Anda di halaman 1dari 10

sikologi Belajar MASALAH KESULITAN BELAJAR

BAB. I PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang
melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang
mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan. Pengertian
belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, sering ditemukan beberapa siswa yang
mengalami hambatan belajar, sulit meraih prestasi di sekolah, padahal telah
mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh. Bahkan ditambah belajar
tambahan di rumah, tapi hasilnya tetap kurang memuaskan. Sehingga siswa
terkesan lambat melakukan tugas yang berhubungan dengan kegiatan belajar.
Akibatnya, banyak siswa yang kesulitan belajar siswa yang mengalami
kesulitan belajar akan membuat dalam proses belajar mengajar tidak
mencapai ketuntasan belajar.
Fenomena kesulitan belajar yang dialami siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya prestasi akademik atau prestasi belajarnya. Selain prestasi
akademik, kesulitan belajar juga dapat dilihat dari perilakunya, diantarnya
seperti pemalas, mudah putus asa dan lain sebagainya. Ada dua sumber
utama yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar, yaitu berasal
dari dirinya sendiri dan dari luar diri siswa. Dari dalam diri siswa bisa berupa
gangguan otak,gangguan panca indra, cacat fisik dan gangguan psikis.
Sedangkan penyebab dari luar siswa berupa keadaan keluarga, sarana dan
prasarana sekolah, dan kondisi sosial masyarakat.

B. Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dari kesulitan belajar.
2. Apa saja penyebab kesulitan belajar.
3. Bagaimana cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan
belajar.
4. Usaha apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajat.
C. Tujuan Dan Kegunaan Penulisan
1. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar.
b. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari kesulitan belajar.
c. Untuk mengetahui cara mengenal anak didik yang mengalami
kesulitan belajar.
d. Dan untuk mengetahui usaha apa saja untuk mengatasi kesulitan
belajar.
2. Kegunaan penulisan
a. Diharapkan dapat memberikan kontribusi penulisan khususnya
dalam mengatasi problematika anak didik.
b. Untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi di
Fakultas Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Rengat TA. 2013/2014.

BAB. II PEMBAHASAN

A. Pengertian kesulitan belajar


Setiap anak didik datang ke sekolah agar menjadi orang berilmu
pengetahuan, sebagaian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh
Created by Warman Tateuteu
Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
anak untuk belajar, tidak mesti di sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang
disediakan untuk kepentingan belajar. Namun, sayangnya hambatan dan
gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga mereka mengalami
kesulitan dalam belajar.
Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan
belajarnya, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya,
maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan
anak didik yang kesulitan belajar. Walaupun sebenarnya masalah yang
menggangu keberhasilan belajar anak didik ini sangat tidak disenangi oleh
guru dan bahkan oleh anak didik itu sendiri.
Suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak
didik disebabkan rendahnya inteligensi. Karena pada kenyataannya cukup
banyak anak didik yang memiliki intelegensi tinggi, namun hasil belajarnya
rendah. Begitu pula sebaliknya. Selain faktor intelegensi, faktor non-
intelegensi dapat menyebabkan kesulitan dalam belajar bagi anak didik.
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik dapat dikelompokkan
menjadi 4 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar.
| Ada yang berat;
| Ada yang ringan.
2. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari.
| Ada yang sebagian mata pelajaran;
| Ada yang sifatnya sementara.
3. Dilihat dari sifat kesulitannya.
| Ada yang sifatnya menetap;
| Ada yang sifatnya sementara.
4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya.
| Ada yang karena faktor inteligensi;
| Ada yang karena faktor non-inteligensi.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah
suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan
adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
B. Beberapa penyebab kesulitan belajar
Menurut Muhibbin Syah, meninjau dari sudut internal anak didik dan ekternal
anak didik, yakni sebagai berikut:
1. Bersifat kognitif : rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi.
2. Bersifat afektif : labilnya emosi dan sikap.
3. Bersifat psikomotor : terganggungnya alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran (mata dan telinga).
Sedangkan faktor ekternal anak didik meliputi kondisi lingkungan sekitar.
Faktor lingkungan ini meliputi:
1. Lingkungan keluarga.
Contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu dan
rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan masyarakat.
Contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman
sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah.
Contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar,
kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Adapun faktor-faktor lain yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik yang
bersifat khusus. Misalnya Sindrome psikologi berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar), sindrom ini contohnya:
Created by Warman Tateuteu
Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
a. disleksia (dyslexia), yaitu ketidakmampuan belajar membaca.
b. Disgrafia (dysgraphia), yaitu ketidakmampuan belajar menulis.
c. Diskalkulia (dyscalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
Anak didik yang memiliki sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya
memiliki IQ yang normal dan bahkan diantaranya ada yang memiliki
kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya kesulitan belajar anak tersebut
disebabkan adanya gangguan ringan pada otak (minimal) brain dysfunction.
(Muhibbin Syah, 1999: 165)

