Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian mengenai Stem cell makin berkembang dewasa ini. Penelitian
tentang Stem cell adalah kemajuan pengetahuan tentang bagaimana suatu
organisme berkembang dari satu sel tunggal dan bagaimana sel-sel yang sehat
mengganti sel yang rusak pada organism dewasa. Hal ini memberikan harapan
pada para peneliti untuk menggali kemungkinan terapi sel untuk mengobati
penyakit, yang sering disebut sebagai pengobatan regenerative atau reparative.
Pada awal tahun 2009, FDA (Food, Drug and Administration USA) menyetujui uji
klinis pada manusia pertama yang menggunakan sel induk embrio.
Istilah Stem cell pertama kali dikemukakan oleh histologis Rusia, Alexander
Maksimov pada tahun 1908. Penelitian Stem cell berkembang sejak ditemukannya
sel yang dapat memperbaharui diri dalam sumsum tulang pada tikus, oleh
ilmuwan Kanada yaitu Ernest McCulloch dan James E.Till pada tahun 1960.
Kemudian pada tahun 1989, transplantasi sel limbus pertama kali dilakukan oleh
Kenyon dan Tseng. James Thomson dan kawan-kawan, pada tahun 1998 di
universitas Wisconsin, Madison telah mengembangkan teknik dalam mengisolasi
dan mengkultur Stem cell. Pada tahun 2000, tim dari Toronto yang dipimpin oleh
Derek van der Kooy telah melaporkan adanya Stem cell pada mata mamalia
dewasa. Penelitian terbaru dilaporkan dalam makalah oleh Dr. Steven Schwartz di
USA mengenai perbaikan visus pasien yang mengalami degenerasi macula setelah
dilakukan injeksi Stem cell embrionik.
Sesuai dengan kata yang menyusunnya (Stem=batang;cell=sel), adalah awal
mula dari pembentukan berbagai sel penyusun keseluruhan tubuh manusia. Oleh
karena itu dalam bahasa Indonesia istilah stem sel diterjemahkan menjadi sel
punca yang berarti (punca=awal), kata ini bersama sel induk disulkan oleh Komisi
Bioetika Nasional dan telah disetujui oleh pusat bahasa untuk mengindonesiakan
istilah Stem cell.
Stem cell merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan mempunyai potensi
yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis sel yang berbeda di

1
dalam tubuh. Hal ini berarti bahwa Stem cell adalah sel yang menjadi awal mula
dari pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh organisme, termasuk
manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari Stem cell ?
1.2.2 Apa saja yang termasuk dalam Klasifikasi Stem cell ?
1.2.3 Bagaimana Perkembangan Stem cell pada Mammalia ?
1.2.4 Bagaimana Proses Determinasi pada Stem cell ?
1.2.5 Bagaimana Peranan Stem cell ?
1.2.6 Bagaimana Cara Penggunaan Sel Punca Berdasarkan Cell-Based
Theory ?
1.2.7 Bagaimana Hasil Penelitian Mengenai Cell-Based Therapy dan bioteika
dalam Stem cell ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu Menjelaskan definisi dari Stem cell.
1.3.2 Mampu Mengetahui apa saja yang termasuk dalam Klasifikasi Stem cell.
1.3.3 Mampu Menjelaskan Perkembangan Stem cell pada Mammalia.
1.3.4 Mampu Menjelaskan Proses Determinasi pada Stem cell.
1.3.5 Mampu Mengaplikasikan Bagaimana Peranan Stem cell.
1.3.6 Mampu Memahami Cara Penggunaan Sel Punca Berdasarkan Cell-
Based Theory.
1.3.7 Mampu Memahami Hasil Penelitian Mengenai Cell-Based Therapy dan
bioetika mengenai penggunaan Stem sel dalam penelitian.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Stem cell dalam bahasa Indonesia disebut juga sel punca, sel induk, sel
batang (bahasa Inggris: Stem cell) merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan
mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk berkembang menjadi banyak jenis
sel yang berbeda di dalam tubuh. Stem cell juga berfungsi sebagai sistem

2
perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan
hidup organisme. Saat Stem cell terbelah, sel yang baru mempunyai potensi untuk
tetap menjadi Stem cell atau menjadi sel dari jenis lain dengan fungsi yang lebih
khusus, misalnya sel otot, sel darah merah atau sel otak (Djauhari, 2010).

