Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

PENILAIAN FORMASI

4.1. Penilaian Formasi


Penilaian formasi adalah serangkaian kegiatan pencatatan atau pengukuran
data tentang sifat - sifat fisik batuan dan fluida formasi yang ditembus lubang bor.
Kegiatan ini dapat dilakukan baik ketika pemboran sedang berlangsung maupun
pada saat pemboran dihentikan sementara atau setelah mencapai target yang
dikehendaki.
Adapun metode - metode yang digunakan untuk penilaian formasi adalah :
log operasi pemboran, coring dan analisa core, well loging dan uji kandungan
lapisan. Tujuan dari penilaian formasi menurut Ellis & Singer (2008) adalah
sebagai berikut:
i. Menentukan Ada Tidaknya Hidrokarbon.
ii. Menentukan Dimana Tepatnya Hidrokarbon Tersebut Berada.
iii. Menentukan Berapa Banyak Kandungan Hidrokarbon Tersebut di Dalam
Formasi.
iv. Menentukan Apakah Hidrokarbon Tersebut Potensial Untuk di Produksi
atau Tidak.

4.1.1. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Formasi


Dalam melakukan penilaian formasi perlu memperhatikan adanya beberapa
faktor yang mempengaruhi factor - faktor itu antara lain, jenis lumpur pemboran
yang digunakan, sifat jenis dari batuan dan jenis fluida yang ada dalam reservoir
tersebut.

A. Jenis Fluida Pemboran


Salah satu kegunaan dari fluida pemboran adalah sebagai media logging dan
media informasi. Sebagai media informasi karena lumpur dapat membawa cutting
kepermukaan dan dari cutting tersebut dapat diketahui sifat - sifat fisik batuan
tersebut. Sebagai media logging, lumpur akan berfungsi untuk sarana mendukung

134
pelaksanaan logging tersebut. Dari beberapa peralatan logging yang biasa dipakai
maka yang paling banyak dipengaruhi oleh lumpur pemboran adalah log Listrik.
Lumpur pemboran dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu: lumpur yang
bersifat menghantarkan arus listrik (Konduktif) dan lumpur yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik (Non-konduktif).
1. Fluida Pemboran Konduktif
Yang termasuk dalam fluida pemboran konduktif ini adalah lumpur
pemboran yang komponen dasarnya air atau sering disebut water base
muds. Water base mud ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu lumpur dengan
komponen dasar air tawar (fresh water muds) dan lumpur dengan komponen
air asin (salt water muds).
a. Lumpur Air Tawar (fresh water muds)
Merupakan lumpur pemboran yang kadar garam (salinitas) yang kecil.
b. Lumpur Air Asin (Salt Water Muds)
Lumpur ini mempunyai kadar garam yang cukup tinggi.

2. Fluida Pemboran Non Konduktif


Fluida pemboran yang termasuk golongan ini adalah lumpur dengan
komponen dasar minyak (oil base muds dan oil base emulsion muds) dan
fluida pemboran komponen dasar gas atau udara (gaseous drilling fluids).
a. Oil Base Mud dan Oil Base Emulsion Muds.
Oil base muds mengandung minyak sebagai fasa yang kontinu dengan kadar
air yang rendah sedangkan oil base emulsion muds mempunyai kadar air
yang lebih tinggi.
b. Gaseous Dlilling Muds
Komponen dasar dari fluida pemboran ini adalah gas atau udara yang mana
keduanya tidak dapat menghantarkan listrik (non-konduktif), sehingga
fluida pemboran ini tidak dapat digunakan dalam media log listrik.

135
B. Sifat Jenis Batuan Reservoir
Sifat jenis batuan reservoir juga merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan khususnya dalah hal penilaian formasi yang menggunakan metode
Logging. Sifat Jenis batuan reservoir tersebut yang perlu diketahui antara lain :
1. Sifat Kelistrikan Batuan
Yang dimaksud sifat kelistrikan batuan adalah sifat - sifat dari batuan
apabila batuan tersebut diberi arus listrik. Sebagian besar batuan reservoir
pada umumnya adalah batuan sedimen yang bersifat non-konduktif yang
menenempati rongga pori - pori batuan tersebut, maka batuan tersebut
menjadi batuan konduktif.

