Anda di halaman 1dari 4

Peran Startegis Ombusdman Republik Indonesia Dalam Pengawasan Pelayanan Publik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ditinjau dari sudut hukum tatanegara, negara adalah suatu organisasi


kekuasaan, dan organisasi tersebut merupakan tata kerja dari alat-alat perlengkapan
negara yang merupakan suatu keutuhan. Tata kerja itu melukiskan hubungan serta
pembagian tugas dan kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu
mencapai suatu tujuan yang tertentu. Sebagai sebuah organisasi kekuasaan, negara
dilekati banyak fungsi diantaranya fungsi reguler dan fungsi agent of development.
Fungsi reguler berkaitan dengan pelaksanaan tugas yang mempunyai akibat langsung
yang dirasakan oleh seluruh masyarakat, fungsi tersebut meliputi negara sebagai
political state, negara sebagai diplomatik, negara sebagai sumber hukum, dan negara
sebagai administratif. Sedangkan fungsi agent of development meliputi sebagai
stabilisator dalam menciptakan stabilisasi politik, ekonomi, sosial dan budaya serta
sebagai inovator dalam menciptakan ide-ide yang berhubungan dengan pembangunan.

Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut secara tegas dinyatakan dalam
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Seiring dengan
perkembangan zaman, Indonesia juga mulai berkembang menjadi Negara hukum
materiil atau welfare state dimana semua kegiatan dari segala aspek ditujukan untuk
kesejahteraan rakyat. Welfare state menuntut adanya peran aktif birokrasi untuk
mengatur peran warga negaranya. Kewenangan birokrasi yang demikian luasnya
mengakibatkan timbulnya perbuatan tercela dalam birokrasi. Salah satu penyelewengan
tersebut adalah adanya maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Ombudsman Republik Indonesia diperlukan sebagai upaya reformasi birokrasi


dalam bidang pelayanan publik. Komisi Ombudsman Nasional ini berdiri pada tanggal 10
Maret 2000 berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2000 Tentang Komisi Ombudsman Nasional. Berdasarkan latar belakang yang
penulis uraikan, maka saya menulis mengenai PERAN STRATEGIS OMBUSDMAN
REPUBLIK INDONESIA DALAM PENGAASAN PELAYANAN PUBLIK
BAB II

PEMBAHASAN

Sebelum Ombudsman Republik Indonesia, Ombudsman adalah komisi Ombudsman


Nasional yang dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi
Ombudsman Nasional. Pertimbangan yang melatarbelakangi pada waktu pembentukan
Komisi Ombudsman Nasional (KON) antara lain : pertama, peran serta masyarakat dalam
melakukan pengawasan akan lebih menjamin penyelenggaraan negara yang jujur, bersih,
transparan, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme; kedua, pemberdayaan pengawasan oleh
masyarakat perlu dikembangkan serta diaplikasikan agar penyalahgunaan kekuasaan,
wewenang, ataupun jabatan oleh aparatur dapat diminimalisasi; ketiga, pelayanan dan
perlindungan terhadap hak-hak anggota masyarakat oleh aparatur pemerintah merupakan
bagian integral dari upaya untuk menciptakan keadilan dan kesejahteraan; keempat,
pembentukan KON diperlukan sembari menyiapkan Rancangan Undang-undang yang
mengatur mengenai Lembaga Ombudsman Nasional secara Iengkap. Implicitly,
pembentukan KON dengan Keppres dianggap kurang 'ampuh' sebagai dasar hukum karena
sebagai lembaga yang memiliki peran strategis dalam mengawasi penyelenggaraan negara,
KON tidak semestinya berada di bawah Presiden tapi berdiri sama tinggi dan duduk sama
rendah dengan komisikomisi pembantu negara lain yang dibentuk dengan undang-undang.

Pembentukan Ombudsman Republik Indonesia pada dasarnya ditujukan untuk


mewujudkan Good Governance. Salah satu upaya untuk mewujudkan Good Governance
adalah dengan reformasi birokrasi. Sebelum mengaitkan dengan reformasi birokrasi, tujuan
dari adanya Ombudsman Republik Indonesia adalah melakukan pengawasan terhadap
pelayanan publik agar terhindar dari adanya maladministrasi. Meninjau dari konsep
pelayanan publik mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik perlu dilihat apakah kinerja Ombudsman Republik Indonesia telah sinkron dengan
pelayanan publik yang mengacu dalam undang-undang tersebut.. Dalam Undang-Undang
Pelayanan Publik tersebut, pengertian pelayanan publik yaitu kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Untuk mensinkronkan antara kinerja Ombudsman Republik Indonesia dengan


Pelayanan Publik adalah mengacu pada amanah yang diberikan oleh Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Penilaian kinerja merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai misinya.

Aspek pertama mengenai Peran Startegis Ombusdman Republik Indonesia Dalam


Pengawasan Pelayanan Publik dapat diukur dari kualitas pelayanan dimana kualitas
pelayanan dalam lembaga ini diukur dari tingkat kepuasan masyarakat yang dilayaninya
Aspek yang kedua mengenai Peran Startegis Ombusdman Republik Indonesia Dalam
Pengawasan Pelayanan Publik adalah responsivitas yaitu kemampuan organisasi untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat

Aspek yang ketiga mengenai Peran Startegis Ombusdman Republik Indonesia


Dalam Pengawasan Pelayanan Publik yaitu akuntabilitas yang menunjuk pada seberapa
besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik sesuai dengan nilai dan norma yang
berkembang dalam masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengamanahkan


kepada Ombudsman Republik Indonesia untuk:

a. wajib menerima dan berwenang memproses pengaduan dari masyarakat


mengenai penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan Undang-Undang
ini;

b. wajib menyelesaikan pengaduan masyarakat apabila pengadu menghendaki


penyelesaian pengaduan tidak dilakukan oleh Penyelenggara;

c. wajib membentuk perwakilan di daerah yang bersifat hierarkis untuk mendukung


tugas dan fungsi ombudsman dalam kegiatan pelayanan publik paling lambat 3
(tiga) tahun sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik; dan

d. wajib melakukan mediasi dan konsiliasi dalam menyelesaikan pengaduan atas


permintaan para pihak.

Anda mungkin juga menyukai