Anda di halaman 1dari 8

54

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental Design dengan rancangan

Posttest Only Control Group Design yang bertujuan untuk mengetahui adanya

perbedaan pengaruh antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams

Games Tournament dan metode mind map (peta pikiran) dengan model

pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA

Semester II SMAN 1 Gunungsari tahun ajaran 2015/2016.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata hasil post-test

kelas eksperimen adalah 81,5 dan nilai rata-rata hasil post-test kelas kontrol

adalah 73,3. Jadi, nilai rata-rata hasil post-test kelas eksperimen lebih tinggi dari

kelas kontrol dengan selisih sebesar 8,2.

Data nilai post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis

dengan menggunakan teknik statistik parametris dengan asumsi bahwa setiap

variabel penelitian yang dianalisis membentuk distribusi normal yang dibuktikan

dengan pengujian normalitas data dengan menggunakan Chi Kuadrad (X2).

Berdasarkan hasil pengujian normalitas diperoleh 2h itung nilai post-test kelas

eksperimen sebesar 10,981 dan kelas kontrol sebesar 10,391. Selanjutnya, harga

2
ini dibandingkan dengan harga tabel dengan dk = 5 dan kesalahan yang
55

ditetapkan = 5%, maka harga 2tabel yang diperoleh sebesar 11,070. Hal ini

menunjukkan bahwa 2h itung < 2tabel , sehingga diinterpretasikan bahwa

distribusi data nilai statistik post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dapat dinyatakan terdistribusi normal. Hal ini berarti bahwa jumlah data di atas

dan di bawah rata-rata adalah sama, demikian juga simpangan bakunya.

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini

adalah teknik statistik t-test. Dimana teknik statistik t-test adalah merupakan

teknik statistik parametris yang digunakan untuk menguji komparasi data ratio

atau interval. Rumus t-test yang digunakan adalah polled varians dengan

pertimbangan jumlah sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama

serta varians data kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.
Untuk pengujian homogenitas varians digunakan uji F. Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan uji F diperoleh Fhitung sebesar 1,32. Selanjutnya,

harga ini dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang = 22 dan dk

penyebut = 24 pada taraf kesalahan ditetapkan = 5%, maka harga Ftabel yang

diperoleh sebesar 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga

diinterpretasikan bahwa varians data dari kedua sampel adalah homogen.


Untuk perhitungan t-test dengan rumus polled varians diperoleh thitung

sebesar 2,843. Selanjutnya, harga ini dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk =

46, maka harga ttabel yang diperoleh sebesar 2,021. Hal ini menunjukkan bahwa

thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi, terdapat perbedaan pengaruh

antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT) dan metode mind map (peta pikiran) dibandingkan dengan model
56

pembelajaran konvensional terhadap prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA

Semester II SMAN 1 Gunungsari tahun ajaran 2015/2016.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan metode mind map (peta

pikiran) memberikan pengaruh yang positif dibandingkan dengan model

pembelajaran konvensional terhadap pretasi belajar kimia, karena nilai rata-rata

kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol dan ketuntasan klasikal kelas

eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor. Pada kelas eksperimen, faktor pertama adalah siswa yang memiliki

kemampuan lebih cepat memahami penjelasan guru mampu menjelaskan kepada

anggota kelompok yang memiliki kemampuan lebih rendah. Hal ini dikarenakan

setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas skor pada saat game dan

turnamen. Kedua, pada saat pembelajaran berlangsung, siswa di kelas eksperimen

lebih aktif dibandingkan dengan siswa kelas kontrol. Siswa aktif dalam diskusi

kelompok dan menggambar peta pikiran diakhir pembelajaran. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Budiman (2008) yaitu penerapan strategi pembelajaran

peta pikiran menyebabkan keaktifan dan keberanian siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada kelas PTK lebih baik daripada

kelas non PTK. Dalam penelitian Sutarni (2011) juga menjelaskan bahwa

penggunaan alat peraga menyebabkan penyampaian materi pembelajaran menjadi

lebih konkrit dan menarik bagi siswa. Ketiga, peneliti terkadang terlalu cepat pada

saat menjelaskan materi dan kurangnya kemampuan peneliti dalam mengelola

kelas berpengaruh pada kurang efektifnya pembelajaran. Hal ini terlihat pada saat
57

pembelajaran, siswa gaduh dan masih adanya siswa yang mengobrol dengan

temannya ketika guru menyampaikan materi pembelajaran di kelas kontrol.

Namun di kelas eksperimen karena masing-masing anggota kelompok mempunyai

tanggung jawab untuk mengumpulkan skor sehingga peneliti tidak terlalu sulit

untuk megelola kelas.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

dan metode mind map (peta pikiran) pada kelas eksperimen memfasilitasi siswa

untuk mempelajari materi pembelajaran dimana siswa terlibat aktif dalam bekerja

sama untuk menyelesaikan tugas akademiknya melalui kegiatan diskusi kelompok

(teams) dan dalam menyampaikan ide, serta pendapat pada saat proses pembuatan

peta pikiran. Adapun dalam diskusi kelompok diharapkan dapat terjadi pertukaran

informasi antara siswa yang lebih cepat mengerti penjelasan guru dengan siswa

yang belum mengerti dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain diskusi

kelompok diharapkan dapat memicu siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan

masalah dan saling membantu dalam memahami materi bersama teman

kelompoknya serta untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan

baik dan optimal pada saat game. Hal ini dikarenakan masing-masing kelompok

terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras

yang heterogen. Pertanyaan-pertanyaan di dalam LKS dirancang untuk menguji

pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Siswa

yang menjawab dengan benar pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mendapat

skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. Selain

itu setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk memastikan kelompok


58

mereka dapat memenangkan turnamen akademik. Pada saat turnamen inilah siswa

berlomba-lomba untuk mengumpulkan skor terbanyak dengan bersaing bersama

team dari kelompok lain yang dibagi oleh guru ke dalam beberapa meja turnamen.

