Anda di halaman 1dari 20

MANAGEMEN KEPERAWATAN

SUPERVISI

Disusun oleh : Kelompok 2

Rizki Eko Wicaksono 131411123021


Nur Khriesna Habita 131411123040
Rihmaningtyas 131511123015
Dzikrey 131511123017
Mulyana 131511123019
Hardiansyah 131511123021
Leni Anitasari 131511123059
Triana Ramadhani Putri 131511123063
Bellani Octadiary 131511123089
Denny Purwawardana 131511123091

Angkatan B18
Kelas AJ 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan rumah sakit yang baik membutuhkan berbagai sumber daya
yang diatur dengan proses manajemen. Menurut Gillies (2000) manajemen
keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan, melalui
upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan
dan rasa aman bagi pasien, keluarga, dan masyarakat (Koeswandari, 2011).
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan dari tugas kegiatan yang telah
ditetapkan oleh suatu institusi, maka diperlukan proses kegiatan pemberian
dukungan sumber-sumber (resources) yang dibutuhkan. Wiyana (2008)
mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang terencana seorang manajer
melalui aktivitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi, dan evaluasi
pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari.

Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan


peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif
(Huber, 2000 dalam Nursalam 2014). Selain itu, dengan disahkannya
Undang-Undang Keperawatan secara tidak langsung menuntut profesi
keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Apalagi di era
globalisasi seperti ini tuntutan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
sangat dibutuhkan.

Menurut penelitian tentang pelaksaan superisi keperawatan dalam


persepektif perawat pelaksana di rumah sakit paru dr. Ario Wirawan Salatiga
yang dilakukan oleh Sugiyarto (2016), sebanyak 68,8% responden
menyatakan superisi dilakukan cukup baik. Walaupun begitu, masih perlu
pengupayaan agar pelayanan di rumah sakit mencapai kualitas yang optimal.

Dengan semakin tingginya tuntutan perbaikan kualitas pelayanan


keperawatan dan kondisi ketidakjelasaan model supervisi di Indonesia, maka
sebagai calon perawat di masa depan kita perlu untuk memahami dan

2
mengerti tentang model supervisi yang ada, serta prinsip penerapannya dalam
sistem manajemen keperawatan secara baik dan benar.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat


makalah yang berjudul Supervisi Keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian supervisi keperawatan?
1.2.2 Apa tujuan supervisi keperawatan?
1.2.3 Apa manfaat supervisi keperawatan?
1.2.4 Bagaimana langkah-langkah supervisi keperawatan?
1.2.5 Bagaimana prinsip- prinsip supervisi keperawatan?
1.2.6 Apa peran dan fungsi supervisi keperawatan?
1.2.7 Bagaimana teknik supervisi keperawatan ?
1.2.8 Bagaimana alur dari supervisi keperawatan?
1.2.9 Siapa pelaksana dan sasaran supervisi keperawatan?
1.2.10 Bagaimana frekuensi supervisi keperawatan
1.2.11 Bagaimana model-model supervisi keperawatan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui konsep dan penerapan supervisi dalam
keperawatan
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian supervisi keperawatan
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan supervisi keperawatan
3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat supervisi keperawatan
4. Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah supervisi keperawatan
5. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip supervisi keperawatan
6. Mahasiswa dapat mengetahui peran dan fungsi supervisi keperawatan
7. Mahasiswa dapat mengetahui teknik supervisi keperawatan
8. Mahasiswa dapat mengetahui alur supervisi keperawatan
9. Mahasiswa dapat mengetahui pelaksana dan sasaran supervisi keperawatan
10. Mahasiswa dapat mengetahui frekuensi supervisi keperawatan
11. Mahasiswa dapat mengetahui model-model supervisi keperawatan

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Supervisi


Supervisi berasal dari bahasa Inggris: supervision. Super diartikan
sebagai sifat lebih, hebat, istimewa, dan sebagainya. Sementara vision adalah
visi atau seni melihat sesuatu atau juga melihat tingkah, ulah, dan kerja orang
lain. Dari pernytaan ini dapat dipahami bahwa supervisi adalah tindakan
melihat atau mengawasi pekerjaan orang lain (Sindu Mulianto, 2006).

4
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan
peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat
melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif
(Huber, 2000 dalam Nursalam 2014).

Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang


dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah
pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien
mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2014).

Supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer


melalui aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi
pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani,
2006).

2.2 Manfaat Supervisi


Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat
dibedakan atas dua macam:

1. Meningkatkan efektifitas kerja


Peningkatan efektivitas kerja ini erat hubungannya dengan makin
meningjatnya pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubugan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
atasan dengan bawahan.
2. Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin
berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan
dapat dicegah.
Supervisi mempunyai tiga kegunaan menurut Nursalam (2014), yaitu
sebagai berikut:
1. Pertama, supervisi berguna untuk meningkatkan kemampuan
supervisor dalam memberikan layanan kepada para pelaksana
kegiatan (perawat). Kemantapan kemampuan akan dialami apabila
supervisor sering melakukan supervisi.

5
2. Kedua, supervisi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para
pelaksana kegiatan.
3. Ketiga, hasil supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau
petunjuk pelaksanaan pelayanan layanan professional kepada
pelaksana kegiatan.

2.3 Tujuan Supervisi


Tujuan Supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik
Tujuan dari pengawasan atau supervisi adalah sebagai berikut (Nursalam,
2014) :
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dan dalam tempo yang telah diberikan.
2. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan
atas staff yang berprestasi
3. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan para petugas
4. Memungkinkan manajemen mengetahui bahwa sumber daya telah
dipergunakan dengan baik
5. Memungkinkan manajemen mengetahui penyebab kekurangan pada
kinerja.
2.4 Langkah-langkah Supervisi
Tahap Kegiatan Supervisor Yang Disupervisi

Pra Supervisi 1. Supervisor menetapkan 1. Menerima penjelasan


kegiatan yang akan terkait kegiatan dan
disupervisi. tujuan supervisi
2. Supervisor menetapkan 2. Mempersiapkan diri
tujuan terhadap kegiatan
supervisi yang akan
dilakukan.
Supervisi 1. Supervisor menilai kinerja 1. Mempersiapkan
perawat berdasarkan alat kebutuhan supervisi
ukur atau instrumen yang sesuai dengan tindakan
telah disiapkan. yang akan dilakukan
2. Supervisor mendapat 2. Menerima saran dan

6
beberapa hal yang kritik perbaikan
memerlukan pembinaan.
3. Supervisor memanggil
Perawat Primer dan
Perawat Associste untuk
mengadakan pembinaan
dan klarifikasi
permasalahan.
Post Supervisi 1. Pelaksanaan supervisi 1. Mendengarkan
dengan inspeksi, penjelasan supervisor
wawancara, dan dengan baik
2. Menerima hasil
memvalidasi
Supervisor mengklarifikasi penilaian dari
permasalahan yang ada supervisor
Supervisor melakukan 3. Memberi penjelasan
tanya jawab dengan terkait dengan hasil
perawat evaluasi dari supervisor
2. Supervisor memberikan 4. Menerima konsekuensi
penilaian supervise (F-Fair) sesuai solusi yang
3. Supervisor memberikan
ditawarkan
feedback dan klarifikasi
(sesuai hasil laporan
supervise)
4. Supervisor memberikan
reinforcement dan follow up
perbaikan
5. Melakukan dokumentasi
hasil supervisi

Terdapat dua reinforcement yaitu reinforcement positif atau reward


diberikan pada yang melakukan perilaku positif atau diinginkan mendapatkan
penghargaan sehingga dapat meningkatkan kekuatan respon atau merangsang
pengulangan perilakunya. Ke dua reinforcement negative atau hukuman
adalah situasi yang terjadi ketika perilaku yang diinginkan terjadi untuk
menghindari konsekuensi negative dari hukuman (Roussel et al, 2003)

7
Ada dua follow up perbaikan yaitu short-term follow-up adalah
intervensi jangka pendek melibatkan pasien setelah melalui sebuah episode
dari penyakit akut dan long-term follow-up diberikan pada pasien
mendapatkan intervensi jangka panjang atau tindak lanjut, rencana individual
lebih formal dapat dilakukan bersama dengan orang-orang di sekitarnya untuk
memperluas pemantauan dan mengulangi perilaku positif. (Cohen and Toni,
2005).