Gambar 1. Stem cell berdiferensiasi menjadi jenis sel lain (Djauhari, 2010).
Stem cell memiliki dua sifat penting yang sangat berbeda dengan sel yang
lain:
1) Mampu memperbanyak diri sendiri (self renewal)
Stem cell dapat melakukan replikasi dan menghasilkan sel-sel
berkarakteristik sama dengan sel induknya. Kemampuan memperbanyak
diri dan menghasilkan sel-sel yang sama seperti sel induknya ini tidak
dimiliki oleh sel-sel tubuh lainnya seperti sel jantung, saraf (neuron),
ataupun sel pankreas. Itulah sebabnya apabila jaringan dalam jantung,
neuron, maupun pankreas mengalami kerusakan, maka pada umumnya
kerusakan tersebut bersifat ireversibel.
2) Dapat berdiferensiasi menjadi lebih satu jenis sel (multipoten/pluripoten)
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Stem cell adalah sel yang
belum memiliki bentuk dan fungsi yang spesifik (undifferentiated)
(Saputra, 2006)
Keberadaan Stem cell sebagai sel yang belum berdiferensiasi ternyata
dimaksudkan untuk menjaga kontinuitas regenerasi populasi sel yang menyusun
jaringan dan organ tubuh. Hal ini dapat dilakukan dengan kemampuan Stem cell
untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel tubuh yang dibutuhkan. Kemampuan Stem

3
cell dalam berdiferensiasi juga dinilai lebih istimewa karena mampu
berdiferensiasi menjadi lebih dari satu jenis sel tubuh. Hal ini berarti Stem cell
bersifat multipoten atau pluripoten bergantung pada jenis dari Stem cell itu sendiri
(Saputra, 2006).

Gambar 2. Karakteristik Stem cell (Saputra, 2006)

2.2 Klasifikasi Stem Cell


Stem cell dapat digolongkan berdasarkan potensi
(kemampuan berdiferensiasi) yang dimiliki oleh sel tersebut
maupun berdasarkan asalnya.
Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, Stem cell dibagi menjadi:
1) Totipotent (toti=total) adalah sel induk yang memiliki potensi untuk
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel, yaitu sel ekstraembrionik, sel
somatik, dan sel seksual. Jenis sel ini dapat bertumbuh menjadi 4
organisme baru bila diberikan dukungan maternal yang memadai. Sel
induk bertotipotensi diperoleh dari sel induk embrio, hasil pembuahan sel
telur oleh sel sperma. Yang termasuk dalam Stem cell totipotent adalah
zigot (telur yang telah dibuahi).
2) Pluripotent (pluri=jamak) adalah sel-sel yang dapat berdiferensiasi
menjadi semua jenis sel dalam tubuh, namun tidak dapat membentuk suatu
organisme baru.. Dapat berdiferensiasi menjadi tiga lapisan germinal:
ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tapi tidak dapat menjadi jaringan
ekstraembrionik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk Stem cell
pluripotent adalah embryonic Stem cells.

