisor pembelajaran memiliki rasa kesetiakawanan sosial yang
tinggi, baik terhadap semua pemangku kepentingan atau sekolah
binaanya maupun terhadap koleganya.
Supervisor pembelajaran tidak membuka rahasia guru yang menjadi
binaanya.
Supervisor pembelajaran tidak merendahkan martabat sejawatnya.

1.10 Tipe-tipe Supervisi Pembelajaran

Tipe inpeksi

Tipe supersior seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan
orang lain, bertindak sebagai Inspektur yang bertugas mengawasi
pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi,
meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah
melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh
atasannya.

Tipe Laisses Faire

Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada
supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja
sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh
mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan metode ataupun alat pelajaran.

Tipe Coersive

Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik,
meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang
disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak
diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini
mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat
awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai
mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak
tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan
arah yang pasti.

19

Tipe Training dan Guidance

Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang
positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu
mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari
sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa
mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan
dibimbing oleh atasannya.

Tipe Demokratis

Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga memerlukan


kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya seorang
pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau
didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing.

1.11 Teknik Supervisi

Supervisi pembelajaran dapat dilakukan dengan multipendekatan dan


multimode. Sahertian dan Mataheru (1986) membagi teknik supervisi
permbelajaran menjadi dua jenis, yaitu bersifat individual devices dan
group devices. Teknik yang bersifat individual antara lain, kunjungan
kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, saking mengunjungi kelas,
dan menilai diri sendiri. Teknik yang bersifat kelompok antara lain,
diskusi panel, laboratorium kurikulum, pembaca terbimbing, dan lain-
lain.

Menurut Evan dan Neagly (1980) pun menyebutkan teknik supervisi dibagi
menjadi teknik individual dan kelompok. Teknik individual terdiri atas
penugasan guru, kunjungan atau observasi kelas, eksperimentasi kelas,
kursus-individual, konferensi-individual, demontrasi mengajar, evaluasi,
bacaan profesional, penulisan profesional, buletin supervisi, dan
kontarak informal. Teknik kelompok antara lain adalah oreantasi bagi
guru baru atau induksi secara kelompok, pengembangan perpustakaan
profesional, saling mengujungi antarguru, musyawarah kerja, dan lain-
lain

20

Kesulitan seorang guru itu dapat disebabkan oleh karakteristik mata


pelajaran sehingga sulit dipahami guru atau dalam aspek teknik
metodologis sehingga bahan ajar kurang dipahami siswa. Ini dilakukan
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, baik proses maupun hasilnya.

1.12 Pendekatan Supervisi Pembelajaran

Dalam pelaksanaan supervisi, karakteristik guru yang dihadapi oleh


supervisor pasti berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
sisi usia dan kematangan, pengalaman kerja, motivasi maupun kemampuan
guru. Supervisor harus menerapkan pendekatan yang sesuai dengan
karakteristik guru yang dihadapinya. Apabila tidak sesuai kegiatan
supervisi tidak akan berjalan dengan efektif.

Sergiovani (1982) mengemukakan pendekatan supervisi, antara lain:

Supervisi Ilmiah, bersifat akademik harus dilakukan secara ilmiah.

John D. Mc Neil (1982), terdapat tiga pandangan mengenai supervisi


ilmiah:

32 Supervisi Ilmiah dipandang sebagai kegiatan supervisi yang


dipengaruhi oleh berkembangnya manajemen ilmiah dalam dunia industri.
Kekurangankeberhasilan guru dalam mengajar, harus dilihat dari segi
kejelasan pengaturan serta pedoman kerja yang disusun oleh guru.
Kegiatan mengajar harus dilandasi oleh penelitian, agar dapat
dilakukan perbaikan secara tepat.
33 Supervisi Ilmiah dipandang sebagai penerapan penelitian ilmiah dan
metode pemecahan masalah secara ilmiah bagi penyelesaian permasalahan
yang dihadapi guru di dalam mengajar.
34 Supervisi Ilmiah dipandang sebagai Idiologi Demokratis.

Setiep penilaian atau penimbangan terhadap baik buruknya seorang guru


dalam mengajar, harus di dasarkan pada penelitian dan analisis statistik
yang ditemukan dalam penelitian terhadap problem pembelajaran yang
dihadapi oleh guru.

21

a.a Konsep Supervisi Ilmiah

35 Logis, tidak menyimpang dari kebenaran rasional yang di terima dan


disepakati bersama.
36 Sistematis, dilaksanakan secara teratur, berencana dan terus-
menerus.
37 Objektif, berdasarkan observasi nyata.
38 Acuan teoritis yang jelas, merujuk pada praktik-praktik yang ada.
39 Metode atau pendekatan tertentu teruji serta pengalaman yang
relevan.
40 Instrumen pencatat yang reliabel sebagai umpan balik atas penilain
terhadap proses pembelajaran di kelas.
41 Setiap desain tindakan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran
yang secara ilmiah

Supervisi Artistik

42 Supervisor harus mampu tampil selayaknya seniman, karena pada


tingkat pelaksanaan banyak unsur seni bekerja yang mewarnai nya.
43 Elliot W. Eisner (1982), pendekatan supervisi artistik adalah
pendekatan yang menekankan pada sensitivitas, persepsial, dan
pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi
di kelas.
44 Supervisor menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta ada
kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan
terhadap apa yang telah di amati di dalam kelas.
45 Instrumen utama nya bukanlah alat ukur atau pedoman observasi,
melainkan manusian itu sendiri yang memiliki perasaan terhadap apa
yang terjadi.

1.13 Perangkat Supervisi Pembelajaran

Supervisor pada tahap persiapan pembelajaran harus menyiapkan:

1) Program supervisi menurut kalender dan jenis kegiatan nya

2) Format atau instrumen supervisi, baik test maupun nontest

3) Materi pembinaan atau supervisi, berupa substansi dan panduan


nya

4) Buku catatan yang memuat hal-hal unik selama pelaksanaan


supervisi

22

5) Data supervisi, berupa dokumen arsip capaian dan kendala yang


muncul

6) Tata guna instrumen yang tersedia pada saat pelaksanaan

7) Dokumen tertulis tindak lanjut, berupa skema program tindak


lanjut yang dituangkan secara tertulis

Aspek yang menjadi fokus dalam melaksanakan supervisi


pembelajaran:

46 Relevansi materi dengan tujuan instruksional


47 Penguasaan materi
48 Strategi
49 Metode
50 Pengelolaan kelas
51 Pemberian motivasi pada siswa
52 Nada dan suara
53 Penggunaan bahasa
54 Gaya dan sikap perilaku
1.14 Implementasi Teknik Supervasi

1.14.1 Observasi Kelas

Selama mengobservasi, supervisor memperhatikan beberapa hal:

Persiapan
1 Guru di beri tahu bahwa dia akan di observasi
2 Adanya tolak ukur bersama tentang apa yang di observasi
Sikap observasi di dalam kelas
3 Memberikan salam kepada guru yang mengajar
4 Mencari tempat duduk yang tidak mencolok
5 Tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas
6 Mencatat setiap kegiatan
7 Bila ada memakai alat elektronik: tape recorder, kamera

23

Mempersiapkan isian berupa check list

24
Membicarakan hasil observasi
8 Fokus percakapan
9 Waktu percakapan
10 Tempat percakapan
11 Sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan
12 Percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi
13 Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat
14 Kelemahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam
memperbaiki kelemahan
15 Saran untuk perbaikan di berikan yang mudah dan praktis
16 Kesepakatan perbaikan di sepakati bersama dengan
menyenangkan
Laporan percakapan
17 Hasil pembicaraan di dokumenkan menurut masing-masing guru
yang telah di observasi
18 Isi dokumen di mulai dari tanggal, tujuan data yang di
peroleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran

1.14.2 Saling mengunjungi

Kegiatan belajar mengajar menambah pengetahuan dan meningkatkan


kemampuan pembelajaran antara lain:

55 Untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP)
56 Untuk tingkat SD adalah kelompok kegiatan guru (KKG)

1.14.3 Demonstrasi Mengajar


57 Dilakukan oleh supervisor yang benar-benar ahli di bidangnya dan
berkinerja baik
58 Dalam kegiatan pembelajaran sangat sukar menentukan mana yang
benar dalam praktik mengajar karena mengajar itu untuk sebagian
bersifat seni
59 Demonstrasi mengajar hanya untuk bahan bandingan, bukan mutlak
harus seperti itu

1.14.4 Kaji Tindak / Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Kemmi (1995), kaji tindak dirumuskan dalam lima tahap:

60 Perencanaan
61 Aksi atau pelaksanaan tindakan
62 Pengamatan
63 Evaluasi
64 Refleksi / umpan balik

Laporan hasil PTK ( PENELITIAN TINDAK KELAS) secara umum dan relatif
utuh terdiri dari:

65 Gagasan umum
66 Perumusan masalah
67 Perencanaan pembelajaran yang tergamit dengan PTK
68 Pelaksanaan pembelajaran yang tergamit dengan PTK
69 Monitoring
70 Evaluasi dan refleksi
71 Saran dan rekomendasi
72 Laporan lengkap berbentuk buku
73 Naskah artikel untuk di kirim ke jurnal

25

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Demikian pemaparan makalah kelompok kami yang bertemakan tentang


Supervisi Pendidikan. Dimana di dalamnya menjelaskan tentang
definisi, tujuan, fungsi, prinsip-prinsip serta teknik supervisi
pendidikan.

Supervisi pendidikan adalah Suatu aktivitas pembinaan terencana yang


berorientasi kepada Guru dan Pegawai sekolah Secara efektif . Pada
hakekatnya tujuan supervise adalah memperbaiki atau meningkatkan proses
belajar mengajar. Fungsi supervise dapat disimpulkan sebagi alat untuk
menungkatkan kulaitas dan kuantitas kepada semua pihak yang berhubungan
dengannya dan melestarikannya

3.2 SARAN

Penulis mengaharapkan kritikan atau masukan dari pembaca, baik itu


mengenai sistematika penulisan, format penulisan, dan juga ketepatan
materi yang disajikan hal ini diperlukan untuk perbaikan makalah ini
sehingga menjadi sebuah makalah yang benar, baik itu secara sistematika
penulisan, format penulisan dan ketepatan materi

26

DAFTAR PUSTAKA

Danim sudarwan & khairil. 2011.Profesi Kependidikan.Bandung :Alfabeta,


cv

http://mooza-alkaz.blogspot.com/2012/06/supervisor.html

27

http://muhayueducation.blogspot.com/2013/04/pengertian-supervisi-pendidikan.html

Iklan

Bagikan ini:
74 Twitter
75 Facebook
76 Google

Terkait

MAKALAH PRAKTEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA dalam


"Tak Berkategori"

MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR dalam "Tak Berkategori"


PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK KEBUTUHAN DASAR REMAJA dalam
"Tak Berkategori"

Tinggalkan komentar Tinggalkan Balasan

Navigasi pos
MAKALAH PRAKTEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

RESUME SINTAKSIS ANALISIS KALIMAT BERDASARKAN FUNGSI SUBJEK,


PREDIKAT, OBJEK

Blog di WordPress.com. Tema: Boardwalk oleh WordPress.com .

Situs Dosen STKIP Siliwangi Bandung - Chandra Asri Windarsih, M.Pd.

Data Dosen
Status Dosen
Dosen Tetap
Jabatan Fungsional
Tenaga Pengajar
Jabatan Struktural

Chandra Asri Windarsih, M.Pd.

Homebase Prodi : S1 PGPAUD


NIDN
0420096807
NIP
-
Home
Profil
Artikel
Publikasi
Tridarma
E-learning
Hubungi

Riwayat Pendidikan
Artikel Umum
SUPERVISI MONITORING PROGRAM PAUD
Dipublikasikan pada : 25 Agustus 2016. Kategori : .

A.Supervisi Pendidikan

1.Pengertian Supervisi Pendidikan

Secara bahasa, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision


yang berarti pengawasan (Tim, 2001 a : 84). Kata ini berasal dari dua
kata super dan vision yang berarti melihat dengan teliti pekerjaan
secara keseluruhan (Thaib, 2005 : 2)). Sedang menurut istilah,
pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai
suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-
cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan
pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman superviisi
yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sahertian, 2000 :
16-17) :

a.Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan


kontinyu.

b.Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi


yang dilakukan sebelumnya.

c.Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagi umpan


balik untuk dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di
masa yang akan datang.

Pemaknaan arti supervisi tersebut membawa implikasi dalam pola


pelaksanaan dan hubungan antara yang mensupervisi dengan yang
disupervisi, pengertian tradisional menganggap bahwa sorang supervisor
merupakan atasan yang mempunyai otoritas untuk menilai bahkan

menentukan baik-buruk, benar salah dari kinerja bawahannya. Sedang


pandangan modern sekarang ini memaknai supervisi sebagai suatu proses
pembimbingan, pengarahan, dan pembinaan kepada arah perbaikan kualitas
kinerja yang lebih baik, melalui proses yang sistematis dan dialogis.
Maka pola hubungan antara antara supervisor dengan yang disupervisi
adalah hubungan mitra kerja, bukan hubungan atasan bawahan. Memang dalam
pembahasan sekarang ini masih ada yang memakai kata atasandan bawahan
akan tetapi ini hanya untuk memudahkan orang dalam menggambarkan pola
hubungan dalam posisi masing-masing antara supervisor dengan yang
disupervisi, bukan untuk pemaknaan secara subtansial.

Secara etimologi kata supervisi berasal dari kata super

yang artinya mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam


pangkat, jabatan dan

kualias, sedang visi artinya melihat atau mengawasi .Karena itu


supervise dapat diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melakukan tugas dan
kuwajibannya dengan baik sesuai dengan tugas yang telah digariskan
(Burhanuddin, 2005 : 99).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat


pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang
kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya
kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, kemampuan manajerial
kepala sekolah dan lain-lain.

Pertama, tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya


kinerja guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami
proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak
masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan
mempengaruhi pola berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat
pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan
serta ketrampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar kemungkinan
kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan
pengetahuan yang diperolehnya.

Kedua, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi


pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar
mengajar. Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar
yang memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.

Ketiga, kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang


diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk
memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa.
Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian
materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu
mengikuti program-program penataran.
Keempat, iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada
kinerja guru, di antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk
pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi,
penerangan, tempat duduk, dan media pengajaran). Selain itu hubungan
antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan
sekolah akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah
satu sumber semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.

Keenam, tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru


benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus
diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan
lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala,
asuransi kesehatan dan lain-lain.

Ketujuh, peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap


terbuka, kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja
yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu
cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.

Kedelapan, kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan


dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling
melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses
mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari dari kegiatan
administrasi.

Kegiatan adminstrasi sekolah mencakup pengaturan proses belajar


mengajar, kesiswaan , personalia, peralatan pengajaran, gedung,
perlengkapan, keuangan serta hubungan masyarakat. Dalam proses
administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi kemampuan membuat
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Bila kepala
sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka pengelolaan
terhadap komponen dan sumber daya pendidikan di sekolah akan baik, ini
akan mendukung pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kinerjanya.

Kinerja guru di dalam organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh


kemampuan dan kemauan guru dalam ikut serta mendukung proses belajar
mengajar. Faktor ini merupakan potensi guru untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasnya untuk mendukung kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-usaha
meningkatkan kinerja kerja adalah:
1. Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi
2. Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi
3. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para
anggota organisasi sekolah
4. Penilaian program staf sekolah dalam rangka perbaikan dan pembinaan
serta pengembangan secara optimal
5. menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.

Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kinerja kerja adalah:
1. Imbalan finansial yang memadai
2. Kondisi fisik yang baik
3. Keamanan
4. Hubungan antar pribadi
5. Pengakuan atas status dan kehormatannya
6. Kepuasan kerja.

Untuk mendukung keberhasilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya


maka A.Tabrani Rusyan, dkk. mengemukakan bahwa: Keberhasilan kinerja
guru didukung oleh beberapa faktor yakni: (1) Motivasi kinerja; (2) Etos
kinerja; (3) Lingkungan kinerja; (4) Tugas dan tanggung jawab serta (5)
Optimalisasi kinerja.

Motivasi Kinerja Guru


Kinerja kita berhasil apabila ada motivasi yang akan menggerakkan
kita untuk bekerja lebih bersemangat. Dalam hal ini Sardiman AM.
berpendapat bahwa:
a. Motivasi dari dasar pembentukannya
b. Menurut pembagian dari Woord Worth dan Marquis
c. Motivasi jasmani dan rohani
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Sedangkan menurut A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: Motivasi
terbagi dua yakni intrinsik dan ekstrinsik. Dengan ketekunan keyakinan
dan usaha yang sungguh-sungguh serta adanya motivasi yang kuat, maka
guru akan dapat mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berusaha
meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun banyak rintangan yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas.

Etos Kinerja Guru


Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik,
karena etos kerja memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan
kinerja. Soebagio Admodiwirio mengemukakan pengertian etos kerja
sebagai berikut: Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan
kinerja pegawai. Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa:
Etos kerja guru merupakan etika kerja yang terdapat dalam diri guru
untuk berbuat yang tertuju pada suatu tujuan pendidikan.
Setiap guru memiliki etos kerja yang berbeda-beda. Guru yang tidak
memiliki etos kerja akan bekerja asal-asalan, sedangkan guru yang
memiliki etos kerja yang baik akan bekerja penuh tanggung jawab dan
pengabdian, karena pelaksanaan etos kerja merupakan upaya
produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja.
Lingkungan Kinerja Guru
Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman
dan kerasan dalam bekerja. Moekijat mengatakan bahwa: Faktor
penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan kantor adalah
penerangan, warna, musik, udara dan suara. Sedangkan A.Tabrani
Rusyan mengatakan bahwa: Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru
dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan
sosial psikologis dan lingkungan fisik.
Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja
para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja
lebih baik dan prestise sekolah bertambah baik yang selanjutnya
menarik pelanggan datang ke sekolah. Sedangkan lingkungan kotor,
kacau, hiruk pikuk dan bising dapat menimbulkan ketegangan, malas dan
tidak konsentrasi bekerja.
Tugas Dan Tanggung Jawab
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan
di sekolah. Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di
sekolah. Karena dengan adanya peran serta dari guru maka kegiatan
sekolah dapat berjalan dengan lancar.
Optimalisasi Kelompok Kerja Guru
Guru melakukan pembentukan kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya,
karena dengan adanya pembentukan kelompok maka guru dapat
melaksanakan kegiatan sekolah dengan lancar dan sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Dirawat, Busra Lamberi dan Sukarto Indrafachrudi membagi faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: Faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.
Begitu juga dengan guru yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar dan masyarakat khususnya orang tua siswa lainnya dalam
meningkatkan kinerjanya agar kegiatan sekolah dapat tercapai dengan
baik.

Faktor-faaktor penting dalam perencanaan supervissi


Berbagai pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam penyusunan
rencana supervisi yang efektif. Faktor mana yang lebih diperlukan,
tergantung dari situasi, kondisi tempat menyusun rencana itu, dan dari
tujuan yang akan dicapai. Tiap supervisor harus menyadari kedudukannya,
apakah sebagai Kepala Sekolah, sebagai Penilik/Pengawas, atau sebagai
pemegang otoritas administratif. Ia harus dapat menentukan faktor mana
yang lebih diperlukannya untuk menyusun rencana yang sesuai dengan
situasinya dan tujuan yang akan dicapainya.

Hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan supervisi adalah sebagai


berikut:
a. Kejelasan tujuan pendidikan di sekolah
Apa yang akan dicapai di sekolah, ke arah mana pendidikan anak-anak di
sekolah harus dilaksanakan, merupakan pokok-pokok fikiran yang penting
dalam supervisi, dan bukan soal metode atau teknik penyampaian. Metode
dan teknik mungkin saja berubah dan harus disesuaikan pada situasi dan
kondisi; tetapi tujuannya harus jelas.