Menurut Ali Zaidin dalam Nursalam tahun 2014, teknik atau metode
dalam melaksanankan pengawasan adalah bertahap, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Langkah I : mengadakan persiapan pengawasan
a. Menentukan tujuan
b. Menentuakan metoda pengawasan yang tepat
c. Menentukan standart/kriteria pengukuran
2. Langkah II : menjalankan pengawasan
Terdiri dari tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Membuat dan menentukan rencana pengawasan, dimana rencana
pengawasan harus memuat sistem pengawasan, standart yang dipakai
dan cara pelaksanaan.
b. Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai sistem,
yaitu:
1) System preventif, dilaksanankan sebelum suatu usaha dilakukan.
2) System represif, dilaksanakan setelah suatu usaha dilakukan,
misalnya yang diberikan laporan-laporan kegiatan.
3) System verifikatif, pemeriksa secara terperinci dengan memberikan
laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi
dalam pelaksanaan rencana.
4) System inspektif, yaitu usaha sistem pengawasan dengan
mengadakan pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan
mengetahui sendiri keadaan yang sebenarnya.
5) System inventigatif, yaitu suatu pengawasan dengan ganjalan
mengadakan penelitian, penyelidikan untuk mengetahui kesalahan
dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri dari
inspektif dan verifikatif.

8
6) Kombinasi system preventif dan represif yaitu suatu system
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun
sesudah usaha tersebut berjalan.
c. Penilaian dari pelaksanaan pengawas
Penilaian adalah suatu proses penetapan secara sistematis tentang
nilai, tujuan, efektifitas, atau kecocokan suatu sesuai dengan kriteria
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan,
mengolah, menganalisis, mendeskripsikan, dan menyajikan data atau
informasi yang telah diperlukan sebagai masukan untuk mengambil
keputusan (Huber 2000 dalam Nursalam 2014).
Menurut Huber (2000) dalam Nursalam (2014), evaluasi dilakukan
sejak perencanaan program, berkaitan dengan dimensi kualitatif
tentang efektifitas program, mengarah pada upaya menyiapkan bahan
masukan untuk mengambil keputusan tentang ketepatan, perbaikan
perluasan, atau pengembangan program, terkait dengan pengambilan
keputusan tentang penyusunan rancanagn dan isi program.
3. Langkah III : memperbaiki penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang
kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan lebih
efisien.Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah
yang timbul dicarikan pemecahannya serta memcegah membuat masalah
pada waktu mendatang. Pembinaan yang efektif dapat digambarkan
melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima langkah ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi
Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang
benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah
ditetapkan.Pengumpulan informasi yang dianggap efektif adalah
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan menggunakan
pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah
Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam
langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian
dengan atau penyimpanagan menyebabkan adanya jarak(perbedaan)
antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang

9
benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan inilah yang
disebut masalah.
c. Menganalisis masalah
Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui jenis-jenis masalah dan
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.Faktor-faktor
mungkin datang dari para pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan,
fasilitas, biaya, proses, waktu, kondisi lingkungan.Disamping faktor
penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul.Hasil analisis ini
penting untuk diperhatikan dalam upaya pemecahan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternative pemecahan masalah
Kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi
alternative upaya yang dapat dipertimbangkan untuk memcahkan
masalah. Alternative ini disusun setelah memperhatikan sumber-
sumber pendukung dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui
dalam upaya pemecahan masalah. Kegiatan selanjutnya adalah
menetapkan prioritas upaya pencegahan masalah yang dipilih dari
alternative yang tersedia.
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah
Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina baik secara
langsung maupun tidak secara langsung.
Pembinaan secara langsung dapat dibagi dua macam.
1. Pembinaan individual (perorangan)
Yaitu pembinaan yang dilakukan seseorang pelaksana kegiatan.
Cara ini dapat dilakukan apabila pihak yang dibina mempunyai
beraneka ragam kegiatan atau memerlukan pembinaan bervariasi.
2. Pembinaan kelompok
Pihak supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara
kelompok.Pembinaan ini dapat dilakukan apabila para pelaksana
kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan atau
kesamaan permasalahan yang dihadapi.Pembinaan kelompok dapat
menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam pembinaan antara lain ; diskusi, penataran, rapat
kerja, demonstrans, lokakarya.
Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh
pejabat dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus

10
yang diberikan tugas pembinaan. Sementara itu, yang melalui
media tertulis antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam
bentuk pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan korespondensi.
Teknik-teknik pembinan tidak langsung mencakup kegiatan
memberikan petunjuk, pedoman, dan informasi kepada pihak yang
dibina tentang kegiatan yang harus dikerjakan. Alat atau media
yang digunakan mancakup media tertulis, seperti surat-menyurat
atau media cetak (lembaran pedoman, brosur, dan bulletin).

