TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Pendahuluan
saraf perifer, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran napas
bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis, kecuali
di dunia setelah India dan Brazil. Penyakit kusta merupakan masalah nasional
nya masih tinggi. Data dari Pusat Data dan Informasi mengenai Profil
1.2. Definisi
Kusta adalah penyakit infeksi granulomatous kronik yang disebabkan
sebagai afinitas pertama, namun dapat juga terjadi pada kulit dan mukosa
traktus respiratorius bagian atas, dan organ-organ lain kecuali susunan saraf
pusat.1
1.3. Sinonim
1.4. Etiologi
obligat intrasel, aerob, tidak dapat dibiakkan secara in vitro, berbentuk basil
alkohol2. Kuman ini memunyai afinitas terhadap makrofag dan sel Schwann,
kematian akson.2
30C, tidak dapat dikultur secara in vitro, menginfeksi kulit dan sistem
saraf kutan. Tumbuh dengan baik pada jaringan yang lebih dingin (kulit,
sistem saraf perifer, hidung, cuping telinga, anterior chamber of eye, saluran
napas atas, kaki, dan testis), dan tidak mengenai area yang hangat (aksila,
1.5. Epidemiologi
prevalensi kusta di akhir tahun 2015 sebanyak 176.176 kasus (0,2 kasus per
10.000 penduduk). Kasus baru di tahun 2015 mencapai 211.973 (2,9 kasus
dari india. 86% penyakit kusta berasal dari enam negara (India, Brazil,
perbandingan 2:1, dengan insidensi usia puncak 10-20 tahun dan 30-50
tahun, jarang terjadi pada bayi. Faktor predisposisinya adalah penduduk pada
area yang endemik, memiliki kerentanan lepra dalam darah, dan kemiskinan
(malnutrisi).4
1.6. Patogenesis
bakteri.
2 Tingkat luasnya infeksi dan multifikasi bakteri. Pada lepromatous leprosi,
penyebaran secara hematogen telah terjadi. Basil menyebar mulai dari lokasi
superfisial, termasuk mata, mukosa saluran pernafasan bagian atas, testis,
otot- otot halus, tulang pada tangan, kaki dan wajah, dan juga persarafan
penyebarannya pada wilayah yang tidak luas dan basil tidak dapat dengan
mudah ditemukan.
3 Kerusakan jaringan yang diakibatkan proses imunologis : reaksi kusta Pada
adanya imun komplek deposisi dan sering terjadi pada pasien type BL dan
lesi kulit, serabut saraf sensorik dan otonom yang mensuplai dermal serta
pada area lesi. Ujung saraf perifer rentan karena letak mereka di superfisial
ataupun pada fibro-osseus tunnel. Karena hal ini, peningkatan diameter dari
dan kontraktur serta disfungsi autonomik. Hal ini akan memudahkan terjadinya
nekrosis jaringan karena trauma yang terjadi terus-menerus yang akan menjadi
apakah pasien memang benar meiliki factor resiko terkena kusta atau
antara lain adanya keluhan rasa tebal pada titi-titik saraf tertentu, hidung
tersumbat, gejala pada mata, dan hilangnya dorongan seksual pada pria
dewasa muda.8
1.7.1.
Lesi Kulit
rasa pada kulit atau pada lesi kulit yang terlihat. Terutama
perineurovascular7,8.
Spektrum Granulomatosa.
Ridley dan Jopling mendeskripsikan spektrum
LP.2,7,8
Tuberkuloid Leprosy
tepi yang terjadi berupa rasa tebal pada lesi, hal ini
Lepromatosa leprosy
Manifestasi klinis pertama biasanya hanya sebatas
yang menyebar.7,8
Gambaran makula berdiameter kecil, multiple,
tidak terganggu.7,8
Lesi mukosa mulut terjadi bentukan papula pada
dan rapuh.
Jika pasien tetap tidak mendapatkan pengobatan,
kulit pada dahi akan menebal (facies leonina), alis dan bulu
mata menjadi menipis atau hilang (madarosis), cuping
gigi seri bagian atas mudah tanggal. Kulit kaki menebal dan
dan ginekomastia.7,8
Lepromatous leprosy (LL). Forearm of an Lepromatous leprosy (LL). Face of an Ethiopian child
English man showing erythematous macules showing typical pattern of late lepromatous infi
and infi ltration, which characterize a relapse
ltration. Note the collapsed nasal bridge and the inf
of dapsone-resistant lepromatous leprosy. ltration of the tongue.
Borderline Leprosy
Tipe lesi Borderline memiliki gambaran seperti
cirri khas dari tipe ini. Pada tipe tuberkuloid fase akhir, lesi
terhadap tuberkuloid.8
leprosy.8
Menurut WHO pada tahun 1981, kusta dibagi
1.7.2.
Perubahan saraf perifer8
1. Kelainan saraf perifer yang umum pada kusta.
tibialis posterior.
2. Gangguan sensorik pada lesi kulit.
3. Saraf tepi pada bagian tubuh akan mengalami
pergelangan tangn.
4. Nervus Poplitea laterallis dapat terjadi anestesia tungkai
arkus pedis.
6. Nervus Fasialis yaitu cabang temporal dan zigomatik
lubrikalis lateral
1.7.3.
Reaksi Kusta
baru.
3.
Pada mata: rasa sakit atau kemerahan pada mata, timbul
(ENL).
Reaksi tipe 2 ini terjadi apabila basil leprae
penderita
Type 2 reactiontipe MB, leprosy
in lepromatous terutama timbul man,
in a Bangladeshi pada tipe
showing
severe necrosis and ulceration. Erythema nodosum leprosum (ENL) tends to be more
severe in Asian than in African people..
lepromatosa polar dan dapat pula pada tipe BL, serta
1.8. Diagnosis
Diagnosis biasanya dibuat secara klinis atas dasar dua dari tiga
Pemeriksaan Serologi
akan tampak merah pada sediaan. Dibedakan bentuk batang utuh (solid),
lebih infeksius, karena bentuk solid dapat berkembang biak dan dapat
dinyatakan sebagai Indeks Bakteri (IB) dengan nilai 0 samoai 6+. Indeks
Pemeriksaan Histopatologik
Gambaran Histopatologik tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan
kerusakan saraf yang nyata. Tidak ada kuman atau hanya sedikit yang
diatas.7,8
Two views of the histology of a TT lesion. A. The lower power view looks a lot like that of lupus
vulgaris, which is the origin of the term tuberculoid leprosy. (H&E, 10 objective.) B. The high-
1.9. Diagnosis Banding
power view of the same lesion shows abundant Langhans giant cells, epithelioid tubercles, a dense
Kusta
lymphocytic cenderung
infiltrate over-diagnosed
and a brisk di negara-negara
exocytosis into the epidermis. endemik
(H&E, 20 objective.)
kusta.7,8
pihak medis. Sedapat mungkin ini harus dilakukan melalui klinik rawat
jalan.7,8
1.11. Prognosis
Penderita kusta yang dapat sembuh sendiri tanpa terapi adalah mereka
dengan kusta tipe TT, atau tipe BT yang upgrade ke TT. Jika tidak
pengobatan kortikosteroid.7
Daftar Pustaka
1. Andini F, Warganegara E. Morbus Hansen Tipe Multibasiler dengan
: 73-88
3. Kementrian Kesehatan. Kusta. 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin_
2007. P 665-671
5. WHO. Leprosy. world health organization; 2016.