4
3) Multipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya:
hematopoietic Stem cells.
4) Unipotent. Hanya dapat menghasilkan satu jenis sel. Tapi berbeda dengan
non-Stem cell, Stem cell unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui
atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-renew) (Halim, 2010)
Stem cell dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya, dimana masing-masing
jenis dapat dikelompokkan dalam beberapa subtype seperti pada gambar 5, Stem
cell dibagi menjadi:
1) Stem cell embrio/zygot (embryonic Stem cells)
Stem cell embrionik didapatkan dari embrio. Pada umumnya, Stem cell
embrionik yang berkembang dari sel telur yang telah difertilisasi in vitro
di klinik fertilisasi in vitro dan didonasikan untuk penelitian dengan
sepengetahuan donor. Embrio yang berumur 4-5 hari sudah berbentuk
blastokist.
Blastokist ini terdiri dari 3 struktur yaitu :
a. trofoblast berupa lapisan sel yang mengelilingi blastokol
b. blastokol berupa cekungan dalam blastokist
c. inner cell mass berupa sekumpulan sel pada satu sisi blastokol yang akan
berkembang menjadi embrio.
Stem cell embrionik memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun keuntungan
dari Stem cell embrionik adalah mudah didapat dari klinik fertilitas, bersifat
pluripoten sehingga dapat berdifferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh.
berumur panjang (immortal), dapat berproliferasi beratus-ratus kali lipat pada
kultur dan reaksi penolakan rendah. Sedangkan kerugian dari Stem cell embrionik
adalah dapat bersifat tumorigenik dan secara etis sangat controversial (Halim,
2010)

5
Gambar 3. Stem cell Embrionik (Halim, 2010).
2) Sel germinal/benih embrionik/ (embryonic germ cells)
Sel germinal/benih (seperti sperma/ovum) embrionik induk/primordial
(primordial germ cells) dan prekursor sel germinal diploid ada sesaat pada
embrio sebelum mereka terasosiasi dengan sel somatik gonad dan
kemudian menjadi sel germinal. Sel germinal embrionik manusia/human
embryonic germ cells (hEGCs) termasuk Stem cell yang berasal dari sel
germinal primordial dari janin berumur 5-9 minggu. Stem cell jenis ini
memilki sifat pluripotensi.
3) Stem cell fetal
Stem cell fetal adalah sel primitif yang dapat ditemukan pada organorgan
fetus (janin) seperti Stem cell hematopoietik fetal dan progenitor kelenjar
pankreas. Stem cell neural fetal yang ditemukan pada otak janin
menunjukkan kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel neuron dan
sel glial (sel-sel pendukung pada sistem saraf pusat). Darah, plasenta, dan
tali pusat janin kaya akan Stem cell hematopoietik fetal.
4) Stem cell tali pusat
Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem
cell dari darah tali pusat merupakan jenis hematopoetik Stem cell, dan ada
yang menggolongkan jenis Stem cell ini ke dalam Stem cell dewasa
(Halim, 2010).
Stem cell jenis ini juga memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun
keuntungan dari Stem cell tali pusat adalah mudah didapat (tersedia banyak di
bank tali pusat), siap pakai, karena telah melalui tahap skrining awal dan
pembekuan, kontaminasi virus kurang dibandingkan dengan Stem cell dari
sumsum tulang, cara pengambilan mudah, tidak berisiko atau menyakiti donor dan
risiko GVHD (graft versus host disease) lebih rendah dibandingkan dengan
menggunakan Stem cell dari sumsum tulang. Sedangkan kerugian Stem cell dari
darah tali pusat yaitu kemungkinan terkena penyakit genetik, jumlah Stem cell
relatif terbatas, sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah Stem cell yang
diperlukan resipien dengan yang tersedia dari donor, karena jumlah sel yang

6
dibutuhkan berbanding lurus dengan usia, berat badan dan status penyakit (Halim,
2010).
5) Stem cell dewasa (adult Stem cells)
Stem cell dewasa mempunyai dua karakteristik. Karakteristik pertama
adalah sel-sel tersebut dapat berproliferasi untuk periode yang panjang
untuk memperbarui diri. Karakteristik kedua, sel-sel tersebut dapat
berdiferensiasi untuk menghasilkan sel-sel khusus yang mempunyai
karakteristik morfologi dan fungsi yang special (Halim, 2010).

Gambar 4. Stem cell Dewasa (Halim, 2010).

