Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurtia Putri Sari

NPM : 1641326

Kecelakaan Kerja dan Prosedur K3


PASAL YANG DILANGGAR
Terjadinya kecelakaan ini disebabkan adanya pelanggaran terhadap
UU NO. 1 TAHUN 1970 tentang keselamatan kerja. Yaitu
pelanggaran pada pasal :
1. Pelanggaran pada pasal 3 ayat 1q yang berbunyi Mencegah
terkena aliran listrik yang berbahaya.
2. Pelanggaran pada pasal 3 ayat 1r yang berbunyi
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerja yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi .
3. Dan adanya pelanggaran pada pasal 9 yang berbunyi
Pengurus diwajibkan menunjukan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat
timbul dalam tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
4. Dan diketahui juga terjadi pelanggaran pada pasal 3 ayat 1f

yang berbunyi Memberi alat-alat perlindungan diri pada para


pekerja.
5. UU no 13 tahun 2003
a. Pasal 86 ayat 1A yang berbunyi: Setiap pekerja/buruh

mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas


keselamatan dan kesehatan kerja
b. Pasal 87 ayat 1 yang berbunyi: Setiap perusahaan wajib

menerapkan sistem manajemen keselamatan dan


kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen kesehatan.
ANALYSIS KASUS KECELAKAAN KERJA
a.Kronologi Kasus
Kasus ini merupakan salah satu kasus kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia. kecelakaan diatas adalah kecelakaan kerja akibat faktor teknis
karena kecelakaan tersebut terjadi disebabkan disebabkan korsleting alat
pembersih tabung tangki, Selasa (7/3/2017) sekitar pukul 19.45 Wita.
Kejadian dimulai dengan adanya percikan api saat pembersihan dilakukan di
tangki BBM jenis premium dan pertamax. Kelalaian pekerja juga menjadi
salah satu faktor yang memcu ledakan api di SPBU ini dan alat pembersih
tangki yang digunakan karyawan dialiri listrik. Hal ini terjadi sebagai akibat
dari minimnya penerapan standar keselamatan kerja di kalangan pekerja.

b.Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan


Pembersihan tangki seharusnya orang ahli yang melakukan
pembersihan tangki tersebut. Bukan orang sembarang, harus
memiliki keahlian khusus dan berpengalaman. Apalagi, cara kerjanya
harus berpatokan pada suhu
Kurangnya training oleh pihak management terkait tata cara
pembersihan mesin
Pekerja tidak melengkapi diri dengan alat-alat keselamatan kerja,
padahal perlengkapan keselamatan kerja merupakan alat antisipasi
terhadap kemungkinan negatif yang timbul saat bekerja.
Satu dari delapan korban mengaktifkan ponsel saat membersihkan
tangki yang menimbulkan gelombang sinyal ponsel aktif sehingga
memicu percikan api

c. Tindakan Pasca Kecelakaan Kerja :


Mengevaluasi kejadian sebelumnya agar tidak terulang kembali
Memberi penyuluhan terhadap bahaya penggunaan ponsel saat
bekerja disekitar SPBU
Membenahi sistem K3 yang belum sesuai dengan ketentuan
Memberi penyuluhan terhadap para karyawan agar lebih berhati-hati
dan waspada akan segala bahaya yang akan timbul ditempat kerja
Menanamkan kesadaran diri terhadap pentingnya K3 bagi setiap
karyawan
Mendaftarkan para pekerja secara resmi ke BPJS mengingat kasus
sebelumnya para pekerja tidak memiliki BPJS yang bisa membantu
meringankan beban biaya rumah sakit
d. Sarana & Prasarana
Setiap SPBU Pertamina harus memiliki Standarisasi mengenai Sarana dan
Prasarana sasuai yang telah di tentukan.
Berikut Sarana dan Prasarana Standar Wajib yang harus di miliki oleh
setiap SPBU Pertamina, antara lain :
1. Sarana Pemadam kebakaran :
Sesuai dengan pedoman PT. Pertamina
2. Sarana lindungan lingkungan:
o Instalasi pengolahan limbah.
o Instalasi oil catcher dan well catcher:
o Saluran yang digunakan untuk mengalirkan minyak yang tercecer di area
SPBU kedalam tempat penampungan.
o Instalasi sumur pantau
o Sumur pantau dibutuhkan untuk memantau tingkat polusi terhadap air
tanah di sekitar bangunan SPBU yang disebabkan oleh kegiatan usaha
SPBU.
o Saluran bangunan/drainase sesuai dengan pedoman PT. Pertamina.
3. Sistem Keamanan:
Memiliki pipa ventilasi tangki pendam;
Memiliki ground point/strip tahan karat;
Memiliki dinding pembatas/pagar pengaman;
Terdapat rambu-rambu tanda peringatan.
4. Sistem Pencahayaan:
SPBU memiliki lampu penerangan yang menerangi seluruh area
dan jalur pengisian BBM;
Papan penunjuk SPBU sebaiknya berlampu agar keberadaan SPBU
mudah dilihat oleh pengendara.
5. Peralatan dan kelengkapan filling BBM sesuai dengan standar PT.
Pertamina berupa:
Tangki pendam;
Pompa;
Pulau pompa.
6. Duiker, dibutuhkan sebagai saluran air umum di depan bangunan SPBU
7. Sensor api dan perangkat Pemadam kebakaran
8. Lambang PT. Pertamina
9. Generator
10. Racun Api
11. Fasilitas umum:
Toilet;
Mushola;
Lahan parkir.
12. Instalasi listrik dan air yang memadai
13. Rambu-rambu standar PT. Pertamina:
o Dilarang merokok;
o Dilarang menggunakan telepon seluler;
o Jagalah kebersihan;
o Tata cara penggunaan alat pemadam kebakaran.