Tiap-tiap meja turnamen memiliki kemampuan akademik yang hampir sama.

Meskipun proses belajar dalam TGT secara berkelompok tetapi prestasi belajar

yang diukur merupakan prestasi belajar setiap anggota kelompok (individu).

Sedangkan peta pikiran diharapkan dapat digunakan sebagai suatu metode yang

memudahkan kerja otak dalam meringkas materi pembelajaran, merekam,

memahami, memperkuat, dan mengingat kembali informasi yang telah dipelajari.

Pembuatan peta pikiran ini ditugaskan sebelum melakukan turnamen mingguan

yang dijadikan sebagai sarana untuk memudahkan siswa dalam memanggil

kembali informasi yang telah dipelajari.

Penelitian ini berlangsung selama 10 jam pelajaran (5 x pertemuan) dengan

tiga kali pertemuan tatap muka belajar, satu kali pertemuan untuk turnamen dan

satu kali pertemuan untuk post-test. Penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Teams Games Tournament (TGT) dan metode mind map (peta pikiran)

dilaksanakan pada kelas XI IPA 3 yang dijadikan sebagai kelas eksperimen,

sedangkan kelas XI IPA 4 dijadikan sebagai kelas kontrol dengan penerapan

model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Selama tiga kali pertemuan tatap muka, siswa ditugaskan untuk menggambarkan

peta pikiran materi yang disampaikan pada selembar kertas, yaitu peta pikiran

hidrolisis garam. Hal ini bertujuan untuk memudahkan siswa dalam mengingat

kembali materi pembelajaran yang sudah diberikan.


59

Pada kelas eksperimen peneliti masuk kelas sebelumnya untuk

mensosialisasikan bagaimana cara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Teams Games Tournament (TGT) dan membagikan aturan permainan TGT,

kemudian menjelaskan apa itu metode peta pikiran dan tata cara menggambarkan

peta pikiran. Adapun LKS yang digunakan pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen adalah sama.

Pada pertemuan pertama, siswa mempelajari sifat-sifat garam dan konsep

hidrolisis. Pada bahasan sifat-sifat garam, siswa melakukan percobaan sederhana

mengenai sifat berbagai jenis larutan garam, mengamati proses dan hasil

percobaan, mencatat dan menganalisis hasil percobaan, dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang menuntun siswa untuk menemukan konsep mengenai

dasar hidrolisis garam dengan mempelajari sifat berbagai jenis larutan garam dan

memanfaatkan sumber belajar (khususnya LKP sifat-sifat garam dan konsep

hidrolisis). Aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan siswa secara berkelompok.

Berdasarkan hasil pengamatan, di kelas kontrol dan eksperimen setelah

pertemuan pertama diketahui bahwa mereka memang lebih sulit dalam menghafal

tentang ion-ion yag termasuk ke dalam asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan

basa lemah. Hal ini dikarenakan saat mempelajari materi tentang asam basa siswa

hanya disuruh menghafal namun tidak sering diberikan latihan soal yang

berhubungan dengan sifat-sifat garam tersebut.

Pada pertemuan kedua, siswa mempelajari jenis-jenis hidrolisis garam. Pada

bahasan ini siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai jenis-jenis

hidrolisis garam, kemudian berdiskusi bersama anggota kelompoknya dalam


60

menjawab soal-soal yang terdapat dalam LKS jenis-jenis hidrolisis garam.

Setelah diskusi selesai kemudian dilanjutkan dengan game untuk mengumpulkan

skor untuk turnamen. Pertanyaan-pertanyaan untuk game terdiri dari materi pada

pertemuan pertama dan kedua yakni sifat-sifat garam dan konsep hidrolisis dan

jenis-jenis hidrolisis garam. Pada saat game masing-masing anggota kelompok

berusaha untuk dapat menyelesaikan pertanyaan yang diberikan untuk dapat

mengumpulkan skor yang tinggi untuk turnamen mereka.

Pada pertemuan ketiga, siswa mempelajari tentang pH larutan garam. Pada

bahasan ini siswa lebih cepat memahami penjelasan guru dikarenakan oleh guru

mata pelajaran kimia mereka lebih sering diberikan soal latihan untuk hitung-

hitungan seperti pada materi sebelumnya yakni tentang asam dan basa sehingga

untuk perhitungan pH mereka lebih cepat menyelesaikannya. Ketika berdiskusi

bersama anggota kelompoknya dalam menjawab soal-soal yang terdapat dalam

LKS pH larutan garam. Setelah diskusi selesai kemudian dilanjutkan dengan

game untuk mengumpulkan skor untuk turnamen. Pada saat game sebagian besar

siswa dapat menyelesaikan pertanyaan yang diberikan dan mengumpulkan skor

yang tinggi untuk turnamen.

Pada pertemuan keempat, siswa melakukan turnamen dan terlihat di setiap

meja turnamen masing-masing team bersemangat dan berusaha untuk menjawab

pertanyaan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan skor yang nantinya

digabungkan dengan teman kelompok pada meja turnamen yang lain. Hasil dari

turnamen ini cukup memuaskan karena sebagian besar siswa dapat menjawab
61

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan walau ada sebagian siswa yang tidak dapat

menjawab pertanyaan dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai