Yang aku tahu hanya satu. Bahwa aku tak tahu apa-apa. (Socrates)
Jumat, 20 Mei 2016
Makalah Supervisi Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
Disadari atau tidak, dewasa ini supervisi pendidikan merupakan hal mutlak yang
harus ada dalam satuan pendidikan guna mengetahui sejauh apa dan seperti apa
berjalannya hal-hal yang terkait dengan Pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Supervisi
a. Secara etimologis, kata supervisi berasal dari bahasa Inggris, yaitu supervision, artinya
pengawasan (Echols, 1983: 569). Oteng (1983: 222) mengatakan bahwa penggunaan
istilah supervisi sering diartikan sama dengan directingatau pengarahan. Sementara
Suharsimi (1988: 152) mengatakan bahwa memang sejak dulu banyak orang
menggunakan istilah pengawasan, penilikan atau pemeriksaan untuk istilah supervisi,
demikian pula pada zaman Belanda orang mengenal istilah inspeksi.
b. Secara morfologis, kata supervisi terdiri atas dua kata, super dan visi (super dan vision).
Menurut Ametembun (1981: 1) super berarti atas atau lebih, sedangkan visi berarti lihat,
tilik, dan awasai. Jadi supervisi berarti melihat, menilik dan mengawasi dari atas; atau
sekaligus menunjukan bahwa orang yang melaksanakan supervisi berada lebih tinggi dari
orang yang dilihat, ditilik, dan diawasi.
c. Secara semantik, para ahli memberikan berbagai corak definisi, tapi pada prinsipnya
mengandung makna yang sama. Menurut (Wiles, 1955: 8) "Supervision is assistance in
the development of a better teaching-learning situation"(supervisi adalah bantuan dalam
pengembangan situasi mengajar yang lebih baik. Neagley dalam Pidarta (1986: 2)
menyebutkan bahwa supervisi adalah layanan kepada guru-guru di sekolah yang
bertujuan untuk menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan kurikulum. Menurut
Mc. Nerney (dalam Sahertian, 1982: 20) mengartikan supervisi sebagai prosedur
memberi arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses
pengajaran.Sedangkan Poerwanto (1986: 84) menyatakan, supervisi adalah suatu
aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu guru dan pegawai sekolah
lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif
B. Tujuan Supervisi
Menurut Arikunto ( 2004 : 40 ) Tujuan Supervisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu
meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu
melaksanakan proses pembelajaran.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus supervisi ada beberapa yaitu meliputi:
a. Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik yang
belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal.
C. Fungsi Supervisi
D. Jenis-Jenis Supervisi
b. Supervisi klinis
PEMBAHASAN
1. Sebelum supervisi dilakukan, langkah atau hal pertama yang harus dilakukan
adalah proses atau perbaikan terhadap manajemen yang menyangkut sarana, sistem,
dan lain sebagainya. Pada dasarnya supervisi merupakan pengejawantahan dari
manajemen peserta didik, manajemen sarana dan prasarana, manajemen mutu
pendidikan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, seorang supervisor seperti Kepala
Sekolah tidak bisa melakukan supervisi tanpa melakukan atau menyusun
manajemen-manajemen itu
3. Supervisor utama di Sekolah itu adalah Kepala Sekolah, namun dalam prosesnya
itu kepala Sekolah tentunya tidak bisa setiap saat mengontrol atau mengawasi
Sekolah atu hal-hal terkait lainnya. Oleh karena itu, kepala sekolah berkoordinasi
dengan Wakil-wakil yang ada.
4. Di man 2 Kota Bandung ini sendiri kegiatan supervisi sudah dilakukan dan sedang
dalam proses bertahap, karena kepala sekolah baru diangkat menjadi kepala
sekolah baru 1 tahun
5. Untuk supervisi sendiri di man 2 kota bandung, biasanya diadakan evaluasi secara
rutin terhadap system pengajaran dan hal lainnya pada awal bulan, lewat ini lah
kepala sekolah menjadi lebih tahu apa saja kekurangan dan masalah yang ada dan
harus dilakukan perbaikan
6. Jika ada guru yang kurang maksimal dalam mengajarnya, biasanya kepala sekolah
secara langsung berbicara pribadi dan membinanya
7. Didalam kelas sendiriada beberapa macam jenis supervisi yang ada, salah satunya
yaitu supervisi klinis. Dari supervisi inilah supervisor dapat tahu bagaimana
perkembangan siswa pada umumnya. Jika kepala sekolah tidak ada kegiatan ke
luar, biasanya kepala sekolah langsung berkeliling ke sekolah untuk mengadakan
supervisi klinis ini, namun jika kepala sekolah banyak kegiatan, maka
perkembangan siswa ditanyakan kepada Wakil-Wakil Kepala
Selain wawancara dengan Kepala Sekolah MAN 2 Kota Bandung, kami juga
melakukan wawancara kepada salah satu Siswa, berikut adalah hasil wawancaranya :
1. Menurut siswa sendiri, evaluasi dan pengawasan yang dilakukan kepala sekolah
MAN 2 Kota Bandung saat ini sudah berjalan dengan rapi dan sistematis, hal ini
dibuktikan dengan adanya acara rutin pertemuan guru-guru dengan kepala sekolah
setiap awal bulan
2. Pengawasan dan pembinaannya sendiri sudah terlihat mulai dari guru (pendidik),
sistem, maupun pada hal sarana dan prasarana, sehingga sekarang di MAN 2 Kota
Bandung ini sarana dan prasarananya di perbarui dan diperbaiki secara berkala dan
terencana
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisor yang paling utama dalam lingkungan sekolah ialah kepala sekolah
yang bersangkutan. Pelaksanaan supervisi juga dibantu oleh wakil kepala sekolah
sesuai dengan bidang tugasnya. Selain itu, tugas supervisi ini dilakukan oleh pengawas
dari Kanwil Depdikbud dengan pembantunya
Beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam ruang lingkup supervisi yaitu ;
Pelaksanaan kurikulum, ketenagaan, ketatausahaan, sarana dan prasarana pendidikan,
Hubungan sekolah dengan masyarakat, dll.
Di MAN 2 Kota Bandung, supervisi sudah mulai berjalan dengan baik walaupun
dipimpin oleh Kepala Sekolah yang baru. Hal ini terbukti dengan
pengimplementasian supervisi yang dilakukan dengan diadakannya pertemuan para
guru dengan kepala sekolah tiap 1 bulan sekali dan tak jarang pula kepala sekolah
yang berkeliling memasuki kelas dalam rangka menjalankan supervisi klinis itu.
