Anda di halaman 1dari 3

osen Tamu : Dr. Widyati, M.Klin.Pharm.

, Apt
Tanggal : 27 Oktober 2014
Judul : Tatalaksana Rasional Pada Diabetes Melitus dan Hipertensi.
Resume :

Tatalaksana Rasional Pada Diabetes Melitus (DM)

Pada pharmaceutical care Diabetes Melitus (DM) ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
yaitu: problem medik dan Drug Related Problem (DRP) yang sering muncul. Problem medik
yang umum terjadi pada pasien DM diantaranya:
1. hiperglikemia dan hipoglikemia
2. penyakit komorbid seperti atherosklerosis, dislipidemia, hipertensi dan penyakit
kardiovaskular
3. komplikasi meliputi akut (ketoasidosis, hiperosmolar hyperglicemic state (HHS) dan kronik
(nefropati, neuropati, retinopati)
4. resistensi insulin
DRP yang umumnya terjadi pada pasien DM adalah:
1. pemilihan preparat insulin yang kurang tepat. Pasien yang memiliki defisiensi insulin
membutuhkan campuran rapid acting dan intermediate insulin sebelum sarapan, rapid acting
sebelum makan malam dan intermediate acting sebelum tidur. Selain itu pemilihan insulin perlu
memperhatikan profil farmakokinetikanya. Ketika kadar glukosa membaik, maka preparat Oral
Ati Diabetes (OAD) dapat mulai diberikan sambil monitor kadar glukosa darah serta insulin
perlahan ditarik dari rejimen.

2. pemilihan OAD yang kurang tepat. Pemilihan OAD harus memperhatikan beberapa hal yaitu:
faktor-faktor dalam pemilihan OAD, kadar gula puasa, BMI, ada atau tidak gagal organ
eliminasi, ada atau tidaknya penyakit penyerta, usia, prinsip kombinasi tidak satu golongan dan
maksimal kombinasi adalah 3 agen.
3. Interaksi obat
4. efek samping hipoglikemia
5. obat yang menginduksi hipo atau hiperglikemia
6. Kepatuhan pasien

Tatalaksana Rasional Hipertensi

Problem medik umum pada hipertensi antara lain: penyakit penyerta (angina dan penyakit
vaskular perifer), kondisi khusus yang memerlukan terapi yang berbeda (manula, wanita
terutama dengan kehamilan, anak dan remaja). DRP yang umum terjadi pada hipertensi antara
lain:
1. kegagalan terapi (ketepatan agen hipertensi, kepatuhan pasien, interaksi obat, asupan garam
serta adanya penyakit penyerta).
2. terjadinya ADR karena ESO dan interaksi obat
Pada pasien hipertensi yang perlu diperhatikan lagi adalah konseling. Poin-poin konseling
meliputi:
1. Penurunan berat badan
2. Latihan/olahraga
3. Makanan kaya kalium/kalsium
4. Pengurapan asupan garam
5. Pengurangan asupan alkohol
6. Penghentian merokok
7. Restriksi diet kaya lemak

Dosen Tamu : Dr. Widyati, M.Klin.Pharm., Apt


Tanggal : 24 dan 25 April 2015
Judul : Tatalaksana Rasional Pada Gagal Ginjal dan Rasionalitas Penggunaan Antibiotika
Resume :

Pharmaceutical Care pada Gagal Ginjal

Terbagi menjadi terapi pada Penyakit Ginjal Akut (PGA) dan Gangguan Ginjal Kronis (GGK).
Problem medik yang umumnya terjadi pada PGA diantaranya: hipertensi, asidosis metabolik,
hiperkalemia. DRP pada PGA meliputi pemilihan obat yang kurang tepat, over/low dose, efek
samping obat, interaksi obat, pemakaian obat yang menginduksi penurunan fungsi ginjal. Tujuan
terapi dari PGA adalah koreksi penyebab, koreksi cairan dan ketidakseimbangan elektrolit. Oleh
sebab itu penatalaksanaan PGA meliputi:
1. koreksi cairan (hidrasi)
2. pemberian diuretik
3. penatalaksanaan asidosis: pemberian Na bikarbonat oral/iv
Pada GGK, problem medik yang banyak terjadi adalah terjadinya polifarmasi. Penyakit pada
ginjal akan mempengaruhi PK/PD dari obat yang dapat memberikan efek unpredictable.
Keadaan uremia menginduksi perubahan di absorbsi, ikatan dengan protein dan eliminasi.
Tujuan terapi pada GGK adalah: memperlambat progresivitas serta mencegah dan memanage
komplikasi. Problem medik yang umum terjadi antara lain:
1. anemia
2. hipertensi
3. uremia, asidosis
4. hiperurisemia
5. gangguan GI.

6. infeksi
DRP yang umum terjadi pada GGK sama dengan pada PGA. Yang penting dalam perhitungan
dosis harus memperhitungkan nilai dari klirens kreatinin pasien.
Terapi Antibiotika Yang Rasional

Pentingnya penggunaan antibiotika yang rasional berhubungan dengan peningkatan terjadinya


resistensi antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat meliputi:
1. penggunaan antibiotika untuk infeksi virus
2. penggunaan antibiotika spektrum luas
3. dosis yang terlalu rendah/tinggi
4. terapi yang terlalu lama
5. penggunaan tidak sesuai hasil kultur
6. penggunaan yang terlalu dini atau terlambat
7. tidak memberikan antibiotika seperti yang diresepkan
8. penggunaan iv ketika seharusnya po sudah dapat mengatasi.

Terapi antibiotika diberikan ketika:


1. tanda infeksi klinis jelas disertai klutur
2. tanda klinis infeksi jelas tanpa kultur
3. profilaksis
4. pembedahan
5. non pembedahan: mencegah infeksi opportunistik pada pasien HIV, pencegahan SBP pada
sirosis dll.
DRP yang banyak terjadi antara lain: pemakaian antibiotika tidak disertai bukti, pemilihan
antibiotika untuk terapi empirik tidak tepat, kombinasi Ab tidak tepat, peralihan dari iv ke oral,
lama terapi, penyesuaian dosis.
Pemilihan Ab yang tepat harus berdasar pada:
1. terapi empirik sebelum kultur
2. ketahui sumber kuman, lacak kemungkinan mo
3. pilih AB berdasarkan: perkiraan mo, keganasan infeksi, penetrasi ke tempat infeksi, ada
tidaknya gagal organ, riwayat alergi, kehamilan-laktasi, biaya dan pola resistensi.

Anda mungkin juga menyukai