SUPERVISI
Angkatan B18
Kelas AJ 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
mengerti tentang model supervisi yang ada, serta prinsip penerapannya dalam
sistem manajemen keperawatan secara baik dan benar.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep dan penerapan supervisi dalam
keperawatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian supervisi keperawatan
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan supervisi keperawatan
3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat supervisi keperawatan
4. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah supervisi keperawatan
5. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip supervisi keperawatan
6. Mahasiswa dapat mengetahui peran dan fungsi supervisi keperawatan
7. Mahasiswa dapat mengetahui teknik supervisi keperawatan
8. Mahasiswa dapat mengetahui alur supervisi keperawatan
9. Mahasiswa dapat mengetahui pelaksana dan sasaran supervisi keperawatan
10. Mahasiswa dapat mengetahui frekuensi supervisi keperawatan
11. Mahasiswa dapat mengetahui model-model supervisi keperawatan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif
(Huber, 2000 dalam Nursalam 2014).
5
2. Kedua, supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para
pelaksana kegiatan.
3. Ketiga, hasil supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau
petunjuk pelaksanaan pelayanan layanan professional kepada
pelaksana kegiatan.
6
beberapa hal yang kritik perbaikan
memerlukan pembinaan.
3. Supervisor memanggil
Perawat Primer dan
Perawat Associste untuk
mengadakan pembinaan
dan klarifikasi
permasalahan.
Post Supervisi 1. Pelaksanaan supervisi 1. Mendengarkan
dengan inspeksi, penjelasan supervisor
wawancara, dan dengan baik
2. Menerima hasil
memvalidasi
Supervisor mengklarifikasi penilaian dari
permasalahan yang ada supervisor
Supervisor melakukan 3. Memberi penjelasan
tanya jawab dengan terkait dengan hasil
perawat evaluasi dari supervisor
2. Supervisor memberikan 4. Menerima konsekuensi
penilaian supervise (F-Fair) sesuai solusi yang
3. Supervisor memberikan
ditawarkan
feedback dan klarifikasi
(sesuai hasil laporan
supervise)
4. Supervisor memberikan
reinforcement dan follow up
perbaikan
5. Melakukan dokumentasi
hasil supervisi
7
Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follow-up adalah
intervensi jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode
dari penyakit akut dan long-term follow-up diberikan pada pasien
mendapatkan intervensi jangka panjang atau tindak lanjut, rencana individual
lebih formal dapat dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya untuk
memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen and Toni,
2005).
Menurut Ali Zaidin dalam Nursalam tahun 2014, teknik atau metode
dalam melaksanankan pengawasan adalah bertahap, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Langkah I : mengadakan persiapan pengawasan
a. Menentukan tujuan
b. Menentuakan metoda pengawasan yang tepat
c. Menentukan standart/kriteria pengukuran
2. Langkah II : menjalankan pengawasan
Terdiri dari tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, dimana rencana
pengawasan harus memuat sistem pengawasan, standart yang dipakai
dan cara pelaksanaan.
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem,
yaitu:
1) System preventif, dilaksanankan sebelum suatu usaha dilakukan.
2) System represif, dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,
misalnya yang diberikan laporan-laporan kegiatan.
3) System verifikatif, pemeriksa secara terperinci dengan memberikan
laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi
dalam pelaksanaan rencana.
4) System inspektif, yaitu usaha sistem pengawasan dengan
mengadakan pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan
mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya.
5) System inventigatif, yaitu suatu pengawasan dengan ganjalan
mengadakan penelitian, penyelidikan untuk mengetahui kesalahan
dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri dari
inspektif dan verifikatif.
8
6) Kombinasi system preventif dan represif yaitu suatu system
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun
sesudah usaha tersebut berjalan.
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawas
Penilaian adalah suatu proses penetapan secara sistematis tentang
nilai, tujuan, efektifitas, atau kecocokan suatu sesuai dengan kriteria
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau
informasi yang telah diperlukan sebagai masukan untuk mengambil
keputusan (Huber 2000 dalam Nursalam 2014).
Menurut Huber (2000) dalam Nursalam (2014), evaluasi dilakukan
sejak perencanaan program, berkaitan dengan dimensi kualitatif
tentang efektifitas program, mengarah pada upaya menyiapkan bahan
masukan untuk mengambil keputusan tentang ketepatan, perbaikan
perluasan, atau pengembangan program, terkait dengan pengambilan
keputusan tentang penyusunan rancanagn dan isi program.