Sedangkan dalam hal sarana dan prasarananya sendiri sedang berjalan dan dalam
proses serta tetap berada dalam pantauan kepala sekolah (Supervisor).
B. Saran
Echols, John, M, Shadily, Hassan. (1983). Kamus Bahasa Inggris Indonesia. Jakarta, PT.
Gramedia
Mamur, J.A. (2012). Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, Yogyakarta, Diva Press
Wiles, Kimball. (1987). Supervision for Better School. New Yersey, Printice Hall Inc,
Engwwood Cliffs,.
Mengenai Saya
Abdul Majid
Arsip Blog
2016 (34)
Mei (27)
1 Makalah Perkembangan Ilmu Fiqh
2 Makalah Perbedaan Pendapat Para Ulama
3 Makalah Kaidah-Kaidah Fiqh
4 Makalah Sumber-Sumber Hukum Fiqh
5 Makalah Sumber-Sumber Ilmu Fiqh
6 Makalah Pembidangan Ilmu Fiqh
7 Makalah Hubungan Ilmu Fiqh dengan Ilmu Lainnya
8 MAKALAH OBJEK PEMBAHASAN METODOLOGI,
TUJUAN, DAN K...
9 Makalah Syariah, Fiqh, Ushul Fiqh
10 Makalah Bidang-Bidang Hukum
11 Makalah Mikroekonomi dan Mekanisme Pasar
12 Makalah Supervisi Pendidikan
13 Resensi Novel Ayat-Ayat Cinta 2
14 Makalah Filsafat Administrasi
15 Makalah Implikasi Akhlak Baik dan Buruk Terhadap L...
16 Puisi Sapardi Djoko Damono : Tangan Waktu
17 Makalah Penemuan Hukum
18 Makalah Fiqh dan Legislasi
19 Makalah Undang-Undang, Hukum, dan Hakim
20 Makalah Aliran-Aliran Hukum
21 Makalah Teori Hukum
22 KINERJA BIROKRASI DI ERA DESENTRALISASI
23 Makalah Filsafat Ilmu
24 Psikologi Sosial : Konsep Diri
25 Kelompok Sosial
26 Interaksi Sosial
27 Makalah Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI)
2 Maret (6)
3 Februari (1)
16 Januari 2015
Profesi Kependidikan
Profesi Supervisor dan Supervisi Pembelajaran
Kelompok9:
Rini Delmasari
ajuzar
Ayu keke
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR
penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
.i
Daftar
Isi
ii
BAB I:
PENDAHULUAN..1
8 Latar
Belakang. 1
9 Rumusan
Masalah.. 2
10 Manfaat
Penulisan.. 2
BAB II:
PEMBAHASAN..4
11 Defenisi
Supervisi 4
12 Supervisi Bukan
Inpeksi.. 7
13 Tujuan
Supervisi.. 9
14 Fungsi Supervisi dan
Supersior. 11
15 Peranan Supervisor
Pembelajaran 12
16 Tugas Pokok Supervisor
Pembelajaran. 13
17 Kelengkapan
Administrasi.. 14
18 Prinsip Penyususnan
Program 16
19 Prinsip-prinsip
Supervisi.. 17
20 Tipe-Tipe Supervisi
Pembelajaran.. 19
21 Teknik
Supervisi. 20
22 Pendekatan Supervisi
Pembelajaran. 21
23 Perangkat Supervisi
Pembelajaran. 22
24 Implementasi Teknik
Supervisi 23
BAB III :
PENUTUP.26
Kesimpulan
.. 26
Saran
26
Daftar
Pustaka
27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
25 Defenisi Supervisi
Ada beberapa istilah yang hampir sama dengan supervisi bahkan dalam
pelaksanaannya istilah-istilah tersebut sering digunakan secara
bergantian. Istilah-istilah tersebut, antara lain, pengawasan,
pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawasan mengandung arti suatu kegiatan
untuk melakukan pengamatan agar pekerjaan dilakukan sesuai dengan
ketentuan. Pemeriksaan dimaksudkan untuk melihat bagaimana kegiatan yang
dilaksanakan telah mencapai tujuan. Inspeksi dimaksudkan untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan atau kesalahan yang perlu diperbaiki
dalam suatu pekerjaan**)
5
Ibrahim bafadal menyatakan bahwa supervisi dapat diartikan sebagai
layanan profesional. Layanan profesional tersebut berbentuk pemberian
bantuan kepada personel sekolah dalam meningkatkan kemampuananya
sehingga lebih mampu mempertahankan dan melakukan perubahan
penyelenggaraan sekolah dalam rangka meningkatkan pencapaian tujuan
sekolah. Layanan profesional itu dapat juga berupa membantu guru
meningkatkan kemamuannya dalam mengelola proses belajar-mengajar dalam
rangka pencapaian tujuan sekolah. Denan demikian, supervisi pendidikan
pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan membantu personel
meningkatkan kemampuannya******)
Secara umum supervisi adalah bantuan dari para pemimpin sekolah, yang
tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah
lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa
dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan
kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha dan pelaksanaan
pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-
alat pengajaran dan metode-metode mengajar yang lebih baik,dll. Dengan
kata lain supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan
untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan
pekerjaan secara efektif*******)
Selain itu supervisi ditujukan untuk membantu para guru dalam melihat
lebih jelas untuk memahami keadaan dan kebutuhan siswanya. Hal ini
penting karena guru harus mampu memenuhi kebutuhan siswa. Demikian juga
bantuan tersebut diberikan kepada guru agar mampu mengidentifikasi
kesulitan individual siswa sehingga dapat merencanakan pembelajaran
secara lebih tepat melalui analisis kebutuhan dan kondisi yang dimiliki
oleh siswa********)
6
26 Supervisi bukan Inpeksi
Sejak zaman penjajahan belanda hingga awal tahun 1950-an, kata supervisi
yang pupoler sekarang, lebih dikenal dengan istilah inspeksi. Karenanya,
kegiatan supervisi pembelajaran yang kita kenal sekarang , dulunya
merupakan aktivitas inpeksi. Karenanya kegiatan supervisi pembelajaran
yang kita kenal sekarang dulunya merupakan aktivitas inspeksi,
pemeriksaan, pengawasan atau penilikan atas proses belajar dan mengajar.