2. Sifat Keradioaktifan Batuan


Proses radioaktif merupakan suatu proses dimana suatu inti atom mengalami
penguraian (desintegrasi) secara spontan. Pada waktu pecahnya atom
tersebut akan selalu diikuti oleh emisi (radiasi) radioaktif, seperti sinar
Alpha (), sinar Beta () dan sinar Gamma (). Adapun kekuatan radioaktif
ini tergantung pada kandungan jenis radioaktif tersebut, sehingga sifat
radioaktif ini tergantung dari jenis bahan radioaktif tersebut, sehingga sifat
radioaktif formasi akan tergantung pada kandungan jenis radioaktif batuan.
Ada tiga macam radiasi Radioaktif, yaitu:
a. Sinar Alpha ()
Sinar Alpha ini terdiri dari partikel - pertikel yang bermuatan listrik dengan
muatan dua kali muatan elektron, tetapi tandanya berlawanan.
b. Sinar Beta ()
Sinar Beta ini merupakan electron - elektron yang berkecepatan tinggi dan
dilepaskan dari inti atom suatu zat radioaktif.
c. Sinar Gamma ()
Gamma ini sejenis dengan sinar-X, tetapi panjang gelombangnya yang lebih
pendek dan keduanya merupakan radiasi elektromegnetik karena tidak
mempunyai massa. Sinar Gamma inilah yang digunakan pada penilaian
formasi (Gamma-Ray log).

136
Sifat radioaktif batuan dapat ditimbulkan oleh adanya kandungan zat
radioaktif dalam batuan tersebut, yang biasanya banyak terdapat pada
batuan sedimen terutama clay. Ada tiga seri unsure - unsur radioaktif yang
terdapat dialam, yaitu seri Uranium (U), seri Thorium (Th) dan seri
Actinium (K). dalam batuan sedimen terdapat tiga komponen utama
gamma-ray spectrum, yaitu Pothasium, uranium dan thorium.
Kandungan radioaktif pada batuan sedimentasi dapat dibagi menjadi 4
golongan, yaitu:
i. Radioaktif yang sangat rendah, meliputi anhidrit, salt, dan coal
ii. Radioaktif yang rendah, meliputi : pure limestone, dolomite dan sandstone.
iii. Medium radioaktif, meliputi : arkose, granite, shaly sand, shaly limestone
dan shaly dolomite.
iv. High radioaktif, meliputi : shale, vulkanik,dan bentonite.

3. Sifat Perambatan Suara Batuan


Sifat rambat bunyi ini merupakan sifat fisik batuan yang dapat membantu
dalam menentukan karakteristik reservoir minyak dan gas. Semua zat padat
termasuk batuan akan mengikuti Hukum Hooke yang mendeskripsikan
kelakuan elastik batuan / material.

C. Jenis Fluida Reservoir


Fluida yang terdapat dalam reservoir, yaitu air, minyak dan gas dapat
mempengaruhi dalam penilaian formasi terutama dalam metode logging
(kombinasi logging), yaitu dalam mengkombinasikan logging akan sangat
mempengaruhi penentuan ketebalan lapisan produktif, menentukan batas fluida,
yaitu batas Minyak-air (Water Oil Contact (WOC)), batas gas-minyak (Gas Oil
Contact (GOC)), dan pada reservoir gas juga perlu ditentukan batas gas-air (Gas
Water Contact (GWC)).

137
4.2. Metode Well Logging

Log adalah suatu grafik kedalaman dari satu set data yang menunjukkan
parameter yang diukur secara berkesinambungan di dalam sebuah sumur
(Harsono, 1997). Logging memberikan data berupa sifat sifat batuan dan cairan
untuk mengevaluasi secara kuantitatif banyaknya hidrokarbon di lapisan pada
situasi dan kondisi sesungguhnya. Menurut Ellis & Singer (2008) membagi
metode yang digunakan untuk memperoleh data log menjadi dua macam, yaitu:
a. Wireline logging dilakukan setelah proses drilling menggunakan wireline
unit dengan menggunakan kabel setelah pengeboran dilaksanakan dan pipa
pengeboran telah diangkat
b. Logging while driiing adalah logging yang dilaksanakan bersamaan dengan
pemboran. Sensor dimasukkan kelubang sumur dengan peralatan didalam
drill colar. LWD pada dasarnya berguna untuk member informasi
(resistivitas, porositas dan gamma ray) sedini mungkin pada saat pemboran.

