Anda di halaman 1dari 60

ISPA DAN PENCEGAHANNYA

Makalah

Disampaikan Pada Penyuluhan Kesehatan

Praktikum : micro Teaching

Mata Kuliah: Promosi Kesehatan

Oleh :

GITA RAHMADANI

NIM : 133110202

JURUSAN KEPERERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

2013
ISPA DAN PENCEGAHANNYA

I. PENDAHULUAN

ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita

oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun

dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka

perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat.

Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan

anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada

masa dewasa.

ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting

karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup

tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap

anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap

tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah

oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan

oleh ISPA mencakup 20 % - 30 %. Kematian yang terbesar

umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur

kurang dari 2 bulan

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang

berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran

pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai

gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti :

sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya

bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan


pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan

menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati

dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah,

bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang

terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi

saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan

oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat

pada bulan-bulan musim dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering

terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi

kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang

tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak

karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban

immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk

penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau

berlebihannya pemakaian antibiotik.


II. ISPA DAN PENCEGAHANNYA

A. Definisi

ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas

maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad remik atau

bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang

parenkim paru.(Vietha,2009)

ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi

yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik

atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad remik atau

bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang

dari parenkim. ( Whaley dan Wong, 2000 ).

ISPA adalah infeksi yang terjadi pada saluran nafas

atas, termasuk didalamnya adalah hidung dan tenggorokan.

B. Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan

jamur. Mayoritas penyebab ISPA adalah virus dengan

frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan

ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO,

1995). Dalam Harrisons Principle of Internal Medicine di

sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian

atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis

sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral,

sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper

50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus pneumonia


adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%,

sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-

20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran

pernapasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen

dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995)

Penyebab pada umumnya Saluran Pernapasan ini dimulai

dengan keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan.

Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi

lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam

keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal.

Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan

penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian

mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang

ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat

cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam

kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat

berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratorium.

C. Patofisiologis

Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan

dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu

sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan

saluran pernapasan terhadap maupun partikel dan gas yang

ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang

selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel


mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan

antibody. Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas

yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi

yang terdahulu. Selain itu, hal-hal yang dapat menggangu

keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asp rokok

dan gas SO2

( Polutan utama dalam pencemaran udara ), sindromaimotil,

peini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah lg

A. antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan

antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran

pernapasan, seperti yang terjadi pada anak-anak. Penderita

yang rentan ( imunkompkromis ) mudah terkena infeksi ini

seperti pada pasien keganasanyang mendapat terapi

sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat

melalui jalan hematogen, limfogen, dan udara nafas.

D. Klasifikasi ISPA

1. Influenza

2. Radang tenggorokan
3. Radang amandel

4. Radang pada hidung

5. Sinusitis

6. Radang paru-paru

E. Penyebab ISPA

ISPA disebabkan oleh masuknya kuman

(Pneumococcus, virus Influenza, dll) ke saluran nafas atas

melalui udara yang dihirup. Virus penyebabnya antara lain

golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling

sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara

bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan


bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri

dan virus tersebut menyerang anak anak di bawah usia 2

tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum

sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga

menumbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain

yang diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian ISPA

pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi

kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

Penyebab terjadinya ISPA adalah virus, bakteri dan

jamur. Kebanyakan adalah virus. Diagnosis yang termasuk

dalam keadaan ini adalah rhinitis, sinusitis, fharingitis,

tonsillitis dan laryngitis (Sutanto dan Hariwijaya, 2006).


Sedangkan menurut (widoyono, 2005) penyebab ISPA

terdiri dari :

a. Bakteri : Diplococcuspneumuniae,

Pneumococcus,Strepcoccus

pyogenes,Staphylococcus

aureu, haemophilus influenza,

dan lai-lain.
b. Virus : Influenza,adenovirus,

sitomegalovirus.
c. Jamur : Aspergilus sp, Candida albican,

Histoplasma, dan lain-lain.


d. Aspirasi : Makanan, asap kendaraan

bermotor, bahan bakar minyak

(BBM) biasanya minyak tanah,

cairan amnion pada saat lahir,

benda asing misalnya biji-bijian,


mainan plastic kecil dan lain-

lain.

F. Tanda dan Gejala

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk

adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret

yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan,

bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali

tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts;1990;451).

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi

gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6

bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul

sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa

mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya

infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik

bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku


dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda

kering dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami

sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak

mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi

juga bisa selama bayi tersebut mengalamisakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi

infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin

disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas

yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena

banyaknyasekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi

saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda


akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless,

dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong;

1991; 1419).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan

sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum, kejang,

kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.

Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2

bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya

menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa

diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur,

mengi, demam dan dingin.