Memang , hingga saat ini sesekali kegiatan supervisi itu masih berbau
inpeksi, karena sifanya melakukan pemeriksaan, pengawasan, dan
penilikan. Namun demikian, titik tekan inpeksi adalah menyalahkan,
sedangkan supervisititik fokusnya adalah melakukan bimbingan
profesional. Karena itu supervisi dapat diberi makna sebagai inpeksi
untuk mencari kelemahan-kelemahan guru hanya sebatas sebuah diagnosis,
yang kemudian ditindak lanjuti dengan kegiatan bimbingan profesional
terhadap mereka.
Kegiatan ini juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar guru
tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya. Dalam kerangka ini supervisi merupakan bagian dari proses
administrasi sekolah. Kegiatan supervisi melengkapi fungsi-fungsi
administrasi yang ada disekolah sebagai fungsi terakhir, yaitu penilaian
terhadap semua kegiatan dalam mencapai tujuan. Kegiatan supervisi
diharapkan menginspirasi guru untuk bersama-sama menyelesaikan pekerjaan
dengan jumlah yang lebih banyak, waktu yang lebih cepat, cara lebih
mudah, dan hasil yang lebih baik dari pada jika dikerjakan sendiri.
28 Tujuan Supervisi
10
11
Senada dengan itu Wiles dan Bondi (1986) mengemukakan peranan supervisor
mencakup delapan bidang kompetensi, yaitu sebagai developers of people,
curriculum developers, instructional specialist, human relation worker,
staff developers, administrators, managers of change, dan evaluators.
Untuk dapat melaksanakan peran diatas, supervisor harus memiliki
beberapa kompetensi dan kemampuan pokok, baik kompetensi proses maupun
kompetensi substantif. Kompetensi proses mencakup perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut. Kompetensi substantif terutama
berkaitan dengan pemahaman dan pemilikan guru tehadap tujuan pengajaran,
persepsi guru terhadap siswa, pengetahuan guru tentang materi, dan
penguasaan guru terhadap teknik mengajar.
Inti tugas tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah adalah menilai dan
membina. Sehubungan dengan ini ada empat tugas utama pengawas sekolah,
yaitu:
13
14
15
prioritas pembinaan, pemantauan, dan
penilaian.
5. Dokumen hasil pemantauan
kinerja sekolah dalam menerapkan
standar isi, proses, penilaian, dan
standar kompetensi lulusan (SKL), yang
meliputi kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
18
Utilitas, dimana proses dan hasil pengawas harus bermuara pada manfaat
bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja sekolah tersebut.
Tipe inpeksi
Tipe supersior seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari kesalahan
orang lain, bertindak sebagai Inspektur yang bertugas mengawasi
pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi,
meneliti dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah
melaksanakan seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh
atasannya.
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya. Kalau dalam supervisi inspeksi
bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan, pada
supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja
sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya: guru boleh
mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan metode ataupun alat pelajaran.
Tipe Coersive
Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe inspeksi. Sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik,
meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang
disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak
diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini
mungkin masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat
awal. Contoh supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai
mengajar. Dalam keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak
tegas, yang disupervisi mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan
arah yang pasti.
19
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal yang
positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu
mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala sekolah. Sedangkan dari
sisi negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa
mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan
dibimbing oleh atasannya.
Tipe Demokratis
Menurut Evan dan Neagly (1980) pun menyebutkan teknik supervisi dibagi
menjadi teknik individual dan kelompok. Teknik individual terdiri atas
penugasan guru, kunjungan atau observasi kelas, eksperimentasi kelas,
kursus-individual, konferensi-individual, demontrasi mengajar, evaluasi,
bacaan profesional, penulisan profesional, buletin supervisi, dan
kontarak informal. Teknik kelompok antara lain adalah oreantasi bagi
guru baru atau induksi secara kelompok, pengembangan perpustakaan
profesional, saling mengujungi antarguru, musyawarah kerja, dan lain-
lain
20
21
Supervisi Artistik
22
Persiapan
1 Guru di beri tahu bahwa dia akan di observasi
2 Adanya tolak ukur bersama tentang apa yang di observasi
Sikap observasi di dalam kelas
3 Memberikan salam kepada guru yang mengajar
4 Mencari tempat duduk yang tidak mencolok
5 Tidak boleh menegur kesalahan guru di dalam kelas
6 Mencatat setiap kegiatan
7 Bila ada memakai alat elektronik: tape recorder, kamera
23
24
Membicarakan hasil observasi
8 Fokus percakapan
9 Waktu percakapan
10 Tempat percakapan
11 Sikap ramah simpatik tidak memborong percakapan
12 Percakapan hendaknya tidak keluar dari data observasi
13 Guru diberi kesempatan dialog dan mengeluarkan pendapat
14 Kelemahan guru hendaknya menjadi motivasi guru dalam
memperbaiki kelemahan
15 Saran untuk perbaikan di berikan yang mudah dan praktis
16 Kesepakatan perbaikan di sepakati bersama dengan
menyenangkan
Laporan percakapan
17 Hasil pembicaraan di dokumenkan menurut masing-masing guru
yang telah di observasi
18 Isi dokumen di mulai dari tanggal, tujuan data yang di
peroleh, catatan diskusi, pemecahan masalah dan saran-saran
55 Untuk tingkat SMP dan SMA adalah musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP)
56 Untuk tingkat SD adalah kelompok kegiatan guru (KKG)
60 Perencanaan
61 Aksi atau pelaksanaan tindakan
62 Pengamatan
63 Evaluasi
64 Refleksi / umpan balik
Laporan hasil PTK ( PENELITIAN TINDAK KELAS) secara umum dan relatif
utuh terdiri dari:
65 Gagasan umum
66 Perumusan masalah
67 Perencanaan pembelajaran yang tergamit dengan PTK
68 Pelaksanaan pembelajaran yang tergamit dengan PTK
69 Monitoring
70 Evaluasi dan refleksi
71 Saran dan rekomendasi
72 Laporan lengkap berbentuk buku
73 Naskah artikel untuk di kirim ke jurnal
25
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
http://mooza-alkaz.blogspot.com/2012/06/supervisor.html
27
http://muhayueducation.blogspot.com/2013/04/pengertian-supervisi-pendidikan.html
Iklan
Bagikan ini:
74 Twitter
75 Facebook
76 Google
Terkait
Navigasi pos
MAKALAH PRAKTEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
Data Dosen
Status Dosen
Dosen Tetap
Jabatan Fungsional
Tenaga Pengajar
Jabatan Struktural
Riwayat Pendidikan
Artikel Umum
SUPERVISI MONITORING PROGRAM PAUD
Dipublikasikan pada : 25 Agustus 2016. Kategori : .