Stem cell dewasa ditemukan di banyak organ dan jaringan


termasuk otak, sum-sum tulang, darah tepi, pembuluh darah,
otot rangka, kulit, gigi, hati, jantung, usus, epitel ovarium dan
testis yang letaknya di area tertentu di setiap jaringan, ini
disebut Stem cell niche. Stem cell dapat tetap tenang dan tidak
membelah diri hingga diaktivasi oleh jaringan yang rusak atau
penyakit. Sebenarnya, ada sedikit Stem cell di tiap jaringan dan
bila telah dikeluarkan dari tubuh maka kapasitasnya untuk
membelah diri menjadi terbatas. Para peneliti mencoba
membuat kultur sel untuk menumbuhkan banyak Stem cell
dewasa dan memanipulasinya agar dapat digunakan untuk
menyembuhkan penyakit atau jaringan yang luka. Contohnya
dengan memperbaiki kerusakan otot jantung yang terjadi

7
sewaktu serangan jantung dengan sel otot jantung (Dany et al,
2010).

Gambar 5. Differensiasi Stem cell dewasa (Dany et al, 2010)

Kemampuan diferensiasi Stem cell dewasa tergolong multipoten. Dengan


demikian Stem cell dewasa memilki kemampuan diferensiasi yang lebih rendah
dibanding Stem cell embrionik, yaitu hanya mampu berdiferensiasi menjadi
beberapa jenis sel yang umumnya segolongan (Dany et al, 2010).

Beberapa contoh alur diferensiasi dari Stem cell dewasa:


a. Stem cell hematopoetik, merupakan Stem cell pembentuk darah yang
mampu berdiferensiasi membentuk eritrosit, lekosit, trombosit, monosit,
neutrofil, basofil, eosinofil, limfosit B, limfosit T, dan sel NK (Natural
Killer). Sumber Stem cell dewasa hematopoetik adalah sumsum tulang,
darah tepi dan darah tali pusat.
b. Stem cell mesenkimal, mampu berdiferensiasi menjadi osteosit, kondrosit,
adiposit, dan berbagai jenis sel penyusun jaringan ikat.
c. Stem cell neural, mampu berdiferensiasi menjadi tiga golongan utama sel
saraf, yaitu astrosit, oligodendrosit dan neuron.
d. Stem cell jaringan kulit, banyak ditemukan di stratum basalis epidermis
kulit dan dasar folikel rambut. Mampu berdiferensiasi menjadi keratinosit
dan sel penyusun lapisan epidermis kulit.
e. Stem cell jantung, mampu berdiferensiasi menjadi tiga jenis sel utama
penyusun organ jantung, yaitu endotel, kardiomiosit dan sel otot polos.
f. Stem cell mata. Stem cell telah dapat diidentifikasi pada mata tikus dewasa.

8
g. Stem cell dewasa retina berlokasi di tepi pigmentary ciliary dan bukan di
sentral ataupun perifer retinal pigment epithelium yang secara in vitro
dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel photoreceptor, sel bipolar dan sel
muller. Limbal Stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel epitel kornea.
Stem cell dewasa juga memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan Stem
cell dewasa adalah dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga menghindari
penolakan imun, sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih sederhana
dan secara etis tidak ada masalah. Sedangkan kerugian Stem cell dewasa adalah
jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur sehingga sulit
mendapatkan Stem cell dewasa dalam jumlah banyak, masa hidupnya tak selama
Stem cell embrionik, bersifat multipoten, sehingga differensiasi tidak seluas Stem
cell embrionik yang bersifat pluripoten (Dany et al, 2010).

Gambar 6. Klasifikasi Stem cell Manusia (Djauhari, 2010).