Jika sudut pandang diarahkan pada aspek lainnya, maka faktor-faktor


penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi 4 (empat) yaitu:
1. Faktor anak didik
Anak didik adalah subjek yang belajar. Kesulitan belajar yang diderita anak
didik tidak hanya yang bersifat menetap, tetapi juga yang bisa di hilangkan
dengan usaha tertentu.
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik:
a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik.
b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang
dipelajari atau yang diberikan oleh guru.
c. Faktor emosional yang kurang stabil.
d. Aktivitas belajar yang kurang.
e. Penyesuaian sosial yang sulit.
f. Lantar belakang pengalaman yang pahit.
g. Cita-cita yang tidak relevan.
h. Latar belakang pendidikan dengan sistem sosial dan kegiatan belajar
mengajar di kelas yang kurang baik.
i. Lama belajar yang tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya.
j. Keadaan fisik yang kurang menunjang.
k. Kesehatan yang kurang baik.
l. Seks atau pernikahan yang tak terkendali.
m. Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai atas bahan
yang dipelajari.
n. Tidak ada motivasi belajar.

2. Faktor sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan
rumah rehabilitasi anak didik. Sekolah ikut terlibat menimbulkan kesulitan
belajar bagi anak didik. Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat
menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik adalah sebagai berikut:
a. guru dengan anak didik kurang harmonis.
b. Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
c. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan
belajar anak didik.
d. Cara guru mengajar kurang baik.
e. Alat media yang kurang baik.
f. Perpustakaan sekolah kurang memadai.
g. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
h. Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.
i. Kepemimpinan dan administrasi yang kurang menunjang.
j. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
3. Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui
keberadaannya dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, ada beberapa faktor

