Anda di halaman 1dari 4

A.

PENDAHULUAN

Audit Investigasi merupakan bagian dari manajemen kontrol yang dilaksanakan dalam kegiatan internal audit, di
samping audit lainnya, seperti audit keuangan dan audit kepatuhan atau complience audit. Dalam tata cara
pemeriksaan dan sifat pemeriksaannya, audit investigasi lebih dikenal dengan istilah fraud audit atau pemeriksaan
kecurangan. Fraud audit adalah kombinasi aspek audit forensik/investigasi forensik/uji menyeluruh semua materi
pemeriksaan dengan teknik internal kontrol dalam tata cara internal audit.

B. METODOLOGI

Menurut metodologi internal audit, Fraud Auditor dalam melakukan Audit Investigasi berkaitan dengan beberapa
hal, termasuk teori penunjang, aturan main, wawancara, pengujian materi atau bahan bukti, peraturan normatif,
seorang fraud auditor haruslah sangat cakap di bidangnya.

Apabila terjadi dugaan fraud atau kejahatan di bidang logistik, seorang fraud auditor harus memiliki pengetahuan
tentang kelogistikan, aturan pelaksanaan tender, sistem finansial, termasuk lalu lintas barang, dan sistem ekspedisi
sebelum dapat menyelidiki atau melakukan audit investigasi pada bidang logistik tersebut. Bila tidak punya
pengetahuan dan pengalaman yang cukup, sang auditor lebih baik mundur dalam menerima tugas itu, karena bila
ia memaksa untuk menerimanya, ada kemungkinan hasil investigasi tidak akan maksimal dan kemungkinan dia akan
goyah dan akhirnya dibeli oleh orang yang diaudit (auditee).

Garis besar proses Pemeriksaan Investigatif secara keseluruhan, dari awal sampai dengan akhir, dipilah-pilah
sebagai berikut:

1. Penelaahan Informasi Awal

Pada proses ini pemeriksa melakukan: pengumpulan informasi tambahan, penyusunan fakta & proses kejadian,
penetapan dan penghitungan tentative kerugian keuangan, penetapan tentative penyimpangan, dan penyusunan
hipotesa awal.

2. Perencanaan Pemeriksaan Investigatif

Pada tahapan perencanaan dilakukan: pengujian hipotesa awal, identifikasi bukti-bukti, menentukan
tempat/sumber bukti, analisa hubungan bukti dengan pihak terkait, dan penyusunan program pemeriksaan
investigatif.

3. Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan dilakukan: pengumpulan bukti-bukti, pengujian fisik, konfirmasi, observasi, analisa dan
pengujian dokumen, interview, penyempurnaan hipotesa, dan review kertas kerja.

4. Pelaporan

Fase terakhir, dengan isi laporan hasil Pemeriksaan Investigatif kurang lebih memuat: unsur-unsur melawan hukum,
fakta dan proses kejadian, dampak kerugian keuangan akibat penyimpangan/tindakan melawan hukum, sebab-
sebab terjadinya tindakan melawan hukum, pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangan/tindakan melawan
hukum yang terjadi, dan bentuk kerja sama pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangan/tindakan melawan
hukum Khusus untuk lembaga BPK di Indonesia, proses penyusunan laporan ini terdiri dari beberapa kegiatan
sampai disetujui oleh BPK untuk disampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi atau kepada Kejaksaan Agung,
yang fasenya sbb: penyusunan konsep awal laporan, presentasi hasil pemeriksaan investigatif di BPK, melengkapi
bukti-bukti terakhir, finalisasi laporan, dan penggandaan laporan

5. Tindak Lanjut

Pada tahapan tindak lanjut ini, proses sudah diserahkan dari tim audit kepada pimpinan organisasi dan secara
formal selanjutnya diserahkan kepada penegak hukum. Penyampaian laporan hasil Audit Investigatif kepada
pengguna laporan diharapkan sudah memasuki pada tahap penyidikan. Berkaitan dengan kesaksian dalam proses
lanjutan dalam peradilan, tim Audit Investigatif dapat ditunjuk oleh organisasi untuk memberikan keterangan ahli
jika diperlukan.

C. TEKNIK INVESTIGASI

Untuk mendapatkan hasil investigasi yang maksimal, seorang fraud auditor harus juga menguasai beberapa teknik
investigasi, antara lain:

Teknik penyamaran atau teknik penyadapan.

Teknik wawancara, apabila akan menghadapi sang auditee, orang-orang yang diduga memiliki info yang
dibutuhkan atau bahkan sang bosnya si auditee.

Teknik merayu untuk mendapatkan informasi, apakah dengan memakai kesanggupan sendiri atau dengan
bantuan orang lain.

Mengerti bahasa tubuh, dalam membaca posisi si auditee, bohong atau jujur.

Dapat dilakukan dengan bantuan software, seperti CAAT (computer assisted audit tools).

Fraud auditor dapat melakukan pembacaan data atau penyitaan berkas yang diduga mempunyai kaitan dengan
fraud yang sedang diselidiki atau dengan memotret ruangan atau benda yang diduga memiliki kaitan dengan
peristiwa.

Pekerjaan fraud auditor mirip dengan pekerjaan penyelidikan atau penyidikan kepolisian, di mana penyidikan
kepolisian dipakai untuk suatu projustisia, sedangkan fraud audit investigasi digunakan untuk keperluan internal.

Apabila seorang audit BPK, misalnya, ia harus melaporkan hasil audit investigasi kepada Ketua BPK dalam bentuk
laporan rahasia yang memuat kesimpulan hasil audit, atau opini, lengkap dengan semua berkas, bukti, foto, hasil
wawancara, bukti material, dan lain sebagainya, sesuai dengan maksud audit forensik tersebut.

D. HASIL INVESTIGASI

Hasil audit investigasi tidak boleh dibocorkan kepada pihak yang tidak berhak mengetahuinya, di mana hasil ini
biasanya telah diklarifikasi dan dibacakan ulang kepada si auditee, agar auditee mengerti sejauh mana investigasi
dan eksaminasi dilakukan dan hasil yang didapatkan.
Disebut keperluan internal karena sang auditor terikat dengan audit metodologi dengan melaporkan apa adanya
suatu hasil investigasi dan auditor free to comment kepada atasannya dalam mengemukakan pendapatnya sebagai
seorang auditor berdasarkan temuan dan dikategorikan preliminary summary (hasil sementara).

Hasil atau kesimpulan sementara ini akan disikusikan dengan bos sang auditor sebelum dibuatkan keputusan final
dan keputusan final hasil audit yang disebut executive summary akan dibuat oleh kepala audit kepada siapa sang
auditor bertanggung jawab.

Hasil audit investigasi dapat dianggap dan digunakan sebagai bukti awal untuk menunjang suatu pembuatan BAP
oleh kepolisian atau kejaksaan atau bukti pendahuluan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi bila memang suatu
fraud diduga terjadi yang mengarah kepada suatu peristiwa kriminal atau crime acts, dalam hal ini adalah korupsi.

Audit investigasi adalah sebuah pekerjaan profesional atau expert works. Oleh karena itu, seorang fraud auditor
harus mempunyai pengetahuan yang cukup, dan selayaknya seorang fraud auditor adalah seorang auditor yang
telah diakui kecakapannya dengan mengantongi CFE (Certified Fraud Examiner) yang dikeluarkan Instute of
Internal Auditor (IIA) melalui tahapan penguasaan beberapa modul yang telah dipersyaratakan secara
internasional.

E. KASUS

JAKARTA Pasca meledaknya travo dalam gardu induk atau Gas Insulated Switchgear (GIS) PT PLN (Persero) di
Cawang, Menneg BUMN Sofyan Djalil menginstruksikan agar PLN melakukan audit investigasi secara menyeluruh
untuk mengetahui penyebab ledakan travo tersebut.

Menurut Sofyan Djalil, secara teori gardu induk meledak bisa saja terjadi kapan pun. Di sarankan oleh Sofyan Djalil
unuk melakukan audit investigasi secara menyeluruh biar diketahui pasti penyebabnya. Menurutnya, dalam laporan
awalnya, PLN hanya mengindikasikan adanya kesalahan teknis sebagai penyebab kejadian tersebut. Tapi,
lanjutnya, jika nanti ditemukan human error maka akan diambil tindakan berupa disiplin bagi karyawan atau bisa
diberi tindakan kepada yang bertanggung jawab, sebaliknya jika teknical force sebaiknya dijadikan pelajaran.
Untuk sementara hanya masalah teknikal saja, terangnya.

Gardu induk PLN yang terletak di Cawang yang merupakan pusat pengaturan dan penyaluran beban wilayah listrik
Jawa-Bali Region Jakarta dan Banten, Jakarta Timur ini terbakar, Selasa (29/9) dan tidak jauh dari pusat grosir
Cililitan (PGC).

Ledakan menyebabkan dua dari enam trafo terbakar yang berdampak pada padamnya listrik di wilayah Jakarta
Pusat, Timur dan Selatan, meliputi Gambir, Kuningan, Manggarai, Cikini, Pulomas, Cililitan, Mampang, Cawang, dan
Jatinegara. Masing-masing travo memiliki kapasitas 500.000 volt.

F. KESIMPULAN

Menurut saya audit investigasi sangat perlu dilakukan karena suatu masalah bisa diselesaikan dengan audit
investigasi dan tahu apa penyebab permasalahan yang terjadi.

Untuk mendapatkan hasil investigasi yang maksimal, seorang fraud auditor harus juga menguasai beberapa teknik
investigasi, antara lain:
Teknik penyamaran atau teknik penyadapan.

Teknik wawancara, apabila akan menghadapi sang auditee, orang-orang yang diduga memiliki info yang
dibutuhkan atau bahkan sang bosnya si auditee.

Teknik merayu untuk mendapatkan informasi, apakah dengan memakai kesanggupan sendiri atau dengan
bantuan orang lain.

Mengerti bahasa tubuh, dalam membaca posisi si auditee, bohong atau jujur.

Dapat dilakukan dengan bantuan software, seperti CAAT (computer assisted audit tools).

https://diantrilestari.wordpress.com/2010/05/23/audit-investigasi/

Anda mungkin juga menyukai