Yang perlu disadari sejelas-jelasnya oleh Kepala Sekolah sebagai


supervisor ialah apa yang harus dicapai oleh murid-muridnya di sekolah.
Semua tindakan di sekolahnya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya.
Juga bantuan yang diberikan kepada Guru-gurunya, usaha peningkatan
kemampuan Guru-guru, semuanya itu adalah untuk membantu murid-muridnya
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Karena itu tujuan pendidikan di
sekolah harus jelas bagi Kepala Sekolah dan Guru-guru.

b. Pengetahuan tentang mengajar yang efektif


Kepala Sekolah sebagai supervisor harus benar-benar menguasai prinsip-
prinsip yang dipakai dalam proses belajar-mengajar, harus dapat memilih
dan menggunakan metode yang sesuai untuk mengaktifkan murid belajar.
Dengan kata lain, seorang supervisor haruslah seorang Guru yang baik,
yang dapat dan selalu ingin mengajar baik.

Kepala Sekolah harus menyadari bahwa kegiatan supervisi apapun, apakah


penataran Guru dalam bidang studi tertentu, atau usaha peningkatan
penampilan Guru di depan kelas, akhirnya harus menghasilkan proses
belajar-mengajar yang lebih baik. Akhirnya kegiatan supervisi harus
sampai kepada penggunaan metode mengajar yang lebih baik dan lebih
efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar muridnya. Rencana
supervisi tidak akan memadai jika tidak dilandasi dengan pengetahuan
tentang mengajar yang efektif.

c. Pengetahuan tentang anak


Pengetahuan supervisi harus didasari pengetahuan tentang anak.
Perencanaan supervisi harus ditujukan kepada peningkatan belajar murid,
yaitu peningkatan murid-murid tertentu, di sekolah tertentu dalam
situasi tertentu. Tujuan akhir supervisi bukan hanya peningkatan
kemampuan Guru saja, tetapi peningkatan kegiatan belajar dan hasil
belajar murid. Peningkatan Guru baru merupakan tujuan sementara. Karena
itu yang perlu direncanakan dalam supervisi, bukan saja apa yang perlu
dipelajari Guru dan bagaimana kemampuan belajar Guru, tetapi harus juga
diperhitungkan apa yang diperlukan murid dan bagaimana kemampuan belajar
murid.

Seorang supervisor bukan saja harus mengenal dan mengetahui Gurunya,


tetapi tidak kurang pentingnya, bahkan mungkin lebih penting lagi, ialah
mengenal dan mengetahui murid-muridnya. Pengetahuan tentang anak ini
yang mendasari pengetahuan tentang kebutuhan Guru-gurunya untuk
menentukan bantuan apa yang perlu dan dapat diberikan kepada Guru-
gurunya itu.

d. Pengetahuan tentang Guru


Guru adalah peserta dan teman usaha supervisor untuk meningkatkan
situasi belajar-mengajar dan hasil belajar murid. Untuk dapat
bekerjasama secara efektif, supervisor harus benar-benar mengenal Guru-
guru yang diajak bekerjasama itu. Supervisor harus mengetahui di mana
kemampuan dan kekurangmampuan Guru, apa kebutuhannya untuk menjadi Guru
yang lebih baik. Kegiatan supervisi yang direncanakan harus didasarkan
pada kemampuan Guru, minat Guru, kebutuhan Guru. Untuk itu perlu juga
diketahui pandangan dan sikap Guru terhadap pendidikan, terhadap
tugasnya sebagai pendidik dan sikapnya terhadap masyarakat. Sebab
sebelum supervisor dapat mulai meningkatkan kemampuan Guru, harus ada
usaha mengubah dulu sikap dan pandangan Guru terhadap pendidikan dan
terhadap tugasnya sebagai pendidik dalam masyarakat.

e. Pengetahuan tentang sumber potensi untuk supervisi


Kegiatan supervisi memerlukan keahlian di berbagai bidang, tidak dapat
ditangani oleh supervisor saja, yang keahliannya terbatas. Diperlukan
pula berbagai fasilitas dan alat: gedung, ruang, alat dan media
komunikasi, alat peraga, laboratorium, dan sebagainya, dan tentu juga
biaya.

Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.
f. Kemampuan memperhitungkan faktor waktu
Supervisi memerlukan waktu, kadang-kadang cukup lama, tergantung dari
tujuan yang akan dicapai dan tergantung dari situasi dan kondisi. Kalau
hanya menambah dan meningkatkan pengetahuan saja, mungkin dapat dicapai
dalam beberapa bulan. Meningkatkan keterampilan mungkin memerlukan waktu
yang lebih lama. Mengubah sikap akan memerlukan waktu lebih lama lagi.

Dalam penyusunan rencana, seorang supervisor tidak boleh mengabaikan


faktor waktu ini, ia tidak boleh terlalu cepat menentukan batas waktu
untuk suatu kegiatan yang sifatnya jangka panjang. Dan ia harus berani
mengakhiri kegiatan tertentu kalau dianggapnya sudah harus dapat
menghasilkan sesuatu.

Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.

Menyusun rencana tidak mudah dan memerlukan waktu. Waktu diperlukan


bukan hanya untuk perumusannya saja, tetapi terutama untuk pengumpulan
data-datanya yang diperlukan untuk menyusun rencana. Jelas untuk
perencanaan diperlukan pengetahuan tentang murid, pengetahuan tentang
Guru, pengetahuan tentang sumber-sumber potensi, dan sebagainya,
sebagaimana telah dijelaskan di atas tadi. Jadi segala macam pengetahuan
itu tidak boleh merupakan khayalan atau perkiraan, melainkan harus
benar-benar merupakan data-data yang riil dan obyektif. Maka dari itu,
untuk memperoleh data-data itu saja, sudah diperlukan waktu tertentu.

PENGAWASAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Pengawasan Pendidikan

A.Konsep Pengawasan Pendidikan


Pengawasan (pengendalian) atau controlling adalah bagian terakhir dari
fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan itu sendiri. Kasus-kasus
yang banyak terjadi dalam suatu organisasi adalah akibat masih lemahnya
pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang
direncanakan dengan yang dilaksanakan.

Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan,


walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat
sejauh mana hasil tercapai. Pengawasan sebagai tugas disebut supervisi
pendidikan. Sebagai pemahaman lanjut dari istilah tersebut, berikutini
mencoba memaparkan hal-hal terkait dengan pengawasan dan supervisi
pendidikan.Pengawasan ialah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian
apakah pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan telah dilakukan sesuai dengan
rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi
yang ada dengan yang seharusnya terjadi.

Menurut Murdick sebagaimana dikutip oleh Fattah (2000: 101) dikatakan


bahwa

pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap


diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi

. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap; pertama, menetapkan standar


pelaksanaan; kedua, pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan
standar, dan ketiga, menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan
dengan standar dan rencana.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring


untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti
yang direncanakan dan sekaligus jugamerupakan kegiatan untuk
mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang
akan mengganggu pencapaian tujuan. Pengawasan juga merupakan fungsi
manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau
unit-unit dalam suatuorganisasi guna menetapkan kemajuan sesuai
dengan arah yang dikehendaki.Oleh karena itu mudah dipahami bahwa
pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus
diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya.
Berdasarkan konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului
kegiatan pengawasan harusdikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang
dimaksudkan mencakup perencanaan: pengorganisasian, wadah, struktur,
fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan dan pengawasan memiliki
standar dan tujuan yang jelas.Pengawasan dimaksudkan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan. Pengawasan pada dasarnya
menekankan langkah-langkah pembenahan atau koreksi yang objektif jika
terjadi perbedaan atau penyimpangan antara pelaksanaan dengan
perencanaannya. Dalam makna ini pengawasan juga berarti mengarahkan
atau mengoordinasi antar kegiatan agar pemborosan sumber daya dapat
dihindari.
MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.

Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.

Sedangkan dalam pasal 1 butir 10 UU No. 20 Tahun 2003, satuan pendidikan


adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.

Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak


faktor, salah satunya adalah manejemen pendidikan. Dalam kenyataan,
manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah
menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang
mandiri, dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas
terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari
manajemen pendidikan mutu.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari
pengolahan pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi), maupun makro
(Departemen). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring
dan evaluasi, kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada
tingkat sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan
Propinsi, dan Departemen.

Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.

Dari definisi dan ringkasan tersebut tentu memunculkan pertanyaan


bagaimana sistem pengelolaan sekolah serta bagaimana cara memonitor dan
mengevaluasi pengelolaan sekolah sehingga dapat digunakan sebagaimana
mestinya? Berikut akan dijelaskan mengenai materi tentang monitoring dan
evaluasi pengelolaan satuan pendidikan.

Pengelolaan Satuan Pendidikan

Proses penyelenggaraan sekolah merupakan kiat manajemen sekolah dalam


mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan
(output sekolah). Proses berlangsungnya sekolah pada intinya adalah
berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara siswa
dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang
menciptakan sinergi proses belajar mengajar, yaitu:

Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan


kelembagaan, pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian
kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.

Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara


lain: adanya kepala sekolah yang memenuhi persyaratan, minimal satu
wakil kepala sekolah yang dipilih secara demokratis, kepala sekolah
memiliki kemampuan memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku)
sekolah, dan terdapat pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada
wakilnya.

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan


rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Selain itu, pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur


organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, keuangan, dan pembiayaan. Disamping itu,
pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah,
serta melibatkan peran serta masyarakat.

Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.
Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi
sekolah, tujuan sekolah, dan rencana kerja sekolah.

Dalam standar pelaksanaan rencana kerja sekolah, maka harus terpenuhi


dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

Kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai aspek


pengelolaan secara tertulis,
Struktur organisaisi sekolah,
Pelaksanaan kegiatan,
Bidang kesiswaan,
Bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
Bidang pendidik dan tenaga kependidikan,
Bidang sarana dan prasarana,
Bidang keuangan dan pembiayaan,
Budaya dan yang berlaku secara nasional lingkungan sekolah,
Dan peran serta masyarakat dan kemitraan.

Pengertian Monitoring dan Evaluasi

Pengertian monitoring dan evaluasi

1) Monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan


atas objektif program atau memantau perubahan yang fokus pada proses dan
keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
dan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan.

2) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat


keberhasilan suatu program. Dalam bidang pendidikan, Ralph Tyler (1950)
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Proses evaluasi bukan sekedar untuk mengukur sejauh mana
tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Evaluasi memerlukan desain studi atau penelitian, dan terkadang


membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Evaluasi
melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu.

Kaitan dan perbedaan monitoring dan evaluasi

Kaitan antara monitoring dan evaluasi adalah, evaluasi memerlukan hasil


dari monitoring yang digunakan untuk kontribusi program. Monitoring
bersifat spesifik program, sedangkan evaluasi tidak hanya dipengaruhi
oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar.

Berikut adalah tabel yang memuat perbedaan antara monitoring dan


evaluasi:

Monitoring Evaluasi
Akhir setelah
Waktu Terus menerus
program
Outputdan proses,
Dampak jangka
tetapi sering fokus
Apa yang diukur panjang,
ke input, kegiatan,
kelangsungan.
dan kondisi/asumsi.
Siapa yang
Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam
terlibat
Sistem rutin, survey Dokumen internal dan
kecil, dokumen eksternal, laporan
Sumber informasi
internal, dan tugas, dan riset
laporan. evaluasi.
Manajer, staf,
Pengguna Manajer dan staf donor, klien,
organisasi lain.
Koreksi mayor
program, perubahan
Koreksi minor kebijakan, strategi,
Penggunaan hasil
program (feedback) masa mendatang,
termasuk penghentian
program.

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya mengenai


pengelolaan satuan pendidikan dan pengertian monitoring dan evaluasi,
maka kini akan dibahas mengenai monitoring dan evaluasi pengelolaan
satuan pendidikan.

Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.

Sedangkan monitoring dan evaluasi eksternal dapat dilakukan oleh pihak


luar sekolah, misalnya, pengawas, dinas pendidikan yang hasilnya dapat
digunakan untuk rewards system terhadap individu, sekolah dalam rangka
meningkatkan iklim kompetisi sehat antar sekolah, kepentingan
akuntabilitas publik, bagi perbaikan sistem yang ada keseluruhan dan
membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya.

Pegawas Satuan Pendidikan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.

Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).

Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan sekolah


adalah dengan melakukan pemantauan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi).

Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara


perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri dari: program pengawasan tahunan, program pengawasan semester,
rencana kepengawasan manajerial (RKM), dan rencana kepengawasan akademik
(RKA).

Berikut adalah tabel tugas pengawas satuan pendidikan:

Tugas Pengawasan Akademik Pengawasan Manajerial


1. Proses dan hasil 8. Manajemen sekolah.
Moni- belajar siswa.
toring Penilaian hasil
belajar.
Ketahanan
Pembelajaran.
Standar Mutu
hasil belajar siswa.
Pengembangan
profesi guru.
Pengadaan dan
pemanfaatan sumber-
sumber belajar.
Penjaminan/
standar mutu
pendidikan.
Penerimaan siswa
baru.
Rapat guru dan
staf skolah.
Hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Pelaksanaan ujian
sekolah.
Program-program
pengembangan
sekolah.
Administrasi
sekolah.

2. Kinerja guru
Supervisi Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan media,
alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
kepala sekolah dan
staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.

Proses
pembelajaran dan
bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
peningkatan
3.
kemampuan profesi
Evaluasi /
guru.
Penilaian
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.

4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan contoh
inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.
Kinerja Guru
dalam melaksanakan
pembelajaran
Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan tugas
kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
5.
Pelaporan Kinerja sekolah,
dan tindak kinerja kepala dan
lanjut staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan tugas
kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.

Standar Pengelolaan

Adanya monitoring dan evaluasi dalam mengelola sekolah diperlukan untuk


membentuk sekolah yang efektif, sehingga telah ditetapkan suatu standar.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Sehingga
dalam hal ini, pengelolaan satuan pendidikan akan menjadi tanggung jawab
kepala satuan pendidikan.

Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:

Aspek-aspek program pengawasan,

Evaluasi diri,

Evaluasi dan pengembangan,

Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan,

Serta akreditasi sekolah.

Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan


minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), otonomi,
akuntabel, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.

Evaluasi, pengembangan, dan pejaminan mutu dalam penerapan prinsip-


prinsip manajemen berbasis sekolah menitik beratkan pada kegiatan di
bawah ini:

Menerapkan standar berbasis data,

Meningkatkan otonomi sekolah,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu,

Melaksanakan sistem penjaminan mutu,

Dan melakukan evaluasi berkelanjutan.

Untuk menciptakan pengelolaan manajemen sekolah yang baik, tentu juga


harus memperhatikan proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Dalam
proses pengelolaan pendidikan di sekolah juga harus memiliki standar.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 1).

Komponen Sekolah yang Harus Dimonitoring

Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang harus selalu


dimonitor yang mengatur tentang:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus,

Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori


aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan, dan mingguan,

Struktur organisasi satuan pendidikan,

Pembagian tugas di antara pendidik,

Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan,

Peraturan akademik,

Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata


tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana,

Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan


satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat,

Serta biaya operasional satuan pendidikan.

Monitoring Rencana Kerja Tahunan

Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:

Kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran,


ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur.

Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk


tahun ajaran berikutnya.

Mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester


gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada.

Penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan


kegiatan lainnya.

Buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata


pelajaran.

Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana


pembelajaran.

Pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis


pakai.
Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang
meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara
program.

Jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan


dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan
komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.

Rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk


masa kerja satu tahun.

Jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan


pendidikan untuk satu tahun terakhir.

Monitoring Program Sekolah

Selanjutnya adalah monitoring program yang harus dilaksanakan sekolah,


antara lain:

Menyusun pedoman sekolah,

Menetapkan struktur oranganisasi sekolah,

Melaksanakan kegiatan sekolah,

Melaksanakan pembinaan kesiswaan,

Melaksanakan kegiatan kurikulum dan pembelajaran,

Mengeloa Pendidik dan tenaga kependidikan,

Mengelola sarana dan prasarana,

Mengelola keuangan dan pembiayaan

Mengelola budaya

Mengelola lingkungan

Mengelola kerja sama kemitraan

Mengelola sistem informasi manajemen sekolah


Komponen plus

Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:

Indikator target kinerja pengawas:

Melaksanakan tugas sesuai jadwal pelaksanakan tugas dengan


jadwal yang disepakati bersama dengan sekolah,

Memiliki bukti kehadiran,

Mendapatkan data profil penerapan standar pengelolaan


sekolah binaan melalui pengisian instrumen penjaminan mutu kinerja,

Mengelola sistem informasi kinerja pembinaan,

Dan melaporkan hasil supervisi kepada Kepala Dinas


Pendidikan.

Indikator target kinerja sekolah

Melalui kegiatan supervisi, sekolah meningkatkan kinerja dalam


meningkatkan mutu dan melaksanakan penjaminan mutu standar pengelolaan
dengan indikator operasional sebagai berikut:

Menerapkan standar berbasis data:

Melakukan evaluasi kinerja,

Mengolah data hasil evaluasi kinerja,

Mengelola data kinerja yang diintegrasikan pada sistem


informasi sekolah,

Menafsirkan hasil evaluasi,

Menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan perbaikan


mutu,

Meningkatkan otonomi sekolah:


Menetapkan keputusan bersama,

Meningkatkan akurasi keputusan berbasis data,

Menetapkan target mutu dengan dasar pertimbangan hasil


evaluasi,

Menetapkan standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan,

Mensosialisasikan data secara trasparan,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu:

Menetapkan indikator pencapaian target,

Menetapkan kriteria minimal pencapai target,

Serta mengembangkan pentahapan kegiatan meliputi plan, do,


check, dan act.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas mengajar dilaksanakan untuk


menjawab dua pertanyaan mendasar, yaitu pada batasan mana sebaiknya guru
mengimplementasikan dan melaksanakan model pengajaran dan bagaimana
siswa mencapai hasil belajar. Ini merupakan contoh evaluasi yang
menekankan pada kualitas hasil belajar siswa di sekolah.

Dalam konteks pendidikan, monitoring adalah suatu proses pemantauan


untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan pada pelaksanaan
pengelolaan sekolah, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring
adalah pada komponen proses pengelolaan sekolah, baik menyangkut proses
pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar.

Sedangkan evaluasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi


tentang hasil pengelolaan sekolah. Jadi, fokus evaluasi adalah pada
hasil pengelolaan. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan, berarti pengelolaan sekolah berlangsung efektif.
Sebaliknya, jika hasil tidak sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan, maka pengelolaan sekolah dianggap tidak efektif atau gagal.

Monitoring dan evaluasi satuan pendidikan memberikan manfaat baik bagi


siswa atau peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen, serta
pengelolaan satuan pendidikan. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat
digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.
Tujuan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan
dan Tuntutan Evaluator
Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Dalam melaksanakan proses monitoring dan evaluasi penglolaan satuan


pendidikan, tentu ada tujuan di dalamnya. Tujuan diadakannya monitoring
dan evaluasi dalam mengelola sekolah antara lain:

1) Untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan


digunakan atau tidaknya suatu sistem, strategi atau metode.

2) Penelitian evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data secara


sistematis guna membantu para pengambil keputusan. Para peneliti
evaluasi yakin bahwa hasil kerjanya akan bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dalam mengambil keputusan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan apabila tidak ada penelitian yang dilakukan.

3) Untuk menyempurnakan program, kelayakan program, program


dilanjutkan atau dihentikan, diubah atau diganti.

4) Sedangkan Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004) menyatakan


bahwa ada dua macam tujuan evaluasi yaitu tujuan khusus dan tujuan umum.
Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan
khusus diarahkan pada masing-masing komponen.

Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)


bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya.

Tuntutan Terhadap Pengawas

Agar dapat melakukan tugasnya, maka seorang evaluator atau pengawas


dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program. Program kerja
yang dianggap sebagai perwujudan kinerja dan pengembangan sumber daya
pengurus dalam menjalankan perannya. Dengan mengelolanya secara wajar
dan berhasil, akan dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat di
daerah sekitar sekolah.

Karena itu, ketika program yang ada di sekolah tersebut tidak


memperlihatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan evaluasi
terhadapnya. Pendapat-pendapat tersebut dapat digolongkan ke dalam dua
tujuan pokok, yakni sebagai penyempurnaan program yang biasanya disebut
formatif dan untuk memutuskan apakah program diteruskan atau dihentikan,
yang sering disebut sumatif.