Berikut ini adalah gejala ISPA pada anak-anak :

1. Batuk

2. Pilek

3. Hidung tersumbat atau bersin-bersin


4. Nyeri tenggorokan / nyeri sewaktu menelan

5. Suara serak

6. Demam

7. Sakit kepala, badan pegal-pegal atau nyeri sendi

8. Lesu, lemas

9. Sesak nafas

10. Frekuensi nafas cepat

G. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan

dengan pemeriksaan laboratorium terhadap jasad renik itu

sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus,

serologis, diagnostik virus secara langsung.

Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri

dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah,

biakan cairan pleura.

H. Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited

disease, yang sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi


invasi kuman lainnya.Komplikasi yang dapat terjadi adalah

sinusitis paranasal, penutupan tuba eusthacii dan

penyebaran infeksi.

1. Sinusitis paranasal
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena pada

bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala

umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa

nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan

maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto

rontgen dan transiluminasi pada anak besar.


Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala

malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak

besar). Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri

kepala hilang timbul, bersin yang terus menerus disertai

secret purulen dapat unilateral ataupun bilateral.Bila

didapatkan pernafasan mulut yang menetap dan rangsang

faring yang menetap tanpa sebab yang jelas perlu yang

dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis.Sinusitis

paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.

2. Penutupan tuba eusthachii


Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan

infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah

dan menyebabkan otitis media akut (OMA).Gejala OMA pada

anak kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi

(hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.


Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala

digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada


bayi juga dapat diketahui dengan menekan telinganya dan

biasanya bayi akan menangis keras). Kadang-kadang hanya

ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau

diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering

menderita infeksi pada telinga tengah sehingga

menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan

kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.

Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam

diberikan antibiotika keadaan tidak membaik. Parasentesis

(penusukan selaput telinga) dimaksudkan mencegah

membran timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media

perforata (OMP).
Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan

anak adalah :
a. Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga

merintangi penyaluran sekret.


b. Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu

memudahkan perembesan infeksi juga merintangi

penyaluran sekret.
c. Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi

telinga tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi

mastoiditis atau ke syaraf pusat (meningitis).

3. Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah

bawah seperti laryngitis, trakeitis, bronkiis dan

bronkopneumonia.Selain itu dapat pula terjadi komplikasi

jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.


I. Penanganan ISPA

Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara

umum:

1. Istirahat yang cukup

2. Berikan anak minum lebih banyak, terutama bila anak

batuk dan demam

3. Berikan obat penurun panas bila demam

4. Hindari penularan ke orang lain. Cara untuk

menghindari penularan: menutup mulut dan hidung

bila batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun setelah

batuk/bersin, gunakan masker (bila anak cukup

kooperatif), hindari kontak terlalu dekat dengan bayi

atau manular.

5. Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dokter.

Antibiotik tidak diperlukan apabila ISPA yang

disebabkan infeksi virus. Penggunaan antibiotik yang


tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri

terhadap antibiotik tersebut.

6. Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak.

Diskusikan dengan dokter anda mengenai manfaat dan

risiko obat tersebut apabila akan diberikan pada anak

anda

7. Kenali tanda-tanda gawat darurat .

8. Kenali keadaan lingkungan.

J. Pencegahan

Makan makanan yang bergizi


Hindari tempat ramai bila sedang terjadi wabah batuk,

pilek.
Menutup mulut bila batuk

Immunisasi.
Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

Yang perlu diperhatikan dalam merawat anggota

keluarga yang sakit ISPA :

1. Pemberian ASI jangan dihentikan bila anak masih

menyusui.

2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.


3. Memasak makanan dengan cara yang benar.

4. Memberi makanan yang bergizi dan seimbang.

5. Gunakan sapu tangan khusus untuk penderita atau

tissue sekali pakai sewaktu membuang ingus.

6. Menutup mulut saat batuk.

Bawalah penderita ke pelayanan kesehatan atau ke

dokter bila :

Tidak membaik dalam 3 hari


Anak tidak bisa minum / menetek
Muntah berulang ulang
Tubuh menjadi lemah dan tidak sadarkan diri
Demam tinggi
Kejang
Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat
Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti

merintih (grunting)
Dinding dada/sela-sela iga tampa tertarik ke dalam

bila anak bernapas


Bibir berwarna kebiru-biruan
Anak tampak sangat lemah

K. Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk

mengatasi anaknya yang menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam)


Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam

diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan

kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus

segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam

untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi

sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan

diminumkan. Memberikan kompres, dengan

menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak

perlu air es).

Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu

ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh


dicampur dengan kecap atau madu sendok teh ,

diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit

tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya,

lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang

menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan

sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan

membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan

akan menambah parah sakit yang diderita.