A.Supervisi Pendidikan
Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.
Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.
f. Kemampuan memperhitungkan faktor waktu
Supervisi memerlukan waktu, kadang-kadang cukup lama, tergantung dari
tujuan yang akan dicapai dan tergantung dari situasi dan kondisi. Kalau
hanya menambah dan meningkatkan pengetahuan saja, mungkin dapat dicapai
dalam beberapa bulan. Meningkatkan keterampilan mungkin memerlukan waktu
yang lebih lama. Mengubah sikap akan memerlukan waktu lebih lama lagi.
Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.
Pengawasan Pendidikan
Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.
Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.
Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.
Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.
Standar perencanaan program sekolah meliputi: rumusan visi sekolah, misi
sekolah, tujuan sekolah, dan rencana kerja sekolah.
1) Monitoring
2) Evaluasi
Monitoring Evaluasi
Akhir setelah
Waktu Terus menerus
program
Outputdan proses,
Dampak jangka
tetapi sering fokus
Apa yang diukur panjang,
ke input, kegiatan,
kelangsungan.
dan kondisi/asumsi.
Siapa yang
Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam
terlibat
Sistem rutin, survey Dokumen internal dan
kecil, dokumen eksternal, laporan
Sumber informasi
internal, dan tugas, dan riset
laporan. evaluasi.
Manajer, staf,
Pengguna Manajer dan staf donor, klien,
organisasi lain.
Koreksi mayor
program, perubahan
Koreksi minor kebijakan, strategi,
Penggunaan hasil
program (feedback) masa mendatang,
termasuk penghentian
program.
Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.
Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).
Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.
2. Kinerja guru
Supervisi Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan media,
alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
kepala sekolah dan
staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.
Proses
pembelajaran dan
bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
peningkatan
3.
kemampuan profesi
Evaluasi /
guru.
Penilaian
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.
4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan contoh
inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.
Kinerja Guru
dalam melaksanakan
pembelajaran
Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan tugas
kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
5.
Pelaporan Kinerja sekolah,
dan tindak kinerja kepala dan
lanjut staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan tugas
kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Standar Pengelolaan
Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:
Evaluasi diri,
Peraturan akademik,
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:
Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.
Mengelola budaya
Mengelola lingkungan
Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:
Nomer Kode :
Semester : Genap
Tujuan
Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.
Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.
Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.
Pengawasan Pendidikan
Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.
Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.
Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.
Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.
1) Monitoring
2) Evaluasi
Monitoring Evaluasi
Akhir setelah
Waktu Terus menerus
program
Outputdan proses,
Dampak jangka
tetapi sering fokus
Apa yang diukur panjang,
ke input, kegiatan,
kelangsungan.
dan kondisi/asumsi.
Siapa yang
Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam
terlibat
Sistem rutin, survey Dokumen internal dan
kecil, dokumen eksternal, laporan
Sumber informasi
internal, dan tugas, dan riset
laporan. evaluasi.
Manajer, staf,
Pengguna Manajer dan staf donor, klien,
organisasi lain.
Koreksi mayor
program, perubahan
Koreksi minor kebijakan, strategi,
Penggunaan hasil
program (feedback) masa mendatang,
termasuk penghentian
program.
Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.
Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).
Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.
Kinerja guru
Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan
media, alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
2. kepala sekolah dan
Supervisi staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.
3. Proses
Evaluasi / pembelajaran dan
Penilaian
bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem
penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
peningkatan
kemampuan profesi
guru.
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.
4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan
contoh inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.
5. Kinerja Guru
Pelaporan dalam melaksanakan
dan tindak pembelajaran
lanjut Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Kinerja sekolah,
kinerja kepala dan
staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Standar Pengelolaan
Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:
Evaluasi diri,
Peraturan akademik,
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:
Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.
Mengelola budaya
Mengelola lingkungan
Komponen plus
Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:
Data Dosen
Status Dosen
Dosen Tetap
Jabatan Fungsional
Tenaga Pengajar
Jabatan Struktural
Homebase Prodi : S1
PGPAUD
NIDN
0420096807
NIP
-
Home
Profil
Artikel
Publikasi
Tridarma
E-learning
Hubungi
Riwayat Pendidikan
Artikel Umum
SUPERVISI MONITORING PROGRAM PAUD
Dipublikasikan pada : 25 Agustus 2016. Kategori : .
A.Supervisi Pendidikan
Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.
Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.
Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.
Pengawasan Pendidikan
Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.
Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.
Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.
Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.
1) Monitoring
2) Evaluasi
Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.
Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).
Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.
2. Kinerja guru
Supervisi Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan
media, alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
kepala sekolah dan
staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.
Proses
pembelajaran dan
bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem
penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
3. peningkatan
Evaluasi / kemampuan profesi
Penilaian guru.
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.
4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan
contoh inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.
5. Kinerja Guru
Pelaporan dalam melaksanakan
dan tindak pembelajaran
lanjut Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Kinerja sekolah,
kinerja kepala dan
staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Standar Pengelolaan
Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:
Aspek-aspek program pengawasan,
Evaluasi diri,
Peraturan akademik,
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:
Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.
Mengelola budaya
Mengelola lingkungan
Komponen plus
Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:
Nomer Kode :
Semester : Genap
Tujuan
Kelima, agar guru memiliki kinerja yang baik maka harus didukung oleh
kondisi fisik dan mental yang baik pula. Guru yang sehat akan dapat
menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Oleh karenanya faktor
kesehatan harus benar-benar diperhatikan. Begitu pula kondisi mental
guru, bila kondisi mentalnya baik dia akan mengajar dengan baik pula.
Perencanaan supervisi harus lengkap dengan alat apa yang akan diperlukan
dan akan digunakan, di mana tempat mengadakan kegiatan-kegiatannya,
siapa yang akan diikutsertakan, terutama sebagai nara sumber, berapa
biaya yang diperlukan, dan sebagainya. Karena itu, seorang supervisor
bukan saja harus mampu merencanakan apa yang diperlukan, tetapi juga
harus tahu bagaimana dapat memperoleh yang diperlukannya itu: dari mana
sumbernya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya.