e. Prosedur K3
Alat Keselamatan
1. S

a
fety Helmet (Untuk tugas lapangan)sebagai pelindung kepala dari benda
yang bisa mengenai kepala secara langsung.
2. Sepatu atau safety shoes (untuk tugas lapangan dan kantor), berfungsi
sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari
benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia. Bentuknya seperti
sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi Berfungsi untuk mencegah
kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau
berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
3. Sarung Tangan (untuk tugas lapangan),berfungsi sebagai alat pelindung
tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di
sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
4. Penutup Telinga atau Ear Plug (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai
pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.
5. Kaca Mata Pengaman atau Safety Glasses (untuk tugas lapangan),
berfungsi sebagai berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja
(misalnya mengelas atau saat dalam lapangan untuk waktu yang cukup
lama).
6. Masker atau Respirator (untuk tugas lapangan), berfungsi sebagai
penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas
udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
7. Baju safety (untuk tugas lapangan ataupun di kantor), berfungsi sebagai
pelindung tubuh pada saat bekerja, karena itu baju safety cenderung
dibuat lebih tebal dari baju biasa namun nyaman saat dikenakan dan
cenderung memiliki warna yang mencolok agar terlihat walaupun saat
bekerja dimalam hari.
8. Rompi safety (untuk tugas lapangan), rompi ini dibuat dengan warna
neon atau mencolok supaya saat keadaan malam hari ataupun gelap,
pegawai dapat terlihat sehingga menghindari terjadinya kecelakaan
kerja.
9. Tabung Pemadam Api atau racun api, berfungsi sebagai tindakan awal
yang dapat dilakukan ketika terjadinya kebakaran. Terdapat disetiap
sudut ruangan, maupun di lapangan kawasan kerja dengan mempunyai
warna merah yang mencolok agar mudah dikenali.
Prosedur Keselamatan
1. Bila Terjadi Kebakaran
Bagi pekerja yang melihat bahaya kebakaran Memadamkan Api
kebakaran tersebut dengan APAR yang tersedia atau terdekat.
Membunyikan Lonceng kebakaran secara terus menerus atau
berteriak KEBAKARAN-KABAKARAN- KEBAKARAN sambil memberi
tahu lokasi terjadinya kebakaran.
Semua pekerja yang mendengar tanda bahaya kebakaran segera
bertindak sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
2. Bila Terjadi Pencemaran
Bagi pekerja yang melihat adanya pencemaran segera:
Menutup sumber penyebab tumpahan minyak atau kebocoran.
Melaporkan kejadian yang diketahui kepada pimpinan umum
Penanggulangan Keadaan Darurat (PKD).
Siap melaksanakan perintah dari pimpinan umum PKD.
Bila terjadi di dermaga (pada saat ada kapal) segera koordinasi
dengan pihak kapal untuk segera melaksanakan penanggulangan.
3. Bila Terjadi Kecelakaan KerjaBila pekerja yang pertama kali
mengetahui terjadinya kecelakaan kerja :
Segera memberikan pertolongan pertama kepada korban.
Meminta bantuan rekan terdekat untuk menolong korban dibawa ke
tempat yang aman.
Melaporkan kepada pengawas yang berwenang dan pimpinan umum
PKD.
4. Bila Terjadi Gangguan keamanan, Kerusuhan atau Sabotage.
Pekerja yang mengetahui gangguan keamanan segera melaporkan
kepada kepala sekuriti atau komandan jaga.
Kepala sekuriti segera mengambil tindakan pengamanan sedini
mungkin sesuai tingkatannya.
Bila tidak memungkinkan dapat diatasi segera melaporkan
kejadiannya kepada pimpinan PKD.
Melaporkan kejadian tersebut ke instansi terkait.
f. Kesimpulan & Saran
Penyebab kecelakaan disini dominannya disebabkan oleh faktor
manusianya yang lalai terhadap bahaya yang akan timbul akibat rasa
ingin tergesa-gesa segera menyelesaikan pekerjaan tanpa
mempertimbangkan keselamatan diri. Kurangnya training dari pihak
management juga menyebabkan para pekerja kurang berpengetahuan
mengenai penggunaan alat hal ini kerap menjadi masalah yang terus

menerus menyebabkan kecelakaan kerja di suatu perusahaan. Saran


yang dapat saya berikan yaitu :
Perusahaan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
Pada kasus ini salah satu sebab terjadinya kecelakaan disebabkan
oleh letak kabel listrik yang tidak strategis, oleh karena itu sebaiknya
kabel tersebut diberi pelindung atau pengaman.
Kasus ini terjadi karena kurangnya pelatihan K3 pada pekerja sehingga
para pekerja tidak mengetahui tentang masalah-masalah jika
mengahadapi kecelakaan. Oleh karena itu, seharusnya pihak
perusahaan memberikan pelatihan K3 kepada para pekerjanya.
Seharusnya perusahaan juga memberikan dan mewajibkan pekerjanya
untuk menggunakan alat pelindung diri.
Seharusnya perusahaan memberi tanda peringatan/ bahaya di sekitar
kabel tersebut.

Anda mungkin juga menyukai