Gaya hidup

Jangan memakai pakaian atau selimut yang tebal


Pada penderita pilek, selalu bersihkan hidung dari

ingus. Ini akan mempercepat penyembuhan dan bisa

menghindari komplikasi yang mungkin muncul


Usahakan untuk mendapatkan ventilasi yang cukup dan

mencegah adanya asap yang dihirup, tidak terkecuali

melarang orang merokok di sekitar anak

Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang

terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan

demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk

mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi

yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang

sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.

Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak

memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau

petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat

antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari

penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,

usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali

kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (4,5) .

L. Pengobatan antara lain :

1. Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi

yang adekuat, pemberian multivitamin dll.

2. Antibiotik :

Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab Utama

ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus


Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu

kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain,

Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,

kloksasilin, gentamisin.
Bukan pneumonia : tanpa memberikan antibiotik,

diberikan perawatan dirumah. Untuk batuk dapat

digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk

lainnya yang tidak mengandung zat yang merugikan

seperti kodein,dekstrometorfan antihistamin, bila

disertai demam diberikan obat penurun panas yaitu

parasetamol.

Antibiotik lain : Sefalosforin, quinolon dll.

M. Akibat Lanjut ISPA

1. Infeksi pada paru

Kuman penyebab ISPA akan masuk lebih dalam

kesaluran pernapasan yaitu bronkus dan alveoli sehingga

menginfeksi bronkus dan alveoli sehingga pesien akan sulit

bernapas kerena adanya sumbatan jalan napas oleh

penumpukan secret hasil produksi kuman pada rongga

paru.
2. Infeksi selaput otak

Kuman juga mampu menjangkau selaput otak

sehingga menginfeksi selaput otak dengan menumpukan

cairan yang mampu berakibat meningitis.

3. Penurunan Kesadaran

Infeksi dan penumpukan cairan pada selaput otak

menyebabkan terhambatnya suplay oksigen dan darah ke

otak

4. Kematian

Penangganan yang lama dan tidak tepat pada pasien

ISPA mampu memperlambat dan merusak seluruh fungsi


tubuh oleh kuman sehingga pasien akan mengalami henti

napas dan henti jantung.

N. Klasifikasi ISPA:

Ispa dapat terbagi atas 2 bagian,yaitu:

PNEUMONIA (radang paru): ditandai secara klinis oleh

adanya napas cepat.

PNEUMONIA BERAT : ditandai secara klinis oleh

adanya tarikan dinding dada ke dalam.

BUKAN PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh

batuk pilek, bisa disertai demam.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, ISPA dibedakan

menjadi dua golongan:

1. Golongan umur dibawah 2 bulan.

Golongan umur dibawah 2 bulan terbagi menjadi dua

klasifikasi:

Pneumonia
Pneumonia terjadi jika dalam pemeriksaan fisik

terdapat adanya tarikan kuat dinding dada bagian bawah

dan frekuensi napas cepat ( 60 kali permenit atau lebih ).

Bukan pneumonia

Tergolong bukan pneumonia jika tidak ditemukan

tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah serta

tidak ditemukan frekuensi pernafasan cepat.

2. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Terdiri dari tiga klasifikasi yaitu :

Pneumonia

Tergolong pneumonia jika dalam pemeriksaan fisik

ditemukan kondisi nafas cepat dengan frekuensi pernafasan

50 kali per menit atau lebih yang terjadi pada anak usia 2

12 bulan dan frekuensi pernafasan 40 kali per menit atau

lebih untuk anak usia 1 5 tahun.

Pneumoniaberat:

Tergolong Pneumonia berat jika dalam pemeriksaan fisik

ditemukan sesak nafas dan saat inspirasi terjadi tarikan

dinding dada bagian bawah. Pemeriksaan ini dilakukan

pada kondisi anak dalam keadaan tenang, dantidakrewel.

Bukan pneumonia
Tergolong bukan pneumonia jika tidak terjadi napas cepat,

tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah, anak

hanya mengalami batuk pilek biasa.

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Pernafasan

Saluran Akut. ISPA mulaidikenalkan pada tahun 1984

setelah dibahas dalam lokakarya nasional ISPA di

Cipanas.ISPA merupakan padanan dari Acute Respiratory

Infections yang disingkat ARI. ISPAmengandung tiga unsur

yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut :

Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman

atau mikro organisme kedalam tubuh manusia dan

berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit

Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ

tubuh manusia yangdimulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ aneksananya seperti sinus-sinus,rongga

telinga dan pluera. Dengan demikian secara anatomis

mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran

pernafasan bagian bawah (termasuk juga jaringan paru) dan

organ aneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini maka

jaringan parutermasuk dalam saluran pernafasan

(respiratory tract) Yang dimaksud dengan infeksi akut

adalah infeksi yang berlangusng sampai dengan14 hari.

Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut

meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan

dalam ISPA proses infeksinya dapat berlangsung lebih dari

14 hari.Jadi ISPA adalah suatu penyakit yang menyerang


saluran pernafasan bagian atas yang berlangsung selama

14 hari atau lebih. ISPA biasanya menyerang pada anak

balita usiakurang dari 2 tahun.2.

Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :


a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1) Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan,

laki-lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena

mayoritas orang laki-laki merupakan perokok dan sering

berkendaraan, sehingga mereka sering terkena polusi

udara.

2) Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak

terserang penyakit ISPA. Hal ini disebabkan karena

banyaknmya ibu rumah tangga yang memasak sambil

menggendong anaknya.

3) Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat

berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya

manajemen kasus oleh petugas kesehatan serta

pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan


upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA

yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam

keadaan berat karena kurang mengerti bagaimana cara

serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit

ISPA.

b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo,

2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga

mencegah atau terhindar dari penyakit terutama penyakit

ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat 5

sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga

yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena dengan

tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin

menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang

akan masuk kedalam tubuh.


2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):

a) Bahan bangunan

a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang

penting disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau

dan tidak basah pada musim hujan. Untuk memperoleh

lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh

dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-

benda yang berat, dan dilakukan berkali-kali. Lantai yang

basah dan berdebu merupakan sarang penyakit gangguan

pernapasan.
b) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal

tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis,

lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di

daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding

atau papan. Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka

lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat

merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan

alamiah.
c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik

di daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap

genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau

oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat

membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak masyarakat

pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun

rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap

seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di

samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam

rumah.
d) Lain-lain (tiang, kaso dan reng)
Kayu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum

di pedesaan. Menurut pengalaman bahan-bahan ini tahan

lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubanglubang bambu

merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini

cara memotongnya barus menurut ruas-ruas bambu

tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang

digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.


b) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi

pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam

rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan

O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap

terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2

(oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2

(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya

menjadi meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan

menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan naik

karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan

penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang

baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri-bakteri

penyebab penyakit).

c) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup,

tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya

yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya

matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media

atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya

bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya

didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya

dapat merusakan mata.

c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek

yaitu (Lamsidi, 2003) :


1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-

pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas

(vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar

ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya

dibuat horizontal tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang

dibuang melalui cerobong horizontal dan dialirkan ke bak

air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap

mudah dipisahkan, sementara air yang asam bisa

dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid (TNZ) yang

sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah

tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran

udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga bisa berasal

dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga dapat

dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar

untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap

adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.


2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar

4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,

nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein,

acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-

ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di

bahan kimia tersebut akan beresiko terserang ISPA.

d. Faktor timbulnya penyakit


Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit

menurut Bloom dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan


bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau

tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan

masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu

sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi

oleh lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang

cukup untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara,

keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena

penyakit ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga

yang terkena penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga

disebabkan karena keturunan, dan dengan pelayanan

seharihari yang baik maka penyakit ISPA akan berkurang

dan kesehatannya sedikit demi sedikit akan membaik, dan

pengaruh mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

O. Faktor penyebab penyakit ISPA terdiri dari beberapa

variabel, antara lain :

Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang

paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang

paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis,

dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal

sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan

penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia.

Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.

Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak

berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA

1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih

tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun

imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya

masih sempit.
2. Jenis Kelamin
menurut beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering

didapatkan pada anak laki-laki dibandingkan anak

perempuan, terutama anak usia muda, dibawah 6 tahun.

Menurut Glenzen dan Deeny, anak laki-laki lebih rentan

terhadap ISPA yang lebih berat, dibandingkan dengan anak

perempuan.
3. Status Gizi
anak yang berstatus gizi kurang/buruk mempunyai risiko

pneumonia 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan anak

yang berstatus gizi baik/normal.

4. Berat Badan Lahir


Hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara kejadian pneumonia dengan balita BBLR

(p <0,05). Nilai OR 2,2 (CI 95%; 1,481-4,751), artinya anak

balita yang menderita pneumonia risikonya 2,2 kali lebih

besar pada anak balita yang BBLR.


5. Status ASI Eksklusif
anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2 kali lebih

besar pada anak balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.


6. Status Imunisasi
Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 2,5 (CI 95%; 2.929

4.413), artinya anak balita yang menderita pneumonia

risikonya 2,5 kali lebih besar pada anak yang status

imunisasinya tidak lengkap.

Lingkungan

1. Kelembaban Ruangan
Faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097,

yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi

syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada

balita sebesar 28 kali.

2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki

suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan

rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah

tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak

memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya

ISPA pada balita sebesar 4 kali.

3. Ventilasi
Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), didapatkan

bahwa prevalens rate ISPA pada bayi yang memiliki

ventilasi kamar tidur yang tidak memenuhi syarat

kesehatan sebesar 69,9%, sedangkan untuk yang memenuhi

syarat kesehatan sebesar


30,1%. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan

yang bermakna antara kondisi ventilasi dengan kejadian

penyakit ISPA (p <0,05).


4. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan

(2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak

balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang

padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah

yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya

tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan

risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.

5. Penggunaan Anti Nyamuk


Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari

gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran

pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.

Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan

merusak
mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah

timbulnya gangguan pernafasan.

6. Bahan Bakar Untuk Memasak


Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), prevalens rate

ISPA pada bayi yang dirumahnya menggunakan bahan bakar

untuk memasak adalah minyak tanah sebesar 76,6%,

sedangkan gas elpiji sebesar 33,3%. Hasil uji chi square

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

penggunaan bahan bakar memasak dengan kejadian

penyakit ISPA (p < 0,05).

7. Keberadaan Perokok
Berdasarkan hasil penelitian Syahril (2006), dari hasil uji

statistik diperoleh nilai OR = 2,7 (CI 95%; 1.481 4.751)


artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2,7

kali lebih besar pada anak balita yang terpapar asap rokok

dibandingkan dengan yang tidak terpapar.

Dan ada juga yang mengatakan Faktor-faktor risiko

yang mempengaruhi terjadinya ISPA :

1. Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan

untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila

dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena

daya tahan tubuhnya lebih rendah.

2. Status Imunisasi

Annak dengan status imunisasi yang lengkap,

daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak

yang status imunisasinya tidak lengkap.

3. Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti

polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat

menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.


diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan
dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan
pleura.

Diagnosis ISPA?

ISPA sebetulnya merupakan istilah untuk banyak penyakit


infeksi di saluran napas. Berikut ini adalah penyakit yang
termasuk dalam ISPA :

1. Common cold

2. Flu (Influenza)

3. Rhinosinusitis atau Sinusitis

4. Tonsilitis, Faringitis, atau Tonsilofaringitis (Radang


Tenggorokan)

5. Abses peritonsilar

6. Otitis Media Akut (Infeksi telinga tengah)

7. Epiglotitis

8. Laringitis

9. Trakeitis

10. Bronkitis

11. Bronkiolitis

12. Pneumonia

13. Pleuritis

Jadi apabila dokter mendiagnosis anak kita sebagai


ISPA, maka anak kita mungkin sakit common cold atau
radang tenggorokan atau yang lainnya. Tanyakanlah kepada
dokter mengenai diagnosis yang lebih spesifik.

Penemuan dini penderita pneumonia dengan

penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi

untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya

kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan

antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada

pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan

kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan

penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi

penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa,

serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang

bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup

pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman

sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi

pederita ISPA . Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau

tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002) :

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang


penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan
kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini
penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini
diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju
anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit
untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada
bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa
pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit
pneumonia.

b. Mengklasifikasikan ISPA

c. Mendiagnosakan ISPA

d. Melakukan pencegahan dan pengobatan penyakit ISPA

Cara Penularan ISPA

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin,

udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup

oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran

pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh

virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada

bulan-bulan musim dingin.

ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau

zat asing seperti tetesan cairan yang dihirup, memasuki

paru dan menimbulkan radang. Bila penyebabnya virus atau

bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang untuk

media perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan

memberi tempat berkembang bagi organisme yang sudah

ada dalam paru-paru atau sistem pernapasan,

Umumnya penyakit pneumonia menular secara

langsung dari seseorang penderita kepada orang lain

melalui media udara. Pada waktu batuk banyak virus dan


kuman yang dikeluarkan dan dapat terhirup oleh anak lain

yang berdekatan dengan penderita.

PENCEGAHAN ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara

lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan

mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama

antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi

makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air

putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup,

kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat.

Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh

kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah

virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.

b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-

anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk

menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah

terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh

virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang

baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang

ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang

menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena


penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara

kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan

sehat bagi manusia.


d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh

virus/ bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah

terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan

masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa

virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol

(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk

aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran

pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan

melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit

penyakit).

Pencegahan Penyakit ISPA


Penyelenggaraan Program P2 ISPA dititik beratkan pada

penemuan dan pengobatan penderita sedini mungkin

dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat terutama

kader, dengan dukungan pelayanan kesehatan dan rujukan

secara terpadu di sarana kesehatan yang terkait.

a) Pencegahan Tingkat Pertama ( Primary Prevention )


Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko

dapat dianggap sebagai strategi untuk mengurangi

kesakitan (insiden) pneumonia. Termasuk disini ialah :


a. Penyuluhan,
Dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini

diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat


terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor resiko

penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa

penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif,

penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu

dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah,

penyuluhan bahaya rokok.

b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk

dapat mengurangi angka kesakitan (insiden) pneumonia.


c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi

malnutrisi, defisiensi vitamin A.


d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan

bayi berat badan lahir rendah.


e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP)

yang menangani masalah polusi di dalam maupun di luar

rumah.

3. Pencegahan Tingkat Kedua ( Secondary Prevention )


Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya

pengobatan sedini mungkin. Upaya pengobatan yang

dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :


a. Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi:

1. Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika

anak mengalami sianosi sentral, tidak dapat minum,

terdapat penarikan dinding dada yang hebat), terapi

antibiotik dengan memberikan benzilpenisilin dan

gentamisin atau kanamisin.

2. Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak

diberikan, nasihati ibu untuk menjaga agar bayi tetap


hangat, memberi ASI secara sering, dan bersihkan

sumbatan pada hidung jika sumbatan itu menggangu saat

memberi makan.

b. Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya

meliputi :

1. Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan

oksigen, terapi antibiotik dengan memberikan kloramfenikol

secara intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak

terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya

diubah menjadi kloramfenikol oral, obati demam, obati

mengi, perawatan suportif, hati-hati dengan pemberian

terapi cairan, nilai ulang dua kali sehari.

2. Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen,

terapi antibiotik dengan memberikan benzilpenesilin secara

intramuskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari,

obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hati

pada pemberian terapi cairan, nilai ulang setiap hari.

3. Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan

memberikan kotrimoksasol, ampisilin, amoksilin oral, atau

suntikan penisilin prokain intramuskular per hari, nasihati

ibu untuk memberikan perawatan di rumah, obati demam,

obati mengi, nilai ulang setelah 2 hari.


4. Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah,

terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, terapi spesifik

lain (untuk batuk dan pilek), obati demam, nasihati ibu

untuk memberikan perawatan di rumah.

5. Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi

antibiotik dengan memberikan kotrimoksasol dosis tinggi

untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi

pneumokistik, perawatan suportif, penilaian ulang.

b) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita penderita

ISPA agar tidak bertambah parah dan mengakibatkan

kematian.
a. Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin

memburuk setelah pemberian kloram fenikol selama 48 jam,

periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilin

ditambah gentamisin jika diduga suatu pneumonia

stafilokokus.

b. Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah

pemberian benzilpenisilin dalam 48 jam atau kondisinya

memburuk setelah pemberian benzipenisilin kemudian

periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol.

Jika anak masih menunjukkan tanda pneumonia setelah 10

hari pengobatan antibiotik maka cari penyebab pneumonia

persistensi.
c. Pneumonia: Coba untuk melihat kembali anak setelah

2 hari dan periksa adanya tanda-tanda perbaikan

(pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makan

membaik. Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak

dapat minum, terdapat penarikan dinding dada atau tanda

penyakit sangat berat maka lakukan kegiatan ini yaitu

rawat, obati sebagai pneumonia berat atau pneumonia

sangat berat. Jika anak tidak membaik sama sekali tetapi

tidak terdapat tanda pneumonia berat atau tanda lain

penyakit sangat berat, maka ganti antibiotik dan pantau

secara ketat.

Perawatan/pengobatandirumah:

Banyak istirahat.

Makan makanan bergizi untuk memperbaiki daya tahan

tubuh.

Jika terjadi demam, berikan kompres hangat dan banyak

minum. Untuk bayi tetap diberikan ASI, pilih pakaian yang

longgar / tipis, dan jika perlu diberikan parasetamol untuk

bayi.

Untuk bayi, bila hidung tersumbat (pilek) bersihkan lubang

hidung dari lendir.

Untuk disertai batuk, berikan obat batuk yang aman

ramuan tradisional misalnya perasan jeruk nipis di

tambahkan 2 sendok makan madu.


Bagian yang penting dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular adalah dengan memutus

rantai penularan. Pemutusan rantai penularan dapat

dilakukan dengan menghentikan kontak agen penyebab

penyakit dengan pejamu. Faktor pencegahan

menitikberatkan pada penanggulangan faktor risiko

penyakit seperti lingkungan dan perilaku (Widoyono,

2008). Pencegahan ISPA dapat dilaksanakan dengan upaya

peningkatan kesehatan meliputi kegiatan imunisasi agar

kekebalan tubuh balita meningkat, perbaikan gizi, dan

perbaikan lingkungan pemukiman menjadi lebih sehat agar

dapat memutuskan rantai penularan penyakit. Peranan

mayarakat sangat menentukan keberhasilan upaya

penanggulangan ISPA dan pneumonia. Masyarakat harus

memahami deteksi dini dan cara mendapatkan pertolongan

(Maryunani, 2010).