Itulah hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang diperlukan dalam
penyusunan rencana program supervisi. Apakah rencana itu menjadi bagian
dari keseluruhan program kegiatan sekolah (program tahunan) atau
merupakan program tersendiri, terpisah dari kegiatan-kegiatan
administratif dan kegiatan kurikuler lainnya, tidak menjadi soal. Yang
perlu ialah adanya perencanaan yang mencantumkan:
1). Apa tujuan supervisi: apa yang ingin dicapai dengan supervisi,
peningkatan di bidang apa. Tujuan-tujuan ini dapat merupakan suatu
rangkaian, berurutan menurut prioritas atau kemudahan pelaksanaannya.
2). Alasan mengapa kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilaksanakan. Alasan
ini turut menentukan prioritas pencapaiannya dan teknik-teknik
pelaksanaannya.
3). Dengan cara bagaimana (metode dan teknik apa) tujuan-tujuan itu akan
dicapai.
4). Siapa yang akan dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan
tersebut.
5). Bilamana kegiatan-kegiatan dimulai dan diakhiri.
6). Apa yang diperlukan dalam pelaksanaannya dan bagaimana memperoleh
hal-hal yang diperlukan itu.
Pengawasan Pendidikan
Satuan pendidikan atau yang biasa kita sebut sekolah adalah institusi
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat untuk menerima dan
memberi pelajaran.
Menurut Sagala (2004), sekolah merupakan kerja sama sejumlah orang yang
menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok umur
tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru
melalui kurikulum yang bertingkat untuk mencapai tujuan instruksional
dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu
sistem nilai. Jadi, Sagala menjelaskan bahwa sekolah bukan hanya tempat
anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan.
Sedangkan dalam pasal 1 butir 10 UU No. 20 Tahun 2003, satuan pendidikan
adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
Tanpa pengukuran, tidak ada alasan untuk mengatakan apakah suatu sekolah
mengalami kemajuan atau tidak. Monitoring dan evaluasi, pada umumnya
menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, monitoring dan evaluasi yang bermanfaat adalah
monitoring dan evaluasi yang menghasilkan informasi yang cepat, tepat,
dan cukup untuk pengambilan keputusan.
Sebagaimana juga telah ditetapkan dalam UUSPN Nomor 20 Tahun 2003 dan PP
Nomor 19 Tahun 2005, dan lebih dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 19
Tahun 2007 bahwa, Setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar
pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional.
1) Monitoring
2) Evaluasi
Monitoring Evaluasi
Akhir setelah
Waktu Terus menerus
program
Outputdan proses,
Dampak jangka
tetapi sering fokus
Apa yang diukur panjang,
ke input, kegiatan,
kelangsungan.
dan kondisi/asumsi.
Siapa yang
Umumnya orang dalam Orang luar dan dalam
terlibat
Sistem rutin, survey Dokumen internal dan
kecil, dokumen eksternal, laporan
Sumber informasi
internal, dan tugas, dan riset
laporan. evaluasi.
Pengguna Manajer dan staf Manajer, staf,
donor, klien,
organisasi lain.
Koreksi mayor
program, perubahan
Koreksi minor kebijakan, strategi,
Penggunaan hasil
program (feedback) masa mendatang,
termasuk penghentian
program.
Monitoring dan evaluasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi
internal adalah yang dilakukan oleh sekolah sendiri yaitu kepala
sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan warga sekolah lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui tingkat kemajuan dirinya sendiri
(sekolah) sehubungan dengan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan cara ini diharapkan sekolah memahami tingkat ketercapaian
sasaran, menemukan kendala-kendala yang dihadapi dan catatan-catatan
bagi penyusunan program selanjutnya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memaksa semua pihak untuk terus
mengadakan inovasi-inovasi dalam bidangnya, terlebih-lebih pada
pengelola dan penanggung jawab pendidikan. Dalam hal ini termasuk
pengawas satuan pendidikan yang selanjutnya di sebut dengan pengawas.
Pengawas adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan
pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan pra sekolah, dasar dan menengah (Kepmendikbud RI Nomor
020/U/1998 tanggal 6 Pebruari 1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya).
Pengawas mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk
melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian
dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan
pendidikan tertentu dan sekaligus berfungsi sebagai mitra guru dan
kepala sekolah, inovator, konselor, motivator, kolaborator, dan asesor.
Kinerja guru
Pelaksanaan
kurikulum/mata
pelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran
Praktikum/ studi
lapangan
Kegiatan ekstra
kurikuler
Penggunaan
media, alat bantu.
Kemajuan belajar
siswa.
Lingkungan
belajar.
Kinerja sekolah,
2. kepala sekolah dan
Supervisi staf sekolah.
Pelaksanaan
kurikulum sekolah.
Manajemen
sekolah.
Kegiatan antar
sekolah binaan.
Kegiatan in
service training
bagi kepala sekolah,
guru dan staf
sekolah lainnya.
Pelaksanaan
kegiatan inovasi
sekolah.
Penyelenggaraan
administrasi
sekolah.
3. Proses
Evaluasi / pembelajaran dan
Penilaian bimbingan.
Lingkungan
belajar.
Sistem
penilaian.
Pelaksanaan
inovasi
pembelajaran.
Kegaitan
peningkatan
kemampuan profesi
guru.
Peningkatan mutu
SDM sekolah.
Penyelenggaraan
inovasi di sekolah.
Akreditasi
sekolah.
Pengadaan sumber
daya pendidikan.
Kemajuan
pendidikan.
4. Guru dalam
Pembinaan/ pengembangan media
Pengembang dan alat bantu
an pembelajara.
Memberikan
contoh inovasi
pembelajaran.
Guru dalam
pembelajaran/
bimbingan yang
efektif.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensi
profesional.
Guru dalam
melaksanakaj
penilaian proses dan
hasil belajar.
Guru dalam
melaksanakan
penelitian tindakan
kelas.
Guru dalam
meningkatkan
kompetensim pribadi,
sosial dan
paedagogi.
Kepala Sekolah
dalam mengelola
pendidikan.
Tim kerja dan
staf sekolah dalam
meningkatkan kinerja
sekolah.
