Anda di halaman 1dari 46

Pengertian Zat Sianida dan Bahayanya - Zat Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung

kelompok siano CN, dengan atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Apakah zat sianida ini
berbahaya bila terkonsumsi manusia? Beikut penjelasan lengkap tentang sianida.

Zat Sianida jika terkonsumsi berpotensi menimbulkan masalah kesehatan dan mematikan, dan
tersedia dalam beberapa bentuk.

Sianida dalam bentuk GAS

HCN ( Hidrogen sianida )

CNCl ( Cyanogen Chloride )

Sianida bisa juga dalam bentuk kristal

NaCN ( natrium sianida )

KCN ( Kalium sianida )

Efek sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu beberapa
menit. Di sisi lain, sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap
produk yang biasa kita makan atau gunakan.

Sianida juga dapat diproduksi oleh bakteri, jamur, dan ganggang. Sianida juga ada dalam asap
rokok, misalnya, juga asap kendaraan bermotor, bahan industri, pertambangan dan lainnya

Tanda-tanda keracuna Sianida

Tanda awal dari keracunan sianida adalah


1. Peningkatan frekuensi pernapasan

2. Nyeri kepala

3. Sesak napas

4. Perubahan perilaku seperti cemas

5. Agitasi dan gelisah serta berkeringat banyak

6. Warna kulit kemerahan

7. Tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul

Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap susunan saraf pusat dalam bentuk tremor,
aritmia, kejang-kejang, koma, dan penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti
jantung

Berikut ini adalah Bahaya jika terkonsumsi Zat Sianida

Gejala Ringan

Pusing

Sakit kepala

Mual, muntah

Napas cepat

Nadi cepat

Gelisah

Lemas

Gejala Berat

Kejang

Hilang kesadaran

Gagal napas
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano C N,[1] dengan atom
karbon terikat-tiga ke atom nitrogen.

Pada sianida anorganik, seperti natrium sianida dan kalium sianida, gugus CN ada
sebagai ion sianida poliatomik yang bermuatan negatif (CN); senyawa ini, yang
merupakan garam dari asam sianida, adalah senyawa yang sangat beracun.[2] Ion sianida
bersifat isoelektronik dengan karbon monoksida dan nitrogen molekuler.[3][4]

Sianida organik umumnya disebut nitril; gugus CN terhubung melalui ikatan kovalen
dengan gugus bermuatan karbon, seperti metil (-CH3) pada metil sianida (asetonitril).
Karena tidak melepas ion sianida, maka nitril umumnya lebih tidak beracun, atau seperti
pada polimer tidak larut seperti serat akrilik, maka sama sekali tidak beracun kecuali jika
dibakar.[5]

Asam sianida (HCN) adalah senyawa berbentuk cairan yang mudah menguap, biasa
digunakan dalam pembuatan asetonitril yang kemudian digunakan untuk produksi serat
akrilik, karet sintetis, dan plastik.[6] Sianida juga digunakan dalam berbagai proses kimia,
seperti fumigasi, pengerasan besi dan baja, elektroplating, dan pemurnian bijih. Di alam,
bahan - bahan yang mengandung sianida terdapat dalam beberapa biji buah, seperti
lubang ceri dan biji apel.

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano C N,[1] dengan atom karbon
terikat-tiga ke atom nitrogen.