Bibit penyakit ISPA berupa jasad renik ditularkan melalaui

udara. Jasad renik yang berada di udara akan masuk ke

dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan menimbulkan

infeksi, penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita


yang kebetulan mengandung bibit penyakit, baik yang

sedang jatuh sakit maupun karier. Jika jasad renik bersal

dari tubuh manusia maka umumnya dikeluarkan melalui

sekresi saluran pernafasan dapat berupa saliva dan

sputum. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak

langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari

jasad renik (hand to hand transmission). Oleh Karena salah

satu penularan melalui udara yang tercemar dan masuk ke

dalam tubuh melalui saluran pernafasan , maka penyakit

ISPA termasuk golongan Air Borne Diseases.

HASIL NOTULEN

Moderator : Laila Maharani

Notulen : Miftahul Hasanah

Pertanyaan:
1. Bagainama cara yang bisa kita lakukan untuk

mencagah terjadinya ISPA? (oleh Enggli Aswadeya)


Jawab: Untuk mencagah terjadinya Ispa kita bisa

mencegahnya dengan cara tidak merokok, jika ada

orang yang merokok, sebaiknya kita

menghindarinya,karena asap rokok yang

dikeluarkannya akan terhirup oleh kita, serta kita juga

menjaga diri dari bayaha polusi, asap kendaraan,dan

lain sebagainya.
2. Jika kita terserang gejala ISPA, mksalnya demam,apa

yang bisa kita lakukan?(oleh Desi Ratna Sari)


Jawab: Jika kita telah terserang gejalanya seperti

demam,kita harus melihat kondisinya terlebih dahulu,

jika demamnya tidak terlalu parah,kita bisa

memberikan obat penurun panas,seperti bodrex untuk

anak-anak atau paracetamol, dan jika demamnya

tinggi segela bawa ke pelayanan kesehatan terdekat

untuk mendapatkan penanganan secepatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta

Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes gunawan.

Jakarta: EGC.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman

Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA). Jakarta. 1992

Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam


Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak. Continuing
Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980.

Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing


Education Anak. FK-UNAIR. 1980.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and

Children Volume II book 1 . USA: CV. Mosby-Year book.

Inc

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


Waktu Pertemuan : 20 menit

Tanggal : 22-oktober-2014

Tempat : Puskesmas Sijunjung

Sasaran : Pengunjung Puskesmas

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab

Presentator : Gita Rahmadani

TUJUAN

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Agar masyarakat terutama ibu - ibu mengetahui

tentang ISPA dan pencegahannya.

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan para

pengunjung puskesmas mampu :


a. Menjelaskan pengertian ISPA
b. Menjelaskan penyebab ISPA
c. Menjelaskan tanda dan gejala ISPA
d. Menjelaskan penanganan ISPA
e. Menjelaskan pencegahan ISPA

SUB POKOK BAHASAN

A. Pengertian ISPA
B. Penyebab ISPA
C. Tanda dan Gejala ISPA
D. Penggolongan Penyakit ISPA
E. Penanganan ISPA
F. Pencegahan ISPA

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN PESERTA


1 5 menit PEMBUKAAN

Mengucapakan Menjawab
Mendengarkan
salam
Mengemukakan
Memperkenalkan
pendapat
diri
Mendengarkan
Apersepsi
dan
Menjelaskan tujuan
memperhatikan
penyuluhan
2 10 KEGIATAN INTI

menit

Menjelaskan Memperhatikan

tentang pengertian

ISPA Mengajukan
Memberikan
pertanyaan
kesempatan

peserta untuk
Mendengarkan
bertanya.
Memperhatikan
Memberikan

reinforcement
Mengajukan
positif
pertanyaan
Menjelaskan
penyebab ISPA
Memberikan Mendengarkan

kesempatan
Memperhatikan
peserta untuk

bertanya.
Mengajukan

Memberikan pertanyaan

reinforcement

positif Mendengarkan
Menjelaskan Tanda
Memperhatikan
dan Gejala ISPA
Memberikan
Mengajukan
kesempatan
pertanyaan
peserta untuk
Mendengarkan
bertanya.
Memberikan
Memperhatikan
reinforcement
Mengajukan
positif
Menjelaskan pertanyaan

Penanganan ISPA
Memberikan
Mendengarkan
kesempatan

peserta untuk

bertanya.

Memberikan

reinforcement

positif
Menjelaskan
Pencegahan ISPA
Memberikan

kesempatan

peserta untuk

bertanya.