Adapun metode metode Logging yang akan dibahas disini adalah :


i. Log Listrik (Elektric Log).
ii. Log Radioaktif (Radioactive Log).
iii. Log Akustik (Sonic Log).

4.2.1.Log Listrik (Electric Log)


Adanya pori - pori yang terisi fluida yang dapat menghantarkan arus listrik
(air asin), atau terisi mineral clay, maka batuan sedimen tersebut dapat
menghantarkan arus listrik. Batuan yang banyak mengandung air formasi (asin)
akan mempunyai resistivity yang rendah, sedangkan apabila banyak mengandung
minyak, gas atau air tawar maka resistivitynya akan lebih tinggi daripada batuan
yang mengandung air asin. Umumnya log listrik dapat dibedakan menjadi dua
jenis:
a. Spontaneous Potential (SP) Log.
b. Resistivity Log.

138
A. Spontaneous Log (SP Log)
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektrode tetap di
permukaan dengan elektrode yang bergerak didalam lubang bor, terhadap
kedalaman lubang bor. Kurva yang terjadi dihasilkan dari sirkuit sederhana yang
terdiri dari dua buah elektroda dan sebuah galvanometer. Elektrode referensi (N)
ditanam dipermukaan dan elektroda satunya lagi (M) diturunkan kedalam lubang
sumur. Sebuah batrai dan sebuah potensiometer dipasang untuk menguatkan
potensial yang konstan pada kedua elektrode tersebut.

Gambar 4.1. Prinsip Kerja SP Log (Bowen, 2003).

Fungsi dari SP Log antara lain sebagai berikut :


a. Mengidentifikasi lapisan - lapisan porous dan permeabel.
b. Mencari batas - batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur
berdasrakan batas lapisan.
c. Korelasi lapisan.
d. Identifikasi air tawar dan air asin.
e. Mencari harga Rw.
f. Menetukan kandungan clay dalam lapisan.

Sebaiknya SP log diturunkan didalam kondisi water base mud, hal ini
karena SP log hanya dapat bekerja pada kondisi lumpur yang konduktif. SP log ini
juga tidak dapat digunakan di dalam lubang bor yang sudah dicasing.

139
Bentuk kurva SP log dengan berbagai kondisi batuan dan kandungan
didalamnya adalah sebagai berikut :
a. Pada lapisan shale, kurva lapisan konstan dan mengikuti suatu garis lurus
yang disebut dengan shale base line.
b. Pada lapisan permeable mengandung air asin, defleksi akan berkembang ke
arah kiri dari garis shale atau negatif.
c. Pada lapisan permeable mengandung hydrocarbon, defleksi akan
berkembang negatif.
d. Pada lapisan permeable mengandung air tawar, defleksinya positif (ke arah
kanan pada garis shale base line).

Persamaan yang digunakan dalam interpretasi kurva SP log yaitu :


460+ t F Rmf
SSP=K log ...............................................................................
537 Rw
(1.1)
Dimana :
SSP = Static Spontaneous Potensial, mV
Rmf = Tahanan air filtrat lumpur, ohm-meter
K = Faktor Lithologi batuan, 70,7 pada temperatur F
Rw = Tahanan air formasi
t = temperatur formasi F

140
Gambar 4.2. Interpretasi SP Log (Darling, 2005).
B. Resistivity Log
Kurva yang berbentuk pada resistivity log adalah sebagai akibat dari
pengukuran tahanan listrik formasi dengan dua atau tiga elektroda yang
diturunkan kedalam lubang bor. Fungsi umum dari resistivity log, yaitu:
a. Menentukan kandungan fluida batuan reservoir.
b. Mengetahui nilai Rw :
i. Archie Eq.
ii. Indonesia Eq.
iii. Picket Plot, etc.
c. Menentukan zona permeable.
d. Menentukan kontak fluida (GOC, WOC, GWC).

