Anda di halaman 1dari 14

1.

Bentuk bentuk Demokrasi Modern

Ada tiga bentuk demokrasi modern yang bisa dianut oleh negara negara di dunia
pada saat ini, yaitu sebagai berikut.

a. Demokrasi Sistem Parlementer

Dalam sistem parlementer hubungan antara eksekutif (pemerintah) dan badan


legislatif (badan perwakilan rakyat) sangat erat. Kekuasaan eksekutif diserahkan
kepada suatu badan yaitu kabinet/dewan menteri. Menteri menteri baik secara
perorangan maupun secara bersama sama sebagai kabinet (dewan menteri)
mempertanggung jawabkan segala kebijakan pemerintahanya kepada parlemen.
Apabila pertanggung jawaban menetri atau dewan menteri ditolak parlemen, maka
menteri yang bersangkutan atau para menteri (kabinet) tersebut harus
mengundurkan diri. Hal ini sering disebut krisis kabinet. Apabila terjadi
perselisihan antara kabinet dengan parlemen dan kepala negara beranggapan
kabinet dalam pihak yang benar maka kepala negara akan membubarkan
parlemen. Kelebihan dari sistem ini adalah rakyat dapat menjalankan fungsi
pengawasan dan berperan dalam penyelnggaraan negara.

b. Demokrasi Sistem Pemisah Kekuasaan

Dalam sistem pemisahan kekuasaan ini, hubungan antara badan eksekutif dengan
badan legislatif tidak ada karena terdapat pemisahan yang tegas antara kekuasaan
eksekutif (pemerintah) dan legislatif (badan perwakilan rakyat). Hal ini sesuai
dengan ajaran Trias Politika, Kekuasaan negara itu dipisahkan menjadi tiga
macam , yaitu sebgai berikut.

1) Kekuasaan legislatif: kekuasaan membuat undang undang.

2) kekuasaan Eksekutif: Kekuasaan menjalankan undang undang

3) Kekuasaan yudikatif: kekuasaan mengawasi jalanya undang undang

1
Menurut sistem pemisahan kekuasaan, lembaga eksekutif (pemerintah) terdiri atas
presiden sebagai kepala pemerintahan dibantu oleh para menteri, menteri menteri
diangkat da bertanggung jawab kepada presiden. Sistem seperti ini disebut sistem
Presidensial.

Kelebihan dari sistem ini adalah sebagai berikut.

1) Ada kestabilan pemerintah

2) Pemerintah tidak dapat dijatuhkan oleh Badan Perwakilan Rakyat (parlemen)

3) Program-program pemerintah dapat terlaksana karena ada kestabilan


pemerintahan.

Sementara itu, kelemahan dalam sistem ini antara lain lemahnya pngawasan dari
rakyat dan mendorong pemusatan kekuaaan di tangan presiden.

c. Demokrasi Sistem Referendum (Pengawasan Langusng oleh Rakyat)

Demokrasi dengan sistem referendum, tugas badan perwakilan rakyat selalu


diawasi oleh rakyat yaitu dalam bentuk referendum. Apa yang dimaksud dengan
referendum ? Refendum yaitu pemungutan suara langsung oleh rakyat tanpa
melalui badan legislatif.

Ada dua macam Referendum, yaitu sebagai berikut.

1) Referendum Obligatoire (referendum Wajib)

2
Referendum Obligatoire Adalah referendum yang menentukan berlakunya suatu
undang undang. Undang undang baru berlaku bilas mendapat persetujuan rakyat
melalui referendum.

2) Referendum Fakultatif (referendu Tidak wajib)

Referendum Fakultatif Adalah referendum yang menentukan apakah suatu


undang undang yang sedang berlaku dapat terus dipergunakan atau tidak atau
perlu tidaknya perubahan perubahan.

Kelebihan sistem Referendum, adalah sebagai berikut.

1) Tidak semua rakyat punya pengetahuan tentang undang undang yang baik.