Memberikan

reinforcement

positif

3 5 menit PENUTUP

Bersama peserta Bersama-sama

menyimpulkan apa menyimpulkan.

yang telah
Menjawab
disampaikan
pertanyaan.
Evaluasi tentang

ISPA dengan

mengajukan
Memperhatiak dan
pertanyaan kepada
mendengarkan
peserta.
Menjawab salam
Melakukan

terminasi

Memberikan salam

untuk menutup

pertemuan.
METODE

1. Ceramah
2. Tanya jawab

MEDIA/ALAT BANTU

Leaflet
Laptop
Infokus
EVALUASI

PERTANYAAN ESSAY

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ISPA?


2. Jelaskan penyebab ISPA
3. Sebutkan tanda dan gejala ISPA
4. Jelaskan cara pencegahan ISPA
5. Sebutkan apa tanda tanda sehingga anak harus

dibawa ke pelayanan kesehatan.

PERTANYAAN OBJEKTIF

1. Infeksi saluran pernapasan disebabkan oleh..


a. Virus,bakteri
b. Jamur dan makanan sehat
c. Diare
d. Demam

2. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditimbulkan

oleh ISPA, kecuali..


a. Batuk
b. Pilek
c. Demam
d. Radang paru-paru

3. Bagaimana tanda anak yang terkena ISPA yang harus

dibawa ka pelayanan kesehatan, kecuali:


a. Muntah berulang ulang
b. Tubuh menjadi lemah dan tidak sadarkan diri
c. Demam tinggi
d. Riang

4. berikut ini adalah cara perawatan penyakit ISPA

antara lain adalah,,,,,


a. mengatasi demam
b. makan makanan yang berminyak
c. minum-minuman yang dingin
d. b dan c benar

5. Berikut adalah akibat lanjut dari infeksi saluran

pernapasan akut,kecuali....
a. Radang tenggorokan
b. Radang paru-paru
c. Kematian
d. Semau jawaban salah

6. Bagaimana pencagahan yang dapat dilakukan untuk

tidak terkena penyakit ISPA?


a. Makan-makanan yang bergizi
b. Polusi udara
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
d. A dan c benar

7. Berikut ini adalah virus yang menyebabkan

ISPA,kecuali,,,,
a. Influenza,
b. adenovirus,
c. sitomegalovirus.
d. Diplococcus pneumuniae

8. Siapa yang rentan terserang penyakit ISPA?kecuali,,,


a. Sistem Imun yang rendah
b. Anak-anak
c. Orang tua
d. A,b,dan c salah

9. Apakah komplikasi yang dapat terjadi akibat ISPA?


a. Penyebaran infeksi
b. Sinusitis paranasal
c. Demam
d. Penutupan tuba eusthachii
10. Bagaimana anak yang terserang penyakit

ISPA?
a. Tampak lamas
b. Ceria
c. Mata kuning
d. Semua salah

Kunci jawaban

Essay
1. ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi

yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan

baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasad

remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau

disetai radang dari parenkim. ( Whaley dan Wong,

2000 ).
ISPA adalah infeksi yang terjadi pada saluran nafas

atas, termasuk didalamnya adalah hidung dan

tenggorokan.
2. ISPA disebabkan oleh masuknya kuman

(Pneumococcus, virus Influenza, dll) ke saluran nafas

atas melalui udara yang dihirup. Virus penyebabnya

antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus

yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa

yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada

saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan

hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut

menyerang anak anak di bawah usia 2 tahun yang

kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna.


3. Gejala ISPA :
1.Demam,

2. Meningismus,
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang

mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan

bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat

tetapi juga bisa selama bayi tersebut

mengalamisakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi

mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat

infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin

disebabkan karena adanya lymphadenitis

mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran

nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh

karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya

infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini

merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi

saluran pernafasan.

4. Pencegahan yang dapat dilakukan


Makan makanan yang bergizi
Hindari tempat ramai bila sedang terjadi wabah

batuk, pilek.
Menutup mulut bila batuk
Immunisasi.
Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

Yang perlu diperhatikan dalam merawat anggota

keluarga yang sakit ISPA :

1. Pemberian ASI jangan dihentikan bila anak masih

menyusui.

2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

3. Memasak makanan dengan cara yang benar.

4. Memberi makanan yang bergizi dan seimbang.

5. Gunakan sapu tangan khusus untuk penderita

atau tissue sekali pakai sewaktu membuang ingus.

6. Menutup mulut saat batuk.

5. Gejala ISPA pada anak-anak :


a. Batuk
b. Pilek
c. Hidung tersumbat atau bersin-bersin
d. Nyeri tenggorokan / nyeri sewaktu menelan
e. Suara serak
f. Demam
g. Sakit kepala, badan pegal-pegal atau nyeri sendi
h. Lesu, lemas
i. Sesak nafas
j. Frekuensi nafas cepat

OBJEKTIF
1. A
2. D
3. D
4. A
5. D
6. D
7. D
8. D
9. C
10.A

Anda mungkin juga menyukai