Pada sianida anorganik, seperti natrium sianida dan kalium sianida, gugus CN ada sebagai ion
sianida poliatomik yang bermuatan negatif (CN); senyawa ini, yang merupakan garam dari
asam sianida, adalah senyawa yang sangat beracun.[2] Ion sianida bersifat isoelektronik dengan
karbon monoksida dan nitrogen molekuler.[3][4]

Sianida organik umumnya disebut nitril; gugus CN terhubung melalui ikatan kovalen dengan
gugus bermuatan karbon, seperti metil (-CH3) pada metil sianida (asetonitril). Karena tidak
melepas ion sianida, maka nitril umumnya lebih tidak beracun, atau seperti pada polimer tidak
larut seperti serat akrilik, maka sama sekali tidak beracun kecuali jika dibakar.[5]

Asam sianida (HCN) adalah senyawa berbentuk cairan yang mudah menguap, biasa digunakan
dalam pembuatan asetonitril yang kemudian digunakan untuk produksi serat akrilik, karet
sintetis, dan plastik.[6] Sianida juga digunakan dalam berbagai proses kimia, seperti fumigasi,
pengerasan besi dan baja, elektroplating, dan pemurnian bijih. Di alam, bahan - bahan yang
mengandung sianida terdapat dalam beberapa biji buah, seperti lubang ceri dan biji apel.
Daftar isi

1 Produksi

2 Tingkat bahaya

o 2.1 Antidot

3 Penggunaan

o 3.1 Pertambangan

o 3.2 Kimia organik industri

o 3.3 Penggunaan Medis

3.3.1 Keracunan pada manusia

3.3.2 Aditif makanan

4 Referensi

5 Pranala luar

Produksi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Asam sianida#Produksi dan sintesis

Proses utama yang digunakan untuk memproduksi sianida adalah proses Andrussow, asam
sianida diproduksi dari metana dan amoniak dengan bantuan oksigen dan katalis platina.[7][8]

2 CH4 + 2 NH3 + 3 O2 2 HCN + 6 H2O

Gas asam sianida dapat dilarutkan dalam larutan natrium hidroksida untuk menghasilkan natrium
sianida.

Tingkat bahaya
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Keracunan sianida

Sebagian besar sianida sangat beracun. Anion sianida adalah inhibitor enzim sitokrom c oksidase
(disebut juga aa3) pada kompleks keempat rantai transpor elektron (ditemukan pada membran
mitokondria pada sel eukariotik). Sianida akan menempel ke besi dalam protein ini. Ikatan
sianida dengan enzim ini akan mencegah transpor elektron dari sitokrom c ke oksigen.
Akibatnya, rantai transpor elektron terganggu, artinya sel tidak dapat lagi memproduksi (secara
aerobik) ATP untuk energi beraktivitas.[9] Jaringan yang sangat mengandalkan respirasi aerobik,
seperti sistem saraf pusat dan jantung, akan sangat terpengaruh.[10]

Senyawa yang paling beracun adalah asam sianida, bentuknya gas pada suhu dan temperatur
ruangan, oleh karena itu dapat terhirup. Oleh karena itu, respirator udara dengan sumber oksigen
eksternal wajib dipakai ketika bekerja dengan asam sianida. Asam sianida akan dihasilkan ketika
sianida labil diasamkan, karena sianida adalah asam lemah. Larutan alkali lebih aman digunakan
karena tidak memunculkan gas asam sianid. Asam sianida juga dapat diproduksi pada
pembakaran poliuretan; untuk alasan ini, poliuretan tidak disarankan untuk digunakan pada
furnitur domestik dan penerbangan. Asam sianida yang terhirup oral dalam skala kecil (dalam
bentuk sianida padat atau larutan sianida) pada angka 200 mg, atau sekitar 270 ppm sudah cukup
untuk mengakibatkan kematian dalam hitungan menit.[10]

Antidot
Hidroksokobalamin bereaksi dengan sianida membentuk sianokobalamin, yang dapat dibuang
secara aman oleh ginjal. Metode ini adalah salah satu metode menguntungkan dalam
menghindari pembentukan metemoglobin. Perangkat antidot ini dijual dengan merk Cyanokit
dan disetujui oleh FDA tahun 2006.[11]