2) pembuatan undang undang menjadi lebih lambat/lama

Kelemahan Dalam sistem ini adalah sebagai berikut.

1) Tidak semua rakyat mempunyai pengetahuan yang cukup tentang UU yang


baik.

2) Pembuatan UU mejadi lambat.

2. Bentuk Demokrasi Berdasarkan Penyaluran Kehendak Rakyat

berdasarkan penyaluran kehendak rakyat demokrasi dibedakan menjadi


demokrasi langsung dan tidak langsung.

3
a. Demokrasi Langsung

Apa yang dimaksud dengan Demokrasi Langsung ? Demokrasi langsung yaitu


demokrasi yang mengikutsertakan setiap warga negaranya dalam
permusyawaratan untuk menentukan kebijaksanaan umum negara atau undang
undang. Dalam demokrasi langsung ini, rakyat secara langsung menyampaikan
aspirasinya dengan bermusyawarah dalam rapat. Dalam semokrasi langsung,
segala aspirasi rakyat dapat diputuskanoleh rakyat. Pada zaman modern sekarang,
mengingat jumlah penduduk makin banyak, maka tidaklah mungkin dapat
dilaksanakan demokrasi secara langsung seperti zaman yunani Kuno. Pelaksanaan
demokrasi yang tepat untuk saat ini adalah demokrasi perwakilan.

Pelaksanaan demokrasi di setiap negara banyak dipergunakan disetiap negara


banyak dipengaruhi oleh faktor faktor seperti: Sejarah, Kebudayaan, Dasar
negara, dan latar belakang lainya.

b. Demokrasi Tidak Langsung

Apa yang dimaksud dengan Demokrasi tidak langsung ? Demokrasi tak


langsung yaitu paham demokrasi yang dilaksanakan melalui sistem perwakilan.
Rakyat menyerahkan aspirasinya kepada suatu badan yang mewakilinya.
Demokrasi tidak langsung/perwakilan biasanya dilaksanakan melalui pemilihan
umum.

Dalam negara modern seperti sekarang di mana jumlah penduduknya sudah


banyak, wilayahnya cukup luas, tidak mungkin meminta pendapat rakyat seorang
demi seorang dalam menjalankan roda pemerintahan. Apalagi masyarakat
mempunyai kesibukan sendiri sendiri serta tingkat kepandaian orang berbeda,
menyebabkan kedaulatan rakyat tidak mungkin dapat dilakukan secara murni dan

4
keadaan menghendaki bahwa kedaulatan takyat itu dilaksanakan dengan
perwakilan langsung.

Kedaulatan rakyat dengan perwakilan atau demokrasi dengan perwakilan/tidak


langsung yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil wakil rakyat. Wakil wakil
rakyat bertindak atas nama rakyat dan menentukan corak dan cara pemerintah
serta tujuan yang hendak dicapai. Agar wakil wakil tersebut benar benar dapat
bertindak atas nama rakyat, maka wakil wakil itu ditentukan sendiri oleh rakyat.
Untuk menentukannya dapat melalui pemilu.

Jadi Pemilu adalah cara untuk memilih wakil rakyat. Bagi suatu negara yang
menyebut dirinya negara demokrasi, pemilu itu harus dilaksanakan dalam waktu
tertentu.

Pemilu merupakan salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil,
karenanya adalah suatu keharusan untuk melaksanakanya. Bagi negara demokrasi,
pemilu adalah syarat mutlak untuk melaksanakan kedaulatan rakyat.

Usaha untuk membatasi kekuasaan kekuasaan agar tidak menjurus ke arah


kekusaan absolut telah menghasilkan ajaran Rule of Law (kedaulatan hukum).
Ajaran ini menegaskan bahwa yang berdaulat daam suatu negara adalah hukum.
Semua orang baik rakyat biasa maupun penguasa harus tunduk pada hukum.
Diberlakukannya ajaran ini guna menghindarkan tindakan sewenang wenang
penguasa terhadap rakyat. dengan kata lain hak hak rakyat akan terlindungi.

