Anda di halaman 1dari 4

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Desa Candi Kuning terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, kurang lebih
35 kilometer dari Kota Tabanan dengan ketinggian berkisar 1200-1500 dpl. Rata-rata suhu
udara di suhu maksimum di kawasan Canikuning sebesar 22,4 0C dengan suhu minimum
sebesar 15,40C dengan suhu rata-rata sebesar 19,50C serta dengan kelembaban yang cukup
tinggi yaitu sebesar 91,98%. Dengan kondisi iklim dan lahan serta ketersediaan sumber air
dari danau beratan, maka daerah ini adalah daerah pertanian potensial, sehingga sekitar 80%
penduduk di desa ini bekerja di sector pertanian holtikultura. Tanaman Holtikultura
merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagi sumber
vitamin, mineral, protein dan karbohidrat. Desa Candikuning pada umumnya dikenal sebagai
daerah budidaya dan penghasil sayur-mayur dan buah-buahan ( I Made Suparta Utama, Putu
Sudiarta, I Gusti N. Alit Susanta Wirya, Ni Luh Yulianti, 2013).
Pembangunan agribisnis holtikultura khususunya buah dan sayur perlu dilakukan
dengan pendekatan yang komprehensif dengan memperhatikan keseluruhan aspek dan
segmen agribisnis buah dan sayur dari hulu sampai ke hilir dan perangkat penunjangnya
menuju keseimbangan antara usaha peningkatan produksi, perbaikan distribusi dan
peningkatan konsumsi yang menguntungkan semua pihak. Persaingan danperdagangan buah
dan sayur saat ini sangat ketat karena hambatan perdagangan sehingga dapat memberikan
harga yang murah di tingkat konsumen. Agar buah dan sayur dapat tetap bersaing di pasar
domestic dibutuhkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan rantai pasokan. Untuk
memetakan kondisi dan permsalahan yang ada, membuat analisis kebutuhan perbaikan,
menetapkan target-target perbaikan dan menyusun rencana aksiya perlu digunakan
pendekatan pengelolaan rantai pasok atau supply chain management. Supply Chain
Management adalah suatu jejaring organisasi yang saling tegantung dan bekerjasama secara
menguntungkan melalui engembangan system manajemen untuk perbaikan system pruduksi
dan penyaluran produksi, informasi, pelayanan dan dana dari pemasok ke konsumen. Konsep
supply chain management dilakukan agar peningatan daya saing itu tidak semata dilakukan
memalui perbaikan produktivitas dan kualitas produk tetapi juga memalui pengemasan,
pemberian merek, efisiensi, transportas, informasi, penguatan kelembagaan dan penciptaan
inovasi secara kontinyu dan sistematik sera penciptaan dan pembagian nilai tambah yang
berkeadilan antar pelaku usaha. Setiap komuditas memiliki siklus rantai pasok yang berbeda-
beda antara yang satu dengan yang lainnya. Rantai pasok diperlukan kerjasama antar rantai
mata yang saling menghargai dan menguntungkan, komunikasi yang intensif, pemahan dan
pengertian terhadap posisidari masing-masing mata rantai untuk menimbulkan kepercayaan
agar dapat mencapai efisiensi yang tinggi.

Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi terkini pertanian holtikultura di kawasan Candikuning.
2. Untuk mengetahui tingkat orientasi nilai pada rantai agribisnis di Candikunng.
AKTIVITAS AGRIBISNIS PRODUK HORTIKULTURA DI DESA CANDIKUNING

Di sektor pertanian hortikultura, berdasarkan hasil baseline survey, lahan usaha para
petani produsen beragam, yaitu sebanyak 44% menguasai lahan antara 25-50 are dan 30%
antara 75-100 are (Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D. dkk., 2011).

Perkembangan pariwisata di Bali telah memberikan konsekwensi terhadap perubahan-


perubahan disegala aspek kehidupan termasuk usaha pertanian hortikultura dataran tinggi
skala kecil di Desa Candikuning atau kawasan Bedugul-Bali. Perubahan-perubahan terutama
pada sistem produksi, baik dari teknik produksi maupun jenis tanaman sayuran yang
diusahakan, untuk dapat memenuhi permintaan atau selera para wisatawan dan masyarakat
kelas menengah ke atas yang berkembang di perkotaan. Perkembangan pariwisata telah pula
menyebabkan persaingan pasar produk hortikultura yang semakin tinggi, terutama persaingan
terhadap produk yang datang dari luar Bali termasuk impor. Sistem agribisnis yang
melibatkan petani skala kecil dan yang sedang berjalan, secara umum masih lemah untuk
bersaing dalam memanfaatkan nilai-nilai pasar, baik pasar modern maupun konsumen
institusi (hotel, restaurant dan layanan catering). Lemahnya sistem agribisnis tersebut karena
kurang efisien dan efektifnya terutama dalam pemenuhan mutu secara umum (mutu fisik,
jaminan keamanan pangan dan berproduksi ramah lingkungan) dan pelayanan (services)
terhadap pasar. Ketidakefisienan juga disebabkan oleh biaya tinggi dan lemahnya komitmen
pemenuhan waktu. Dengan kata lain, sistem agribisnis hortikultura dataran tinggi di kawasan
Bedugul belum membentuk sistem rantai nilai terintegrasi dan terkoordinasi yang secara
efisien dan efektif memenuhi kebutuhan pasar. (Prof. Ir. I Made Supartha Utama, MS., Ph.D.
dkk., 2013)