2.3 Stem Cell Pada Perkembangan Mamalia


2.3.1 Zigot

9
Zigot adalah Stem cell yang utama. Zigot bersifat totipoten dengan
kemampuan memproduksi semua jenis sel dari spesies itu. Perkembangan dimulai
dengan pembelahan diri zigot dalam jumlah sel dan reduksi ukuran sel. Pada
stadium perubahan 32 sel menjadi 64 sel disebut sel blastomer. Blastomer akan
menyatu membentuk sel morula yang berbentuk seperti bola. Pada saat ini setiap
sel masih bersifat totipoten. Stadium berikutnya adalah blastokist, sel trofoblast di
perifer akan berkembang menjadi membran embrionik dan plasenta sementara
massa sel dalam berkembang menjadi fetus. Selain stadium blastokist, juga terjadi
migrasi sel selain pembelahan sel.
Gastrula terdiri dari 3 lapisan germinal; ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Lapisan terluar yaitu ektoderm akan menjadi sistem saraf dan epidermis (kulit,
rambut, kuku). Lapisan tengah yaitu mesoderm akan menjadi jaringan
penyambung, otot, tulang dan darah dan lapisan dalam yakni endoderm akan
membentuk traktus gastrointestinal (Wahyu, 2013).
Pada awal embriogenesis, ada sel yang be.rmigrasi ke gonad disebut sel
germinal.

Gambar 7. Differensiasi jaringan manusia (Djauhari, 2010).

2.4 Determinasi
Pada perkembangan selanjutnya, Stem cell menjadi terspesialisasi, proses
ini disebut determinasi. Sel-sel pada lapisan germinal menjadi lebih terspesialisasi

10
daripada sel telur yang telah dibuahi atau blastomer. Stem cell lapisan germinal
akan berkembang menjadi sel progenitor (sel precursor). Contohnya sel di
endoderm akan berkembang menjadi sel progenitor yang selanjutnya akan
menghasilkan sel-sel hati (Wahyu, 2013).

Gambar 8. Hirarki Stem cell (Wahyu, 2013).

2.5 Peranan Stem Cell Dalam Riset


Soenarso (2007) mengemukakan peranan stem sel dalam riset adalah
sebagai berikut:
2.5.1 Terapi gen
Stem cell (dalam hal ini Stem cell hematopoetik) digunakan sebagai alat
pembawa transgen ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya
apakah Stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.
Karena Stem cell mempunyai sifat dapat memperbaharui dirinya sendiri maka
pemberian terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu Stem cell
hematopoetik juga dapat berdifferensiasi menjadi bermacam-macam sel sehingga
transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel.
2.5.2 Mengetahui proses biologis

11
Proses biologis berupa perkembangan organisme dan perkembangan kanker.
Melalui Stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker.
2.5.3 Penemuan dan pengembangan obat baru
Untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan.
2.5.4 Terapi sel berupa replacement therapy
Stem cell dapat hidup di luar organ tubuh manusia, misalnya di cawan petri,
maka dapat dilakukan manipulasi terhadap Stem cell itu tanpa mengganggu organ
tubuh manusia. Stem cell yang ditransplantasikan kembali masuk ke dalam organ
tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu.
Ada beberapa alasan mengapa Stem cell baik digunakan dalam terapi
berbasis sel yaitu:
1) Stem cell dapat diperoleh dari pasien sendiri, artinya transplantasi bersifat
autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Hal ini berbeda dengan
transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match),
transplantasi Stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai.
2) Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah yang besar dari sumber terbatas. Misalnya pada luka bakar
yang luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka
yang luas. Dalam hal ini terapi Stem cell sangat bermanfaat.
3) Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam
jaringan dan berinteraksi dengan jaringan sekitarnya.
2.6 Penggunaan Sel Punca Berdasarkan Cell-Based Theory
Beberapa penggunaan Stem Cell pada berbagai penyakit menurut Soenarso
(2007) diantaranya sebagai berikut:
2.6.1 Stem Cell untuk Diabetes
Pada diabetes terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap
insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya
8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi
penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin
besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel
penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James
Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau

12
Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda
dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi
transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi
dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari
kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan
penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi
insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen.
2.6.2 Stem Cell untuk Skin Replacement
Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah
dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang
dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga
menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat
dalam terapi ulkus vena ataupun luka bakar.
2.6.3 Stem Cell untuk Penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal,
yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter
yang berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin,
maka pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus.
Dalam hal ini transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala
penyakit Parkinson.Tahun 2001, dilakukan penelitia n dengan menggunakan
jaringan mesensefalik embrio manusia yang mengandung neuron-neuron
dopamin. Jaringan tersebut ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson
berat dan dipantau dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya
setelah transplantasi terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai
penyakit Parkinson, peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada
pemeriksaan PET; perbaikan bermakna ini tampak pada penderita yang lebih
muda. Namun setelah 1 tahun, 15% dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh
setelah dosis levodopa dikurangi atau dihentikan.
2.6.4 Stem Cell untuk Stroke