5
Adapun Unsur unsur Rule of Law adalah sebagai berikut.

1) Berlakunya supremasi hukum (hukum menempati kedaulatan tertinggi, semua


orang tunduk padanya) dan tidak kesewenang wenangan.
2) Perlakuan yang sama di depan hukum bagi setiap warga negara.

3) Terlindunginya hak hak manusia oleh UU serta keputusan keputusan


pengadilan.

Syarat syarat pemerintah demokrasi dibawah Rule of Law adalah adanya hak hak
sebagai berikut.

1) perlindungan secara konstitusional atas hak hak warga negara.

2) Badan kehakiman atau peradilan

3) Pemilihan umum yang bebas

4) Kebebasan untuk menyatakan pendapat.

5) Kebebasan untuk berorganisai dan beroposisi

6) Adanya pendidikan kewarganegaraan.

Keenam syarat tersebut harus dipenuhi dalam pemerintahan yang demokratis. Jika
tidak, apalagi terdapat praktik praktik yang bertentangan dengan keenam prinsip
tersebut, maka sistem pemerintahan itu kurang layak disebut pemerintahan yang
demokratis.

Unsur-unsur Budaya Demokrasi

1. Kebebasan, adalah keleluasaan untuk membuat pilihan terhadap beragam


pilihan atau melakukan sesuatu yang bermamfaat untuk kepentingan

6
bersama atas kehendak sendiri tanpa tekanan dari pihak manapun. Bukan
kebebasan untuk melakukan hal tanpa batas. Kebebasan harus digunakan
untukhal yang bermamfaat bagi masyarakat, dengan cara tidak melanggar
aturan yang berlaku.

2. Persamaan, adalah Tuhan menciptakan manusia dengan harkat dan


martabat yang sama. Di dalam masyarakat manusia memiliki kedudukan
yang sama di depan hukum,politik, mengembangkan kepribadiannya
masing-masing, sama haknya untuk menduduki jabatan pemerintahan.

3. Solidaritas, adalah kesediaan untuk memperhatikan kepentingan dan


bekerjasama dengan orang lain. Solidaritas sebagai perekat bagi
pendukung demokrasi agar tidak jatuh kedalam perpecahan.

4. Toleransi, adalah sikap atau sifat toleran. Toleran artinya bersikap


menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dll) yang
bertentangan atau berbeda dengan pendirian sendiri.

5. Menghormati Kejujuran, adalah keterbukaan untuk menyatakan


kebenaran, agar hubungan antar pihak berjalan baik dan tidak
menimbulkan benih-benih konplik di masa depan.

6. Menghormati penalaran, adalah penjelasan mengapa seseorang memiliki


pandangan tertentu, membela tindakan tertentu,dan menuntut hal serupa
dari orang lain. Kebiasaan memberipenalaran akan menumbuhkan
kesadaran bahwa ada banyakalternatif sumber informasi dan ada banyak
cara untuk mencapai tujuan.

7. Keadaban, adalah ketinggian tingkat kecerdasan lahir-batin atau kebaikan


budi pekerti. Perilaku yang beradab adalah perilaku yang mencerminkan
penghormatan terhadap dan mempertimbangkan kehadiran pihak lain yang
tercermin dalam sopan santun, dan beradab.

7
PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Perkembangan demokrasi PraOrde Baru

Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3 november 1945,


yang menganjurkan pembentukan partai-partai politik, perkembangan demokrasi
dalam masa revolusi dan demokrasi pearlementer dicirikan oleh distribusi
kekuasaan yang khas. Presiden Soekarno ditempatkan sebagai pemilik kekuasaan
simbolik dan ceremonial, sementara kekuasaan pemerintah yang riil dimiliki oleh
Perdana Menteri, Kabinet dan, Parlemen. Partai politik memainkan peranan
sentral dalam kehidupan politik dan proses pemerintahan. Kompetisi antar
kekuatan dan kepentingan politik mengalami masa keleluasaan yang terbesar
sepanjang sejarah Indonesia merdeka. Pergulatan politik ditandai oleh tarik
menarik antara partai di dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik di
luar lingkungan kekuasaan, pihak kedua mncoba menarik pihak pertama ke luar
dari lingkungan kekuasaan.