Gambar 4.3. Prinsip Kerja Resistivity Log (Harsono, 1997).

Dewasa ini banyak sekali jenis - jenis dari resistivity log, diantaranya adalah :
a. Normal Log Device
Pada log resistivity yang lazim, arus dialirkan melalui elektrode tertentu (A),
menembus kedalam formasi dan voltage ini berguna dalam penentuan harga
resistivity formasinya.
b. Lateral Log

141
Lateral Log device ini mempunyai tiga elektrode yang dimaksudkan untuk
mendeteksi tahanan formasi yang tidak terinvasi oleh lumpur bor (Rt).
Normal Log dan lateral Log sering disebut konvensional resistivity log,
yang hanya dapat digunakan dalam lumpur jenis water base mud. Harga
tahanan yang dicatat oleh konvensional resistivity log adalah harga tahanan
semu bukan tahanan yang sebenarnya.
c. Induction Log
Pengukuran tahanan listrik batuan formasi dengan konvensional resistivity
log memerlukan adanya lumpur bor yang bersifat konduktif agar dapat
digunakan untuk menghantarkan arus listrik ke formasi. Akibatnya tidak
satupun peralatan tersebut yang dapat digunakan apabila lubang bor kosong,
terisi minyak, gas, oil base mud atau udara. Untuk mengatasi hal - hal
semacam ini, maka dikembangkan peralatan khusus yang dapat digunakan
tanpa terpengaruh oleh kondisi - kondisi tersebut diatas. Peralatan tersebut
adalah induction Log.
Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah
investigasi yang jauh didalam lapisan tipis untuk menentukan Rt dan kadang
- kadang untuk korelasi, tanpa memandang jenis lumpur yang digunakan.
d. Laterolog (Guard Log)
Laterol log digunakan untuk menghitung Rt, terutama pengukuran Rt
dengan induction log banyak mengalami kesalahan, disamping itu juga
dapat digunakan untuk korelasi batuan. Laterolog ini hanya dapat digunakan
dalam lumpur jenis water base mud.
e. Micro Resistivity Log
Micro resistivity log dirancang untuk memperoleh harga tahanan formasi
pada daerah flush zone (Rxo) dan sebagai indikator untuk mengetahui
adanya lapisan porous dan permeable yang ditandai dengan adanya mud
cake.

4.2.2.Log Radioaktif (Radioactive Log)

142
Hampir semua batuan sedimen mengandung jejak - jejak garam radioaktif,
sebagai akibatnya garam - garam ini dapat menimbulkan radiasi radioaktif secara
alamiah. Batuan sedimen dengan butiran halus lebih banyak mengandung unsur
radioaktif dibandingkan dengan yang berbutir kasar. Salah satu keuntungan log
radioaktif adalah bahwa log tersebut dapat digunakan pada sumur yang sudah
dicasing, tidak seperti pada log listrik yang hanya dapat digunakan pada sumur
yang belum dicasing. Jenis log Radioaktif yang biasa digunakan dilapangan
adalah :
a. Gamma Ray Log
b. Neutron Log
c. Density Log

A. Gamma Ray Log


Prinsip kerja dari gamma ray log adalah sonde dari log sinar gamma yang
terdiri dari beberapa detector yang mencatat emisi sinar gamma yang dipancarkan
oleh formasi, kemudian ditransmisikan kepermukaan dengan kabel sebagai impuls
listrik dan dicatat sebagai fungsi dari kedalaman. Fungsi Utama dari GR Log
adalah sebagai berikut:
i. Menentukan lapisan permeable.
ii. Mengidentifikasi lithologi, korelasi antar formasi.
iii. Menetukan volume serpih (Vsh).
iv. Menetukan lapisan shale dan non shale.
v. Mendeteksi adanya mineral radioaktif.

143
Gambar 4.4. Prinsip Kerja GR Log (Harsono, 1997).

Gamma ray log dapat digunakan untuk mengukur porositas, untuk korelasi
dan untuk mengontrol kedalaman lubang sumur untuk perforasi , Selain itu juga
untuk mengindikasi adanya lapisan shaly-sand pada intepretasi log listrik.

Gambar 4.5. Interpretasi GR Log (Bowen, 1997).