Created by Warman Tateuteu


Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
dalam keluarga yang mennjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai
berikut:
a. Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah.
b. Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua.
c. Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus.
d. Ekonomi keluarga yang lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-
lebihan.
e. Kesehatan keluarga yang kurang baik.
f. Perhatian orang tua yang tidak memadai.
g. Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang.
h. Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan.
i. Anak terlalu banyak membantu orang tua.
4. Faktor masyarakat sekitar
Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah
komunitas masyarakat kehidupan sosial yang tersebar. Dalam masyarakat
terpatri strata sosial yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar
golongan, pendidikan, jabatan, status, dan sebagainya. Pergaulan yang
terkadang kurang bersahabat sering memicu konflik sosial. Keributan,
pertengkaran, pembunuhan, perjudian, perampokan, gossip dan perilaku
jahiliyah lainya sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat.
Ketergantungan pada obat terlarang membuat anak didik pasrah pada nasib.
Anak didik tidak bisa lagi dididik karena pengaruh obat terlarang. Keributan
lingkungan sekitar berpotensi memecahkan konsentrasi anak didik dalam
belajar. Akhirnya anak didik tidak betah belajar karena sulit membangkitkan
daya konsentrasi.
Kesulitan belajar bagi anak didik juga bersumber dari media cetak dan media
elektronik. (Sarwono, 1981:28). Anak didik sering berkhayal tentang
kenikmatan seks.
Kelompok gengster yang menjadi teman anak didik di masyarakat dapat
mempersulit dalam belajar. Gengster adalah manusia kanibalisme yang wajib
dijauhi oleh anak didik.
C. Cara Mengenal Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Beberapa gejala sebagai pentujuk adanya kesulitan belajar anak didik dapat
dilihat sebagai berikut.
1. Menunjukan prestasi belajar yang rendah
2. Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Anak didik menunjukan sikap yang kurang wajar.
5. Anak didik menunjukan tingkah laku yang tidak biasanya.
6. Anak didik yang tergolong memiliki IQ, tetapi kenyataanya mereka
mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
7. Anak didik yang selalu menunjukan prestasi belajar yang tinggi untuk
sebagian mata pelajaran, tetapi dilain waktu prestasi belajarnya menurun.
Dari semua gejala kesulitan belajar dengan cara lain yaitu melakukan
penyelidikan dengan cara:
a. Obervasi
Observasi merupakan suatu cara memperoleh data dengan langsung
mengamati terhadap objek.
b. Interview
Interview merupakan suatu cara mendapatkan data dengan wawancara
lansung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain (guru, orang
tua, atau teman akrab) yang dapat memberikan informasi tentang orang yang
diselidiki.
c. Dokumentasi
Created by Warman Tateuteu
Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
Dokumentasi merupakan suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan
melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan
dengan orang yang diselidiki.
Di antara dokumen anak didik yang perlu dicari adalah berhubungan dengan:
| Riwayat hidup anak didik.
| Prestasi anak didik.
| Kumpulan ulangan.
| Catatan kesehatan anak didik.
| Buku rapor anak didik.
| Buku pribadi anak didik.
| Buku catatan untuk semua mata pelajaran, dan sebagainya.
d. Tes Diagnostik
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak
didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya.
D. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar, lankah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha
mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui 6 (tahap)
yaitu:
1. Pengumpulan Data
Usaha yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulkan data melalui
kegiatan sebagai berikut:
a. Kunjungan rumah.
b. Case study dan case history.
c. Daftar pribadi.
d. Meneliti pekerjaan anak.
e. Meneliti tugas kelompok.
f. Melaksanakan tes, baik IQ maupun tes prestasi.
2. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara
cermat. Langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi kasus.
b. Membandingkan antar kasus.
c. Membandingkan dengan hasil tes.
d. Menarik kesimpulan.
3. Diagnosis
Diagnosis merupakan keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan
data. Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan
ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab
kesulitan belajar anak didik.
4. Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan
dalam kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan
program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan
kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar. Adapun
pertanyaan yang harus diajukan menggunakan rumus 5W+1H.
5. Treatment
Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a. Melalui bimbingan belajar individual.
b. Melalui bimbingan belajar kelompok.
Created by Warman Tateuteu
Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
c. Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d. Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah
psikologis.
f. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan
karakteristik setiap mata pelajaran.
6. Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk menegtahui apakah treatment yang telah
diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat
dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali.
Jika terjadi kegagalan treatment, langkah yang perlu ditempuh adalah Re-
ceking (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun
pengolahan data), Re-diagnosis, Re-prognosis, Re-treatment, Re-evaluasi.

BAB. III PENUTUP


A. Kesimpulan
Pada dasarnya semua anak memiliki kemampuan, walaupun mungkin saja
kemampuan yang dimiliki berbeda satu dengan yang lainnya. Pada tingkat
pendidikan dasar berbagai kemampuan tersebut masih memiliki relasi yang
kuat, membaca, menulis, serta berhitung. Masalah yang mungkin ada pada
pada salah satu kemampuan tersebut dapat menggangu kemampuan yang
lain.
Dengan demikian apa yang kita sering lakukan baik sebagai seorang orang
tua, ataupun seorang guru dengan mengatakan seorang anak yang
mendapatkan nilai yang rendah merupakan anak yang bodoh dan gagal perlu
menjadi perhatian kita. Karena sebagaimana kita ketahui bahwa mungkin saja
anak hanya mengalami gangguan pada salah satu kemampuan tadi, dan ia
tidak tahu bagaimana mengatasi masalah tersebut.
Untuk itu, yang terpenting bagi kita adalah dapat menelaah dengan baik
perkembangan anak kita. Diagnosis terhadap permasalahan sesungguhnya
yang dialami anak mutlak harus dilakukan. Dengan demikian kita akan
mengetahui kesulitan belajar apa yang dialami anak, sehingga kita dapat
menentukan alternatif pilihan bantuan bagaimana mengatasi kesulitan
tersebut.
B. Saran
Kesulitan siswa dalam belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh
para pendidik, terutama guru. Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di
sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk mengerti jenis masalah yang
dihadapi oleh siswa atau anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan
pendidik mempu memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah
yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Created by Warman Tateuteu


Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul,
status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang
mempunyai kelainan sebagaimana di amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 (1). Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak
untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-
anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus.
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema dalam belajar,
hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan tidak memerlukan perhatian khusus
dari orang lain karena dapat diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga
yang problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka perhatian dan bantuan
dari orang lain. Anak luar biasa atau disebut sebagai anak berkebutuhan khusus
(children with special needs), memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar.
Namun, ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak sebaya lainnya
dalam system pendidikan regular, ada hal-hal tertentu yang harus mendapatkan
perhatian khusus dari guru dan sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan bagi kelompok perbedaan
kemampuan (difabel) dalam menyuarakan hak-haknya, maka kemudian muncul konsep
pendidikan inklusi. Salah satu kesepakatan Internasional yang mendorong terwujudnya
sistem pendidikan inklusi adalah Convention on the Rights of Person with Disabilities
and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Pada pasal 24 dalam Konvensi
ini disebutkan bahwa setiap negara berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem
pendidikan inklusi di setiap tingkatan pendidikan. Adapun salah satu tujuannya adalah
untuk mendorong terwujudnya partisipasi penuh difabel dalam kehidupan masyarakat.
Namun dalam prakteknya sistem pendidikan inklusi di Indonesia masih menyisakan
persoalan tarik ulur antara pihak pemerintah dan praktisi pendidikan, dalam hal ini para
guru.
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special needs)
membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan kebutuhan masing masing .
Dalam penyusunan progam pembelajaran untuk setiap bidang studi hendaknya guru
kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni berkaitan
dengan karateristik spesifik, kemampuan dan kelemahanya, kompetensi yang dimiliki,
dan tingkat perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs pada
umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional. Karaktristik spesifik
tersebut meliputi tingkat perkembangan sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa,
ketrampilan diri, konsep diri, kemampuan berinteraksi social serta kreativitasnya.
Model pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus yang
dipersiapkan oleh guru di sekolah, di tujukan agar peserta didik mampu berinteraksi
terhadap lingkungan social. Pembelajaran tersebut disusun secara khusus melalui
penggalian kemampuan diri peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis
kompetensi. Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur meliputi
kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari-hari dan kompetensi akademik.

A. Strategi Pembelajaran Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer
(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer
meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah,
anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah
perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS.
Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and
Created by Warman Tateuteu
Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas
(Gifted), dan lain-lain.
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia,
tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di
Indonesia umumnya. Ada beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi,
diantaranya adalah pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha
mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat
menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang
ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain.
Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan
khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya.
Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan tentang pengertian pendidikan
inklusi bahwa:
sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang
sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang,
tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan
dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil.
Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat
diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru
dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan
individualnya dapat terpenuhi.

Selanjutnya, Sapon-Shevin (ONeil, 1995) menyatakan tentang pengertian pendidikan


inklusi bahwa:
pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan
agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas
reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya
perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan
kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan
mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan
masyarakat sekitarnya.

Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu:
peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara
Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan
pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem
pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan
pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan
peranan guru.
Oleh karena itu, dijelaskan beberapa strategi pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus, antara lain:
1. Strategi Pembelajaran bagi Anak Tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan
optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang
meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan
evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa
hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi
pembelajaran , antara lain:

Created by Warman Tateuteu


Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
a) Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran
deduktif dan induktf.
b) Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan
heuristic.
c) Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru
dan beregu.
d) Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
e) Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui
media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat
diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.

2. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu


Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi
deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif
dan modifikasi perilaku.

3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita


Strtegi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum
akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa.
Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
a) Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan.
b) Strategi kooperatif.
c) Strategi modifikasi tingkah laku.

4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa


Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui
pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
a) Pendidikan integrasi (terpadu)
b) Pendidikan segresi (terpisah)
c) Penataan lingkungan belajar
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985)
mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;
a) Model biogenetic
b) Model behavioral/tingkah laku
c) Model psikodinamika
d) Model ekologis
6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
a) Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial
teaching
b) Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat
kesalahan.
c) Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis
sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.

7. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat


Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan
mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
meneentukan strategi pembelajaran adalah :
Created by Warman Tateuteu
Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page
a) Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
b) Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga
mengembangkan kecerdasan emosional.
c) Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model
layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.

Created by Warman Tateuteu


Nim. 58732 (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Page

Anda mungkin juga menyukai