Antidot lama untuk sianida menggunakan 3 senyawa: butiran amil nitrit (dengan dihirup),
natrium nitrit, dan natrium tiosulfat. Tujuan antidot ini adalah menghasilkan besi ferro (Fe3+)
dalam jumlah besar untuk bersaing mendapatkan sianida dengan sitokrom a3 (sehingga sianida
akan terikat ke antidot daripada ke enzim). Nitrit mengoksidasi hemoglobin menjadi
metemoglobin, yang bersaing dengan sitokrom oksidase untuk mendapatkan ion sianida.
Sianmetemoglobin terbentuk dan enzim sitokrom oksidase akan kembali didapat. Mekanisme
utama untuk membuang sianida dari tubuh adalah konversi enzimatik menjadi tiosianat dengan
enzim rhodanese dalam mitokondria. Tiosianat merupakan senyawa yang relatif tidak beracun
dan bisa dibuang ginjal. Untuk mempercepat detoksifikasi, natrium tiosulfat digunakan untuk
menyediakan donor sulfur bagi rhodanese untuk memproduksi tiosianat.[12]

Penggunaan
Pertambangan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sianidisasi emas

Sianida utamanya diproduksi untuk pertambangan emas dan perak: senyawa ini membantu
melarutkan logam ini dari bijihnya. Pada proses sianida, bijih grade tinggi dicampur dengan
sianida (konsentrasi sekitar 2 kg NaCN per ton); bijih low-grade ditumpuk dan disemprot dengan
larutan sianida (konsentrasi sekitar 1 kg NaCN per ton). Logam mulia ini akan membentuk
kompleks dengan anion sianida membentuk turunan yang dapat larut, seperti [Au(CN)2] and
[Ag(CN)2].[13]
4 Au + 8 NaCN + O2 + 2 H2O 4 Na[Au(CN)2] + 4 NaOH

Perak lebih "rendah" daripada emas dan umumnya di alam muncul sebagai sulfida, dalam hal
redoks tidak diperlukan (tidak ada O2 diperlukan). Sebaliknya, reaksi perpindahan yang terjadi:

Ag2S + 4 NaCN + H2O 2 Na[Ag(CN)2] + NaSH + NaOH

Larutan induk yang mengandung ion ini dipisahkan dari padatannya, kemudian dibuang ke
kolam limbah. Logam akan diambil kembali dari larutan induk dengan reduksi dengan abu seng
atau diadsorpsi dengan karbon aktif. Proses ini dapat menghasilkan masalah kesehatan dan
lingkungan. Sejumlah bencana lingkungan muncul akibat kolam limbah yang luber.

Larutan sianida akan terhidrolisa cepat, terutama jika ada cahaya matahari. Senyawa ini dapat
membawa logam berat seperti merkuri jika ada. Sianida juga digunakan pada elektroplating, di
mana dapat menstabilkan ion logam pada larutan elektrolit sebelum terdeposisi.

Kimia organik industri


Beberapa nitril diproduksi dalam skala besar, contoh adiponitril adalah prekursor nilon. Beberapa
senyawa juga dihasilkan dengan menggabungkan asam sianida dengan alkena (hidrosianasi):
RCH=CH2 + HCN RCH(CN)CH3. Katalis logam dibutuhkan untuk reaksi ini.

Penggunaan Medis
Senyawa sianida, natrium nitroprusside terutama digunakan dalam kimia kesehatan untuk
mengukur urine dalam badan ketone khususnya sebagai tindak lanjut untuk pasien diabetes.

Keracunan pada manusia

Keracunan sianida yang disengaja telah muncul pada banyak kejadian sepanjang sejarah.[14]

Yang paling terkenal adalah asam sianida yang dilepas dari pelet Zyklon-B yang digunakan
secara meluas pada pembunuhan massal ketika Holokaus, terutama di kamp konsentrasi. Diracun
dengan gas asam sianida dalam kamar gas (garam asam sianida dijatuhkan ke asam kuat, seperti
asam sulfat) adalah salah satu metode hukuman mati ketika terdakwa kemudian menghirup gas
letal.