B. Neutron Log
Merupakan log yang dapat membaca hydrogen index yang terkandung
dalam batuan dengan cara menembakan neutron kedalam formasi, dimana
semakin tinggi hidrogen indeksnya maka neutron yang dipantulkan kembali

144
kedalam detektor dalam logging tools akan semakin sedikit (log neutron
menunjukan nilai yang rendah) dan sebaliknya. Fungsi utama dari neutron log
adalah sebagai berikut :
i. Untuk menentukan porositas total.
ii. Untuk mendeteksi adanya formasi gas dan identifikasi HC setelah
dikombinasikan porosity tool lainnya (Density Log).

iii. Untuk penentuan korelasi batuan.

Indeks hydrogen didefinisikan sebagai rasio dari konsentrasi atom hydrogen


setiap cm kubik batuan terhadap kandungan air murni pada suhu tertentu. Secara
sederhana, semakin berpori batuan semakin banyak kandungan hydrogen dan
semakin tinggi indeks hydrogen.
Pembacaan grafik kurva log neutron, berbeda dengan pembacaan kurva log
yang lain. Pada Log neutron nilai minimum ke maksimum dimulai dari kanan ke
kiri, dikarenakan semakin rendah indeks hidrogen tercatat semakin baik
porositasnya.

Gambar 4.6. Prinsip Kerja Neutron Log (Harsono, 2003).

Karena neutron log mengukur porositas batuan tanpa memandang apakah


pori-pori tersebut berisi hydrocarbon atau air, maka neutron log dapat
digolongkan sebagai porosity tool.

145
C. Density Log
Log density adalah kurva yang menunjukkan besarnya densitas bulk density
(RHOB) dari batuan yang ditembus oleh lubang bor. Log densitas digunakan
untuk mengukur densitas semu formasi menggunakan sumber radioaktif yang
ditembakkan ke formasi dengan sinar gamma yang tinggi dan mengukur jumlah
sinar gamma rendah yang kembali ke detektor. Fungsi utama dari density log
adalah sebagai berikut :
i. Untuk mengukur porositas batuan.
ii. Untuk mengidentifikasi mineral batuan.
iii. Untuk mengidentifikasi shaly sand dan lithologi batuan yang kompak.
iv. Identifikasi litologi.

v. Identifkasi HC (kombinasi dengan Neutron Log).

4.2.3.Log Akustik

A. Sonic Log
Sonic log dirancang untuk mengukur porositas batuan formasi dengan cara
mengukur interval transite time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh gelombang
suara untuk merambat dalam batuan formasi sejauh satu feet. Peralatan sonic log
menggunakan sebuah transmitter (pemancar gelombang suara) dan dua buah
receiver (penerima).Jarak antara keduanya adalah satu feet. Fungsi utama dari
sonic log adalah sebagai berikut :
i. Mendeteksi adanya fracture.
ii. Mengetahui elastisitas kontak batuan.
iii. Mengetahui porositas batuan.
iv. Membatu interpretasi seismic record, teruma untuk maksud kalibrasi
kedalaman formasi.

d.3. Open Hole Logging


Open hole logging dipakai untuk mengetahui keadaan formasi di bawah
permukaan. Logging dilakukan sebelum dilakukannya pemasangan casing pada
lubang bor. Atribut formasi yang umum yang mungkin diketahui yaitu:

146
1. Sifat dari fluida, termasuk densitas, gas oil ratio, API gravity, resistivitas air
dan kegaraman, suhu dan tekanan
2. Seting geologi, dimana termasuk kemiringan stratigrafi atau struktur,
karakteristik fasies, heterogenitas dan reservoir.

d.4. Casing Hole Logging


Case hole logging merupakan proses logging yang dilakukan setelah
dilakukan pemasangan casing pada lubang bor. Terdapat beberapa alasan mengapa
case hole logging dilakukan :
i. Sebagai pengukuran tambahan dari pengukuran yang dilakukan pada open hole.
Sangatlah penting untuk melakukan pengukuran tambahan ini dikarenakan
kondisi sumur yang memungkinkan ketidakakuratan data open hole, atau
adanya pengukuran yang tak semestinya pada beberapa zona saat open hole.
ii. Untuk memonitor perubahan yang terjadi pada formasi yang terjadi pada
saat terakhir casing telah dipasang. Ketika perubahan ini terjadi, evaluasi
dan sebab perubahan ini mungkin diperlukan untuk merancang strategi
recovery daripada hidrokarbon.
iii. Untuk menyediakan kedalaman referensi antara pengukuran open hole dan
case hole.

