Assalamualaikum wr wb.
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya serta
dorongan dari semua pihak sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada makalah ini dengan
baik dan seksama. kami mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Septi Muharni M.farm,Apt.
yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dan juga
kepada semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu atas segala bantuan dan partisipasi
nya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas pada makalah ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan Ibuk, Serta Rekan-Rekan sekalian. kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan beserta kesempurnaan adalah milik Allah SWT. kami berharap semoga tugas
makalah ini dapat memberikan manfaat dan pencerahaan untuk rekan-rekan yang membaca pada
saat melakukan pengamatan lebih lanjut.
Wassalamualaikum. Wr.wb
Penulis
KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................3
1.2 Rumusan Masalah dan Tujuan ..........................................................................................4
BAB II ISI
2.1.Definisi wawancara riwayat pengobatan...................................................5
2.2 Keterampilan Dasar dalam Mewawancarai Pasien.......................................................6
2.2.1 Obat-Obatan Resep yang Sedang Digunakan...............................................9
2.2.2 Obat-Obat Bebas yang Sedang Digunakan Pasien 10
2.2.3 Obat-Obat Resep dan Bebas yang Pernah Digunakan11
2.2.4 Alergi................11
2.2.5 Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan.11
2.2.6 Kepatuhan Terhadap Pengobatan12
2.2.7 Pengambilan Riwayat yang Efisien.13
2.2.8 Kesalahan-Kesalahan Umum dalam Mewawancarai Pasien...14
3.1 Penyusunan Rencana Asuhan Kefarmasian...14
3.2 Proses asuhan pasien17
4.1 Pemantauan Terapi Obat..18
4.2 Seleksi Pasien19
4.3 Identifikasi Masalah Terkait Obat...20
4.4 Pengumpulan Data Pasien21
4.5 Rencana Pemantauan...21
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dengan orientasi
obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care). Sebagai
konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai tenaga farmasi
dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat berinteraksi
langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi klinik
(penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana dan
metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.
Tujuan
1. Mengetahui cara untuk mewawancarai riwayat pengobatan
2. Mengetahui cara untuk penyusunan rencana asuhan kefarmasian
3. Mengetahui cara untuk melakukan proses rencana pemantauan pada pasien
BAB II
PEMBAHASAN
Wawancara riwayat pengobatan merupakan langkah atau tahap dalam mengenal pasien
dan bertujuan mendapatkan informasi mengenai berbagai aspek penggunaan obat pasien
sehingga dapat membantu pengobatan secara keseluruhan.
Informasi tersebut dapat digunakan untuk :
a) Membandingkan profil pengobatan sekarang dan sebelumnya
b) Memverifikasi riwayat pengobatan yang diperoleh dan memberikan informasi tambahan
jika perlu
c) Mendokumentasikan adanya alergi dan Adverse Drugs Reaction
d) Skrining interaksi obat
e) Menilai kepatuhan pasien
f) Menilai rasionalitas obat yang diresepkan
g) Menilai kejadian penyalahgunaan obat
b. Kalimat Pembuka
Kalimat-kalimat pembuka antara farmasis dan pasien menentukan tahap interaksi.
Pasien sebaiknya dipanggil dengan nama keluarganya (apabila diketahui). Farmasis
harus memperkenalkan dirinya dan menjelaskan alasan perlunya interaksi apabila
pasien belum mengenalnya.Sebagai tambahan, pasien perlu diberi tahu perkiraan
jumlah waktu yang diperlukan untuk interaksi. Sebagai contoh, Nyonya Smith, Saya
Dr. Mark Davis, Farmasis. Saya ingin berbicara dengan anda untuk melihat bagaimana
keadaan anda selama terapi.Ini hanya perlu beberapa menit saja. Karena jenis interaksi
ini mungkin merupakan hal baru bagi beberapa pasien, farmasis harus siap untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan (misalnya:Mengapa anda perlu
berbicara kepada saya? Farmasis lain tidak melakukan ini.). Penjelasan singkat
tambahan dalam interaksi biasanya dapat mengatasi setiap kebingungan
c. Jenis-jenis Pertanyaan
Melanjutkan perkenalan singkat, farmasis harus menanyakan kepada pasien
beragam pertanyaan.Agar dialog antara pasien dan farmasis dapat efektif dan produktif,
perlu digunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.Secara umum,
pertanyaan-pertanyaan terbuka digunakan pada saat awal, untuk mengumpulkan
informasi umum, dan selanjutnya diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tertutup,
apabila sesuai, untuk mengumpulkan data pasien yang lebih spesifik
g. Pernyataan Penutup
Membawa wawancara kepada penutupan yang tepat merupakan bagian penting dari
proses komunikasi. Banyak kali, pasien akan mengevaluasi keseluruhan interaksi
berdasarkan pada pernyataan-pernyataan terakhir; oleh karena itu, farmasis tidak
seharusnya mengakhiri wawancara secara mendadak. Cara efektif untuk menutup
interaksi adalah memberikan ringkasan singkat. Hal ini memungkinkan untuk farmasis
dan pasien mengulas apa yang telah didiskusikan dan menjernihkan setiap informasi
yang salah. Ketika kedua belah pihak telah menentukan bahwa informasi sudah benar,
Farmasis harus menanyakan kepada pasien obat-obat resep apa yang sedang ia gunakan.