Kegiatan monitor dan evaluasi program tidak hanya ingin melanjutkan


program, tetapi juga menghentikan program. Disamping meningkatkan
prosedur-prosedur pelaksanaannya, mengalokasikan sumber-sumber
kelemahan, tetapi juga menentukan strategi serta teknik-teknik tertentu
untuk memperbaiki program di masa yang akan datang.

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan


rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik dan untuk mengetahui apakah suatu sekolah mengalami kemajuan
atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya menghasilkan informasi
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi
yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk
pengambilan keputusan. Standar monitoring dan evaluasi yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan oleh sekolah antara lain: aspek-aspek program
pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan, evaluasi
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta akreditasi
sekolah.

Monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah bertujuan untuk


mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)
bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya. Masukan-masukan dari hasil
monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Hendaknya mengetahui tentang bagaimana proses pengelolaan satuan


pendidikan agar dapat membentuk sekolah yang efektif. Disini, salah satu
faktor dari keefektivan sekolah adalah dengan adanya monitor dan
evaluasi yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah. Maka, bagi
calon pendidik tentu harus memahami tentang komponen atau standar yang
harus dipenuhi oleh sekolah agar dapat mencapai tujuan yang ingin
dicapai.

Disamping itu, tugas seorang pendidik tidak hanya melakukan tugasnya


untuk menyampaikan pendidikan yang baik terhadap siswa, namun juga perlu
mematuhi peraturan yang mengatur tentang standar pengelolaan satuan
pendidikan. Tujuannya adalah untuk dapat membentuk sekolah yang
didalamnya terdapat kepala sekolah dan pengajar yang inovatif bagi
kemajuan sekolahnya.

SILABUS MATA KULIAH


Identitas Mata Kuliah

Nama Mata Kuliah : Supervisi Monitoring Program PAUD

Nomer Kode :

Jumlah SKS : 2 SKS

Semester : Genap

Kelompok Mata Kuliah : Keahlian Wajib

Program Studi : PG PAUD/S1

Dosen : Chandra Asri Windarsih,


S.H., M.Pd

Tujuan

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memiliki


pemahaman dan wawasan tentang latar belakang supervisi, konsep dasar,
model, pendekatan dan teknik-teknik supervisi, ruang lingkup supervisi,
bahan dan alat pembinaan untuk supervisi,pelaku-

pelaku dan proses supervisi, supervisi pendidikan di TK serta sistem


informasi dan pelaporan penyelenggaraan TK secara komprehensif dan mampu
mengaplikasikannya dalam studi dan praktek di lapangan.

SUPERVISI MONITORING PROGRAM PAUD

Dosen: CHANDRA ASRI WINDARSIH, S.H. M.Pd


A.Supervisi Pendidikan

1.Pengertian Supervisi Pendidikan

Secara bahasa, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision


yang berarti pengawasan (Tim, 2001 a : 84). Kata ini berasal dari dua
kata super dan vision yang berarti melihat dengan teliti pekerjaan
secara keseluruhan (Thaib, 2005 : 2)). Sedang menurut istilah,
pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai
suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-
cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan
pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman superviisi
yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sahertian, 2000 :
16-17) :

a.Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan


kontinyu.

b.Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi


yang dilakukan sebelumnya.

c.Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagi umpan


balik untuk dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di
masa yang akan datang.

Pemaknaan arti supervisi tersebut membawa implikasi dalam pola


pelaksanaan dan hubungan antara yang mensupervisi dengan yang
disupervisi, pengertian tradisional menganggap bahwa sorang supervisor
merupakan atasan yang mempunyai otoritas untuk menilai bahkan

menentukan baik-buruk, benar salah dari kinerja bawahannya. Sedang


pandangan modern sekarang ini memaknai supervisi sebagai suatu proses
pembimbingan, pengarahan, dan pembinaan kepada arah perbaikan kualitas
kinerja yang lebih baik, melalui proses yang sistematis dan dialogis.
Maka pola hubungan antara antara supervisor dengan yang disupervisi
adalah hubungan mitra kerja, bukan hubungan atasan bawahan. Memang dalam
pembahasan sekarang ini masih ada yang memakai kata atasandan bawahan
akan tetapi ini hanya untuk memudahkan orang dalam menggambarkan pola
hubungan dalam posisi masing-masing antara supervisor dengan yang
disupervisi, bukan untuk pemaknaan secara subtansial.
Secara etimologi kata supervisi berasal dari kata super

yang artinya mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam


pangkat, jabatan dan

kualias, sedang visi artinya melihat atau mengawasi .Karena itu


supervise dapat diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melakukan tugas dan
kuwajibannya dengan baik sesuai dengan tugas yang telah digariskan
(Burhanuddin, 2005 : 99).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat


pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang
kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya
kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, kemampuan manajerial
kepala sekolah dan lain-lain.

Pertama, tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya


kinerja guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami
proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak
masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan
mempengaruhi pola berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat
pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan
serta ketrampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar kemungkinan
kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan
pengetahuan yang diperolehnya.

Kedua, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi


pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar
mengajar. Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar
yang memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.

Ketiga, kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang


diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk
memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa.
Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian
materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu
mengikuti program-program penataran.
Keempat, iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada
kinerja guru, di antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk
pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi,
penerangan, tempat duduk, dan media pengajaran). Selain itu hubungan
antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan
sekolah akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah
satu sumber semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.

Keenam, tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru


benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus
diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan
lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala,
asuransi kesehatan dan lain-lain.

Ketujuh, peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap


terbuka, kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja
yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu
cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.

Kedelapan, kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan


dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling
melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses
mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari dari kegiatan
administrasi.

Kegiatan adminstrasi sekolah mencakup pengaturan proses belajar


mengajar, kesiswaan , personalia, peralatan pengajaran, gedung,
perlengkapan, keuangan serta hubungan masyarakat. Dalam proses
administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi kemampuan membuat
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Bila kepala
sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka pengelolaan
terhadap komponen dan sumber daya pendidikan di sekolah akan baik, ini
akan mendukung pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kinerjanya.

Kinerja guru di dalam organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh


kemampuan dan kemauan guru dalam ikut serta mendukung proses belajar
mengajar. Faktor ini merupakan potensi guru untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasnya untuk mendukung kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-usaha
meningkatkan kinerja kerja adalah:
1. Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi
2. Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi
3. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para
anggota organisasi sekolah
4. Penilaian program staf sekolah dalam rangka perbaikan dan pembinaan
serta pengembangan secara optimal
5. menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.

Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kinerja kerja adalah:
1. Imbalan finansial yang memadai
2. Kondisi fisik yang baik
3. Keamanan
4. Hubungan antar pribadi
5. Pengakuan atas status dan kehormatannya
6. Kepuasan kerja.

Untuk mendukung keberhasilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya


maka A.Tabrani Rusyan, dkk. mengemukakan bahwa: Keberhasilan kinerja
guru didukung oleh beberapa faktor yakni: (1) Motivasi kinerja; (2) Etos
kinerja; (3) Lingkungan kinerja; (4) Tugas dan tanggung jawab serta (5)
Optimalisasi kinerja.

Motivasi Kinerja Guru


Kinerja kita berhasil apabila ada motivasi yang akan menggerakkan
kita untuk bekerja lebih bersemangat. Dalam hal ini Sardiman AM.
berpendapat bahwa:
a. Motivasi dari dasar pembentukannya
b. Menurut pembagian dari Woord Worth dan Marquis
c. Motivasi jasmani dan rohani
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Sedangkan menurut A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: Motivasi


terbagi dua yakni intrinsik dan ekstrinsik. Dengan ketekunan keyakinan
dan usaha yang sungguh-sungguh serta adanya motivasi yang kuat, maka
guru akan dapat mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berusaha
meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun banyak rintangan yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas.

Etos Kinerja Guru


Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik,
karena etos kerja memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan
kinerja. Soebagio Admodiwirio mengemukakan pengertian etos kerja
sebagai berikut: Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan
kinerja pegawai. Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa:
Etos kerja guru merupakan etika kerja yang terdapat dalam diri guru
untuk berbuat yang tertuju pada suatu tujuan pendidikan.
Setiap guru memiliki etos kerja yang berbeda-beda. Guru yang tidak
memiliki etos kerja akan bekerja asal-asalan, sedangkan guru yang
memiliki etos kerja yang baik akan bekerja penuh tanggung jawab dan
pengabdian, karena pelaksanaan etos kerja merupakan upaya
produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja.
Lingkungan Kinerja Guru
Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman
dan kerasan dalam bekerja. Moekijat mengatakan bahwa: Faktor
penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan kantor adalah
penerangan, warna, musik, udara dan suara. Sedangkan A.Tabrani
Rusyan mengatakan bahwa: Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru
dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan
sosial psikologis dan lingkungan fisik.
Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja
para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja
lebih baik dan prestise sekolah bertambah baik yang selanjutnya
menarik pelanggan datang ke sekolah. Sedangkan lingkungan kotor,
kacau, hiruk pikuk dan bising dapat menimbulkan ketegangan, malas dan
tidak konsentrasi bekerja.
Tugas Dan Tanggung Jawab
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan
di sekolah. Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di
sekolah. Karena dengan adanya peran serta dari guru maka kegiatan
sekolah dapat berjalan dengan lancar.
Optimalisasi Kelompok Kerja Guru
Guru melakukan pembentukan kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya,
karena dengan adanya pembentukan kelompok maka guru dapat
melaksanakan kegiatan sekolah dengan lancar dan sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Dirawat, Busra Lamberi dan Sukarto Indrafachrudi membagi faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: Faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.
Begitu juga dengan guru yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar dan masyarakat khususnya orang tua siswa lainnya dalam
meningkatkan kinerjanya agar kegiatan sekolah dapat tercapai dengan
baik.

Faktor-faaktor penting dalam perencanaan supervissi


Berbagai pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam penyusunan
rencana supervisi yang efektif. Faktor mana yang lebih diperlukan,
tergantung dari situasi, kondisi tempat menyusun rencana itu, dan dari
tujuan yang akan dicapai. Tiap supervisor harus menyadari kedudukannya,
apakah sebagai Kepala Sekolah, sebagai Penilik/Pengawas, atau sebagai
pemegang otoritas administratif. Ia harus dapat menentukan faktor mana
yang lebih diperlukannya untuk menyusun rencana yang sesuai dengan
situasinya dan tujuan yang akan dicapainya.

Hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan supervisi adalah sebagai


berikut:
a. Kejelasan tujuan pendidikan di sekolah
Apa yang akan dicapai di sekolah, ke arah mana pendidikan anak-anak di
sekolah harus dilaksanakan, merupakan pokok-pokok fikiran yang penting
dalam supervisi, dan bukan soal metode atau teknik penyampaian. Metode
dan teknik mungkin saja berubah dan harus disesuaikan pada situasi dan
kondisi; tetapi tujuannya harus jelas.

Yang perlu disadari sejelas-jelasnya oleh Kepala Sekolah sebagai


supervisor ialah apa yang harus dicapai oleh murid-muridnya di sekolah.
Semua tindakan di sekolahnya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya.
Juga bantuan yang diberikan kepada Guru-gurunya, usaha peningkatan
kemampuan Guru-guru, semuanya itu adalah untuk membantu murid-muridnya
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Karena itu tujuan pendidikan di
sekolah harus jelas bagi Kepala Sekolah dan Guru-guru.

b. Pengetahuan tentang mengajar yang efektif


Kepala Sekolah sebagai supervisor harus benar-benar menguasai prinsip-
prinsip yang dipakai dalam proses belajar-mengajar, harus dapat memilih
dan menggunakan metode yang sesuai untuk mengaktifkan murid belajar.
Dengan kata lain, seorang supervisor haruslah seorang Guru yang baik,
yang dapat dan selalu ingin mengajar baik.

Kepala Sekolah harus menyadari bahwa kegiatan supervisi apapun, apakah


penataran Guru dalam bidang studi tertentu, atau usaha peningkatan
penampilan Guru di depan kelas, akhirnya harus menghasilkan proses
belajar-mengajar yang lebih baik. Akhirnya kegiatan supervisi harus
sampai kepada penggunaan metode mengajar yang lebih baik dan lebih
efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar muridnya. Rencana
supervisi tidak akan memadai jika tidak dilandasi dengan pengetahuan
tentang mengajar yang efektif.

c. Pengetahuan tentang anak


Pengetahuan supervisi harus didasari pengetahuan tentang anak.
Perencanaan supervisi harus ditujukan kepada peningkatan belajar murid,
yaitu peningkatan murid-murid tertentu, di sekolah tertentu dalam
situasi tertentu. Tujuan akhir supervisi bukan hanya peningkatan
kemampuan Guru saja, tetapi peningkatan kegiatan belajar dan hasil
belajar murid. Peningkatan Guru baru merupakan tujuan sementara. Karena
itu yang perlu direncanakan dalam supervisi, bukan saja apa yang perlu
dipelajari Guru dan bagaimana kemampuan belajar Guru, tetapi harus juga
diperhitungkan apa yang diperlukan murid dan bagaimana kemampuan belajar
murid.

Seorang supervisor bukan saja harus mengenal dan mengetahui Gurunya,


tetapi tidak kurang pentingnya, bahkan mungkin lebih penting lagi, ialah
mengenal dan mengetahui murid-muridnya. Pengetahuan tentang anak ini
yang mendasari pengetahuan tentang kebutuhan Guru-gurunya untuk
menentukan bantuan apa yang perlu dan dapat diberikan kepada Guru-
gurunya itu.

d. Pengetahuan tentang Guru


Guru adalah peserta dan teman usaha supervisor untuk meningkatkan
situasi belajar-mengajar dan hasil belajar murid. Untuk dapat
bekerjasama secara efektif, supervisor harus benar-benar mengenal Guru-
guru yang diajak bekerjasama itu. Supervisor harus mengetahui di mana
kemampuan dan kekurangmampuan Guru, apa kebutuhannya untuk menjadi Guru
yang lebih baik. Kegiatan supervisi yang direncanakan harus didasarkan
pada kemampuan Guru, minat Guru, kebutuhan Guru. Untuk itu perlu juga
diketahui pandangan dan sikap Guru terhadap pendidikan, terhadap
tugasnya sebagai pendidik dan sikapnya terhadap masyarakat. Sebab
sebelum supervisor dapat mulai meningkatkan kemampuan Guru, harus ada
usaha mengubah dulu sikap dan pandangan Guru terhadap pendidikan dan
terhadap tugasnya sebagai pendidik dalam masyarakat.

e. Pengetahuan tentang sumber potensi untuk supervisi


Kegiatan supervisi memerlukan keahlian di berbagai bidang, tidak dapat
ditangani oleh supervisor saja, yang keahliannya terbatas. Diperlukan
pula berbagai fasilitas dan alat: gedung, ruang, alat dan media
komunikasi, alat peraga, laboratorium, dan sebagainya, dan tentu juga
biaya.

Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.

f. Kemampuan memperhitungkan faktor waktu


Supervisi memerlukan waktu, kadang-kadang cukup lama, tergantung dari
tujuan yang akan dicapai dan tergantung dari situasi dan kondisi. Kalau
hanya menambah dan meningkatkan pengetahuan saja, mungkin dapat dicapai
dalam beberapa bulan. Meningkatkan keterampilan mungkin memerlukan waktu
yang lebih lama. Mengubah sikap akan memerlukan waktu lebih lama lagi.

Dalam penyusunan rencana, seorang supervisor tidak boleh mengabaikan


faktor waktu ini, ia tidak boleh terlalu cepat menentukan batas waktu
untuk suatu kegiatan yang sifatnya jangka panjang. Dan ia harus berani
mengakhiri kegiatan tertentu kalau dianggapnya sudah harus dapat
menghasilkan sesuatu.

Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.

Menyusun rencana tidak mudah dan memerlukan waktu. Waktu diperlukan


bukan hanya untuk perumusannya saja, tetapi terutama untuk pengumpulan
data-datanya yang diperlukan untuk menyusun rencana. Jelas untuk
perencanaan diperlukan pengetahuan tentang murid, pengetahuan tentang
Guru, pengetahuan tentang sumber-sumber potensi, dan sebagainya,
sebagaimana telah dijelaskan di atas tadi. Jadi segala macam pengetahuan
itu tidak boleh merupakan khayalan atau perkiraan, melainkan harus
benar-benar merupakan data-data yang riil dan obyektif. Maka dari itu,
untuk memperoleh data-data itu saja, sudah diperlukan waktu tertentu.

PENGAWASAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Pengawasan Pendidikan

A.Konsep Pengawasan Pendidikan

Pengawasan (pengendalian) atau controlling adalah bagian terakhir dari


fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan itu sendiri. Kasus-kasus
yang banyak terjadi dalam suatu organisasi adalah akibat masih lemahnya
pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang
direncanakan dengan yang dilaksanakan.

Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan,


walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat
sejauh mana hasil tercapai. Pengawasan sebagai tugas disebut supervisi
pendidikan. Sebagai pemahaman lanjut dari istilah tersebut, berikutini
mencoba memaparkan hal-hal terkait dengan pengawasan dan supervisi
pendidikan.Pengawasan ialah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian
apakah pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan telah dilakukan sesuai dengan
rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi
yang ada dengan yang seharusnya terjadi.

Menurut Murdick sebagaimana dikutip oleh Fattah (2000: 101) dikatakan


bahwa

pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap


diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi

. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap; pertama, menetapkan standar


pelaksanaan; kedua, pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan
standar, dan ketiga, menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan
dengan standar dan rencana.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring


untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti
yang direncanakan dan sekaligus jugamerupakan kegiatan untuk
mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang
akan mengganggu pencapaian tujuan. Pengawasan juga merupakan fungsi
manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau
unit-unit dalam suatuorganisasi guna menetapkan kemajuan sesuai
dengan arah yang dikehendaki.Oleh karena itu mudah dipahami bahwa
pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus
diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya.
Berdasarkan konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului
kegiatan pengawasan harusdikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang
dimaksudkan mencakup perencanaan: pengorganisasian, wadah, struktur,
fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan dan pengawasan memiliki
standar dan tujuan yang jelas.Pengawasan dimaksudkan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan. Pengawasan pada dasarnya
menekankan langkah-langkah pembenahan atau koreksi yang objektif jika
terjadi perbedaan atau penyimpangan antara pelaksanaan dengan
perencanaannya. Dalam makna ini pengawasan juga berarti mengarahkan
atau mengoordinasi antar kegiatan agar pemborosan sumber daya dapat
dihindari.

MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.

Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.

Sedangkan dalam pasal 1 butir 10 UU No. 20 Tahun 2003, satuan pendidikan


adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.

Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak


faktor, salah satunya adalah manejemen pendidikan. Dalam kenyataan,
manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah
menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang
mandiri, dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas
terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari
manajemen pendidikan mutu.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari
pengolahan pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi), maupun makro
(Departemen). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring
dan evaluasi, kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada
tingkat sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan
Propinsi, dan Departemen.

Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.

Dari definisi dan ringkasan tersebut tentu memunculkan pertanyaan


bagaimana sistem pengelolaan sekolah serta bagaimana cara memonitor dan
mengevaluasi pengelolaan sekolah sehingga dapat digunakan sebagaimana
mestinya? Berikut akan dijelaskan mengenai materi tentang monitoring dan
evaluasi pengelolaan satuan pendidikan.

Pengelolaan Satuan Pendidikan

Proses penyelenggaraan sekolah merupakan kiat manajemen sekolah dalam


mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan
(output sekolah). Proses berlangsungnya sekolah pada intinya adalah
berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara siswa
dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang
menciptakan sinergi proses belajar mengajar, yaitu:
Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan
kelembagaan, pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian
kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.

Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara


lain: adanya kepala sekolah yang memenuhi persyaratan, minimal satu
wakil kepala sekolah yang dipilih secara demokratis, kepala sekolah
memiliki kemampuan memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku)
sekolah, dan terdapat pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada
wakilnya.

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan


rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Selain itu, pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur


organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, keuangan, dan pembiayaan. Disamping itu,
pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah,
serta melibatkan peran serta masyarakat.

Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.

Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi


sekolah, tujuan sekolah, dan rencana kerja sekolah.

Dalam standar pelaksanaan rencana kerja sekolah, maka harus terpenuhi


dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

Kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai aspek


pengelolaan secara tertulis,
Struktur organisaisi sekolah,
Pelaksanaan kegiatan,
Bidang kesiswaan,
Bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
Bidang pendidik dan tenaga kependidikan,
Bidang sarana dan prasarana,
Bidang keuangan dan pembiayaan,
Budaya dan yang berlaku secara nasional lingkungan sekolah,
Dan peran serta masyarakat dan kemitraan.
Pengertian Monitoring dan Evaluasi

Pengertian monitoring dan evaluasi

1) Monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan


atas objektif program atau memantau perubahan yang fokus pada proses dan
keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
dan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan.

2) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat


keberhasilan suatu program. Dalam bidang pendidikan, Ralph Tyler (1950)
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Proses evaluasi bukan sekedar untuk mengukur sejauh mana
tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Evaluasi memerlukan desain studi atau penelitian, dan terkadang


membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Evaluasi
melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu.

Kaitan dan perbedaan monitoring dan evaluasi

Kaitan antara monitoring dan evaluasi adalah, evaluasi memerlukan hasil


dari monitoring yang digunakan untuk kontribusi program. Monitoring
bersifat spesifik program, sedangkan evaluasi tidak hanya dipengaruhi
oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar.

Berikut adalah tabel yang memuat perbedaan antara monitoring dan


evaluasi:

Monitoring Evaluasi
Akhir setelah
Waktu Terus menerus
program
Outputdan proses,
Dampak jangka
tetapi sering fokus
Apa yang diukur panjang,
ke input, kegiatan,
kelangsungan.
dan kondisi/asumsi.
Siapa yang
Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam
terlibat
Sistem rutin, survey Dokumen internal dan
kecil, dokumen eksternal, laporan
Sumber informasi
internal, dan tugas, dan riset
laporan. evaluasi.
Manajer, staf,
Pengguna Manajer dan staf donor, klien,
organisasi lain.
Koreksi mayor
program, perubahan
Koreksi minor kebijakan, strategi,
Penggunaan hasil
program (feedback) masa mendatang,
termasuk penghentian
program.

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya mengenai


pengelolaan satuan pendidikan dan pengertian monitoring dan evaluasi,
maka kini akan dibahas mengenai monitoring dan evaluasi pengelolaan
satuan pendidikan.

Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.

Sedangkan monitoring dan evaluasi eksternal dapat dilakukan oleh pihak


luar sekolah, misalnya, pengawas, dinas pendidikan yang hasilnya dapat
digunakan untuk rewards system terhadap individu, sekolah dalam rangka
meningkatkan iklim kompetisi sehat antar sekolah, kepentingan
akuntabilitas publik, bagi perbaikan sistem yang ada keseluruhan dan
membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya.

Pegawas Satuan Pendidikan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.

Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).

Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan sekolah


adalah dengan melakukan pemantauan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi).

Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara


perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri dari: program pengawasan tahunan, program pengawasan semester,
rencana kepengawasan manajerial (RKM), dan rencana kepengawasan akademik
(RKA).

Berikut adalah tabel tugas pengawas satuan pendidikan:

Tugas Pengawasan Akademik Pengawasan Manajerial


1. Proses dan hasil 8. Manajemen sekolah.
Moni- belajar siswa.
toring Penilaian hasil
belajar.
Ketahanan
Pembelajaran.
Standar Mutu
hasil belajar siswa.
Pengembangan
profesi guru.
Pengadaan dan
pemanfaatan sumber-
sumber belajar.
Penjaminan/
standar mutu
pendidikan.
Penerimaan siswa
baru.
Rapat guru dan
staf skolah.
Hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Pelaksanaan
ujian sekolah.
Program-program
pengembangan
sekolah.
Administrasi
sekolah.

Kinerja guru
Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan
media, alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
2. kepala sekolah dan
Supervisi staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.

3. Proses
Evaluasi / pembelajaran dan
Penilaian
bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem
penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
peningkatan
kemampuan profesi
guru.
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.

4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan
contoh inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.

5. Kinerja Guru
Pelaporan dalam melaksanakan
dan tindak pembelajaran
lanjut Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Kinerja sekolah,
kinerja kepala dan
staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.

Standar Pengelolaan

Adanya monitoring dan evaluasi dalam mengelola sekolah diperlukan untuk


membentuk sekolah yang efektif, sehingga telah ditetapkan suatu standar.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Sehingga
dalam hal ini, pengelolaan satuan pendidikan akan menjadi tanggung jawab
kepala satuan pendidikan.

Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:

Aspek-aspek program pengawasan,

Evaluasi diri,

Evaluasi dan pengembangan,

Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan,

Serta akreditasi sekolah.

Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan


minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), otonomi,
akuntabel, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.

Evaluasi, pengembangan, dan pejaminan mutu dalam penerapan prinsip-


prinsip manajemen berbasis sekolah menitik beratkan pada kegiatan di
bawah ini:

Menerapkan standar berbasis data,

Meningkatkan otonomi sekolah,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu,

Melaksanakan sistem penjaminan mutu,

Dan melakukan evaluasi berkelanjutan.

Untuk menciptakan pengelolaan manajemen sekolah yang baik, tentu juga


harus memperhatikan proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Dalam
proses pengelolaan pendidikan di sekolah juga harus memiliki standar.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 1).

Komponen Sekolah yang Harus Dimonitoring

Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang harus selalu


dimonitor yang mengatur tentang:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus,

Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori


aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan, dan mingguan,

Struktur organisasi satuan pendidikan,

Pembagian tugas di antara pendidik,

Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan,

Peraturan akademik,

Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata


tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana,

Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan


satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat,
Serta biaya operasional satuan pendidikan.

Monitoring Rencana Kerja Tahunan

Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:

Kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran,


ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur.

Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk


tahun ajaran berikutnya.

Mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester


gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada.

Penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan


kegiatan lainnya.

Buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata


pelajaran.

Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana


pembelajaran.

Pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis


pakai.

Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang


meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara
program.

Jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan


dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan
komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.

Rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk


masa kerja satu tahun.

Jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan


pendidikan untuk satu tahun terakhir.
Monitoring Program Sekolah

Selanjutnya adalah monitoring program yang harus dilaksanakan sekolah,


antara lain:

Menyusun pedoman sekolah,

Menetapkan struktur oranganisasi sekolah,

Melaksanakan kegiatan sekolah,

Melaksanakan pembinaan kesiswaan,

Melaksanakan kegiatan kurikulum dan pembelajaran,

Mengeloa Pendidik dan tenaga kependidikan,

Mengelola sarana dan prasarana,

Mengelola keuangan dan pembiayaan

Mengelola budaya

Mengelola lingkungan

Mengelola kerja sama kemitraan

Mengelola sistem informasi manajemen sekolah

Komponen plus

Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:

Indikator target kinerja pengawas:

Melaksanakan tugas sesuai jadwal pelaksanakan tugas dengan


jadwal yang disepakati bersama dengan sekolah,

Memiliki bukti kehadiran,

Mendapatkan data profil penerapan standar pengelolaan


sekolah binaan melalui pengisian instrumen penjaminan mutu kinerja,
Mengelola sistem informasi kinerja pembinaan,

Dan melaporkan hasil supervisi kepada Kepala Dinas


Pendidikan.

Indikator target kinerja sekolah

Melalui kegiatan supervisi, sekolah meningkatkan kinerja dalam


meningkatkan mutu dan melaksanakan penjaminan mutu standar pengelolaan
dengan indikator operasional sebagai berikut:

Menerapkan standar berbasis data:

Melakukan evaluasi kinerja,

Mengolah data hasil evaluasi kinerja,

Mengelola data kinerja yang diintegrasikan pada sistem


informasi sekolah,

Menafsirkan hasil evaluasi,

Menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan perbaikan


mutu,

Meningkatkan otonomi sekolah:

Menetapkan keputusan bersama,

Meningkatkan akurasi keputusan berbasis data,

Menetapkan target mutu dengan dasar pertimbangan hasil


evaluasi,

Menetapkan standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan,

Mensosialisasikan data secara trasparan,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu:

Menetapkan indikator pencapaian target,

Menetapkan kriteria minimal pencapai target,

Serta mengembangkan pentahapan kegiatan meliputi plan, do,


check, dan act.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas mengajar dilaksanakan untuk
menjawab dua pertanyaan mendasar, yaitu pada batasan mana sebaiknya guru
mengimplementasikan dan melaksanakan model pengajaran dan bagaimana
siswa mencapai hasil belajar. Ini merupakan contoh evaluasi yang
menekankan pada kualitas hasil belajar siswa di sekolah.

Dalam konteks pendidikan, monitoring adalah suatu proses pemantauan


untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan pada pelaksanaan
pengelolaan sekolah, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring
adalah pada komponen proses pengelolaan sekolah, baik menyangkut proses
pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar.

Sedangkan evaluasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi


tentang hasil pengelolaan sekolah. Jadi, fokus evaluasi adalah pada
hasil pengelolaan. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan, berarti pengelolaan sekolah berlangsung efektif.
Sebaliknya, jika hasil tidak sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan, maka pengelolaan sekolah dianggap tidak efektif atau gagal.

Monitoring dan evaluasi satuan pendidikan memberikan manfaat baik bagi


siswa atau peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen, serta
pengelolaan satuan pendidikan. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat
digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.

Tujuan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan


dan Tuntutan Evaluator
Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Dalam melaksanakan proses monitoring dan evaluasi penglolaan satuan


pendidikan, tentu ada tujuan di dalamnya. Tujuan diadakannya monitoring
dan evaluasi dalam mengelola sekolah antara lain:

1) Untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan


digunakan atau tidaknya suatu sistem, strategi atau metode.

2) Penelitian evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data secara


sistematis guna membantu para pengambil keputusan. Para peneliti
evaluasi yakin bahwa hasil kerjanya akan bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dalam mengambil keputusan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan apabila tidak ada penelitian yang dilakukan.

3) Untuk menyempurnakan program, kelayakan program, program


dilanjutkan atau dihentikan, diubah atau diganti.
4) Sedangkan Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004) menyatakan
bahwa ada dua macam tujuan evaluasi yaitu tujuan khusus dan tujuan umum.
Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan
khusus diarahkan pada masing-masing komponen.

Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)


bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya.

Tuntutan Terhadap Pengawas

Agar dapat melakukan tugasnya, maka seorang evaluator atau pengawas


dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program. Program kerja
yang dianggap sebagai perwujudan kinerja dan pengembangan sumber daya
pengurus dalam menjalankan perannya. Dengan mengelolanya secara wajar
dan berhasil, akan dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat di
daerah sekitar sekolah.

Karena itu, ketika program yang ada di sekolah tersebut tidak


memperlihatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan evaluasi
terhadapnya. Pendapat-pendapat tersebut dapat digolongkan ke dalam dua
tujuan pokok, yakni sebagai penyempurnaan program yang biasanya disebut
formatif dan untuk memutuskan apakah program diteruskan atau dihentikan,
yang sering disebut sumatif.

Kegiatan monitor dan evaluasi program tidak hanya ingin melanjutkan


program, tetapi juga menghentikan program. Disamping meningkatkan
prosedur-prosedur pelaksanaannya, mengalokasikan sumber-sumber
kelemahan, tetapi juga menentukan strategi serta teknik-teknik tertentu
untuk memperbaiki program di masa yang akan datang.

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan


rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik dan untuk mengetahui apakah suatu sekolah mengalami kemajuan
atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya menghasilkan informasi
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi
yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk
pengambilan keputusan. Standar monitoring dan evaluasi yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan oleh sekolah antara lain: aspek-aspek program
pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan, evaluasi
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta akreditasi
sekolah.
Monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)
bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya. Masukan-masukan dari hasil
monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Hendaknya mengetahui tentang bagaimana proses pengelolaan satuan


pendidikan agar dapat membentuk sekolah yang efektif. Disini, salah satu
faktor dari keefektivan sekolah adalah dengan adanya monitor dan
evaluasi yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah. Maka, bagi
calon pendidik tentu harus memahami tentang komponen atau standar yang
harus dipenuhi oleh sekolah agar dapat mencapai tujuan yang ingin
dicapai.

Disamping itu, tugas seorang pendidik tidak hanya melakukan tugasnya


untuk menyampaikan pendidikan yang baik terhadap siswa, namun juga perlu
mematuhi peraturan yang mengatur tentang standar pengelolaan satuan
pendidikan. Tujuannya adalah untuk dapat membentuk sekolah yang
didalamnya terdapat kepala sekolah dan pengajar yang inovatif bagi
kemajuan sekolahnya.

2017 Chandar Asri Windarsih, M.Pd.. Hak Cipta Dilindungi Undang-


Undang.

STKIP Siliwangi Bandung

Situs Dosen STKIP Siliwangi Bandung - Chandra Asri Windarsih, M.Pd.

Data Dosen
Status Dosen
Dosen Tetap
Jabatan Fungsional
Tenaga Pengajar
Jabatan Struktural

Chandra Asri Windarsih, M.Pd.

Homebase Prodi : S1
PGPAUD
NIDN
0420096807
NIP
-
Home
Profil
Artikel
Publikasi
Tridarma
E-learning
Hubungi

Riwayat Pendidikan
Artikel Umum
SUPERVISI MONITORING PROGRAM PAUD
Dipublikasikan pada : 25 Agustus 2016. Kategori : .

A.Supervisi Pendidikan

1.Pengertian Supervisi Pendidikan

Secara bahasa, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision


yang berarti pengawasan (Tim, 2001 a : 84). Kata ini berasal dari dua
kata super dan vision yang berarti melihat dengan teliti pekerjaan
secara keseluruhan (Thaib, 2005 : 2)). Sedang menurut istilah,
pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai
suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-
cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan
pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman superviisi
yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sahertian, 2000 :
16-17) :

a.Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan


kontinyu.

b.Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi


yang dilakukan sebelumnya.

c.Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagi umpan


balik untuk dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di
masa yang akan datang.
Pemaknaan arti supervisi tersebut membawa implikasi dalam pola
pelaksanaan dan hubungan antara yang mensupervisi dengan yang
disupervisi, pengertian tradisional menganggap bahwa sorang supervisor
merupakan atasan yang mempunyai otoritas untuk menilai bahkan

menentukan baik-buruk, benar salah dari kinerja bawahannya. Sedang


pandangan modern sekarang ini memaknai supervisi sebagai suatu proses
pembimbingan, pengarahan, dan pembinaan kepada arah perbaikan kualitas
kinerja yang lebih baik, melalui proses yang sistematis dan dialogis.
Maka pola hubungan antara antara supervisor dengan yang disupervisi
adalah hubungan mitra kerja, bukan hubungan atasan bawahan. Memang dalam
pembahasan sekarang ini masih ada yang memakai kata atasandan bawahan
akan tetapi ini hanya untuk memudahkan orang dalam menggambarkan pola
hubungan dalam posisi masing-masing antara supervisor dengan yang
disupervisi, bukan untuk pemaknaan secara subtansial.

Secara etimologi kata supervisi berasal dari kata super

yang artinya mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam


pangkat, jabatan dan

kualias, sedang visi artinya melihat atau mengawasi .Karena itu


supervise dapat diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melakukan tugas dan
kuwajibannya dengan baik sesuai dengan tugas yang telah digariskan
(Burhanuddin, 2005 : 99).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat


pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang
kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya
kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, kemampuan manajerial
kepala sekolah dan lain-lain.

Pertama, tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya


kinerja guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami
proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak
masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan
mempengaruhi pola berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat
pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan
serta ketrampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar kemungkinan
kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan
pengetahuan yang diperolehnya.
Kedua, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi
pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar
mengajar. Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar
yang memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.

Ketiga, kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang


diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk
memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa.
Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian
materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu
mengikuti program-program penataran.
Keempat, iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada
kinerja guru, di antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk
pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi,
penerangan, tempat duduk, dan media pengajaran). Selain itu hubungan
antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan
sekolah akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah
satu sumber semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.

Keenam, tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru


benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus
diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan
lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala,
asuransi kesehatan dan lain-lain.

Ketujuh, peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap


terbuka, kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja
yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu
cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.

Kedelapan, kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan


dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling
melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses
mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari dari kegiatan
administrasi.

Kegiatan adminstrasi sekolah mencakup pengaturan proses belajar


mengajar, kesiswaan , personalia, peralatan pengajaran, gedung,
perlengkapan, keuangan serta hubungan masyarakat. Dalam proses
administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi kemampuan membuat
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Bila kepala
sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka pengelolaan
terhadap komponen dan sumber daya pendidikan di sekolah akan baik, ini
akan mendukung pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kinerjanya.

Kinerja guru di dalam organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh


kemampuan dan kemauan guru dalam ikut serta mendukung proses belajar
mengajar. Faktor ini merupakan potensi guru untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasnya untuk mendukung kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-usaha
meningkatkan kinerja kerja adalah:
1. Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi
2. Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi
3. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para
anggota organisasi sekolah
4. Penilaian program staf sekolah dalam rangka perbaikan dan pembinaan
serta pengembangan secara optimal
5. menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.

Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kinerja kerja adalah:
1. Imbalan finansial yang memadai
2. Kondisi fisik yang baik
3. Keamanan
4. Hubungan antar pribadi
5. Pengakuan atas status dan kehormatannya
6. Kepuasan kerja.

Untuk mendukung keberhasilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya


maka A.Tabrani Rusyan, dkk. mengemukakan bahwa: Keberhasilan kinerja
guru didukung oleh beberapa faktor yakni: (1) Motivasi kinerja; (2) Etos
kinerja; (3) Lingkungan kinerja; (4) Tugas dan tanggung jawab serta (5)
Optimalisasi kinerja.

Motivasi Kinerja Guru


Kinerja kita berhasil apabila ada motivasi yang akan menggerakkan
kita untuk bekerja lebih bersemangat. Dalam hal ini Sardiman AM.
berpendapat bahwa:
a. Motivasi dari dasar pembentukannya
b. Menurut pembagian dari Woord Worth dan Marquis
c. Motivasi jasmani dan rohani
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Sedangkan menurut A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: Motivasi


terbagi dua yakni intrinsik dan ekstrinsik. Dengan ketekunan keyakinan
dan usaha yang sungguh-sungguh serta adanya motivasi yang kuat, maka
guru akan dapat mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berusaha
meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun banyak rintangan yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas.
Etos Kinerja Guru
Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik,
karena etos kerja memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan
kinerja. Soebagio Admodiwirio mengemukakan pengertian etos kerja
sebagai berikut: Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan
kinerja pegawai. Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa:
Etos kerja guru merupakan etika kerja yang terdapat dalam diri guru
untuk berbuat yang tertuju pada suatu tujuan pendidikan.
Setiap guru memiliki etos kerja yang berbeda-beda. Guru yang tidak
memiliki etos kerja akan bekerja asal-asalan, sedangkan guru yang
memiliki etos kerja yang baik akan bekerja penuh tanggung jawab dan
pengabdian, karena pelaksanaan etos kerja merupakan upaya
produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja.
Lingkungan Kinerja Guru
Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman
dan kerasan dalam bekerja. Moekijat mengatakan bahwa: Faktor
penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan kantor adalah
penerangan, warna, musik, udara dan suara. Sedangkan A.Tabrani
Rusyan mengatakan bahwa: Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru
dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan
sosial psikologis dan lingkungan fisik.
Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja
para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja
lebih baik dan prestise sekolah bertambah baik yang selanjutnya
menarik pelanggan datang ke sekolah. Sedangkan lingkungan kotor,
kacau, hiruk pikuk dan bising dapat menimbulkan ketegangan, malas dan
tidak konsentrasi bekerja.
Tugas Dan Tanggung Jawab
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan
di sekolah. Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di
sekolah. Karena dengan adanya peran serta dari guru maka kegiatan
sekolah dapat berjalan dengan lancar.
Optimalisasi Kelompok Kerja Guru
Guru melakukan pembentukan kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya,
karena dengan adanya pembentukan kelompok maka guru dapat
melaksanakan kegiatan sekolah dengan lancar dan sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Dirawat, Busra Lamberi dan Sukarto Indrafachrudi membagi faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: Faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.
Begitu juga dengan guru yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar dan masyarakat khususnya orang tua siswa lainnya dalam
meningkatkan kinerjanya agar kegiatan sekolah dapat tercapai dengan
baik.
Faktor-faaktor penting dalam perencanaan supervissi
Berbagai pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam penyusunan
rencana supervisi yang efektif. Faktor mana yang lebih diperlukan,
tergantung dari situasi, kondisi tempat menyusun rencana itu, dan dari
tujuan yang akan dicapai. Tiap supervisor harus menyadari kedudukannya,
apakah sebagai Kepala Sekolah, sebagai Penilik/Pengawas, atau sebagai
pemegang otoritas administratif. Ia harus dapat menentukan faktor mana
yang lebih diperlukannya untuk menyusun rencana yang sesuai dengan
situasinya dan tujuan yang akan dicapainya.

Hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan supervisi adalah sebagai


berikut:
a. Kejelasan tujuan pendidikan di sekolah
Apa yang akan dicapai di sekolah, ke arah mana pendidikan anak-anak di
sekolah harus dilaksanakan, merupakan pokok-pokok fikiran yang penting
dalam supervisi, dan bukan soal metode atau teknik penyampaian. Metode
dan teknik mungkin saja berubah dan harus disesuaikan pada situasi dan
kondisi; tetapi tujuannya harus jelas.

Yang perlu disadari sejelas-jelasnya oleh Kepala Sekolah sebagai


supervisor ialah apa yang harus dicapai oleh murid-muridnya di sekolah.
Semua tindakan di sekolahnya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya.
Juga bantuan yang diberikan kepada Guru-gurunya, usaha peningkatan
kemampuan Guru-guru, semuanya itu adalah untuk membantu murid-muridnya
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Karena itu tujuan pendidikan di
sekolah harus jelas bagi Kepala Sekolah dan Guru-guru.

b. Pengetahuan tentang mengajar yang efektif


Kepala Sekolah sebagai supervisor harus benar-benar menguasai prinsip-
prinsip yang dipakai dalam proses belajar-mengajar, harus dapat memilih
dan menggunakan metode yang sesuai untuk mengaktifkan murid belajar.
Dengan kata lain, seorang supervisor haruslah seorang Guru yang baik,
yang dapat dan selalu ingin mengajar baik.

Kepala Sekolah harus menyadari bahwa kegiatan supervisi apapun, apakah


penataran Guru dalam bidang studi tertentu, atau usaha peningkatan
penampilan Guru di depan kelas, akhirnya harus menghasilkan proses
belajar-mengajar yang lebih baik. Akhirnya kegiatan supervisi harus
sampai kepada penggunaan metode mengajar yang lebih baik dan lebih
efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar muridnya. Rencana
supervisi tidak akan memadai jika tidak dilandasi dengan pengetahuan
tentang mengajar yang efektif.

c. Pengetahuan tentang anak


Pengetahuan supervisi harus didasari pengetahuan tentang anak.
Perencanaan supervisi harus ditujukan kepada peningkatan belajar murid,
yaitu peningkatan murid-murid tertentu, di sekolah tertentu dalam
situasi tertentu. Tujuan akhir supervisi bukan hanya peningkatan
kemampuan Guru saja, tetapi peningkatan kegiatan belajar dan hasil
belajar murid. Peningkatan Guru baru merupakan tujuan sementara. Karena
itu yang perlu direncanakan dalam supervisi, bukan saja apa yang perlu
dipelajari Guru dan bagaimana kemampuan belajar Guru, tetapi harus juga
diperhitungkan apa yang diperlukan murid dan bagaimana kemampuan belajar
murid.

Seorang supervisor bukan saja harus mengenal dan mengetahui Gurunya,


tetapi tidak kurang pentingnya, bahkan mungkin lebih penting lagi, ialah
mengenal dan mengetahui murid-muridnya. Pengetahuan tentang anak ini
yang mendasari pengetahuan tentang kebutuhan Guru-gurunya untuk
menentukan bantuan apa yang perlu dan dapat diberikan kepada Guru-
gurunya itu.

d. Pengetahuan tentang Guru


Guru adalah peserta dan teman usaha supervisor untuk meningkatkan
situasi belajar-mengajar dan hasil belajar murid. Untuk dapat
bekerjasama secara efektif, supervisor harus benar-benar mengenal Guru-
guru yang diajak bekerjasama itu. Supervisor harus mengetahui di mana
kemampuan dan kekurangmampuan Guru, apa kebutuhannya untuk menjadi Guru
yang lebih baik. Kegiatan supervisi yang direncanakan harus didasarkan
pada kemampuan Guru, minat Guru, kebutuhan Guru. Untuk itu perlu juga
diketahui pandangan dan sikap Guru terhadap pendidikan, terhadap
tugasnya sebagai pendidik dan sikapnya terhadap masyarakat. Sebab
sebelum supervisor dapat mulai meningkatkan kemampuan Guru, harus ada
usaha mengubah dulu sikap dan pandangan Guru terhadap pendidikan dan
terhadap tugasnya sebagai pendidik dalam masyarakat.

e. Pengetahuan tentang sumber potensi untuk supervisi


Kegiatan supervisi memerlukan keahlian di berbagai bidang, tidak dapat
ditangani oleh supervisor saja, yang keahliannya terbatas. Diperlukan
pula berbagai fasilitas dan alat: gedung, ruang, alat dan media
komunikasi, alat peraga, laboratorium, dan sebagainya, dan tentu juga
biaya.

Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.

f. Kemampuan memperhitungkan faktor waktu


Supervisi memerlukan waktu, kadang-kadang cukup lama, tergantung dari
tujuan yang akan dicapai dan tergantung dari situasi dan kondisi. Kalau
hanya menambah dan meningkatkan pengetahuan saja, mungkin dapat dicapai
dalam beberapa bulan. Meningkatkan keterampilan mungkin memerlukan waktu
yang lebih lama. Mengubah sikap akan memerlukan waktu lebih lama lagi.
Dalam penyusunan rencana, seorang supervisor tidak boleh mengabaikan
faktor waktu ini, ia tidak boleh terlalu cepat menentukan batas waktu
untuk suatu kegiatan yang sifatnya jangka panjang. Dan ia harus berani
mengakhiri kegiatan tertentu kalau dianggapnya sudah harus dapat
menghasilkan sesuatu.

Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.

Menyusun rencana tidak mudah dan memerlukan waktu. Waktu diperlukan


bukan hanya untuk perumusannya saja, tetapi terutama untuk pengumpulan
data-datanya yang diperlukan untuk menyusun rencana. Jelas untuk
perencanaan diperlukan pengetahuan tentang murid, pengetahuan tentang
Guru, pengetahuan tentang sumber-sumber potensi, dan sebagainya,
sebagaimana telah dijelaskan di atas tadi. Jadi segala macam pengetahuan
itu tidak boleh merupakan khayalan atau perkiraan, melainkan harus
benar-benar merupakan data-data yang riil dan obyektif. Maka dari itu,
untuk memperoleh data-data itu saja, sudah diperlukan waktu tertentu.

PENGAWASAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Pengawasan Pendidikan

A.Konsep Pengawasan Pendidikan

Pengawasan (pengendalian) atau controlling adalah bagian terakhir dari


fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan itu sendiri. Kasus-kasus
yang banyak terjadi dalam suatu organisasi adalah akibat masih lemahnya
pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang
direncanakan dengan yang dilaksanakan.
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan,
walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat
sejauh mana hasil tercapai. Pengawasan sebagai tugas disebut supervisi
pendidikan. Sebagai pemahaman lanjut dari istilah tersebut, berikutini
mencoba memaparkan hal-hal terkait dengan pengawasan dan supervisi
pendidikan.Pengawasan ialah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian
apakah pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan telah dilakukan sesuai dengan
rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi
yang ada dengan yang seharusnya terjadi.

Menurut Murdick sebagaimana dikutip oleh Fattah (2000: 101) dikatakan


bahwa

pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap


diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi

. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap; pertama, menetapkan standar


pelaksanaan; kedua, pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan
standar, dan ketiga, menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan
dengan standar dan rencana.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring


untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti
yang direncanakan dan sekaligus jugamerupakan kegiatan untuk
mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang
akan mengganggu pencapaian tujuan. Pengawasan juga merupakan fungsi
manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau
unit-unit dalam suatuorganisasi guna menetapkan kemajuan sesuai
dengan arah yang dikehendaki.Oleh karena itu mudah dipahami bahwa
pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus
diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya.
Berdasarkan konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului
kegiatan pengawasan harusdikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang
dimaksudkan mencakup perencanaan: pengorganisasian, wadah, struktur,
fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan dan pengawasan memiliki
standar dan tujuan yang jelas.Pengawasan dimaksudkan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan. Pengawasan pada dasarnya
menekankan langkah-langkah pembenahan atau koreksi yang objektif jika
terjadi perbedaan atau penyimpangan antara pelaksanaan dengan
perencanaannya. Dalam makna ini pengawasan juga berarti mengarahkan
atau mengoordinasi antar kegiatan agar pemborosan sumber daya dapat
dihindari.
MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.

Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.

Sedangkan dalam pasal 1 butir 10 UU No. 20 Tahun 2003, satuan pendidikan


adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.

Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak


faktor, salah satunya adalah manejemen pendidikan. Dalam kenyataan,
manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah
menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang
mandiri, dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas
terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari
manajemen pendidikan mutu.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari
pengolahan pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi), maupun makro
(Departemen). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring
dan evaluasi, kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada
tingkat sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan
Propinsi, dan Departemen.

Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.

Dari definisi dan ringkasan tersebut tentu memunculkan pertanyaan


bagaimana sistem pengelolaan sekolah serta bagaimana cara memonitor dan
mengevaluasi pengelolaan sekolah sehingga dapat digunakan sebagaimana
mestinya? Berikut akan dijelaskan mengenai materi tentang monitoring dan
evaluasi pengelolaan satuan pendidikan.

Pengelolaan Satuan Pendidikan

Proses penyelenggaraan sekolah merupakan kiat manajemen sekolah dalam


mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan
(output sekolah). Proses berlangsungnya sekolah pada intinya adalah
berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara siswa
dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang
menciptakan sinergi proses belajar mengajar, yaitu:

Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan


kelembagaan, pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian
kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.

Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara


lain: adanya kepala sekolah yang memenuhi persyaratan, minimal satu
wakil kepala sekolah yang dipilih secara demokratis, kepala sekolah
memiliki kemampuan memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku)
sekolah, dan terdapat pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada
wakilnya.

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan


rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Selain itu, pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur


organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, keuangan, dan pembiayaan. Disamping itu,
pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah,
serta melibatkan peran serta masyarakat.

Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.

Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi


sekolah, tujuan sekolah, dan rencana kerja sekolah.

Dalam standar pelaksanaan rencana kerja sekolah, maka harus terpenuhi


dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

Kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai aspek


pengelolaan secara tertulis,
Struktur organisaisi sekolah,
Pelaksanaan kegiatan,
Bidang kesiswaan,
Bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
Bidang pendidik dan tenaga kependidikan,
Bidang sarana dan prasarana,
Bidang keuangan dan pembiayaan,
Budaya dan yang berlaku secara nasional lingkungan sekolah,
Dan peran serta masyarakat dan kemitraan.

Pengertian Monitoring dan Evaluasi

Pengertian monitoring dan evaluasi

1) Monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan


atas objektif program atau memantau perubahan yang fokus pada proses dan
keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
dan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan.

2) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat


keberhasilan suatu program. Dalam bidang pendidikan, Ralph Tyler (1950)
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Proses evaluasi bukan sekedar untuk mengukur sejauh mana
tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Evaluasi memerlukan desain studi atau penelitian, dan terkadang


membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Evaluasi
melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu.

Kaitan dan perbedaan monitoring dan evaluasi

Kaitan antara monitoring dan evaluasi adalah, evaluasi memerlukan hasil


dari monitoring yang digunakan untuk kontribusi program. Monitoring
bersifat spesifik program, sedangkan evaluasi tidak hanya dipengaruhi
oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar.

Berikut adalah tabel yang memuat perbedaan antara monitoring dan


evaluasi:
Monitoring Evaluasi
Akhir setelah
Waktu Terus menerus
program
Outputdan proses,
Dampak jangka
tetapi sering fokus
Apa yang diukur panjang,
ke input, kegiatan,
kelangsungan.
dan kondisi/asumsi.
Siapa yang
Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam
terlibat
Sistem rutin, survey Dokumen internal dan
kecil, dokumen eksternal, laporan
Sumber informasi
internal, dan tugas, dan riset
laporan. evaluasi.
Manajer, staf,
Pengguna Manajer dan staf donor, klien,
organisasi lain.
Koreksi mayor
program, perubahan
Koreksi minor kebijakan, strategi,
Penggunaan hasil
program (feedback) masa mendatang,
termasuk penghentian
program.

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya mengenai


pengelolaan satuan pendidikan dan pengertian monitoring dan evaluasi,
maka kini akan dibahas mengenai monitoring dan evaluasi pengelolaan
satuan pendidikan.

Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.

Sedangkan monitoring dan evaluasi eksternal dapat dilakukan oleh pihak


luar sekolah, misalnya, pengawas, dinas pendidikan yang hasilnya dapat
digunakan untuk rewards system terhadap individu, sekolah dalam rangka
meningkatkan iklim kompetisi sehat antar sekolah, kepentingan
akuntabilitas publik, bagi perbaikan sistem yang ada keseluruhan dan
membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya.

Pegawas Satuan Pendidikan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.

Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).

Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan sekolah


adalah dengan melakukan pemantauan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi).

Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara


perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri dari: program pengawasan tahunan, program pengawasan semester,
rencana kepengawasan manajerial (RKM), dan rencana kepengawasan akademik
(RKA).

Berikut adalah tabel tugas pengawas satuan pendidikan:

Tugas Pengawasan Akademik Pengawasan Manajerial


1. Proses dan hasil 8. Manajemen sekolah.
Moni- belajar siswa.
toring Penilaian hasil
belajar.
Ketahanan
Pembelajaran.
Standar Mutu
hasil belajar siswa.
Pengembangan
profesi guru.
Pengadaan dan
pemanfaatan sumber-
sumber belajar.
Penjaminan/
standar mutu
pendidikan.
Penerimaan siswa
baru.
Rapat guru dan
staf skolah.
Hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Pelaksanaan
ujian sekolah.
Program-program
pengembangan
sekolah.
Administrasi
sekolah.

2. Kinerja guru
Supervisi Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan
media, alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
kepala sekolah dan
staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.

Proses
pembelajaran dan
bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem
penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
3. peningkatan
Evaluasi / kemampuan profesi
Penilaian guru.
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.

4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan
contoh inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.

5. Kinerja Guru
Pelaporan dalam melaksanakan
dan tindak pembelajaran
lanjut Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Kinerja sekolah,
kinerja kepala dan
staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.

Standar Pengelolaan

Adanya monitoring dan evaluasi dalam mengelola sekolah diperlukan untuk


membentuk sekolah yang efektif, sehingga telah ditetapkan suatu standar.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Sehingga
dalam hal ini, pengelolaan satuan pendidikan akan menjadi tanggung jawab
kepala satuan pendidikan.

Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:
Aspek-aspek program pengawasan,

Evaluasi diri,

Evaluasi dan pengembangan,

Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan,

Serta akreditasi sekolah.

Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan


minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), otonomi,
akuntabel, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.

Evaluasi, pengembangan, dan pejaminan mutu dalam penerapan prinsip-


prinsip manajemen berbasis sekolah menitik beratkan pada kegiatan di
bawah ini:

Menerapkan standar berbasis data,

Meningkatkan otonomi sekolah,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu,

Melaksanakan sistem penjaminan mutu,

Dan melakukan evaluasi berkelanjutan.

Untuk menciptakan pengelolaan manajemen sekolah yang baik, tentu juga


harus memperhatikan proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Dalam
proses pengelolaan pendidikan di sekolah juga harus memiliki standar.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 1).

Komponen Sekolah yang Harus Dimonitoring

Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang harus selalu


dimonitor yang mengatur tentang:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus,

Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori


aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan, dan mingguan,

Struktur organisasi satuan pendidikan,

Pembagian tugas di antara pendidik,


Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan,

Peraturan akademik,

Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata


tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana,

Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan


satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat,

Serta biaya operasional satuan pendidikan.

Monitoring Rencana Kerja Tahunan

Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:

Kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran,


ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur.

Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk


tahun ajaran berikutnya.

Mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester


gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada.

Penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan


kegiatan lainnya.

Buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata


pelajaran.

Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana


pembelajaran.

Pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis


pakai.

Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang


meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara
program.

Jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan


dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan
komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.

Rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk


masa kerja satu tahun.

Jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan


pendidikan untuk satu tahun terakhir.

Monitoring Program Sekolah

Selanjutnya adalah monitoring program yang harus dilaksanakan sekolah,


antara lain:

Menyusun pedoman sekolah,

Menetapkan struktur oranganisasi sekolah,

Melaksanakan kegiatan sekolah,

Melaksanakan pembinaan kesiswaan,

Melaksanakan kegiatan kurikulum dan pembelajaran,

Mengeloa Pendidik dan tenaga kependidikan,

Mengelola sarana dan prasarana,

Mengelola keuangan dan pembiayaan

Mengelola budaya

Mengelola lingkungan

Mengelola kerja sama kemitraan

Mengelola sistem informasi manajemen sekolah

Komponen plus

Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:

Indikator target kinerja pengawas:

Melaksanakan tugas sesuai jadwal pelaksanakan tugas dengan


jadwal yang disepakati bersama dengan sekolah,

Memiliki bukti kehadiran,

Mendapatkan data profil penerapan standar pengelolaan


sekolah binaan melalui pengisian instrumen penjaminan mutu kinerja,

Mengelola sistem informasi kinerja pembinaan,

Dan melaporkan hasil supervisi kepada Kepala Dinas


Pendidikan.

Indikator target kinerja sekolah

Melalui kegiatan supervisi, sekolah meningkatkan kinerja dalam


meningkatkan mutu dan melaksanakan penjaminan mutu standar pengelolaan
dengan indikator operasional sebagai berikut:

Menerapkan standar berbasis data:

Melakukan evaluasi kinerja,

Mengolah data hasil evaluasi kinerja,

Mengelola data kinerja yang diintegrasikan pada sistem


informasi sekolah,

Menafsirkan hasil evaluasi,

Menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan perbaikan


mutu,

Meningkatkan otonomi sekolah:

Menetapkan keputusan bersama,

Meningkatkan akurasi keputusan berbasis data,

Menetapkan target mutu dengan dasar pertimbangan hasil


evaluasi,

Menetapkan standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan,

Mensosialisasikan data secara trasparan,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu:

Menetapkan indikator pencapaian target,

Menetapkan kriteria minimal pencapai target,

Serta mengembangkan pentahapan kegiatan meliputi plan, do,


check, dan act.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas mengajar dilaksanakan untuk


menjawab dua pertanyaan mendasar, yaitu pada batasan mana sebaiknya guru
mengimplementasikan dan melaksanakan model pengajaran dan bagaimana
siswa mencapai hasil belajar. Ini merupakan contoh evaluasi yang
menekankan pada kualitas hasil belajar siswa di sekolah.

Dalam konteks pendidikan, monitoring adalah suatu proses pemantauan


untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan pada pelaksanaan
pengelolaan sekolah, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring
adalah pada komponen proses pengelolaan sekolah, baik menyangkut proses
pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar.

Sedangkan evaluasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi


tentang hasil pengelolaan sekolah. Jadi, fokus evaluasi adalah pada
hasil pengelolaan. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan, berarti pengelolaan sekolah berlangsung efektif.
Sebaliknya, jika hasil tidak sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan, maka pengelolaan sekolah dianggap tidak efektif atau gagal.

Monitoring dan evaluasi satuan pendidikan memberikan manfaat baik bagi


siswa atau peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen, serta
pengelolaan satuan pendidikan. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat
digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.