d.5. Interpretasi Logging


Interpretasi logging ini dibagi menjadi interpretasi kualitatif dan interpretasi
kuantitatif. Interpretasi kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi lapisan porous
permeabel dan ada tidaknya fluida. Sedangkan interpretasi kuantitatif dilakukan
untuk menentukan harga Vclay, , Rfluida, Sw dan permeability batuan.

4.5.1.Interpretasi Kualitatif

147
Interpretasi log kualitatif guna memperkirakan kemungkinan adanya lapisan
porous permeabel dan ada tidaknya fluida. Untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat harus dilakukan pengamatan terhadap log yang kemudian satu sama
lainnya dibandingkan. Tujuan dari interpretasi kualitatif adalah identifikasi
lithologi dan fluida hidrokarbon yang meliputi identifikasi lapisan porous
permeabel, ketebalan dan batas lapisan, serta kandungan fluidanya.

A. Identifikasi Lapisan Porous Permeabel


Untuk identifikasi lapisan permeabel dapat diketahui dengan : defleksi SP,
separasi resistivity, separasi microlog, caliper log dan gamma ray log. Adapun
masing - masing log diatas dapat diketahui sebagai berikut :
a. Defleksi SP : bilamana lumpur pemboran mempunyai perbedaan salinitas
dengan air formasi (terutama untuk lumpur air tawar), lapisan permeabel
umumnya ditunjukkan dengan adanya penambahan defleksi negatif (kekiri)
dari shale base line.
b. Separasi resistivity : adanya invasi dan lapisan permeabel sering
ditunjukkan dengan adanya separasi antara kurva resistivity investigasi
rendah.
c. Separasi microlog : proses invasi pada lapisan permeabel akan
mengakibatkan terjadinya mud cake pada dinding lubang bor. Dua kurva
pembacaan akibat adanya mud cake oleh microlog menimbulkan separasi
pada lapisan permeabel dapat dideteksi oleh adanya separasi positif (micro
inverse lebih kecil daripada micro normal).
d. Caliper log : dalam kondisi lubang bor yang baik umumnya caliper log
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya ketebalan mud cake, sehingga
dapat memberikan pendeteksian lapisan permeabel.
e. Gamma Ray log : formasi mengandung unsur - unsur radioaktif akan
memancarkan radioaktif dimana intensitasnya akan terekam pada defleksi
kurva gamma ray log, pada umumnya defleksi kurva yang membesar
menunjukkan intensitas yang besar adalah lapisan shale/clay, sedangkan

148
defleksi menunjukkan intensitas radioaktif rendah menunjukkan lapisan
permeabel.

B. Identifikasi Ketebalan dan Batas Lapisan


Ketebalan lapisan batuan dibedakan atas dua, yaitu ketebalan kotor (gross
thickness) dan ketebalan bersih (net thickness). Ketebalan kotor (gross thickeness)
merupakan tebal lapisan yang dihitung dari puncak lapisan sampai dasar lapisan
dari suatu lapisan batuan. Sedangkan ketebalan bersih (net thickness) merupakan
tebal lapisan yang dihitung atas ketebalan dari bagian - bagian permeabel dalam
suatu lapisan.
Jenis log yang dapat digunakan untuk menentukan ketebalan lapisan adalah:
SP log, kurva resistivity, kurva microresistivity, dan gamma ray log. Adapun dari
defleksi kurva log log tersebut:
a. SP log, yang terpenting dapat membedakan lapisan shale dan lapisan
permeabel.
b. Kurva resistivity, alat yang terbaik adalah laterolog dan induction log.
c. Kurva microresistivity, pada kondisi lumpur yang baik dapat memberikan
hasil penyebaran yang vertikal.
d. GR log, log ini dapat membedakan adanya shale dan lapisan bukan shale,
disamping itu dapat digunakan pada kondisi lubang bor telah dicasing,
biasanya dikombinasikan dengan neutron log.