Selain nama obat, juga diperlukan informasi mengenai dosis, jadwal penggunaan, durasi terapi,
alasan menggunakan obat, dan hasil terapi. Sebaiknya digunakan pertanyaan terbuka untuk
memperoleh informasi pasien yang paling akurat. Pertanyaan yang mengarahkan (misalnya:
Anda meminum Captopril, 25 mg tiga kali sehari, benar begitu Nyonya Smith?) akan
mendorong pasien untuk berkata ya daripada beresiko malu dengan mengakui bahwa dia
berhenti meminum obat beberapa minggu lalu karena kehabisan. Oleh karena itu, pertanyaan-
pertanyaan yang mengarahkan harus dihindari.
Beberapa pasien mungkin tidak mengetahui nama-nama obat yang sedang mereka
gunakan. Apabila hal ini terjadi, minta pasien menggambarkan bagaimana bentuk dari obat,
dengan sebanyak mungkin detail yang memungkinkan. Deskripsi ini harus meliputi bentuk
sediaan, ukuran, bentuk, dan warna; dan angka, huruf, atau kata-kata dalam bentuk sediaan.
Ketika mendokumentasikan informasi ini, farmasis harus memasukkan deskripsi detail dari
pasien dan, jika daftar obat-obat yang resep tersedia, catat jika daftar itu konsisten dengan
pengobatan yang pasien harus gunakan.
Farmasis juga harus memperoleh jadwal pemberian dosis yang diresepkan (misalnya: dua
kali sehari, satu kali sehari), jadwal pemberian dosis aktual yang digunakan pasien, dan perkiraan
waktu dimana pasien menggunakan obat. Jika pasien tidak menggunakan pengobatan sesuai
dengan yang diresepkan (misalnya: pasien menggunakan pengobatan satu kali sehari ketika
seharusnya tiga kali sehari), tentukan alasan ketidaksesuaian ini. Baik jadwal pemberian dosis
yang diresepkan dan yang aktual harus didoumentasikan bersama dengan alasannya untuk
pengkajian kepatuhan pengobatan pasien di masa mendatang.
Karena obat bebas dapat berinteraksi dengan pengobatan yang diresepkan, menyebabkan
reaksi berlawanan, dan digunakan oleh pasien untuk menyembuhkan reaksi berlawanan
disebabkan oleh obat resep, farmasis harus memperoleh informasi mengenai setiap obat bebas,
termasuk produk-produk herbal dan vitamin, yang mungkin digunakan pasien. Informasi ini
harus meliputi nama obat dan dosis, jadwal pemberian dosis aktual, durasi terapi, alasan
menggunakan obat, dan hasil dari terapi. Banyak obat bebas digunakan secara prn atau
sebagaimana dibutuhkan), maka selalu tanyakan penggunaan persis pengobatan tersebut.
Menanyakan berapa kali dalam satu hari, satu minggu, atau satu bulan pasien mengunakan
pengobatan, atau seberapa sering pasien harus membeli persediaan baru, dapat membantu
farmasis menghitung jumlah obat yang digunakan.
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan tersebut
mencakup: pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang
tidak dikehendaki (ROTD), dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi
obat harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode
tertentu agar keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui.
Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko mengalami masalah terkait obat.
Kompleksitas penyakit dan penggunaan obat, serta respons pasien yang sangat individual
meningkatkan munculnya masalah terkait obat. Hal tersebut menyebabkan perlunya dilakukan
PTO dalam praktek profesi untuk mengoptimalkan efek terapi dan meminimalkan efek yang
tidak dikehendaki.
Hasil meta-analisis yang dilakukan di Amerika Serikat pada pasien rawat inap didapatkan
hasil angka kejadian ROTD yang serius sebanyak 6,7% dan ROTD yang fatal sebanyak 0,32%.
Sementara penelitian yang dilakukan di rumah sakit di Perancis menunjukkan : masalah terkait
obat yang sering muncul antara lain: pemberian obat yang kontraindikasi dengankondisi pasien
(21,3%), cara pemberian yang tidak tepat (20,6%), pemberian dosis yang sub terapeutik (19,2%),
dan interaksi obat (12,6%). Data dari penelitian yang dilakukan di satu rumah sakit di Indonesia
menunjukkan 78,2% pasien geriatri selama menjalani rawat inap mengalami masalah terkait
obat.
Beberapa masalah yang ditemukan dalam praktek apoteker komunitas di Amerika
Serikat, antara lain: efek samping obat, interaksi obat, penggunaan obat yang tidak tepat.
Sementara di Indonesia, data yang dipublikasikan tentang praktek apoteker di komunitas masih
terbatas.
Apoteker perlu membuat prioritas masalah sesuai dengan kondisi pasien, dan menentukan
masalah tersebut sudah terjadi atau berpotensi akan terjadi. Masalah yang perlu penyelesaian
segera harus diprioritaskan.
4.4 Pengumpulan Data Pasien
Rekam medik merupakan kumpulan data medik seorang pasien mengenai pemeriksaan,
pengobatan dan perawatannya di rumah sakit. Data yang dapat diperoleh dari rekam medik,
antara lain: data demografi pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat penggunaan obat, riwayat keluarga, riwayat sosial, pemeriksaan fisik,
laboratorium, diagnostik, diagnosis dan terapi.
Profil pengobatan pasien di rumah sakit dapat diperoleh dari catatan pemberian obat oleh
perawat dan kartu/formulir penggunaan obat oleh tenaga farmasi. Profil tersebut mencakup data
penggunaan obat rutin, obat p.r.n (obat jika perlu), obat dengan instruksi khusus (contoh:
insulin).
Semua data yang sudah diterima, dikumpulkan dan kemudian dikaji. Data yang berhubungan
dengan PTO diringkas dan diorganisasikan ke dalam suatu format yang sesuai.
Sering kali data yang diperoleh dari rekam medis dan profil pengobatan pasien belum cukup
untuk melakukan PTO, oleh karena itu perlu dilengkapi dengan data yang diperoleh dari
wawancara pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain.
4.5 Rencana Pemantauan
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih parameter pemantauan, antara lain:
1. Karakteristik obat (contoh: sifat nefrotoksik dari allopurinol, aminoglikosida). Obat
dengan indeks terapi sempit yang harus diukur kadarnya dalam darah (contoh: digoksin)
Biaya pemantauan.
Penetapan sasaran akhir didasarkan pada nilai/gambaran normal atau yang disesuaikan
dengan pedoman terapi. Apabila menentukan sasaran terapi yang diinginkan, apoteker harus
mempertimbangkan hal-halsebagai berikut:
a) Faktor khusus pasien seperti umur dan penyakit yang bersamaan diderita pasien (contoh:
perbedaan kadar teofilin pada pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis/PPOK dan asma)
b) Karakteristik obat
a. Bentuk sediaan, rute pemberian, dan cara pemberian akan mempengaruhi sasaran
terapi yang diinginkan (contoh: perbedaan penurunan kadar gula darah pada
pemberian insulin dan anti diabetes oral).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penetapan tujuan terapi antara lain: derajat
keparahan penyakit dan sifat penyakit (akut atau kronis). Pilihan terapi dari berbagai alternatif
yang ada ditetapkan berdasarkan:
Efikasi
Keamanan
Biaya
regimen yang mudah dipatuhi
BAB III
KESIMPULAN
Daftar Pustaka