Aditif makanan

Karena kestabilannya yang tinggi akan kompleksnya dengan besi, ferrosianida (natrium
ferrosianida E535, kalium ferrosianida E536, dan kalsium ferrosianida E538[15]) tidak akan
terdekomposisi ke level mematikan dalam tubuh manusia dan digunakan dalam industri makanan
sebagai, contohnya agen anticaking pada garam dapur.[16]
Referensi

1. ^ "cyanide | chemical compound". britannica.com (dalam bahasa


Inggris). Britannica.com. Diakses tanggal 1 Februari 2016.

2. ^ "Environmental and Health Effects of Cyanide". International Cyanide


Management Institute. 2006. Diakses tanggal 4 August 2009.

3. ^ Greenwood, N. N.; & Earnshaw, A. (1997). Chemistry of the Elements


(2nd Edn.), Oxford:Butterworth-Heinemann. ISBN 0-7506-3365-4.[halaman dibutuhkan]

4. ^ G. L. Miessler and D. A. Tarr "Inorganic Chemistry" 3rd Ed,


Pearson/Prentice Hall publisher, ISBN 0-13-035471-6.[halaman dibutuhkan]

5. ^ Anon (27 January 2004). "Facts about cyanide:Where cyanide is


found and how it is used". CDC Emergency preparedness and response.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses tanggal 13 April 2010.

6. ^ "CDC | Facts About Cyanide". bt.cdc.gov (dalam bahasa Inggris).


Diakses tanggal 1 Februari 2016. Cyanide is contained in cigarette smoke and
the combustion products of synthetic materials such as plastics. Combustion
products are substances given off when things burn. In manufacturing,
cyanide is used to make paper, textiles, and plastics.

7. ^ Andrussow, Leonid (1927). "ber die schnell verlaufenden


katalytischen Prozesse in strmenden Gasen und die Ammoniak-Oxydation
(V)" [About the quicka catalytic processes in flowing gases and the ammonia
oxidation (V)]. Berichte der deutschen chemischen Gesellschaft (dalam
German) 60 (8): 200518. doi:10.1002/cber.19270600857.

8. ^ Andrussow, L. (1935). "ber die katalytische Oxydation von


Ammoniak-Methan-Gemischen zu Blausure" [About the catalytic oxidation of
ammonia-methane mixtures to cyanide]. Angewandte Chemie (dalam
German) 48 (37): 5935. doi:10.1002/ange.19350483702.

9. ^ Nelson, David L.; Cox, Michael M. (2000). Lehniger Principles of


Biochemistry (3rd ed.). New York: Worth Publishers. pp. 668,67071,676.
ISBN 1-57259-153-6.

10. ^ a b Biller, Jos (2007). Interface of neurology and internal medicine


(illustrated ed.). Lippincott Williams & Wilkins. p. 939. ISBN 0-7817-7906-5. ,
Chapter 163, page 939

11. ^ Cyanide Toxicity di eMedicine

12. ^ Chaudhary, M.; Gupta, R. "Cyanide Detoxifying Enzyme: Rhodanese"


Current Biotechnology, 2012, vol. 1, pp. 327-335.
doi:10.2174/2211550111201040327
13. ^ Rubo, Andreas; Kellens, Raf; Reddy, Jay; Steier, Norbert; Hasenpusch,
Wolfgang (2006). "Alkali metal cyanides". Ullmann's Encyclopedia of
Industrial Chemistry. doi:10.1002/14356007.i01_i01.