4.5.2.Interpretasi Kuantitatif
Didalam analisa logging secara kuantitatif dimaksudkan untuk menentukan
lithologi batuan, tahanan jenis air formasi (R w), evaluasi shaliness, harga porositas
(), saturasi air (Sw) dan permeabilitas (K).

149
Gambar 4.7. Skema Proses Interpretasi Kuantitatif.

A. Zonasi
Zonasi merupakan zona yang dipilih berdasarkan pengendapan pada lapisan
batuan. Zonasi ini dipilih melalui log gamma ray. Cara megetahuinya adalah dari
nilai gamma ray yang besar sampai nilai gamma ray yang kecil lalu kembali pada
nilai gamma ray yang besar, itu disebut sebagai satu kali pengendapan. Dari
sumur yang dilakukan logging dengan log gamma ray didapatkan sebelas layer.
Namun yang dinyatakan prospek hanya enam layer. Pemilihan enam layer ini juga
dipengaruhi oleh pengukuran dari log resistivity log, Density log dan Neutron log.
Pada layer yang prospek memiliki gamma ray log yang rendah dan resistivity
yang tinggi, dan pada density log dan neutron Log terdapat crossover yang dapat
diindikasikan mengandung hidrocarbon.

B. Cut-Off
Cut off merupakan perpotongan yang dicari pada log gamma ray. Log untuk
menentukan batas shalestone dan sandstone. Dimana jika nilai gamma ray nya
tinggi maka diindikasikan sebagai shalestone dengan warna hijau dan jika gamma
ray bernilai rendah maka diindikasikan sebagai sandstone dengan warna kuning.

150
Pencarian cut off yaitu menjumlahkan nilai GR max dan GR min pada log gamma
ray lalu dibagi dengan dua.
Gr Min+ Gr Max
Cut Off = ...................................................................................
2
..(1.2)

C. V Shale
V shale perlu diketahui agar kita dapat mengetahui seberapa besar
kandungan shale yang terdapat pada batuan reservoir kita. Dimana nilai V Shale
ini mempengaruhi pada porositas kita, semakin besar V Shale maka porositas kita
semakin kecil. Kemudian dihitung dengan persamaan :
GrGr min
V Shale= ..................................................................................
Gr MaxGr Min
....(1.3)

D. Porositas
Porositas harus ketahui agar kita tahu seberapa besar kemampuan batuan
untuk menyimpan fluida. Pada log untuk menghitung porositas kita harus
menentukan nilai Log RHOB dan NPHI. Setelah kita menentukan nilai RHOB,
selanjutnya kita menghitung Density dengan persamaan:
maRHOB
Density= ....................................................................................
maf
...(1.4)

Untuk penentuan porositas neutron berdasarkan litologi dan kandungan


fluida maka nilai neutron dapat dicari dengan persamaan :
n = (1.02xNPHI)+0.0425.................................................................................(1.5)
Dimana :
NPHI = porositas yang terbaca pada kurva neutron log
1.425 = koreksi terhadap limestone formation

151
E. Saturasi Air
Saturasi air perlu diketahui untuk mengetahui pada zona interest berisi
minyak atau air, dengan mengetahui saturasi air maka bisa menentukan persentasi
air pada zona tersebut.
BVW x ( 1Vsh )
Sw irr= .......................................................................................
eff RHOB
...(1.6)

F. Permeabilitas
Permeability batuan perlu diketahui agar kita tau seberapa besar
kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.
75 x eff RHOB3 2 .................................................................................
K eff =( )
Sw irr
..(1.7)

G. Metode Quick Look Logging


Metode quick look logging adalah metode cepat untuk menentukan jenis
litologi dan jenis fluida yang terkandung dalam batuan.