Komite sekolah
dalam meningkatkan
partisipasi
masyarakat dalam
pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam melaksanakan
inovasi pendidikan.
Kepala sekolah
bdalam meningkatkan
kemampuan
profesionalnya.
Staf sekolah
dalam melaksanakan
tugas administrasi
sekolah.
Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahtraan
sekolah.
5. Kinerja Guru
Pelaporan dalam melaksanakan
dan tindak pembelajaran
lanjut Kemajuan belajar
siswa.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pembelajaran.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
akademik.
Tindak lanjut
hasil pengawasan
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Kinerja sekolah,
kinerja kepala dan
staf sekolah.
Standar mutu
pendidikan dan
pencapaiannya.
Pelaksanaan dan
hasil inovasi
pendidikan.
Pelaksanaan
tugas kepengawasan
manajerial dan
hasil-hasilnya.
Tindak lanjut
untuk program
pengawasan
selanjutnya.
Standar Pengelolaan
Berikut adalah standar monitoring dan evaluasi yang harus dipenuhi dan
dilaksanakan oleh sekolah:
Evaluasi diri,
Peraturan akademik,
Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang
merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan
pendidikan yang meliputi masa 4 tahun, yaitu:
Jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.
Mengelola budaya
Mengelola lingkungan
Komponen plus
Semua pedoman dan rencana kerja tersebut menjadi tanggung jawab kepala
satuan pendidikan. Selain pengawas sekolah, kepala sekolah disini
memiliki wewenang untuk selalu mengawasi jalannya proses pengelolaan
pendidikan di sekolah. Untuk itu, selain ada monitor terhadap target
kinerja pengawas juga harus ada monitor terhadap indikator target
kinerja sekolah untuk meningkatkan mutu standar pengelolaan dengan
indikator operasional sebagai berikut:
Aku telah tinggalkan bagi kalian dua perkara yang kalian tidak akan
sesat selamanya jika berpegang teguh dengan keduanya yaitu: Al Quran
dan Sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam (HR. Al Hakim, sanadnya
shahih kata Al Hakim).
Islam yang hakiki bukan hanya berpegang pada Al Quran dan Hadits,
namun juga mesti ditambah dengan mengikuti para sahabat dalam beragama.
Karena para sahabatlah yang mengetahui bagaimana wahyu itu turun. Dan
mereka yang lebih tahu maksud Nabi daripada umat sesudahnya. Oleh
karenanya mereka dipuji dalam ayat,
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
(kalangan) orang-orang muhajirin dan anshar serta orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-
lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah: 100)
Dan jika mereka beriman seperti keimanan kalian, maka sungguh mereka
telah mendapatkan petunjuk (ke jalan yang benar). (QS. Al Baqarah:
137)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Interaksi antara agama dan kebudayaan itu dapat terjadi dengan, pertama agama
memperngaruhi kebudayaan dalam pembentukannya, nilainya adalah agama, tetapi
simbolnya adalah kebudayaan. Contohnya adalah bagaimana shalat mempengaruhi
bangunan. Kedua, agama dapat mempengaruhi simbol agama. Dalam hal ini kebudayaan
Indonesia mempengaruhi Islam dengan pesantren dan kiai yang berasal dari padepokan
dan hajar. Dan ketiga, kebudayaan dapat menggantikan sistem nilai dan simbol agama.
Agama dan kebudayaan mempunyai dua persamaan, yaitu, keduanya adalah sitem
nilai dan sistem simbol dan keduanya mudah sekali terancam setiap kali ada perubahan.
Oleh karena itu, biasanya terjadi dialektika antara agama dan kebudayaan
tersebut. Agama memberikan warna (spirit) pada kebudayaan, sedangkan kebudayaan
memberi kekayaan terhadap agama. Namum terkadang dialektika antara agama dan seni
tradisi atau budaya lokal ini berubah menjadi ketegangan. Karena seni tradisi, budaya
lokal, atau adat istiadat sering dianggap tidak sejalan dengan agama sebagai ajaran
Ilahiyat yang bersifat absolut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu budaya lokal?
2. Apa itu pribumisasi islam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tentang budaya local.
2. Untuk mengetahui tentang pribumisasi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
Kata tradisi dalam bahasa Arab berasala dari unsur-unsur huruf wa ra tsa, yang
dalam kamus klasik disepadankan dengan kata-kata irts, wirts dan mirats. Semua kata
tersebut merupakan bentuk masdar yang menunjukan arti segala yang diwarisi manusia
dari kedua orang tuanya, baik berupa harta maupun pangkat atau keningratan.[1]
Tradisi Islam merupakan segala hal yang datang dari atau dihubungkan dengan
atau melahirkan jiwa Islam. Islam dapat menjadi kekuatan spiritual dan moral yang
mempengaruhi, memotivasi, dan mewarnai tingkah laku individu.
Kekuatan islam tersebut, terpusat pada konsep tauhid, suatu konsep sentral yang
berisi ajaran bahwa Tuhan adalah pusat dari segala sesuatu, dan bahwa manusia harus
mengabdikan diri sepenuhnya kepadanya.
Menurut Nasr Hamid Abu Zayd, tradisi Islam adalah perpaduan antara wahyu
yang diterima Nabi dalam bentuk kitab suci dan bahwa Islam, sebagai agama, diserap
sesuai dengan fitrahnya sendiri dan berhasil mencapai jati dirinya melalui peralihan dan
sintesis. Tradisi islam mencakup semua aspek religi dan percabangannya berdasarkan apa
yang dicontoh oleh para wali.
Lebih lanjut, Nasr berpendapat bahwa tradisi Islam layaknya sebuah pohon.