14. ^ Bernan (2008). Medical Management of Chemical Casualties


Handbook (4 ed.). Government Printing Off. p. 41. ISBN 0-16-081320-4.,
Extract p. 41

15. ^ Bender, David A.; Bender, Arnold Eric (1997). Benders' dictionary of
nutrition and food technology (7 ed.). Woodhead Publishing. p. 459. ISBN 1-
85573-475-3. Extract of page 459

16. ^ Schulz, Horst D.; Hadeler, Astrid; Deutsche Forschungsgemeinschaft


(2003). Geochemical processes in soil and groundwater: measurement
modellingupscaling. Wiley-VCH. p. 67. ISBN 3-527-27766-8. Extract of page
67

2. Sianida biasanya sangat cepat dan dapat mengakibatkan ditemukan tergabung dalam
bahan kimia kematian dalam jangka waktu beberapa lain membentuk suatu senyawa
sianida.Sianida ada yang berbahaya pada tubuh yang dapat membuat kita mati dalam
waktu sejenak dan mengandung toksin oleh karena itu sianida tidak bisa digunakan
secara sembarang hal dan hanya digunakan sejak tahun lalu pada perang dunia pertama.
3. Asam sianida banyak ditemukan pada setiap produk yang sering kita gunakan namun
dalam dosis rendah atau sedikit seperti pada rokok, asap bermotor, dan sayuran seperti
bayam,bambu,kacang,tepug tapioka dan singkong dan juga ditemukan pada sintetik pada
industri serti pembuatan garam. Dan militer NATO (North American Treaty
Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN). Oleh karena itu
takaran sianida itu perlu diketahui sehingga tidak menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan sianida tetapi jika dosis sianida tinggi dapat mengakibatkan efek negatif dan
juga bisa menimbulkan pada kematian
4. Kadar sianida yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan Sianida adalah racun yang
sangat efek seperti jari tangan dan kaki lemah, mematikan dan digunakan sejak ribuan
susah berjalan dan pandangan buram tahun yang lalu. Efek dari sianida ini Efek utama
dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara progresif.
Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari Dosis sianida,Banyaknya
paparan,Jenis paparan,Tipe komponen dari sianida. Dari bebreapa efek sianida kita harus
menyadari bahwa Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada
tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom
dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata
karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas
sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka
waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang
akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami apnea yang dalam
jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena
hipoksia dan berakhir dengan kematian. Dari efek tersebut sianida tergantung dari dosis
yang kita pakai atau gunakan karena sianida itu tidak selama berbahaya.
5. Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian,
sehingga masih bisa di selamatkan dengan pemberian antidotum.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah Hiperpnea sementara Nyeri kepala,Dispnea,
Kecemasan, Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah, Berkeringat banyak, warna
kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul .
6. Apabila kita keracunan sianida dengan dosis yang tinggi kita perlu terapi dengan
mengeliminasi sumber-sumber yang terus-menerus mengeluarkan racun sianida.
Pertolongan terhadap korban keracunan sianida sangat tergantung dari tingkat dan jumlah
paparan dengan lamanya waktu paparan.
7. Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada di dalam
ruangan maka segera keluar dari ruangan.
8. Jika tempat yang menjadi sumber, maka sebaiknya tetap berada di dalam ruangan.
Tutup pintu dan jendela, matikan pendingin ruangan, kipas maupun pemanas ruangan
sampai bantuan datang.
9. Cepat buka dan jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh
sianida. Letakkan pakaian itu di dalam kantong plastik, ikat dengan kuat dan rapat.
Jauhkan ke tempat aman yang jauh dari manusia, terutama anak-anak.
10. Segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan air yang
banyak. Jangan gunakan pemutih untuk menghilangkan sianida. Tindakan pertama adalah
segera cari udara segar. Jika berada di dekat balai pengobatan tertentu maka dapat
diberikan oksigen murni. Berikan antidotum seperti sodium nitrite dan sodium thiosulfat
untuk mencegah keracunan yang lebih serius. Bila korban dalam keadaan tidak sadar
maka harus segera ditatalaksana di rumah sakit karena bila terlambat dapat berakibat
kematian.
11. Sumber : Dewa ayu , dkk.2011.Toksikologi Sianida. Stikes wira medika PPNI BALI.
Sekolah tinggi ilmu pendidikan Kesehatan
12. Kapti Riyani,Tien Septyaningtyas.2013.Fotodegradasi Dalam Limbah Cair Tapioka. Staf
pengajar Prodi Kimia Jurusan MIPA FST UNSOED Vol. 8. No. 1.: 49 - 57

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano C N, dengan atom karbon
terikat-tiga ke atom nitrogen.