1. Zona Prospek Minyak


a. Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya
rendah, terlihat defleksi menjauhi shale base line. Hal ini mengindikasikan
bahwa daerah dengan kurva yang mendekati minimum kemungkinan
merupakan lapisan reservoir. Lapisan reservoir adalah lapisan permeabel
yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga sinar gamma ray yang
menunjukkan kandungan serpih yang rendah.
b. Kurva resistivitas (LLD dan LLS) menunjukkan
nilai resistivitas yang semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada
zona ini terdapat kandungan fluida. Zona prospek minyak bumi memiliki
resistivitas yang sangat tinggi. Jika kurva LLD menunjukkan bentuk

152
defleksi yang lebih besar daripada kurva RHOB, maka zona tersebut
dianggap sebagai zona minyak bumi
c. Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan
Resisitivitas) yang memperlihatkan sinar gamma bernilai rendah dan
resistivitas bernilai tinggi maka kemungkinan terdapat kandungan sand pada
formasi tersebut. Berdasarkan litologinya yaitu sand, dapat diketahui bahwa
zona ini merupakan zona prospek hidrokarbon, sebab minyak dan gas selalu
bertumpuk dibebatuan pasir (sand).
d. Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB)
dan log neutron (NPHI) dapat mendeteksi adanya kandungan hidrokarbon
atau air di suatu formasi. Kedua kurva ini memperlihatkan bentukan kolom
separasi (+) cross over yang kecil, hal ini menandakan jenis fluida adalah
minyak. Terlihat pada kurva RHOB bentukan garis mengarah pada
pengurangan porositasnya (semakin kekanan) dan penambahan densitas
(semakin ke kiri). Sedangkan kurva log NPHI memperlihatkan hal yang
sebaliknya, dimana terlihat kurva mengarah pada pertambahan porositasnya
(semakin ke kiri).

2. Zona Prospek Gas


a. Zona prospek gas memiliki cirri - ciri yang menyerupai minyak pada
beberapa kurva log. Namun harus dibedakan secara lebih teliti lagi
perbedaan dari keduanya di setiap kurva log. Di bawah ini penjelasan dari
zona prospek gas berdasarkan hasil interpretasi data wireline log.
b. Pada kurva GR terlihat bahwa sinar gamma-nya rendah, jauh dari shale base
line. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah dengan kurva yang mendekati
minimum kemungkinan merupakan lapisan reservoir. Lapisan reservoir
adalah lapisan permeabel yang biasanya ditunjukkan oleh rendahnya harga
sinar gamma ray yang menunjukkan kandungan serpih yang rendah.
c. Kurva resistivitas (LLD dan LLS) menunjukkan nilai resistivitas yang
semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada zona ini terdapat
kandungan fluida.
d. Berdasarkan dua kurva tersebut (GR dan Resisitivitas) yang
memperlihatkan sinar gamma bernilai rendah dan resistivitas bernilai tinggi
maka kemungkinan terdapat kandungan sand pada formasi tersebut.

153
Berdasarkan litologinya yaitu sand, dapat diketahui bahwa zona ini
merupakan zona prospek hidrokarbon.
e. Kurva log porositas yaitu log densitas (RHOB) dan log neutron (NPHI)
dengan harga resistivitas yang tinggi maka zona itu merupakan zona gas.
Kedua kurva ini memperlihatkan bentukan kolom separasi (+) cross over
yang besar (membentuk seperti butterfly effect), hal ini menandakan jenis
fluida adalah gas dengan harga porositas neutron yang jauh lebih kecil dari
harga porositas densitas.

3. Zona Air Asin


Zona air asin pada data wireline log dapat dikenali dari log resistivitasnya
(kurva LLD dan kurva LLS). Log ini digunakan untuk mendeterminasi zona
hidrokarbon dan zona air. Zona air akan menunjukkan harga tahanan jenis formasi
yang lebih rendah daripada zona minyak. Dari log resistivitas yang diberikan
terlihat bahwa defleksinya melurus, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa zona
ini merupakan zona saline water. Bila defleksinya membelok (resistivitasnya
semakin membesar) maka merupakan fresh water. Selain itu zona air juga dapat
dikenali bila tidak menunjukkan adanya separasi antara kurva log densitas
(RHOB) dengan kurva log neutron (NPHI). Kurva densitas (RHOB) lapisan
tersebut berada disebelah kanan kurva neutron. Saline water menunjukkan harga
kurva NPHI dan RHOB yang kecil.

154

Anda mungkin juga menyukai