Tujuan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan


dan Tuntutan Evaluator
Tujuan Monitoring dan Evaluasi
Dalam melaksanakan proses monitoring dan evaluasi penglolaan satuan
pendidikan, tentu ada tujuan di dalamnya. Tujuan diadakannya monitoring
dan evaluasi dalam mengelola sekolah antara lain:

1) Untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan


digunakan atau tidaknya suatu sistem, strategi atau metode.

2) Penelitian evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data secara


sistematis guna membantu para pengambil keputusan. Para peneliti
evaluasi yakin bahwa hasil kerjanya akan bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dalam mengambil keputusan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan apabila tidak ada penelitian yang dilakukan.

3) Untuk menyempurnakan program, kelayakan program, program


dilanjutkan atau dihentikan, diubah atau diganti.

4) Sedangkan Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004) menyatakan


bahwa ada dua macam tujuan evaluasi yaitu tujuan khusus dan tujuan umum.
Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan
khusus diarahkan pada masing-masing komponen.

Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)


bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya.

Tuntutan Terhadap Pengawas

Agar dapat melakukan tugasnya, maka seorang evaluator atau pengawas


dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program. Program kerja
yang dianggap sebagai perwujudan kinerja dan pengembangan sumber daya
pengurus dalam menjalankan perannya. Dengan mengelolanya secara wajar
dan berhasil, akan dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat di
daerah sekitar sekolah.

Karena itu, ketika program yang ada di sekolah tersebut tidak


memperlihatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan evaluasi
terhadapnya. Pendapat-pendapat tersebut dapat digolongkan ke dalam dua
tujuan pokok, yakni sebagai penyempurnaan program yang biasanya disebut
formatif dan untuk memutuskan apakah program diteruskan atau dihentikan,
yang sering disebut sumatif.

Kegiatan monitor dan evaluasi program tidak hanya ingin melanjutkan


program, tetapi juga menghentikan program. Disamping meningkatkan
prosedur-prosedur pelaksanaannya, mengalokasikan sumber-sumber
kelemahan, tetapi juga menentukan strategi serta teknik-teknik tertentu
untuk memperbaiki program di masa yang akan datang.
Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan
rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik dan untuk mengetahui apakah suatu sekolah mengalami kemajuan
atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya menghasilkan informasi
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi
yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk
pengambilan keputusan. Standar monitoring dan evaluasi yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan oleh sekolah antara lain: aspek-aspek program
pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan, evaluasi
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta akreditasi
sekolah.

Monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah bertujuan untuk


mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)
bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya. Masukan-masukan dari hasil
monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Hendaknya mengetahui tentang bagaimana proses pengelolaan satuan


pendidikan agar dapat membentuk sekolah yang efektif. Disini, salah satu
faktor dari keefektivan sekolah adalah dengan adanya monitor dan
evaluasi yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah. Maka, bagi
calon pendidik tentu harus memahami tentang komponen atau standar yang
harus dipenuhi oleh sekolah agar dapat mencapai tujuan yang ingin
dicapai.

Disamping itu, tugas seorang pendidik tidak hanya melakukan tugasnya


untuk menyampaikan pendidikan yang baik terhadap siswa, namun juga perlu
mematuhi peraturan yang mengatur tentang standar pengelolaan satuan
pendidikan. Tujuannya adalah untuk dapat membentuk sekolah yang
didalamnya terdapat kepala sekolah dan pengajar yang inovatif bagi
kemajuan sekolahnya.

SILABUS MATA KULIAH


Identitas Mata Kuliah

Nama Mata Kuliah : Supervisi Monitoring Program PAUD

Nomer Kode :

Jumlah SKS : 2 SKS

Semester : Genap

Kelompok Mata Kuliah : Keahlian Wajib

Program Studi : PG PAUD/S1

Dosen : Chandra Asri Windarsih,


S.H., M.Pd

Tujuan

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memiliki


pemahaman dan wawasan tentang latar belakang supervisi, konsep dasar,
model, pendekatan dan teknik-teknik supervisi, ruang lingkup supervisi,
bahan dan alat pembinaan untuk supervisi,pelaku-

pelaku dan proses supervisi, supervisi pendidikan di TK serta sistem


informasi dan pelaporan penyelenggaraan TK secara komprehensif dan mampu
mengaplikasikannya dalam studi dan praktek di lapangan.

SUPERVISI MONITORING PROGRAM PAUD

Dosen: CHANDRA ASRI WINDARSIH, S.H. M.Pd


A.Supervisi Pendidikan

1.Pengertian Supervisi Pendidikan

Secara bahasa, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris supervision


yang berarti pengawasan (Tim, 2001 a : 84). Kata ini berasal dari dua
kata super dan vision yang berarti melihat dengan teliti pekerjaan
secara keseluruhan (Thaib, 2005 : 2)). Sedang menurut istilah,
pengertian supervisi mula-mula dimaknai secara tradisional yaitu sebagai
suatu pekerjaan menginspeksi, memeriksa, dan mengawasi dengan mencari-
cari kesalahan melalui cara memata-matai dalam rangka perbaikan
pekerjaan yang telah diberikan. Kemudian berkembang pemahaman superviisi
yang bersifat ilmiah dengan ciri-ciri sebagai berikut (Sahertian, 2000 :
16-17) :

a.Sistematis, artinya supervisi dilakukan secara teratur, berencana, dan


kontinyu.

b.Obyektif, artinya supervisi dilakukan berdasarkan data hasil observasi


yang dilakukan sebelumnya.

c.Menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi sebagi umpan


balik untuk dapat melakukan langkah tindak lanjut menuju perbaikan di
masa yang akan datang.

Pemaknaan arti supervisi tersebut membawa implikasi dalam pola


pelaksanaan dan hubungan antara yang mensupervisi dengan yang
disupervisi, pengertian tradisional menganggap bahwa sorang supervisor
merupakan atasan yang mempunyai otoritas untuk menilai bahkan

menentukan baik-buruk, benar salah dari kinerja bawahannya. Sedang


pandangan modern sekarang ini memaknai supervisi sebagai suatu proses
pembimbingan, pengarahan, dan pembinaan kepada arah perbaikan kualitas
kinerja yang lebih baik, melalui proses yang sistematis dan dialogis.
Maka pola hubungan antara antara supervisor dengan yang disupervisi
adalah hubungan mitra kerja, bukan hubungan atasan bawahan. Memang dalam
pembahasan sekarang ini masih ada yang memakai kata atasandan bawahan
akan tetapi ini hanya untuk memudahkan orang dalam menggambarkan pola
hubungan dalam posisi masing-masing antara supervisor dengan yang
disupervisi, bukan untuk pemaknaan secara subtansial.

Secara etimologi kata supervisi berasal dari kata super

yang artinya mempunyai kelebihan tertentu seperti kelebihan dalam


pangkat, jabatan dan

kualias, sedang visi artinya melihat atau mengawasi .Karena itu


supervise dapat diartikan sebagai kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh seorang pejabat terhadap bawahannya untuk melakukan tugas dan
kuwajibannya dengan baik sesuai dengan tugas yang telah digariskan
(Burhanuddin, 2005 : 99).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru diantaranya tingkat


pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang
kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya
kepemimpinan kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, kemampuan manajerial
kepala sekolah dan lain-lain.

Pertama, tingkat pendidikan guru akan sangat mempengaruhi baik tidaknya


kinerja guru. Kemampuan seorang sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikannya, karena melalui pendidikan itulah seseorang mengalami
proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa. Selama menjalani pendidikannya seseorang akan menerima banyak
masukan baik berupa ilmu pengetahuan maupun keterampilan yang akan
mempengaruhi pola berpikir dan prilakunya. Ini berarti jika tingkat
pendidikan seseorang itu lebih tinggi maka makin banyak pengetahuan
serta ketrampilan yang diajarkan kepadanya sehingga besar kemungkinan
kinerjanya akan baik karena didukung oleh bekal ketrampilan dan
pengetahuan yang diperolehnya.

Kedua, faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah supervisi


pengajaran yaitu serangkaian kegiatan membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya. Kepala sekolah bertugas memberikan bimbingan, bantuan,
pengawasan dan penelitian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
pengembangan pengajaran berupa perbaikan program dan kegiatan belajar
mengajar. Sasaran supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar
yang memungkinkan terjadinya tujuan pendidikan secara optimal.

Ketiga, kinerja guru juga dipengaruhi oleh program penataran yang


diikutinya. Untuk memiliki kinerja yang baik, guru dituntut untuk
memiliki kemampuan akademik yang memadai, dan dapat mengaplikasikan ilmu
yang dimilikinya kepada para siswa untuk kemajuan hasil belajar siswa.
Hal ini menentukan kemampuan guru dalam menentukan cara penyampaian
materi dan pengelolaan interaksi belajar mengajar. Untuk iitu guru perlu
mengikuti program-program penataran.
Keempat, iklim yang kondusif di sekolah juga akan berpengaruh pada
kinerja guru, di antaranya : pengelolaan kelas yang baik yang menunjuk
pada pengaturan orang (siswa), maupun pengaturan fasilitas (ventilasi,
penerangan, tempat duduk, dan media pengajaran). Selain itu hubungan
antara pribadi yang baik antara kepala sekolah, guru, siswa dan karyawan
sekolah akan membuat suasana sekolah menyenangkan dan merupakan salah
satu sumber semangat bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.

Keenam, tingkat pendapatan dapat mempengaruhi kinerja guru. Agar guru


benar-benar berkonsentrasi mengajar di suatu sekolah maka harus
diperhatikan tingkat pendapatannya dan juga jaminan kesejahteraan
lainnya seperti pemberian intensif, kenaikan pangkat/gaji berkala,
asuransi kesehatan dan lain-lain.

Ketujuh, peningkatan kinerja guru dapat dicapai apabila guru bersikap


terbuka, kreatif, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Suasana kerja
yang demikian ditentukan oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, yaitu
cara kepala sekolah melaksanakan kepemimpinan di sekolahnya.

Kedelapan, kemampuan manajerial kepala sekolah akan mempunyai peranan


dalam meningkatkan kinerja guru. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal merupakan suatu pola kerjasama antara manusia yang saling
melibatkan diri dalam satu unit kerja (kelembagaan). Dalam proses
mencapai tujuan pendidikan, tidak bisa terlepas dari dari kegiatan
administrasi.

Kegiatan adminstrasi sekolah mencakup pengaturan proses belajar


mengajar, kesiswaan , personalia, peralatan pengajaran, gedung,
perlengkapan, keuangan serta hubungan masyarakat. Dalam proses
administrasi terdapat kegiatan manajemen yang meliputi kemampuan membuat
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Bila kepala
sekolah memiliki kemampuan manajerial yang baik, maka pengelolaan
terhadap komponen dan sumber daya pendidikan di sekolah akan baik, ini
akan mendukung pelaksanaan tugas guru dan peningkatan kinerjanya.

Kinerja guru di dalam organisasi sekolah pada dasarnya ditentukan oleh


kemampuan dan kemauan guru dalam ikut serta mendukung proses belajar
mengajar. Faktor ini merupakan potensi guru untuk dapat melaksanakan
tugas-tugasnya untuk mendukung kebutuhan sarana pendidikan di sekolah.
Dalam meningkatkan kinerja Burhanudin mengemukakan bahwa: usaha-usaha
meningkatkan kinerja kerja adalah:
1. Memperhatikan dan memenuhi tuntutan pribadi dan organisasi
2. Informasi jabatan dan tugas setiap anggota organisasi
3. Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan secara efektif terhadap para
anggota organisasi sekolah
4. Penilaian program staf sekolah dalam rangka perbaikan dan pembinaan
serta pengembangan secara optimal
5. menerapkan kepemimpinan yang transaksional dan demokratis.
Selanjutnya Barnet Silalahi mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja kerja adalah:
1. Imbalan finansial yang memadai
2. Kondisi fisik yang baik
3. Keamanan
4. Hubungan antar pribadi
5. Pengakuan atas status dan kehormatannya
6. Kepuasan kerja.

Untuk mendukung keberhasilan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya


maka A.Tabrani Rusyan, dkk. mengemukakan bahwa: Keberhasilan kinerja
guru didukung oleh beberapa faktor yakni: (1) Motivasi kinerja; (2) Etos
kinerja; (3) Lingkungan kinerja; (4) Tugas dan tanggung jawab serta (5)
Optimalisasi kinerja.

Motivasi Kinerja Guru


Kinerja kita berhasil apabila ada motivasi yang akan menggerakkan
kita untuk bekerja lebih bersemangat. Dalam hal ini Sardiman AM.
berpendapat bahwa:
a. Motivasi dari dasar pembentukannya
b. Menurut pembagian dari Woord Worth dan Marquis
c. Motivasi jasmani dan rohani
d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

Sedangkan menurut A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa: Motivasi


terbagi dua yakni intrinsik dan ekstrinsik. Dengan ketekunan keyakinan
dan usaha yang sungguh-sungguh serta adanya motivasi yang kuat, maka
guru akan dapat mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya dan berusaha
meningkatkan keberhasilan kinerjanya, meskipun banyak rintangan yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas.

Etos Kinerja Guru


Dalam meningkatkan budaya kinerja dibutuhkan etos kerja yang baik,
karena etos kerja memiliki peluang yang besar dalam keberhasilan
kinerja. Soebagio Admodiwirio mengemukakan pengertian etos kerja
sebagai berikut: Etos kerja adalah landasan untuk meningkatkan
kinerja pegawai. Sedangkan A.Tabrani Rusyan mengemukakan bahwa:
Etos kerja guru merupakan etika kerja yang terdapat dalam diri guru
untuk berbuat yang tertuju pada suatu tujuan pendidikan.
Setiap guru memiliki etos kerja yang berbeda-beda. Guru yang tidak
memiliki etos kerja akan bekerja asal-asalan, sedangkan guru yang
memiliki etos kerja yang baik akan bekerja penuh tanggung jawab dan
pengabdian, karena pelaksanaan etos kerja merupakan upaya
produktivitas kerja yang mendukung kualitas kerja.
Lingkungan Kinerja Guru
Lingkungan yang baik untuk bekerja akan menimbulkan perasaan nyaman
dan kerasan dalam bekerja. Moekijat mengatakan bahwa: Faktor
penting dari kondisi kerja fisik dalam kebanyakan kantor adalah
penerangan, warna, musik, udara dan suara. Sedangkan A.Tabrani
Rusyan mengatakan bahwa: Lingkungan kerja yang dapat mendukung guru
dalam melaksanakan tugas secara efektif dan efisien adalah lingkungan
sosial psikologis dan lingkungan fisik.
Dengan lingkungan yang baik akan dapat meningkatkan semangat kerja
para guru sehingga produktivitas kinerja meningkat, kualitas kinerja
lebih baik dan prestise sekolah bertambah baik yang selanjutnya
menarik pelanggan datang ke sekolah. Sedangkan lingkungan kotor,
kacau, hiruk pikuk dan bising dapat menimbulkan ketegangan, malas dan
tidak konsentrasi bekerja.
Tugas Dan Tanggung Jawab
Guru memiliki tugas dan tanggung jawab dalam meningkatkan pendidikan
di sekolah. Guru dapat berperan serta dalam melaksanakan kegiatan di
sekolah. Karena dengan adanya peran serta dari guru maka kegiatan
sekolah dapat berjalan dengan lancar.
Optimalisasi Kelompok Kerja Guru
Guru melakukan pembentukan kelompok dalam melaksanakan pekerjaannya,
karena dengan adanya pembentukan kelompok maka guru dapat
melaksanakan kegiatan sekolah dengan lancar dan sesuai dengan tujuan
pendidikan.
Dirawat, Busra Lamberi dan Sukarto Indrafachrudi membagi faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja kedalam dua kategori yakni: Faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi kinerja
seseorang dalam menjalankan pekerjaannya, sedangkan faktor eksternal
yaitu faktor yang datang dari luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.
Begitu juga dengan guru yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar dan masyarakat khususnya orang tua siswa lainnya dalam
meningkatkan kinerjanya agar kegiatan sekolah dapat tercapai dengan
baik.

Faktor-faaktor penting dalam perencanaan supervissi


Berbagai pengetahuan dan keterampilan diperlukan dalam penyusunan
rencana supervisi yang efektif. Faktor mana yang lebih diperlukan,
tergantung dari situasi, kondisi tempat menyusun rencana itu, dan dari
tujuan yang akan dicapai. Tiap supervisor harus menyadari kedudukannya,
apakah sebagai Kepala Sekolah, sebagai Penilik/Pengawas, atau sebagai
pemegang otoritas administratif. Ia harus dapat menentukan faktor mana
yang lebih diperlukannya untuk menyusun rencana yang sesuai dengan
situasinya dan tujuan yang akan dicapainya.

Hal-hal yang diperlukan dalam perencanaan supervisi adalah sebagai


berikut:
a. Kejelasan tujuan pendidikan di sekolah
Apa yang akan dicapai di sekolah, ke arah mana pendidikan anak-anak di
sekolah harus dilaksanakan, merupakan pokok-pokok fikiran yang penting
dalam supervisi, dan bukan soal metode atau teknik penyampaian. Metode
dan teknik mungkin saja berubah dan harus disesuaikan pada situasi dan
kondisi; tetapi tujuannya harus jelas.

Yang perlu disadari sejelas-jelasnya oleh Kepala Sekolah sebagai


supervisor ialah apa yang harus dicapai oleh murid-muridnya di sekolah.
Semua tindakan di sekolahnya adalah untuk keberhasilan murid-muridnya.
Juga bantuan yang diberikan kepada Guru-gurunya, usaha peningkatan
kemampuan Guru-guru, semuanya itu adalah untuk membantu murid-muridnya
mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Karena itu tujuan pendidikan di
sekolah harus jelas bagi Kepala Sekolah dan Guru-guru.

b. Pengetahuan tentang mengajar yang efektif


Kepala Sekolah sebagai supervisor harus benar-benar menguasai prinsip-
prinsip yang dipakai dalam proses belajar-mengajar, harus dapat memilih
dan menggunakan metode yang sesuai untuk mengaktifkan murid belajar.
Dengan kata lain, seorang supervisor haruslah seorang Guru yang baik,
yang dapat dan selalu ingin mengajar baik.

Kepala Sekolah harus menyadari bahwa kegiatan supervisi apapun, apakah


penataran Guru dalam bidang studi tertentu, atau usaha peningkatan
penampilan Guru di depan kelas, akhirnya harus menghasilkan proses
belajar-mengajar yang lebih baik. Akhirnya kegiatan supervisi harus
sampai kepada penggunaan metode mengajar yang lebih baik dan lebih
efektif untuk meningkatkan keberhasilan belajar muridnya. Rencana
supervisi tidak akan memadai jika tidak dilandasi dengan pengetahuan
tentang mengajar yang efektif.

c. Pengetahuan tentang anak


Pengetahuan supervisi harus didasari pengetahuan tentang anak.
Perencanaan supervisi harus ditujukan kepada peningkatan belajar murid,
yaitu peningkatan murid-murid tertentu, di sekolah tertentu dalam
situasi tertentu. Tujuan akhir supervisi bukan hanya peningkatan
kemampuan Guru saja, tetapi peningkatan kegiatan belajar dan hasil
belajar murid. Peningkatan Guru baru merupakan tujuan sementara. Karena
itu yang perlu direncanakan dalam supervisi, bukan saja apa yang perlu
dipelajari Guru dan bagaimana kemampuan belajar Guru, tetapi harus juga
diperhitungkan apa yang diperlukan murid dan bagaimana kemampuan belajar
murid.