Dari dua narasumber yang kami temui di dua lokasi berbeda yang pertama bernama I
Nyoman Slamet Ariawan berasal dari Banjar Batu Sesa, Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan
dan yang kedua bernama Wayan Suidana (UD Ayu Anjani). Dari narasumber pertama, kami
mendapatkan hasil dimana petani pertama hanya berperan sebagai petani sayuran yang
memenuhi kebutuhan suplayer khusus bagian sayuran saja. Sayuran utama yang di tanam oleh
petani pertama yaitu pare, seledri, kentang, cabai. Pemasaran produk yang dilakukan oleh
petani pertama yaitu mulai dari pernyortiran, pengemasan lalu produk kelas A
dipasarkan/dibawa ke restoran yang sudah diajak kerjasama oleh petani, sedangkan produk
kelas B dibawa ke pasar tradisional di sekitaran Candikuning seperti pasar Baturiti, lalu
sayuran kelas C akan dicampur dengan sayuran jenis lain (sayur sup), jika sayuran tersisa
maka produk tersebut akan dijual kembali keesokan harinya di pasar tradisional. Dalam
pemasaran produk hasil pertanian yang bekerjasama dengan restoran dan hotel, sayuran yang
rusak atau kualitasnya tidak sesuai dengan permintaan dari hotel dan restoran tersebut maka
produk tersebut akan dikembalikan ke petani dan kerugian dari omset penjualan akan
ditanggung oleh petani itu sendiri. Misalkan harga sayuran dipasaran melonjak naik, harga
sayuran yang dibawa ke restoran atau hotel tidak akan berubah karena harga sayuran yang
dibawa ke hotel atau restoran sudah ditentukan dari awal dan sudah terikat kontrak maka
kekurangan harga tersebut akan ditanggung oleh petani. Jika sayuran yang sedang di produksi
mengalami penurunan harga (harga anjlok) akibat produksi yang melimpah, petani akan
langsung meratakan lahan tanpa memanen sayuran tersebut. Dari petani ke suplayer tidak
terikat kontrak tertulis melainkan hanya terikat kontrak secara asas kepercayaan, dari sebab
itu jika ada petani lain yang memberikan harga lebih rendah dari petani bisa saja suplayer
berpindah ke petani lain. Petani ini tidak memperkerjakan orang luar, petani hanya
mempekerjakan anggota keluarganya di ladang.

Petani kedua berbeda dari petani pertama, pemasarannya mulai dari penyortiran,
pengemasan lalu langsung dipasarkan ke tiara dewata, hotel dan restoran china. Harga barang
yang dihasilkan oleh petani kedua diatas harga pasaran karena produk sudah pasti terjamin
kontinuitas, kualitas dan kuantitasnya. Barang yang tidak laku di hotel akan dijual di pasaran,
dan resiko kerugian ditanggung oleh petani sendiri. Untuk produk yang akan dipasarkan dan
dapat dibudidayakan oleh petani adalah tomat cherry, bawang pere dan strawberry. Untuk
produk yang tidak bisa diproduksi/ditanam oleh petani, maka petani akan mengambil dari
petani lain dimana diutamakan petani yang berada di sekitaran candikuning dan jika petani
sekitaran candikuning tidak bisa memenuhi baru petani kedua akan mengambil produk di
petani yang berada diluar daerah baturiti. Untuk resiko kerugian akan ditanggung oleh petani.
Penyetokaan dilakukan dengan cara seberapa produk tersebut dibutuhkan sejumlah itu pula
produk dipetik. Jadi, pemetikan dilakukan setiap kali ada pesanan. Dalam hal penanaman,
petani menerapkan penanaman terjadwal agar tidak terjadi putus produksi, terjaga kestabilan
penanaman. Kendala yang dihadapi petani kedua yaitu minimnya tenaga kerja serta mulai
menipisnya jumlah lahan untuk pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Membangun Hortikultura Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan, 2009.
Direktorat Jenderal Hortikultura, Deptan RI

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38737/5/Chapter%20I.pdf
http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/9653/menata-manajemen-rantai-
pasokan-komoditas-buah

Anda mungkin juga menyukai