Kegiatan partisipasi politik di masa ini berjalan dengan hingar bingar, terutama
melalui saluran partai politik yang mengakomodasikan ideologi dan nilai
primordialisme yang tumbuh di tengah masyarakat, namun hanya melibatkan
segelintir elit politik. Dalam masa ini yang dikecewakan dari Soekarno adalah
masalah presiden yang hanya sebagai simbolik semata begitu juga peran militer.

Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah mengalami perpecahan antar


elit dan antar partai politik di satu sisi, serta di sisi lain akibat adanya sikap
Soekarno dan militer mengenai demokrasi yang dijalankan. Perpecahan antar elit
politik ini diperparah dengan konflik tersembunyi antar kekuatan parpol dengan
Soekarno dan militer, serta adanya ketidakmampuan setiap kabinet dalam
merealisasikan programnya dan mengatasi potensi perpecahan regional ini
mengindikasikan krisis integral dan stabilitas yang parah. Keadaan ini
dimanfaatkan oleh Soekarno untuk merealisasikan nasionalis ekonomi, dan
diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka sebuah masa demokrasi
terpimpin kini telah mulai.

8
Periode demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan terbentuknya Zaken
Kabinet pimpinan Ir. Juanda pada 9 April 1957, dan menjadi tegas setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Kekuasaan menjadi tersentral di tangan presiden, dan secra
signifikan diimbangi dengan peran PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan
Suprastruktur dan infrastruktur politik dikendalikan secara hampir penuh oleh
presiden. Dengan ambisi yang besar PKI mulai menmperluas kekuatannya
sehingga terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September
1965, kemudian mulailah pada massa orde baru.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan, antara lain:

1. Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan


memprihatinkan. Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian
kekuasaan eksekutif dengan rata-rata satu kali pergantian setiap tahun.

2. Stabilitas politik sevara umum memprihatinkan. Ditandai dengan kuantitas


konflik politik yang amat tinggi. Konflik yang bersifat ideologis dan
primordial dalam masa 20 tahun pasca merdeka.

3. Krisis ekonomi. Dalam masa demokrasi parlementer krisis dikarenakan


karena kabinet tidak sempat untuk merealisasika program ekonomi karena
pergantian kekuasaan yang sering terjadi. Masa demokrasi terpimpin
mengalami krisis ekonomi karena kegandrungannya terhadap revolusi
serta urusan internasional sehingga kurangnya perhatian disektor ekonomi.

4. Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur


pemerintah dalam proses politik menjaadikan birokrasi tidak terurus.

1. Perkembangan Demokrasi Masa Revolusi Kemerdekaan.

Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan revolusi kemerdekaan baru


terbatas pada interaksi politik diparlemen dan berfungsinya pers yang mendukung
revolusi kemerdekaan. Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang menyangkut
perkembangan demokrasi pada periode ini, akan tetapi pada periode tersebut telah
diletakkan hal-hal mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara

9
menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk
menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan
terbentuknya sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi
system kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah
kehidupan politik kita.

2. Perkembangan demokrasi parlementer (1945-1959)

Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950 sampai 1959,
dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan
konstitusionalnya. Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia,
karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan
kehidupan politik di Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen
memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik yang berjalan.
Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi
tidak percaya kepad pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus
meletakkan jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini
merupakan contoh konkret dari tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan
politisi. Ada hampir 40 partai yang terbentuk dengan tingkat otonomi yang tinggi
dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya maupun para
pendukungnya.

Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya politik aliran, sehingga


membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2) basis sosial ekonomi
yang masih sangat lemah;(3) persamaan kepentingan antara presiden Soekarno
dengan kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses
politik yang berjalan.