Seorang supervisor bukan saja harus mengenal dan mengetahui Gurunya,


tetapi tidak kurang pentingnya, bahkan mungkin lebih penting lagi, ialah
mengenal dan mengetahui murid-muridnya. Pengetahuan tentang anak ini
yang mendasari pengetahuan tentang kebutuhan Guru-gurunya untuk
menentukan bantuan apa yang perlu dan dapat diberikan kepada Guru-
gurunya itu.

d. Pengetahuan tentang Guru


Guru adalah peserta dan teman usaha supervisor untuk meningkatkan
situasi belajar-mengajar dan hasil belajar murid. Untuk dapat
bekerjasama secara efektif, supervisor harus benar-benar mengenal Guru-
guru yang diajak bekerjasama itu. Supervisor harus mengetahui di mana
kemampuan dan kekurangmampuan Guru, apa kebutuhannya untuk menjadi Guru
yang lebih baik. Kegiatan supervisi yang direncanakan harus didasarkan
pada kemampuan Guru, minat Guru, kebutuhan Guru. Untuk itu perlu juga
diketahui pandangan dan sikap Guru terhadap pendidikan, terhadap
tugasnya sebagai pendidik dan sikapnya terhadap masyarakat. Sebab
sebelum supervisor dapat mulai meningkatkan kemampuan Guru, harus ada
usaha mengubah dulu sikap dan pandangan Guru terhadap pendidikan dan
terhadap tugasnya sebagai pendidik dalam masyarakat.

e. Pengetahuan tentang sumber potensi untuk supervisi


Kegiatan supervisi memerlukan keahlian di berbagai bidang, tidak dapat
ditangani oleh supervisor saja, yang keahliannya terbatas. Diperlukan
pula berbagai fasilitas dan alat: gedung, ruang, alat dan media
komunikasi, alat peraga, laboratorium, dan sebagainya, dan tentu juga
biaya.

Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.

f. Kemampuan memperhitungkan faktor waktu


Supervisi memerlukan waktu, kadang-kadang cukup lama, tergantung dari
tujuan yang akan dicapai dan tergantung dari situasi dan kondisi. Kalau
hanya menambah dan meningkatkan pengetahuan saja, mungkin dapat dicapai
dalam beberapa bulan. Meningkatkan keterampilan mungkin memerlukan waktu
yang lebih lama. Mengubah sikap akan memerlukan waktu lebih lama lagi.

Dalam penyusunan rencana, seorang supervisor tidak boleh mengabaikan


faktor waktu ini, ia tidak boleh terlalu cepat menentukan batas waktu
untuk suatu kegiatan yang sifatnya jangka panjang. Dan ia harus berani
mengakhiri kegiatan tertentu kalau dianggapnya sudah harus dapat
menghasilkan sesuatu.

Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.

Menyusun rencana tidak mudah dan memerlukan waktu. Waktu diperlukan


bukan hanya untuk perumusannya saja, tetapi terutama untuk pengumpulan
data-datanya yang diperlukan untuk menyusun rencana. Jelas untuk
perencanaan diperlukan pengetahuan tentang murid, pengetahuan tentang
Guru, pengetahuan tentang sumber-sumber potensi, dan sebagainya,
sebagaimana telah dijelaskan di atas tadi. Jadi segala macam pengetahuan
itu tidak boleh merupakan khayalan atau perkiraan, melainkan harus
benar-benar merupakan data-data yang riil dan obyektif. Maka dari itu,
untuk memperoleh data-data itu saja, sudah diperlukan waktu tertentu.

PENGAWASAN DAN SUPERVISI PENDIDIKAN

Pengawasan Pendidikan

A.Konsep Pengawasan Pendidikan

Pengawasan (pengendalian) atau controlling adalah bagian terakhir dari


fungsi manajemen. Fungsi manajemen yang dikendalikan adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan itu sendiri. Kasus-kasus
yang banyak terjadi dalam suatu organisasi adalah akibat masih lemahnya
pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara yang
direncanakan dengan yang dilaksanakan.

Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan tindakan,


walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk melihat
sejauh mana hasil tercapai. Pengawasan sebagai tugas disebut supervisi
pendidikan. Sebagai pemahaman lanjut dari istilah tersebut, berikutini
mencoba memaparkan hal-hal terkait dengan pengawasan dan supervisi
pendidikan.Pengawasan ialah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian
apakah pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan telah dilakukan sesuai dengan
rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi
yang ada dengan yang seharusnya terjadi.

Menurut Murdick sebagaimana dikutip oleh Fattah (2000: 101) dikatakan


bahwa

pengawasan merupakan proses dasar yang secara esensial tetap


diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi

. Proses dasarnya terdiri dari tiga tahap; pertama, menetapkan standar


pelaksanaan; kedua, pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan
standar, dan ketiga, menentukan kesenjangan (deviasi) antara pelaksanaan
dengan standar dan rencana.

Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring


untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti
yang direncanakan dan sekaligus jugamerupakan kegiatan untuk
mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang
akan mengganggu pencapaian tujuan. Pengawasan juga merupakan fungsi
manajemen yang diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau
unit-unit dalam suatuorganisasi guna menetapkan kemajuan sesuai
dengan arah yang dikehendaki.Oleh karena itu mudah dipahami bahwa
pengawasan pendidikan adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus
diaktualisasikan, seperti halnya fungsi manajemen lainnya.
Berdasarkan konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului
kegiatan pengawasan harusdikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan yang
dimaksudkan mencakup perencanaan: pengorganisasian, wadah, struktur,
fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan dan pengawasan memiliki
standar dan tujuan yang jelas.Pengawasan dimaksudkan untuk
meningkatkan akuntabilitas dan keterbukaan. Pengawasan pada dasarnya
menekankan langkah-langkah pembenahan atau koreksi yang objektif jika
terjadi perbedaan atau penyimpangan antara pelaksanaan dengan
perencanaannya. Dalam makna ini pengawasan juga berarti mengarahkan
atau mengoordinasi antar kegiatan agar pemborosan sumber daya dapat
dihindari.

MONITORING DAN EVALUASI PENGELOLAAN SATUAN PENDIDIKAN

Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.

Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.
Sedangkan dalam pasal 1 butir 10 UU No. 20 Tahun 2003, satuan pendidikan
adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.

Berbagai kenyataan tidak optimalnya mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak


faktor, salah satunya adalah manejemen pendidikan. Dalam kenyataan,
manajemen pendidikan yang selama ini bersifat sentralistik telah
menempatkan sekolah pada posisi marginal, kurang berdaya, kurang
mandiri, dan bahkan terpasung kreativitasnya. Untuk itu, Depdiknas
terdorong untuk melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan dari
manajemen pendidikan mutu.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik. Monitoring dan evaluasi merupakan bagian integral dari
pengolahan pendidikan, baik di tingkat mikro (sekolah), meso (Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Dinas Pendidikan Propinsi), maupun makro
(Departemen). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa dengan monitoring
dan evaluasi, kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan pada
tingkat sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan
Propinsi, dan Departemen.

Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.

Dari definisi dan ringkasan tersebut tentu memunculkan pertanyaan


bagaimana sistem pengelolaan sekolah serta bagaimana cara memonitor dan
mengevaluasi pengelolaan sekolah sehingga dapat digunakan sebagaimana
mestinya? Berikut akan dijelaskan mengenai materi tentang monitoring dan
evaluasi pengelolaan satuan pendidikan.

Pengelolaan Satuan Pendidikan

Proses penyelenggaraan sekolah merupakan kiat manajemen sekolah dalam


mengelola masukan-masukan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan
(output sekolah). Proses berlangsungnya sekolah pada intinya adalah
berlangsungnya pembelajaran yaitu terjadinya interaksi antara siswa
dengan guru yang didukung oleh perangkat lain sebagai bagian dari proses
pembelajaran. Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang
menciptakan sinergi proses belajar mengajar, yaitu:

Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan


kelembagaan, pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan,
pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian
kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.

Kepemimpinan sekolah yang diharapkan dapat dipenuhi oleh sekolah antara


lain: adanya kepala sekolah yang memenuhi persyaratan, minimal satu
wakil kepala sekolah yang dipilih secara demokratis, kepala sekolah
memiliki kemampuan memimpin (pengetahuan, keterampilan, dan perilaku)
sekolah, dan terdapat pendelegasian sebagian tugas dan kewenangan kepada
wakilnya.

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan


rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Selain itu, pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur


organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan,
kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, keuangan, dan pembiayaan. Disamping itu,
pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah,
serta melibatkan peran serta masyarakat.

Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.

Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi


sekolah, tujuan sekolah, dan rencana kerja sekolah.

Dalam standar pelaksanaan rencana kerja sekolah, maka harus terpenuhi


dan terealisasi beberapa aspek dalam penyelenggaraan pendidikan, yaitu:

Kepemilikan pedoman-pedoman sekolah yang mengatur berbagai aspek


pengelolaan secara tertulis,
Struktur organisaisi sekolah,
Pelaksanaan kegiatan,
Bidang kesiswaan,
Bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran,
Bidang pendidik dan tenaga kependidikan,
Bidang sarana dan prasarana,
Bidang keuangan dan pembiayaan,
Budaya dan yang berlaku secara nasional lingkungan sekolah,
Dan peran serta masyarakat dan kemitraan.
Pengertian Monitoring dan Evaluasi

Pengertian monitoring dan evaluasi

1) Monitoring

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan


atas objektif program atau memantau perubahan yang fokus pada proses dan
keluaran. Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan
dan pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan.

2) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses sistemik untuk mengetahui tingkat


keberhasilan suatu program. Dalam bidang pendidikan, Ralph Tyler (1950)
mengatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk
menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan
sudah tercapai. Proses evaluasi bukan sekedar untuk mengukur sejauh mana
tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan.

Evaluasi memerlukan desain studi atau penelitian, dan terkadang


membutuhkan kelompok kontrol atau kelompok pembanding. Evaluasi
melibatkan pengukuran seiring dengan berjalannya waktu.

Kaitan dan perbedaan monitoring dan evaluasi

Kaitan antara monitoring dan evaluasi adalah, evaluasi memerlukan hasil


dari monitoring yang digunakan untuk kontribusi program. Monitoring
bersifat spesifik program, sedangkan evaluasi tidak hanya dipengaruhi
oleh program itu sendiri, melainkan varibel-varibel dari luar.

Berikut adalah tabel yang memuat perbedaan antara monitoring dan


evaluasi:

Monitoring Evaluasi
Akhir setelah
Waktu Terus menerus
program
Outputdan proses,
Dampak jangka
tetapi sering fokus
Apa yang diukur panjang,
ke input, kegiatan,
kelangsungan.
dan kondisi/asumsi.
Siapa yang
Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam
terlibat
Sistem rutin, survey Dokumen internal dan
kecil, dokumen eksternal, laporan
Sumber informasi
internal, dan tugas, dan riset
laporan. evaluasi.
Pengguna Manajer dan staf Manajer, staf,
donor, klien,
organisasi lain.
Koreksi mayor
program, perubahan
Koreksi minor kebijakan, strategi,
Penggunaan hasil
program (feedback) masa mendatang,
termasuk penghentian
program.

Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan

Sebagaimana telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya mengenai


pengelolaan satuan pendidikan dan pengertian monitoring dan evaluasi,
maka kini akan dibahas mengenai monitoring dan evaluasi pengelolaan
satuan pendidikan.

Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.

Sedangkan monitoring dan evaluasi eksternal dapat dilakukan oleh pihak


luar sekolah, misalnya, pengawas, dinas pendidikan yang hasilnya dapat
digunakan untuk rewards system terhadap individu, sekolah dalam rangka
meningkatkan iklim kompetisi sehat antar sekolah, kepentingan
akuntabilitas publik, bagi perbaikan sistem yang ada keseluruhan dan
membantu sekolah dalam mengembangkan dirinya.

Pegawas Satuan Pendidikan

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.

Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).

Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.

Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan sekolah


adalah dengan melakukan pemantauan (monitoring) dan penilaian
(evaluasi).

Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok maupun secara


perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan. Program pengawasan
terdiri dari: program pengawasan tahunan, program pengawasan semester,
rencana kepengawasan manajerial (RKM), dan rencana kepengawasan akademik
(RKA).

Berikut adalah tabel tugas pengawas satuan pendidikan:

Tugas Pengawasan Akademik Pengawasan Manajerial


1. Proses dan hasil 8. Manajemen sekolah.
Moni- belajar siswa.
toring Penilaian hasil
belajar.
Ketahanan
Pembelajaran.
Standar Mutu
hasil belajar siswa.
Pengembangan
profesi guru.
Pengadaan dan
pemanfaatan sumber-
sumber belajar.
Penjaminan/
standar mutu
pendidikan.
Penerimaan siswa
baru.
Rapat guru dan
staf skolah.
Hubungan sekolah
dengan masyarakat.
Pelaksanaan
ujian sekolah.
Program-program
pengembangan
sekolah.
Administrasi
sekolah.

Kinerja guru
Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan
media, alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
2. kepala sekolah dan
Supervisi staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.

3. Proses
Evaluasi / pembelajaran dan
Penilaian bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem
penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
peningkatan
kemampuan profesi
guru.
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.

4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan
contoh inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.

5. Kinerja Guru
Pelaporan dalam melaksanakan
dan tindak pembelajaran
lanjut Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Kinerja sekolah,
kinerja kepala dan
staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.

Standar Pengelolaan

Adanya monitoring dan evaluasi dalam mengelola sekolah diperlukan untuk


membentuk sekolah yang efektif, sehingga telah ditetapkan suatu standar.
Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Sehingga
dalam hal ini, pengelolaan satuan pendidikan akan menjadi tanggung jawab
kepala satuan pendidikan.

Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:

Aspek-aspek program pengawasan,

Evaluasi diri,

Evaluasi dan pengembangan,

Evaluasi pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan,

Serta akreditasi sekolah.

Pengelolaan satuan pendidikan dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan


minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), otonomi,
akuntabel, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.
Evaluasi, pengembangan, dan pejaminan mutu dalam penerapan prinsip-
prinsip manajemen berbasis sekolah menitik beratkan pada kegiatan di
bawah ini:

Menerapkan standar berbasis data,

Meningkatkan otonomi sekolah,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu,

Melaksanakan sistem penjaminan mutu,

Dan melakukan evaluasi berkelanjutan.

Untuk menciptakan pengelolaan manajemen sekolah yang baik, tentu juga


harus memperhatikan proses pendidikan yang dilakukan di sekolah. Dalam
proses pengelolaan pendidikan di sekolah juga harus memiliki standar.
Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Bab I Pasal 1 butir 1).

Komponen Sekolah yang Harus Dimonitoring

Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman yang harus selalu


dimonitor yang mengatur tentang:

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus,

Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori


aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan, dan mingguan,

Struktur organisasi satuan pendidikan,

Pembagian tugas di antara pendidik,

Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan,

Peraturan akademik,

Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata


tertib pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana,

Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan


satuan pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat,

Serta biaya operasional satuan pendidikan.


Monitoring Rencana Kerja Tahunan

Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:

Kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran,


ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur.

Jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk


tahun ajaran berikutnya.

Mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester


gasal, semester genap, dan semester pendek bila ada.

Penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan


kegiatan lainnya.

Buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata


pelajaran.

Jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana


pembelajaran.

Pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis


pakai.

Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang


meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara
program.

Jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan


dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan
komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.

Rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk


masa kerja satu tahun.

Jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan


pendidikan untuk satu tahun terakhir.

Monitoring Program Sekolah


Selanjutnya adalah monitoring program yang harus dilaksanakan sekolah,
antara lain:

Menyusun pedoman sekolah,

Menetapkan struktur oranganisasi sekolah,

Melaksanakan kegiatan sekolah,

Melaksanakan pembinaan kesiswaan,

Melaksanakan kegiatan kurikulum dan pembelajaran,

Mengeloa Pendidik dan tenaga kependidikan,

Mengelola sarana dan prasarana,

Mengelola keuangan dan pembiayaan

Mengelola budaya

Mengelola lingkungan

Mengelola kerja sama kemitraan

Mengelola sistem informasi manajemen sekolah

Komponen plus

Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:

Indikator target kinerja pengawas:

Melaksanakan tugas sesuai jadwal pelaksanakan tugas dengan


jadwal yang disepakati bersama dengan sekolah,

Memiliki bukti kehadiran,

Mendapatkan data profil penerapan standar pengelolaan


sekolah binaan melalui pengisian instrumen penjaminan mutu kinerja,

Mengelola sistem informasi kinerja pembinaan,


Dan melaporkan hasil supervisi kepada Kepala Dinas
Pendidikan.

Indikator target kinerja sekolah

Melalui kegiatan supervisi, sekolah meningkatkan kinerja dalam


meningkatkan mutu dan melaksanakan penjaminan mutu standar pengelolaan
dengan indikator operasional sebagai berikut:

Menerapkan standar berbasis data:

Melakukan evaluasi kinerja,

Mengolah data hasil evaluasi kinerja,

Mengelola data kinerja yang diintegrasikan pada sistem


informasi sekolah,

Menafsirkan hasil evaluasi,

Menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan perbaikan


mutu,

Meningkatkan otonomi sekolah:

Menetapkan keputusan bersama,

Meningkatkan akurasi keputusan berbasis data,

Menetapkan target mutu dengan dasar pertimbangan hasil


evaluasi,

Menetapkan standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan,

Mensosialisasikan data secara trasparan,

Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu:

Menetapkan indikator pencapaian target,

Menetapkan kriteria minimal pencapai target,

Serta mengembangkan pentahapan kegiatan meliputi plan, do,


check, dan act.

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas mengajar dilaksanakan untuk


menjawab dua pertanyaan mendasar, yaitu pada batasan mana sebaiknya guru
mengimplementasikan dan melaksanakan model pengajaran dan bagaimana
siswa mencapai hasil belajar. Ini merupakan contoh evaluasi yang
menekankan pada kualitas hasil belajar siswa di sekolah.

Dalam konteks pendidikan, monitoring adalah suatu proses pemantauan


untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Jadi, fokus monitoring adalah pemantauan pada pelaksanaan
pengelolaan sekolah, bukan pada hasilnya. Tepatnya, fokus monitoring
adalah pada komponen proses pengelolaan sekolah, baik menyangkut proses
pengambilan keputusan, pengelolaan kelembagaan, pengelolaan program,
maupun pengelolaan proses belajar mengajar.

Sedangkan evaluasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan informasi


tentang hasil pengelolaan sekolah. Jadi, fokus evaluasi adalah pada
hasil pengelolaan. Informasi hasil ini kemudian dibandingkan dengan
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil sesuai dengan sasaran yang
telah ditetapkan, berarti pengelolaan sekolah berlangsung efektif.
Sebaliknya, jika hasil tidak sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan, maka pengelolaan sekolah dianggap tidak efektif atau gagal.

Monitoring dan evaluasi satuan pendidikan memberikan manfaat baik bagi


siswa atau peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen, serta
pengelolaan satuan pendidikan. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat
digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.

Tujuan Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Satuan Pendidikan


dan Tuntutan Evaluator
Tujuan Monitoring dan Evaluasi

Dalam melaksanakan proses monitoring dan evaluasi penglolaan satuan


pendidikan, tentu ada tujuan di dalamnya. Tujuan diadakannya monitoring
dan evaluasi dalam mengelola sekolah antara lain:

1) Untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan


digunakan atau tidaknya suatu sistem, strategi atau metode.

2) Penelitian evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data secara


sistematis guna membantu para pengambil keputusan. Para peneliti
evaluasi yakin bahwa hasil kerjanya akan bermanfaat bagi para pengambil
keputusan dalam mengambil keputusan yang lebih baik jika dibandingkan
dengan apabila tidak ada penelitian yang dilakukan.

3) Untuk menyempurnakan program, kelayakan program, program


dilanjutkan atau dihentikan, diubah atau diganti.
4) Sedangkan Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004) menyatakan
bahwa ada dua macam tujuan evaluasi yaitu tujuan khusus dan tujuan umum.
Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan
khusus diarahkan pada masing-masing komponen.

Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)


bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya.

Tuntutan Terhadap Pengawas

Agar dapat melakukan tugasnya, maka seorang evaluator atau pengawas


dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program. Program kerja
yang dianggap sebagai perwujudan kinerja dan pengembangan sumber daya
pengurus dalam menjalankan perannya. Dengan mengelolanya secara wajar
dan berhasil, akan dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat di
daerah sekitar sekolah.

Karena itu, ketika program yang ada di sekolah tersebut tidak


memperlihatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan evaluasi
terhadapnya. Pendapat-pendapat tersebut dapat digolongkan ke dalam dua
tujuan pokok, yakni sebagai penyempurnaan program yang biasanya disebut
formatif dan untuk memutuskan apakah program diteruskan atau dihentikan,
yang sering disebut sumatif.