2.5 Prinsip Supervisi


Terdapat beberapa prinsip supervisi menurut Nursalam (2014), yaitu :

1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi


2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen,
ketrampilan hubungan antarmanusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
3. Faktor supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar
4. Supervisi merupakan proses kerjasama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas, dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.

2.6 Peran dan Fungsi Supervisi


Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya yang
tersedia, dengan lingkup tanggung antara lain:

11
1. Manajemen pelayanan keperawatan
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan.
c. Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan, kerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2. Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan,
dan pengembangan. Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana
tahunan yg tersedia, mengembangkan tujuan unit yang dapat
dicapai sesuai tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk perencanaan
anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi proyeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu
saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan agar dapat
dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan
kesenjangan dalam pelayanan keperawatan.

(Nursalam, 2014)

2.7 Teknik Supervisi


1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen kelompok, yaitu:
a. Standar asuhan keperawatan sebagai acuan
b. Fakta pelaksanaan praktek keperawatan sebagai pembanding untuk
pencapaian/kesenjangan
c. Tindak lanjut yaitu sebagai upaya mempertahankan kualitas atau
memperbaiki.
2. Area supervisi
a. Pengetahuan dan pengertian tentang tugas yang akan dilaksanakan
b. Keterampilan yang dilakukan sesuai standar
c. Sikap serta penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan
empati
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif, sikap dan
perilaku, yang meliputi:
a. Kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada
klien
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan
c. Penerimaan pasien baru

12
d. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang
e. Pengelola logistik dan obat
f. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatanh klien
g. Pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut.
a. Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang
berlangsung, yaitu supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan
balik. Proses supervisi meliputi:
1) Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor
2) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforcement, dan petunjuk
3) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dengan
memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement Pada Aspek Yang
Positif Sangat Penting Dilakukan Oleh Supervisor.
Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Untuk itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.
1) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas
sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana
supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail.
Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya
ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja
(selective supervision).
2) Objektivitas pengamatan langsung yang tidak terstandardisasi
dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang
seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan
dengan suatu daftar isi yang telah dipersiapkan. Daftar tersebut
dipersiapkan untuk setiap pengamatan secara lengkap dan apa
adanya.
3) Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering
menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa

13
takut dan tidak senang, atau kesan menggangagu kelancaran
pekerjaan. Untuk mengecek keadaan ini pengamatan langsung
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau
kesan negatif tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan
pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif,
bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.
b. Tidak Langsung
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui
laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat
langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan
terjadinya kesenjangan fakta.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung.
1) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan
Kepala melihat
Bidang hasil
Perawatan
dokumentasi pada buku rekam medik perawat.
2) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.
3) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar
dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah
Kepala sakit
per IRNA
4) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan
5) Memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan
6) Tertulis
Menetapkan pada perawat
kegiatan yang mendokumentasikan
dan tujuan serta instrumen/ alat ukur
7) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap
8) Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

2.8 Alur Supervisi

Menilai
PRA kinerja perawat : responsibility-accountability-Authorithy (R-A-A)
Kepala Ruangan

PP 1 PP 2

PELAKSANAAN
PEMBINAAN (3-F) PA PA
Penyampaian penilaian (fair)
Feed back (Umpan balik) Supervis
Follow up (tindak lanjut). Pemecahan masalah dan reward i

14 pelayanan
Kinerja perawatan dan kualitas
POST

Keterangan Supervisi

Wewenang

2.9 Pelaksana dan Sasaran Supervisi


1. Pelaksana Supervisi
Pelaksana supervisi adalah atasan yang memiliki kelebihan dalam
berorganisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya dari aspek status dan
kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan ketrampilan. Berdasarkan hal
tersebut serta prinsip prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik, ada beberapa syarat atau karakteristik
yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi (supervisor). Karakteristik yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang di
supervisi atau apabila hal ini tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus
dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yag akan disupervisi