3. Perkembangan Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Sejak berakhirnya pemillihan umum 1955, presiden Soekarno sudah menunjukkan


gejala ketidaksenangannya kepada partai-partai politik. Hal itu terjadi karena
partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan dan
kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh.disamping

10
itu Soekarno melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan
dan gotong royong.

Politik pada masa ini diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara ketiga
kekuatan politik yang utama pada waktu itu, yaitu: presiden Soekarno, Partai
Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik yang utama dari
demokrasi terpimpin adalah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan
terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik nasionall
menjadi sedemikian lemah, Basic Human Right menjadi sangat lemah, masa
demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari semnagt anti kebebasan pers,
sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

Pandangan A. Syafii Maarif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin


menempatkan Soekarno seagai Ayah dalam famili besar yang bernama
Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian,
kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin Soekarno adalah adanya
pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya
kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial
dan check and balance dari legislatif terhadap eksekutif. (Sunarso, dkk. 2008:132-
136)

Perkembangan Demokrasi dalam Pemerintahan Orde Baru

Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan tingkat


ekonomi, poltik dan, ideologi sesaat atau temporer. Tahun-tahun awal
pemerintahan Orde Baru ditandai oleh adanya kebebasan politik yang besar.
Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI dan
menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan Demokrasi
Pancasila (Orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah
yang sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang
tidak lebih dari tiga tahun ini, kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan kepada

11
kekuatan masyarakatan. Oleh karena itu pada kalangan elit perkotaan dan
organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971, tumbuh gairah besar
untuk berpartisipasi mendukung program-program pembaruan pemerintahan baru.

Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara


kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara Orde Baru mewujudkan dirinya
sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, dan sementara masyarakat
semakin teralienasi dari lingkungan kekuasaan danproses formulasi kebijakan.
Kedaan ini adalah dampak dari (1) kemenangan mutlak dari kemenangan Golkar
dalam pemilu yang memberi legitimasi politik yangkuat kepada negara; (2)
dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan
institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan keamanan; (4) intervensi negara
terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepda negara
untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber
biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari
komoditas nonmigas dan pajak domestik, mauppun yang berasal dari bantuan luar
negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan
pemenuhan kebutuhan pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat
yang potensinya muncul karena sebab struktural.

Pemberontakan G-30-S/PKI merupaka titik kulminasi dari pertarungan atau tarik


tambang politik antara Soekarno, Angkatan Darat, dan Partai Komunisme
Indonesia. Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat
mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik, berkembangnya
pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik.
Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh; dominannya peranan
ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan
peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai
politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan
inkorporasi lembaga nonpemerintah. Beberapa karakteristik pada masa orde baru
antara lain: Pertama, rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hamper ridak
pernah terjadi. Kedua, rekruitmen politik bersifat tertutup. Ketiga,

12
PemilihanUmum. Keempat, pelaksanaan hak dasar waega Negara. (Rukiyati, dkk.
2008:114-117)

Perkembangan Demokrasi Pada Masa Reformasi (1998 Sampai Dengan


Sekarang).

Sejak runtuhnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya


Presiden Soeharto, maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang
baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi yang dijalankan terhadap hampir
semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku sebelumnya.
Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian
Batangtubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tataan
kehidupan kenegaraan di era Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara,


khususnya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek
sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya
mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksana-
kan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Dalam
masa pemerintahan Habibie inilah muncul beberapa indicator kedemokrasian di
Indonesia. Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik
untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya
system multi partai dalam pemilu tahun 1999.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah demokresi
Pancasila, tentu saja dengan karakteristik tang berbeda dengan orde baru dan
sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959. Pertama, Pemilu
yang dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya.
Kedua, ritasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampi pada
tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik
dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti
adanya kebebasan menyatakan pendapat

13
14

Anda mungkin juga menyukai