3. Langkah III : memperbaiki penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang
kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih
efisien.Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah
yang timbul dicarikan pemecahannya serta memcegah membuat masalah
pada waktu mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan
melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi
Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang
benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan.Pengumpulan informasi yang dianggap efektif adalah
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan
pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah
Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam
langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian
dengan atau penyimpanagan menyebabkan adanya jarak(perbedaan)
antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang
9
benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan inilah yang
disebut masalah.
c. Menganalisis masalah
Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui jenis-jenis masalah dan
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.Faktor-faktor
mungkin datang dari para pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan,
fasilitas, biaya, proses, waktu, kondisi lingkungan.Disamping faktor
penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul.Hasil analisis ini
penting untuk diperhatikan dalam upaya pemecahan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternative pemecahan masalah
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi
alternative upaya yang dapat dipertimbangkan untuk memcahkan
masalah. Alternative ini disusun setelah memperhatikan sumber-
sumber pendukung dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui
dalam upaya pemecahan masalah. Kegiatan selanjutnya adalah
menetapkan prioritas upaya pencegahan masalah yang dipilih dari
alternative yang tersedia.
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah
Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina baik secara
langsung maupun tidak secara langsung.
Pembinaan secara langsung dapat dibagi dua macam.
1. Pembinaan individual (perorangan)
Yaitu pembinaan yang dilakukan seseorang pelaksana kegiatan.
Cara ini dapat dilakukan apabila pihak yang dibina mempunyai
beraneka ragam kegiatan atau memerlukan pembinaan bervariasi.
2. Pembinaan kelompok
Pihak supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara
kelompok.Pembinaan ini dapat dilakukan apabila para pelaksana
kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan atau
kesamaan permasalahan yang dihadapi.Pembinaan kelompok dapat
menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam pembinaan antara lain ; diskusi, penataran, rapat
kerja, demonstrans, lokakarya.
Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh
pejabat dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus
10
yang diberikan tugas pembinaan. Sementara itu, yang melalui
media tertulis antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam
bentuk pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan korespondensi.
Teknik-teknik pembinan tidak langsung mencakup kegiatan
memberikan petunjuk, pedoman, dan informasi kepada pihak yang
dibina tentang kegiatan yang harus dikerjakan. Alat atau media
yang digunakan mancakup media tertulis, seperti surat-menyurat
atau media cetak (lembaran pedoman, brosur, dan bulletin).
11
1. Manajemen pelayanan keperawatan
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan,
dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yg tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk perencanaan
anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu
saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat
dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.
(Nursalam, 2014)
12
d. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
e. Pengelola logistik dan obat
f. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatanh klien
g. Pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, yaitu supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan
balik. Proses supervisi meliputi:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforcement, dan petunjuk
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dengan
memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement Pada Aspek Yang
Positif Sangat Penting Dilakukan Oleh Supervisor.
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
1) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas
sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana
supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail.
Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya
ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja
(selective supervision).
2) Objektivitas pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi
dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang
seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan
dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa
adanya.
3) Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering
menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa
13
takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran
pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau
kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan
pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif,
bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
b. Tidak Langsung
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan
terjadinya kesenjangan fakta.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan
Kepala melihat
Bidang hasil
Perawatan
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah
Kepala sakit
per IRNA
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
5) Memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan
6) Tertulis
Menetapkan pada perawat
kegiatan yang mendokumentasikan
dan tujuan serta instrumen/ alat ukur
7) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
8) Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
Menilai
PRA kinerja perawat : responsibility-accountability-Authorithy (R-A-A)
Kepala Ruangan
PP 1 PP 2
PELAKSANAAN
PEMBINAAN (3-F) PA PA
Penyampaian penilaian (fair)
Feed back (Umpan balik) Supervis
Follow up (tindak lanjut). Pemecahan masalah dan reward i
14 pelayanan
Kinerja perawatan dan kualitas
POST
Keterangan Supervisi
Wewenang
15
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan
selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
bawahan supervisi
Dari karakteristik tersebut, maka untuk dapat menjadi pelaksana superisi
yang baik manajer perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bersifat
khusus. Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal yang banyak,
termasuk bekal melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan dan
juga kepemimpinan.
Pelaksana supervisi antara lain :
1) Kepala ruangan
a. Bertanggung jawab dalam supervise pelayanan keperawatan kepada
klien di ruang perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang di delegasikan
2) Pengawas keperawatan, bertanggung jawab dalam supervise pelayanan
kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya.
3) Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung (Nursalam,
2014).
2. Sasaran Supervisi
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai supervise langsung.
Sedangkan sasaran bawahan yang melakukan pekerjaan disebut sebagai
superviai tak langsung (Nursalam, 2014).
16
dilakukan tergantung tergantung pada derajat kesulitan pekerjaan yang
dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2014), ketika melakukan supervise yang tepat, harus
dapat menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervise dan
bantuan. Penting atau tidaknya supervise/control tergantung bagaimana staf
melihatnya, yaitu:
1. Overcontrol
Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan.
Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2. Undercontrol
Kontrol yang kurang mengakibatkan staf tidak produktif dalam
melaksanakan tugas yang dilimpahkan dan akan berdampak secara
signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak pada
pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat dihindari.
Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berfikir dan
melaksanakan tugas tersebut.
17
menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik
dan bimbingan.
3. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat.Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan
saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From Essentials
to Advanced Practice Applications 4th edition. Missouri: Elsevier Mosb
19
Wibowo, Putra. 2013. Skripsi : Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang
dengan Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman
20