13
Dahulu dianggap bahwa sekali terjadi kematian sel pada stroke, maka akan
menimbulkan kecacatan tetap karena sel otak tidak mempunyai kemampuan
regenerasi. Tapi anggapan berubah setelah para pakar mengetahui adanya
plastisitas pada sel-sel otak dan pengetahuan mengenai stem cell yang
berkembang pesat belakangan ini.

2.6.5 Stem Cell untuk Penyakit Jantung


Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa adult stem cells dan
embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan
memberikan pembuluh darah baru. Strauer dkk. mencangkok mononuclear bone
marrow cell autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat PTCA 6
hari setelah infark miokard akut. Sepuluh pasien yang diberi stem cell area
infarknya menjadi lebih kecil dan indeks volume stroke, left ventricular end-
systolic volume, kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard menunjukkan
perbaikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perin dkk. memberikan
transplantasi bone marrowmononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada
miokard yang lemah dengan panduan electromechanical mapping pada 14 pasien
gagal jantung iskemik kronik berat.Single-photon emission computed tomography
myocardial perfusionscintigraphy menunjukkan penurunan defek yang signifikan
dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang diterapi.
2.7 Hasil Penelitian Mengenai Cell-Based Therapy
Menurut Wahyu (2013) ada beberapa alasan penelitian mengapa stem cell
merupakan calon yang bagus dalam cell-based therapy:
2.7.1 Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya
transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi.
Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang
sesuai (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor
yang sesuai.
2.7.2 Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar

14
luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar
yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna.
2.7.3 Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi
melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan
mengenai terapi gen di atas.
2.7.4 Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam
jaringan dan berinteraksi dengan jaringan sekitarnya
2.8 Bioetika Pada Penelitian Stem cell
Berkembangnnya penelitian Stem cell dan penggunaanya dalam upaya untuk
mengobati penyakit pada manusia akan menimbulkan masalah dalam hal etik. Hal
utama terkait dengan etik adalah sumber Stem cell tersebut yaitub embrio. Sumber
embrio adalah hasil abortus, zigot sisa IVF dan hasil pengklonan. Pengklonan
embrio manusia untuk memperoleh stem sel merupakan isu yang menimbulkan
kontroversi. Hal ini terkait dengan isu awal kehidupan dan penghormatan
terhadap kehidupan. Pengkolanan embrio manusia unruk memperoleh sel punca
menimbulkan kontroversi karena berhubungan dengan pengklonan manusia yang
ditentang oleh semua agama hidup (Ahmad, 2008).
Djauhari, 2010 mengemukakan UU Republik Indonesia No 36 tahun 2009
tentang kesehatan pasal 70 mengatakan:
1) Penggunaan sel punca hanya dapat dilakukan untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan, serta dilarang digunakan untuk tujuan
reproduksi
2) Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh berasal dari sel
punca embrionik
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan sel punca sebagaimana
dijelaskan pada ayat (1) dan (2) diatur dalam peraturan menteri
Dalam proses permanenan sel punca embrio dapat terjadi kerusakan pada
embrio dan menyebabkan embrio tersebut mati. Adanya anggapan bahwa embrio
berstatus sama dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima.
Perdebatan yang cukup ramai adalah mengenai status moral embrio, apakah
embrio harus diperlakukan sebagai manusia atau sebagai sesuatu yang berpotensi
untuk menjadi manusia atau sebagai jaringan hidup tubuh lainnya. Lebih jauh lagi

15
apakah embrio yang berkembang dianggap sebagai makhluk hidup (Ahmad,
2008).

16

Anda mungkin juga menyukai