Pada sianida anorganik, seperti natrium sianida dan kalium sianida, gugus CN ada sebagai ion
sianida poliatomik yang bermuatan negatif (CN); senyawa ini, yang merupakan garam dari
asam sianida, adalah senyawa yang sangat beracun.[2] Ion sianida bersifat isoelektronik dengan
karbon monoksida dan nitrogen molekuler.

Sianida organik umumnya disebut nitril; gugus CN terhubung melalui ikatan kovalen dengan
gugus bermuatan karbon, seperti metil (-CH 3) pada metil sianida (asetonitril). Karena tidak
melepas ion sianida, maka nitril umumnya lebih tidak beracun, atau seperti pada polimer tidak
larut seperti serat akrilik, maka sama sekali tidak beracun kecuali jika dibakar.
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung gugus siano C N, dengan atom karbon
terikat-tiga ke atom nitrogen.

Pada sianida anorganik, seperti natrium sianida dan kalium sianida, gugus CN ada sebagai ion
sianida poliatomik yang bermuatan negatif (CN); senyawa ini, yang merupakan garam dari
asam sianida, adalah senyawa yang sangat beracun.[2] Ion sianida bersifat isoelektronik dengan
karbon monoksida dan nitrogen molekuler.

Sianida organik umumnya disebut nitril; gugus CN terhubung melalui ikatan kovalen dengan
gugus bermuatan karbon, seperti metil (-CH 3) pada metil sianida (asetonitril). Karena tidak
melepas ion sianida, maka nitril umumnya lebih tidak beracun, atau seperti pada polimer tidak
larut seperti serat akrilik, maka sama sekali tidak beracun kecuali jika dibakar.

Sianida, Fungsi, Kegunaan, dan Sifat Racunnya


Peristiwa meninggalnya almarhumah Wayan Mirna Salihin yang ditengarai disebakan racun
sianida yang dimasukkan ke dalam kopi yang diminumnya menjadi topik actual terpanas hingga
saat dimuatnya tulisan ini.
Akibat kasus ini timbul banyak pro kontra dan pendapat yang simpang siur menyangkut sifat
sianida, kadar racunnnya, efek terhadap tubuh dan kulit, dan bagaimana bisa memperoleh sianida
dengan cara yang mudah.
Bestekin.com mencoba memberikan beberapa pencerahan dan pelurusan menyangkut beberapa
senyawa sianida, fungsi dan kegunaannya, cara memperoleh dan membuat sianida, sifat racun
sianida, dan cara menanggulangi paparan racun sianida di dalam tubuh manusia.
Sianida (CN) merupakan anion yang terbentuk dari ikatan antara atom karbon (C) dan atom
nitrogen. Sianida memiliki banyak fungsi dan kegunaan dalam kehidupan ; disamping itu
sebagian besar dari senyawa sianida juga memiliki sifat racun yang sangat mematikan.