15
3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi
artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan
otoriter
5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan
selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku
bawahan supervisi
Dari karakteristik tersebut, maka untuk dapat menjadi pelaksana superisi
yang baik manajer perlu mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bersifat
khusus. Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal yang banyak,
termasuk bekal melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan dan
juga kepemimpinan.
Pelaksana supervisi antara lain :
1) Kepala ruangan
a. Bertanggung jawab dalam supervise pelayanan keperawatan kepada
klien di ruang perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik
keperawatan di ruang perawatan sesuai dengan yang di delegasikan
2) Pengawas keperawatan, bertanggung jawab dalam supervise pelayanan
kepada kepala ruangan yang ada di instalasinya.
3) Kepala seksi keperawatan, mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas
secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung (Nursalam,
2014).
2. Sasaran Supervisi
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai supervise langsung.
Sedangkan sasaran bawahan yang melakukan pekerjaan disebut sebagai
superviai tak langsung (Nursalam, 2014).

2.10 Frekuensi Supervisi


Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda, supervisi
yang dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman
yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang

16
dilakukan tergantung tergantung pada derajat kesulitan pekerjaan yang
dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2014), ketika melakukan supervise yang tepat, harus
dapat menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervise dan
bantuan. Penting atau tidaknya supervise/control tergantung bagaimana staf
melihatnya, yaitu:
1. Overcontrol
Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan.
Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2. Undercontrol
Kontrol yang kurang mengakibatkan staf tidak produktif dalam
melaksanakan tugas yang dilimpahkan dan akan berdampak secara
signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak pada
pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat dihindari.
Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berfikir dan
melaksanakan tugas tersebut.

2.11 Model-model Supervisi


Menurut Sutanto (2008) model supervisi keperawatan yang dapat
diterapkan dalam kegiatan supervisi yaitu:
1. Model konvensional
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk
menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuahan
keperawatan.Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan
memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil
karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif,
hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan
2. Model ilmiah
Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan
sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena
itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik
sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan
dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku,

17
menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik
dan bimbingan.
3. Model klinis
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana
dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan
kinerjanya dalam pemberian asuahn keperawatan meningkat.Supervisi
dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan
yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan
standar keperawatan.
4. Model artistic
Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat
pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan
saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Cohen L. Elaine, Toni G. Cesta. 2005. Nursing Case Management From Essentials
to Advanced Practice Applications 4th edition. Missouri: Elsevier Mosb

Gillies. 2000. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem Edisi Kedua.


Philadelphia: W.B Saunders.

Koeswandari, Retno. 2011. Tesis : Pengaruh Penerapan Sistem Informasi


Supervisi Keperawatan Berbasis Komputerisasi Terhadap Kualitas
Informasi dan Kepuasan Pengguna Informasi Supervisi Keperawatan Di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Jakarta: Universitas Indonesia

Mulianto, Sindu dkk. 2006. Panduan Lengkap Supervisi Diperkaya Perspektif


Syariah. Elex Media Komputindo: Jakarta

Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Professional. Jakarta: Salemba Medika

Roussel, Linda A, Russel C. swansburg, Richard J. Swanburg. 2003. Management


and Leadership for Nurse Administrator 4th edition. Toronto: Jones and
Barlett Publishers.

Sugiyarto, Edi. 2016. Skripsi: Gambaran Pelaksanaan Superisi Keperawatan


Dalam Perspektif Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sutanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah


Sakit. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Suarli, S & Bachtiar. 2009. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik.


Jakarta: Penerbit Erlangga

Swansburg, R. C. 2001. Pengembangan Staf Keperawatan. Jakarta: EGC

19
Wibowo, Putra. 2013. Skripsi : Hubungan Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruang
dengan Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit Tentara Wijayakusuma Purwokerto. Purwokerto:
Universitas Jenderal Soedirman

Wiyana. 2008. Supervisi dalam Keperawatan.


(http://www.akpermadiun.ac.id/index.php?link=artikeldtl.php&id=3),
diakses tanggal 16 Sepetember 2016, pukul 13.20)

20

Anda mungkin juga menyukai