Akarnya berada pada wahyu, dari akar inilah tumbuhlah sekian banyak cabang dan
ranting. Intinya adalah agama dan getahnya mengandung barakah.[2]
Sedangkan kata Budaya berasal dari kata Kebudayaan yang dalam bahasa
inggrisnya adalah culture. Kata Kebudayaan berasal dari kata sansakerta Budhayah, yaitu
bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi dan akal. Dengan demikian Kebudayaan
dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
Seorang antropologi lain, yaitu E.B Tylor pernah mencoba memberikan definisi
mengenai kebudayaan yaitu, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain
serta kebiasaan-kebiasaan yang dihadapkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Dengan kata lain, kebudayaan mencakup kesemua yang didapatkan atau dipelajari oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.[3]
Jadi, hakikat kebudayaan adalah proses kreatif diri manusia yang aktial dalam
menjawab tantangan yang di hadapinya, sehingga ia dapat melampaui dunia tubuhnya,
melepaskan diri dari dorongan-dorongan darah daging ubuhnya, menuju proses
pencerahan spiritual yang agung, dengan menghayati makna kehidupan rohaninya yang
dalam sepanjang kehidupannya, yang sesungguhnya telah mendasari kehidupannya
sendiri, sehingga sebagai makhluk yang mulia dimuka bumi ini, manusia mampu
melakukan perubahan dan penciptaan sesuatu yang lebih baru lagi, sebagai sarana
pertemuannya dengan tenaga gaib yang mencerahkan dan menjadi sumber kreatifitasnya.
Dari beberapa definisi dan pengertian budaya dan kebudayaan secara umum,
maka budaya lokal berarti budaya yang bersifat lokal (stempat) atau lokasi tertentu
terdapat budaya regional atau bisa disebut sebagai kebudayaan tradisional suku-suku
bangsa.
Berkaitan dengan hubungan islam dan budaya lokal, Muhaimin AG dalam kata
pengantar buku hasil penelitiannya mencermati bahwa melalui proses panjang dan
berliku, Islam telah diterima oleh sejumlah besar penduduk dunia termasuk Indonesia.[4]
Namun sesudah diadopsi dan diakomodasi, wajah islam yang tampil dalam bingkai
budaya lokal seing tidak dikenali bahkan disalah pahami oleh banyak orang, terutama
pengamat dari luar. Hal ini bisa dimengerti kalau pemahaman yang mendominasi wacana
sosial keagamaan masyarakat jawa, misalnya terutama yang berkembang pada era 1060-
an dan dekade sesudahnya, cenderung melihat tipisnya pengaruh islam dan kentalnya
pengaruh unsur-unsur animisme, hinduisme, dan Budhiisme pra Islam yang memang
sebelumnya pernah berakar.
B. Otentifikasi Islam
Dalam konteks inilah, proyek otentifikasi Islam yang diusung oleh gerakan baru
Islam mengandaikan pandangan dunia (world view) yang kukuh, ''Islam sebagai kerangka
normatif ajaran yang baku, tak berubah, dan kekal.'' Karena itu, seluruh bangunan
tekstualnya mesti merujuk pada sendi-sendi dasar yang termaktub dalam teks Kitab Suci
dan apa yang pernah diajarkan Nabi saw di Mekah dan Madinah sebagai basis geografis
lahirnya Islam. Hal ini didasarkan pada realitas Islam sebagai agama yang lahir di masa
Rasulullah tanpa mengalami proses historisasi ajaran. Islam dipandang sebagai ajaran
agama yang selesai di masa itu dan tidak boleh mengalami modifikasi, kontekstualisasi,
ataupun perubahan.[5]
Di sinilah otentifikasi Islam menjadi trademark ajaran yang paling benar dan
dapat diaplikasikan di seluruh belahan dunia. Sehingga, di luar geografis itu mesti meniru
model yang sudah terjadi di masa Rasulullah. Pada gilirannya, Islam yang di sana
dipandang sebagai Islam otentik, sedangkan Islam di wilayah lainnya bukan Islam yang
otentik, 'Islam periferal', yang jauh dari karakter aslinya. Itu sebabnya, sikap
keberagamaan (Islam) di wilayah Nusantara yang telah mengalami proses akomodasi
kultural dianggap bukan Islam otentik karena sudah berubah dari ajaran aslinya.
Pada gilirannya, ini membawa perubahan pola pikir keberagamaan dari Islam
lokal menjadi universalitas Islam dalam praktik ajarannya. Akibatnya, tuduhan
sinkretisme dan bidah telah merusak warna keaslian bangsa toleran yang sudah
diwariskan nenek moyang sebagai identitas kultural. Islam di wilayah Nusantara sudah
tidak lagi menampakkan wajah toleran dan damainya, karena sudah dipenuhi dengan
gerakan pemurnian (otentifikasi) yang tidak mengakui multiinterpretasi Islam sebagai
agama yang mengalami proses historisasi. Pada ujung-ujungnya yang terjadi justru
radikalisme agama atau bahkan aksi terorisme. Wajah Islam seperti inikah yang akan
tetap kita pertahankan sekarang ini? Tentu saja tidak! Karena Islam mesti menjadi ajaran
yang menumbuhkan pesan-pesan damai dalam kehidupan sosial.
C. Pribumisasi Islam
Gagasan pribumisasi Islam, secara geneologis dilontarkan pertama kali
oleh Abdurrahman Wahid pada tahun 1980-an. Menurut Gus Dur Pribumisai
Islam adalah rekonsilasi antar budaya dan agama. Rekonsilasi ini menutut umat
islam memahami wahyu dengan mempertimbangkan factor-faktor kontekstual
termasuk kesadaran hokum dan rasa keadilannya.[6]
Dalam Pribumisasi Islam tergambar bagaimana Islam sebagai ajaran
yang normatif berasal dari Tuhan diakomodasikan ke dalam kebudayaan yang
berasal dari manusia tanpa kehilangan identitasnya masing-masing. Sehingga,
tidak ada lagi pemurnian Islam atau proses menyamakan dengan praktik
keagamaan masyarakat muslim di Timur Tengah. Bukankah Arabisasi atau proses
mengidentifikasi diri dengan budaya Timur Tengah berarti tercabutnya kita dari
akar budaya kita sendiri? Dalam hal ini, pribumisasi bukan upaya menghindarkan
timbulnya perlawanan dari kekuatan budaya-budaya setempat, akan tetapi justru
agar budaya itu tidak hilang. Inti Pribumisasi Islam adalah kebutuhan bukan
untuk menghindari polarisasi antara agama dan budaya, sebab polarisasi demikian
memang tidak terhindarkan.
Pribumisasi Islam telah menjadikan agama dan budaya tidak saling
mengalahkan, melainkan berwujud dalam pola nalar keagamaan yang tidak lagi
mengambil bentuknya yang otentik dari agama, serta berusaha mempertemukan
jembatan yang selama ini memisahkan antara agama dan budaya.
