BAB V
PEMBAHASAN
Posttest Only Control Group Design yang bertujuan untuk mengetahui adanya
Games Tournament dan metode mind map (peta pikiran) dengan model
kelas eksperimen adalah 81,5 dan nilai rata-rata hasil post-test kelas kontrol
adalah 73,3. Jadi, nilai rata-rata hasil post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari
Data nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis
eksperimen sebesar 10,981 dan kelas kontrol sebesar 10,391. Selanjutnya, harga
2
ini dibandingkan dengan harga tabel dengan dk = 5 dan kesalahan yang
55
ditetapkan = 5%, maka harga 2tabel yang diperoleh sebesar 11,070. Hal ini
distribusi data nilai statistik post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dinyatakan terdistribusi normal. Hal ini berarti bahwa jumlah data di atas
Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini
adalah teknik statistik t-test. Dimana teknik statistik t-test adalah merupakan
teknik statistik parametris yang digunakan untuk menguji komparasi data ratio
atau interval. Rumus t-test yang digunakan adalah polled varians dengan
pertimbangan jumlah sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama
serta varians data kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Untuk pengujian homogenitas varians digunakan uji F. Berdasarkan hasil
penyebut = 24 pada taraf kesalahan ditetapkan = 5%, maka harga Ftabel yang
diperoleh sebesar 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga
sebesar 2,843. Selanjutnya, harga ini dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk =
46, maka harga ttabel yang diperoleh sebesar 2,021. Hal ini menunjukkan bahwa
thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi, terdapat perbedaan pengaruh
(TGT) dan metode mind map (peta pikiran) dibandingkan dengan model
56
kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan metode mind map (peta
kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan ketuntasan klasikal kelas
eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor. Pada kelas eksperimen, faktor pertama adalah siswa yang memiliki
anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih rendah. Hal ini dikarenakan
setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas skor pada saat game dan
lebih aktif dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Siswa aktif dalam diskusi
kelompok dan menggambar peta pikiran diakhir pembelajaran. Hal ini sesuai
proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada kelas PTK lebih baik daripada
kelas non PTK. Dalam penelitian Sutarni (2011) juga menjelaskan bahwa
lebih konkrit dan menarik bagi siswa. Ketiga, peneliti terkadang terlalu cepat pada
kelas berpengaruh pada kurang efektifnya pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat
57
pembelajaran, siswa gaduh dan masih adanya siswa yang mengobrol dengan
tanggung jawab untuk mengumpulkan skor sehingga peneliti tidak terlalu sulit
dan metode mind map (peta pikiran) pada kelas eksperimen memfasilitasi siswa
untuk mempelajari materi pembelajaran dimana siswa terlibat aktif dalam bekerja
(teams) dan dalam menyampaikan ide, serta pendapat pada saat proses pembuatan
peta pikiran. Adapun dalam diskusi kelompok diharapkan dapat terjadi pertukaran
informasi antara siswa yang lebih cepat mengerti penjelasan guru dengan siswa
yang belum mengerti dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain diskusi
baik dan optimal pada saat game. Hal ini dikarenakan masing-masing kelompok
terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Siswa
skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. Selain
mereka dapat memenangkan turnamen akademik. Pada saat turnamen inilah siswa
team dari kelompok lain yang dibagi oleh guru ke dalam beberapa meja turnamen.
Meskipun proses belajar dalam TGT secara berkelompok tetapi prestasi belajar
Sedangkan peta pikiran diharapkan dapat digunakan sebagai suatu metode yang
tiga kali pertemuan tatap muka belajar, satu kali pertemuan untuk turnamen dan
tipe Teams Games Tournament (TGT) dan metode mind map (peta pikiran)
Selama tiga kali pertemuan tatap muka, siswa ditugaskan untuk menggambarkan
peta pikiran materi yang disampaikan pada selembar kertas, yaitu peta pikiran
hidrolisis garam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mengingat
kemudian menjelaskan apa itu metode peta pikiran dan tata cara menggambarkan
peta pikiran. Adapun LKS yang digunakan pada kelas kontrol dan kelas
mengenai sifat berbagai jenis larutan garam, mengamati proses dan hasil
dasar hidrolisis garam dengan mempelajari sifat berbagai jenis larutan garam dan
pertemuan pertama diketahui bahwa mereka memang lebih sulit dalam menghafal
tentang ion-ion yag termasuk ke dalam asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan
basa lemah. Hal ini dikarenakan saat mempelajari materi tentang asam basa siswa
hanya disuruh menghafal namun tidak sering diberikan latihan soal yang
skor untuk turnamen. Pertanyaan-pertanyaan untuk game terdiri dari materi pada
pertemuan pertama dan kedua yakni sifat-sifat garam dan konsep hidrolisis dan
bahasan ini siswa lebih cepat memahami penjelasan guru dikarenakan oleh guru
mata pelajaran kimia mereka lebih sering diberikan soal latihan untuk hitung-
hitungan seperti pada materi sebelumnya yakni tentang asam dan basa sehingga
game untuk mengumpulkan skor untuk turnamen. Pada saat game sebagian besar
digabungkan dengan teman kelompok pada meja turnamen yang lain. Hasil dari
turnamen ini cukup memuaskan karena sebagian besar siswa dapat menjawab
61
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan walau ada sebagian siswa yang tidak dapat