Kegiatan monitor dan evaluasi program tidak hanya ingin melanjutkan


program, tetapi juga menghentikan program. Disamping meningkatkan
prosedur-prosedur pelaksanaannya, mengalokasikan sumber-sumber
kelemahan, tetapi juga menentukan strategi serta teknik-teknik tertentu
untuk memperbaiki program di masa yang akan datang.

Pengelolaan sekolah didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan


rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai
dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja.

Dalam pengelolannya, sekolah memerlukan adanya monitoring dan evaluasi


guna mencapai tujuan dari pendidikan agar prosesnya dapat terlaksana
dengan baik dan untuk mengetahui apakah suatu sekolah mengalami kemajuan
atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya menghasilkan informasi
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu,
monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah monitoring dan evaluasi
yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat, dan cukup untuk
pengambilan keputusan. Standar monitoring dan evaluasi yang harus
dipenuhi dan dilaksanakan oleh sekolah antara lain: aspek-aspek program
pengawasan, evaluasi diri, evaluasi dan pengembangan, evaluasi
pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan, serta akreditasi
sekolah.
Monitoring dan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hasil monitoring dapat digunakan untuk memberi masukan (umpan balik)
bagi perbaikan pelaksanaan pengelolaan sekolah. Sedangkan hasil evaluasi
dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk memberi masukan
terhadap keseluruhan komponen pengelolaan sekolah, baik pada konteks,
input, proses, output, maupun outcome-nya. Masukan-masukan dari hasil
monitoring dan evaluasi akan digunakan untuk pengambilan keputusan.

Hendaknya mengetahui tentang bagaimana proses pengelolaan satuan


pendidikan agar dapat membentuk sekolah yang efektif. Disini, salah satu
faktor dari keefektivan sekolah adalah dengan adanya monitor dan
evaluasi yang dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah. Maka, bagi
calon pendidik tentu harus memahami tentang komponen atau standar yang
harus dipenuhi oleh sekolah agar dapat mencapai tujuan yang ingin
dicapai.

Disamping itu, tugas seorang pendidik tidak hanya melakukan tugasnya


untuk menyampaikan pendidikan yang baik terhadap siswa, namun juga perlu
mematuhi peraturan yang mengatur tentang standar pengelolaan satuan
pendidikan. Tujuannya adalah untuk dapat membentuk sekolah yang
didalamnya terdapat kepala sekolah dan pengajar yang inovatif bagi
kemajuan sekolahnya.

Satu-satunya Islam yang hakiki adalah Islam yang mengikuti Al Quran


dan Hadits berdasarkan pemahaman para sahabat Nabi radhiyallahu anhum.
Inilah pemahaman Islam yang masih murni yang mesti diikuti.

Dalil untuk berpegang teguh dengan Al Quran dan hadits disebutkan


dalam Muwatho Imam Malik,

Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan
sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya yaitu: Al Quran
dan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam (HR. Al Hakim, sanadnya
shahih kata Al Hakim).

Islam yang hakiki bukan hanya berpegang pada Al Quran dan Hadits,
namun juga mesti ditambah dengan mengikuti para sahabat dalam beragama.
Karena para sahabatlah yang mengetahui bagaimana wahyu itu turun. Dan
mereka yang lebih tahu maksud Nabi daripada umat sesudahnya. Oleh
karenanya mereka dipuji dalam ayat,






Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
(kalangan) orang-orang muhajirin dan anshar serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah: 100)

Dalam ayat lain, Allah Taala memuji keimanan para sahabat


radhiyallahu anhum dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam firman-
Nya,

Dan jika mereka beriman seperti keimanan kalian, maka sungguh mereka
telah mendapatkan petunjuk (ke jalan yang benar). (QS. Al Baqarah:
137)

Yang mengikuti para sahabat dalam beragama, itulah yang selamat


(firqotun najiyah). Sebagaimana disebutkan dalam hadits perpecahan umat.
Dari Abdullah bin Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan. Sedangkan


umatku terpecah menjadi 73 golongan, semuanya di neraka kecuali satu.
Para sahabat bertanya, Siapa golongan yang selamat itu wahai
Rasulullah? Beliau bersabda, Yaitu yang mengikuti pemahamanku dan
pemahaman sahabatku. (HR. Tirmidzi no. 2641. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan). Jadi, yang mengikuti pemahaman para
sahabat, itulah yang selamat.

Mengapa kita mesti mengambil pemahaman salaf atau sahabat dalam


beragama? Karena kalau memakai pikiran masing-masing dalam memahami Al
Quran dan Hadits, maka tafsirannya bisa macam-macam, bahkan bisa
rusak. Sehingga tidak cukup kita mengamalkan Al Quran dan Hadits saja,
namun juga ditambah harus mengikuti pemahaman para sahabat.

Mutiara Hati Cieka

Kamis, 26 Desember 2013


MAKALAH PRIBUMISASI ISLAM
MAKALAH PRIBUMISASI ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai sebuah kenyatan sejarah, agama dan kebudayaan dapat saling


mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang
melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan
simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol,
dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi keduanya perlu
dibedakan. Agama adalah sesuatu yang final, universal, abadi (parennial) dan tidak
mengenal perubahan (absolut). Sedangkan kebudayaan bersifat partikular, relatif dan
temporer. Agama tanpa kebudayaan memang dapat bekembang sebagai agama pribadi,
tetapi tanpa kebudayaan agama sebagai kolektivitas tidak akan mendapat tempat.

Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan, pertama agama
memperngaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tetapi
simbolnya adalah kebudayaan. Contohnya adalah bagaimana shalat mempengaruhi
bangunan. Kedua, agama dapat mempengaruhi simbol agama. Dalam hal ini kebudayaan
Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang berasal dari padepokan
dan hajar. Dan ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.

Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan, yaitu, keduanya adalah sitem
nilai dan sistem simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada perubahan.

Oleh karena itu, biasanya terjadi dialektika antara agama dan kebudayaan
tersebut. Agama memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan
memberi kekayaan terhadap agama. Namum terkadang dialektika antara agama dan seni
tradisi atau budaya lokal ini berubah menjadi ketegangan. Karena seni tradisi, budaya
lokal, atau adat istiadat sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran
Ilahiyat yang bersifat absolut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu budaya lokal?
2. Apa itu pribumisasi islam?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tentang budaya local.
2. Untuk mengetahui tentang pribumisasi islam.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tradisi Islam dan Budaya Lokal

Kata tradisi dalam bahasa Arab berasala dari unsur-unsur huruf wa ra tsa, yang
dalam kamus klasik disepadankan dengan kata-kata irts, wirts dan mirats. Semua kata
tersebut merupakan bentuk masdar yang menunjukan arti segala yang diwarisi manusia
dari kedua orang tuanya, baik berupa harta maupun pangkat atau keningratan.[1]

Tradisi Islam merupakan segala hal yang datang dari atau dihubungkan dengan
atau melahirkan jiwa Islam. Islam dapat menjadi kekuatan spiritual dan moral yang
mempengaruhi, memotivasi, dan mewarnai tingkah laku individu.

Kekuatan islam tersebut, terpusat pada konsep tauhid, suatu konsep sentral yang
berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari segala sesuatu, dan bahwa manusia harus
mengabdikan diri sepenuhnya kepadanya.

Menurut Nasr Hamid Abu Zayd, tradisi Islam adalah perpaduan antara wahyu
yang diterima Nabi dalam bentuk kitab suci dan bahwa Islam, sebagai agama, diserap
sesuai dengan fitrahnya sendiri dan berhasil mencapai jati dirinya melalui peralihan dan
sintesis. Tradisi islam mencakup semua aspek religi dan percabangannya berdasarkan apa
yang dicontoh oleh para wali.

Lebih lanjut, Nasr berpendapat bahwa tradisi Islam layaknya sebuah pohon.
Akarnya berada pada wahyu, dari akar inilah tumbuhlah sekian banyak cabang dan
ranting. Intinya adalah agama dan getahnya mengandung barakah.[2]

Sedangkan kata Budaya berasal dari kata Kebudayaan yang dalam bahasa
inggrisnya adalah culture. Kata Kebudayaan berasal dari kata sansakerta Budhayah, yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan akal. Dengan demikian Kebudayaan
dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.

Seorang antropologi lain, yaitu E.B Tylor pernah mencoba memberikan definisi
mengenai kebudayaan yaitu, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
serta kebiasaan-kebiasaan yang dihadapkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemua yang didapatkan atau dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.[3]
Jadi, hakikat kebudayaan adalah proses kreatif diri manusia yang aktial dalam
menjawab tantangan yang di hadapinya, sehingga ia dapat melampaui dunia tubuhnya,
melepaskan diri dari dorongan-dorongan darah daging ubuhnya, menuju proses
pencerahan spiritual yang agung, dengan menghayati makna kehidupan rohaninya yang
dalam sepanjang kehidupannya, yang sesungguhnya telah mendasari kehidupannya
sendiri, sehingga sebagai makhluk yang mulia dimuka bumi ini, manusia mampu
melakukan perubahan dan penciptaan sesuatu yang lebih baru lagi, sebagai sarana
pertemuannya dengan tenaga gaib yang mencerahkan dan menjadi sumber kreatifitasnya.

Dari beberapa definisi dan pengertian budaya dan kebudayaan secara umum,
maka budaya lokal berarti budaya yang bersifat lokal (stempat) atau lokasi tertentu
terdapat budaya regional atau bisa disebut sebagai kebudayaan tradisional suku-suku
bangsa.

Berkaitan dengan hubungan islam dan budaya lokal, Muhaimin AG dalam kata
pengantar buku hasil penelitiannya mencermati bahwa melalui proses panjang dan
berliku, Islam telah diterima oleh sejumlah besar penduduk dunia termasuk Indonesia.[4]
Namun sesudah diadopsi dan diakomodasi, wajah islam yang tampil dalam bingkai
budaya lokal seing tidak dikenali bahkan disalah pahami oleh banyak orang, terutama
pengamat dari luar. Hal ini bisa dimengerti kalau pemahaman yang mendominasi wacana
sosial keagamaan masyarakat jawa, misalnya terutama yang berkembang pada era 1060-
an dan dekade sesudahnya, cenderung melihat tipisnya pengaruh islam dan kentalnya
pengaruh unsur-unsur animisme, hinduisme, dan Budhiisme pra Islam yang memang
sebelumnya pernah berakar.

B. Otentifikasi Islam

Dalam konteks inilah, proyek otentifikasi Islam yang diusung oleh gerakan baru
Islam mengandaikan pandangan dunia (world view) yang kukuh, ''Islam sebagai kerangka
normatif ajaran yang baku, tak berubah, dan kekal.'' Karena itu, seluruh bangunan
tekstualnya mesti merujuk pada sendi-sendi dasar yang termaktub dalam teks Kitab Suci
dan apa yang pernah diajarkan Nabi saw di Mekah dan Madinah sebagai basis geografis
lahirnya Islam. Hal ini didasarkan pada realitas Islam sebagai agama yang lahir di masa
Rasulullah tanpa mengalami proses historisasi ajaran. Islam dipandang sebagai ajaran
agama yang selesai di masa itu dan tidak boleh mengalami modifikasi, kontekstualisasi,
ataupun perubahan.[5]

Di sinilah otentifikasi Islam menjadi trademark ajaran yang paling benar dan
dapat diaplikasikan di seluruh belahan dunia. Sehingga, di luar geografis itu mesti meniru
model yang sudah terjadi di masa Rasulullah. Pada gilirannya, Islam yang di sana
dipandang sebagai Islam otentik, sedangkan Islam di wilayah lainnya bukan Islam yang
otentik, 'Islam periferal', yang jauh dari karakter aslinya. Itu sebabnya, sikap
keberagamaan (Islam) di wilayah Nusantara yang telah mengalami proses akomodasi
kultural dianggap bukan Islam otentik karena sudah berubah dari ajaran aslinya.

Pada gilirannya, ini membawa perubahan pola pikir keberagamaan dari Islam
lokal menjadi universalitas Islam dalam praktik ajarannya. Akibatnya, tuduhan
sinkretisme dan bidah telah merusak warna keaslian bangsa toleran yang sudah
diwariskan nenek moyang sebagai identitas kultural. Islam di wilayah Nusantara sudah
tidak lagi menampakkan wajah toleran dan damainya, karena sudah dipenuhi dengan
gerakan pemurnian (otentifikasi) yang tidak mengakui multiinterpretasi Islam sebagai
agama yang mengalami proses historisasi. Pada ujung-ujungnya yang terjadi justru
radikalisme agama atau bahkan aksi terorisme. Wajah Islam seperti inikah yang akan
tetap kita pertahankan sekarang ini? Tentu saja tidak! Karena Islam mesti menjadi ajaran
yang menumbuhkan pesan-pesan damai dalam kehidupan sosial.

C. Pribumisasi Islam
Gagasan pribumisasi Islam, secara geneologis dilontarkan pertama kali
oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1980-an. Menurut Gus Dur Pribumisai
Islam adalah rekonsilasi antar budaya dan agama. Rekonsilasi ini menutut umat
islam memahami wahyu dengan mempertimbangkan factor-faktor kontekstual
termasuk kesadaran hokum dan rasa keadilannya.[6]
Dalam Pribumisasi Islam tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran
yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang
berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing. Sehingga,
tidak ada lagi pemurnian Islam atau proses menyamakan dengan praktik
keagamaan masyarakat muslim di Timur Tengah. Bukankah Arabisasi atau proses
mengidentifikasi diri dengan budaya Timur Tengah berarti tercabutnya kita dari
akar budaya kita sendiri? Dalam hal ini, pribumisasi bukan upaya menghindarkan
timbulnya perlawanan dari kekuatan budaya-budaya setempat, akan tetapi justru
agar budaya itu tidak hilang. Inti Pribumisasi Islam adalah kebutuhan bukan
untuk menghindari polarisasi antara agama dan budaya, sebab polarisasi demikian
memang tidak terhindarkan.
Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling
mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi
mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan
jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya.
Ia juga memperingatkan bahwa dalaam proses pribumisasi tidak boleh
terjadi percampuran antara islam dan budaya lokal. Kendatipun islam harus
dipahami dengan mempertimbangkan konteks-konteks lokal, cirri islam harus
tetap dipertahankan dalam bentuknya yang asli. Karenanya membaca ayat-ayat al-
Quran ketika bersembahyang harus tetap diucapkan dalam masyarakat.[7]
Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam)
yang sesuai dengan konteks lokalnya, dalam wujud Islam Pribumi sebagai
jawaban dari Islam Otentik atau Islam Murni yang ingin melakukan proyek
Arabisasi di dalam setiap komunitas Islam di seluruh penjuru dunia. Islam
Pribumi justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktik kehidupan
beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam
tidak lagi dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi
anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar,
karena Islam sebagai agama mengalami historisitas yang terus berlanjut.
Sebagai contoh dapat dilihat dari praktek ritual dalam budaya populer di
Indonesia, sebagaimana digambarkan oleh Kuntowijoyo, , menunjukkan
perkawinan antara Islam dan budaya lokal yang cukup erat. Upacara Pangiwahan
di Jawa Barat, sebagai salah satunya, dimaksudkan agar manusia dapat menjadi
wiwoho, yang mulia. Sehingga berangkan dari pemahaman ini, masyarakat
harus memuliakan kelahiran, perkawinan, kematian, dan sebagainya. Semua ritual
itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia.
Konsep mengenai kemuliaan hidup manusia ini jelas-jelas diwarnai oleh kultur
Islam yang memandang manusia sebagai makhluq yang mulia.
Ada beberapa argument yang dikemukakan Gus Dur dalam
mempertahankan tawaran pribumisasi Islam. Pertama, alasan historis bahwa
pribumisasi Islam merupakan bagian dari sejarah Islam baik di negeri asalnya
maupun di negeri lain termasuk Indonesia. Disini menunjukanbahwa islam
mengalami proses pergulatan dengan kenyataan-kenyataan historis. Proses ini kata
Gus Dur tidak mengubah islam tetapi mengubah manifestasi dari kehidupan
agama Islam. Kedua proses pribumisasi Islam berkaitan erat antara Fiqh dengan
adat.[8]

D. Kontekstualisasi Islam
Islam Pribumi sebagai jawaban dari Islam otentik mengandaikan tiga hal.
Pertama, Islam Pribumi memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami
sebagai ajaran yang terkait dengan konteks zaman dan tempat. Perubahan waktu
dan perbedaan wilayah menjadi kunci untuk menginterpretasikan ajaran. Dengan
demikian, Islam akan mengalami perubahan dan dinamika dalam merespons
perubahan zaman. Kedua, Islam Pribumi bersifat progresif, yakni kemajuan
zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap penyimpangan terhadap ajaran
dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu untuk melakukan respons
kreatif secara intens. Ketiga, Islam Pribumi memiliki karakter membebaskan.
Dalam pengertian, Islam menjadi ajaran yang dapat menjawab problem-problem
kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama dan etnik. Dengan
demikian, Islam tidak kaku dan rigid dalam menghadapi realitas sosial masyarakat
yang selalu berubah.[9]
Dalam konteks inilah, Islam Pribumi ingin membebaskan puritanisme,
otentifikasi, dan segala bentuk pemurnian Islam sekaligus juga menjaga kearifan
lokal tanpa menghilangkan identitas normatif Islam. Karena itulah, Islam
Pribumi lebih berideologi kultural yang tersebar (spread cultural ideology), yang
mempertimbangkan perbedaan lokalitas ketimbang ideologi kultural yang
memusat, yang hanya mengakui ajaran agama tanpa interpretasi. Sehingga dapat
tersebar di berbagai wilayah tanpa merusak kultur lokal masyarakat setempat.
Dengan demikian, tidak akan ada lagi praktik-praktik radikalisme yang ditopang
oleh paham-paham keagamaan ekstrem, yang selama ini menjadi ancaman bagi
terciptanya perdamaian.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tradisi Islam merupakan segala hal yang datang dari atau dihubungkan dengan
atau melahirkan jiwa Islam. Islam dapat menjadi kekuatan spiritual dan moral yang
mempengaruhi, memotivasi, dan mewarnai tingkah laku individu.

Budaya lokal berarti budaya yang bersifat lokal (stempat) atau lokasi tertentu
terdapat budaya regional atau bisa disebut sebagai kebudayaan tradisional suku-suku
bangsa.

Pribumisai Islam adalah rekonsilasi antar budaya dan agama. Rekonsilasi ini
menutut umat islam memahami wahyu dengan mempertimbangkan factor-faktor
kontekstual termasuk kesadaran hokum dan rasa keadilannya

Islam Pribumi sebagai jawaban dari Islam otentik mengandaikan tiga hal.
Pertama, Islam Pribumi memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai
ajaran yang terkait dengan konteks zaman dan tempat. Kedua, Islam Pribumi bersifat
progresif, yakni kemajuan zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap
penyimpangan terhadap ajaran dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu untuk
melakukan respons kreatif secara intens. Ketiga, Islam Pribumi memiliki karakter
membebaskan.

[1] Rusdi Muchtar, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (Jakarta: Balai
Penelitian dan Pegembangan Agama Jakarta, 2009) hlm 15

[2] Ibid, hlm 17

[3] Ibid, hlm 19

[4] Ibid, hlm 20

[5] http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp.id

[6] Zubaidi, Islam dan Benturan Antar Peradaban, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007)
hlm 181

[7] Achmad SyafiI Maarif. Pemikiran & Peradaban Islam (Yogyakarta: Safiria Insania
Press, 2007) hlm 121

[8] Zubaidi, Islam dan Benturan Antar Peradaban, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007)
hlm 182

[9] http://www .polarhome.com/pipermail.com/nusantara

Diposkan oleh Bening Purnama (Eka Sucianti) di 21.51


Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Mengenai Saya Arsip Blog
2014 (2)
Bening
Purnama 2013 (1)
(Eka Desember (1)
Sucianti) MAKALAH
Simple n Ceria PRIBUMISASI ISLAM
2011 (12)
Lihat profil lengkapku

Tema Kelembutan. Diberdayakan oleh Blogger .

Anda mungkin juga menyukai