Ia juga memperingatkan bahwa dalaam proses pribumisasi tidak boleh
terjadi percampuran antara islam dan budaya lokal. Kendatipun islam harus
dipahami dengan mempertimbangkan konteks-konteks lokal, cirri islam harus
tetap dipertahankan dalam bentuknya yang asli. Karenanya membaca ayat-ayat al-
Quran ketika bersembahyang harus tetap diucapkan dalam masyarakat.[7]
Pada konteks selanjutnya, akan tercipta pola-pola keberagamaan (Islam)
yang sesuai dengan konteks lokalnya, dalam wujud Islam Pribumi sebagai
jawaban dari Islam Otentik atau Islam Murni yang ingin melakukan proyek
Arabisasi di dalam setiap komunitas Islam di seluruh penjuru dunia. Islam
Pribumi justru memberi keanekaragaman interpretasi dalam praktik kehidupan
beragama (Islam) di setiap wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian, Islam
tidak lagi dipandang secara tunggal, melainkan beraneka ragam. Tidak ada lagi
anggapan Islam yang di Timur Tengah sebagai Islam yang murni dan paling benar,
karena Islam sebagai agama mengalami historisitas yang terus berlanjut.
Sebagai contoh dapat dilihat dari praktek ritual dalam budaya populer di
Indonesia, sebagaimana digambarkan oleh Kuntowijoyo, , menunjukkan
perkawinan antara Islam dan budaya lokal yang cukup erat. Upacara Pangiwahan
di Jawa Barat, sebagai salah satunya, dimaksudkan agar manusia dapat menjadi
wiwoho, yang mulia. Sehingga berangkan dari pemahaman ini, masyarakat
harus memuliakan kelahiran, perkawinan, kematian, dan sebagainya. Semua ritual
itu dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kehidupan manusia itu bersifat mulia.
Konsep mengenai kemuliaan hidup manusia ini jelas-jelas diwarnai oleh kultur
Islam yang memandang manusia sebagai makhluq yang mulia.
Ada beberapa argument yang dikemukakan Gus Dur dalam
mempertahankan tawaran pribumisasi Islam. Pertama, alasan historis bahwa
pribumisasi Islam merupakan bagian dari sejarah Islam baik di negeri asalnya
maupun di negeri lain termasuk Indonesia. Disini menunjukanbahwa islam
mengalami proses pergulatan dengan kenyataan-kenyataan historis. Proses ini kata
Gus Dur tidak mengubah islam tetapi mengubah manifestasi dari kehidupan
agama Islam. Kedua proses pribumisasi Islam berkaitan erat antara Fiqh dengan
adat.[8]
D. Kontekstualisasi Islam
Islam Pribumi sebagai jawaban dari Islam otentik mengandaikan tiga hal.
Pertama, Islam Pribumi memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami
sebagai ajaran yang terkait dengan konteks zaman dan tempat. Perubahan waktu
dan perbedaan wilayah menjadi kunci untuk menginterpretasikan ajaran. Dengan
demikian, Islam akan mengalami perubahan dan dinamika dalam merespons
perubahan zaman. Kedua, Islam Pribumi bersifat progresif, yakni kemajuan
zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap penyimpangan terhadap ajaran
dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu untuk melakukan respons
kreatif secara intens. Ketiga, Islam Pribumi memiliki karakter membebaskan.
Dalam pengertian, Islam menjadi ajaran yang dapat menjawab problem-problem
kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan agama dan etnik. Dengan
demikian, Islam tidak kaku dan rigid dalam menghadapi realitas sosial masyarakat
yang selalu berubah.[9]
Dalam konteks inilah, Islam Pribumi ingin membebaskan puritanisme,
otentifikasi, dan segala bentuk pemurnian Islam sekaligus juga menjaga kearifan
lokal tanpa menghilangkan identitas normatif Islam. Karena itulah, Islam
Pribumi lebih berideologi kultural yang tersebar (spread cultural ideology), yang
mempertimbangkan perbedaan lokalitas ketimbang ideologi kultural yang
memusat, yang hanya mengakui ajaran agama tanpa interpretasi. Sehingga dapat
tersebar di berbagai wilayah tanpa merusak kultur lokal masyarakat setempat.
Dengan demikian, tidak akan ada lagi praktik-praktik radikalisme yang ditopang
oleh paham-paham keagamaan ekstrem, yang selama ini menjadi ancaman bagi
terciptanya perdamaian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tradisi Islam merupakan segala hal yang datang dari atau dihubungkan dengan
atau melahirkan jiwa Islam. Islam dapat menjadi kekuatan spiritual dan moral yang
mempengaruhi, memotivasi, dan mewarnai tingkah laku individu.
Budaya lokal berarti budaya yang bersifat lokal (stempat) atau lokasi tertentu
terdapat budaya regional atau bisa disebut sebagai kebudayaan tradisional suku-suku
bangsa.
Pribumisai Islam adalah rekonsilasi antar budaya dan agama. Rekonsilasi ini
menutut umat islam memahami wahyu dengan mempertimbangkan factor-faktor
kontekstual termasuk kesadaran hokum dan rasa keadilannya
Islam Pribumi sebagai jawaban dari Islam otentik mengandaikan tiga hal.
Pertama, Islam Pribumi memiliki sifat kontekstual, yakni Islam dipahami sebagai
ajaran yang terkait dengan konteks zaman dan tempat. Kedua, Islam Pribumi bersifat
progresif, yakni kemajuan zaman bukan dipahami sebagai ancaman terhadap
penyimpangan terhadap ajaran dasar agama (Islam), tetapi dilihat sebagai pemicu untuk
melakukan respons kreatif secara intens. Ketiga, Islam Pribumi memiliki karakter
membebaskan.
[1] Rusdi Muchtar, Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia (Jakarta: Balai
Penelitian dan Pegembangan Agama Jakarta, 2009) hlm 15
[5] http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp.id
[6] Zubaidi, Islam dan Benturan Antar Peradaban, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007)
hlm 181
[7] Achmad SyafiI Maarif. Pemikiran & Peradaban Islam (Yogyakarta: Safiria Insania
Press, 2007) hlm 121
[8] Zubaidi, Islam dan Benturan Antar Peradaban, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007)
hlm 182
Poskan Komentar
Pengikut
Mengenai Saya Arsip Blog
2014 (2)
Bening
Purnama 2013 (1)
(Eka Desember (1)
Sucianti) MAKALAH
Simple n Ceria PRIBUMISASI ISLAM
2011 (12)
Lihat profil lengkapku