I. Sifat Sifat Kimia dan Fisika Sianida


Sianida [:CC:] adalah senyawa kimia monovalen yang membentuk kelompok CN. Kelompok
ini, yang dikenal sebagai kelompok siano, terdiri dari atom karbon yang berikatan rangkap tiga
dengan atom nitrogen. Ikatan atom rangkap tiga memiliki kekuatan yang lebih disbanding ikatan
tunggal dan ikatan rangkap dua.
Beberapa senyawa sianida anorganik, seperti natrium sianida dan potassium sianida, merupakan
kelompok senyawa yang memiliki ion sianida poliatomik bermuatan negatif (CN ); senyawa ini
merupakan garam dari asam hidrosianat yang sangat beracun. Ion sianida adalah isoelektrik
dengan karbon monoksida dan molekul nitrogen.
Beberapa jenis sianida organik biasanya disebut nitril; pada senyawa jenis ini, gugus CN
berikatan kovalen dengan gugus karbon, seperti metil (CH 3) di metil sianida (asetonitril). Karena
senyawa nitril tidak melepaskan ion sianida bebas, maka senyawa ini umumnya kurang beracun,
atau dalam kasus polimer tidak larut seperti serat akrilik, pada dasarnya tidak beracun kecuali
dibakar.
Asam hidrosianat yang umumnya dikenal sebagai hidrogen sianida atau HCN, adalah cairan
yang sangat volatile, digunakan untuk mempersiapkan akrilonitril, yang digunakan dalam
produksi serat akrilik, karet sintetis, dan plastik. Sianida digunakan juga di banyak proses kimia,
antara lain ; fumigasi, bahan untuk pengerasan besi dan baja, pelarut dalam proses
hydrometallurgy mineral logam, proses penyepuhan perhiasan logam mulia, dan sebagainya.
Larutan HCN sangat mudah mendidih dan menguap. Titik didih dan penguapan HCN berada di
kisaran suhu 260C, atau hanya sedikit di atas suhu kamar (250C). Penguapan mengakibatkan
resiko tercemarnya udara di sekitar larutan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan efek
keracunan terhadap mahluk hidup yang menghirup udara yang telah tercemar sianida. Uap dari
HCN memiliki bau khas menyengat yang keras dan mematikan. Konsentrasi gas hidrogen
sianida yang lebih dari 0,3 mg / liter udara dapat membunuh manusia dalam kisaran waktu 10-60
menit. Konsentrasi hidrogen sianida dalam suatu larutan yang lebih dari 3500 ppm (sekitar 3,5
g / liter) akan membunuh manusia di sekitar 1 menit atau lebih. Penurunan suhu larutan sianida
menggunakan alat atau zat pendingin dapat mengurangi resiko tingginya penguapan sianida,
yang sekaligus bisa menekan bau yang ditimbulkan oleh larutan yang mengandung sianida.
Dalam kasus almarhum Mirna Salihin, jika memang kopi yang diminum mengandung sianida,
maka jenis sianida yang larut di dalam kopi adalah larutan alkali sianida yang bercampur dengan
larutan soda api, dan bukanlah larutan asam sianida. Keberadaan es batu dalam cairan kopi akan
sangat membantu menurunkan tingkat penguapan gas sianida (pada pH dibawah 12 tingkat
pembentukan HCN akan makin tinggi), dan dengan sendirinya mengurangi bau khas asam
sianida (HCN) di udara dan di cairan kopi yang di minum.
HCN dapat diperoleh dari buah-buahan yang memiliki biji dan rongga semacam ceri, aprikot,
apel, almond pahit, dan sebagainya. Umbi-umbian juga mengandung sianida dengan kadar yang
bervariasi. Hidrogen sianida juga ditemukan pada bunga-bunga pada tamanan kacang-kacangan,
misalnya pada bunga tanaman Lotus Australis. Sianida juga ditemukan pada dedaunan, antara
lain daun singkong. Hewan merayap sejenis kaki seribu (lipan) melepaskan hidrogen sianida
sebagai mekanisme pertahanan, seperti halnya serangga tertentu, seperti beberapa ngengat.
Hidrogen sianida juga ditemukan dalam tembakau asap kayu dan dedaunan, dan asap dari
pembakaran plastik yang mengandung nitrogen. 1,5 kg biji apel yang dihancurkan bisa
dihasilkan sekitar 1 gram HCN. Kandungan sianida bisa mencapai 1 gram dalam setiap kilogram
umbi dari ubi kayu racun.
Sianida yang terkandung dalam tumbuhan berasal dari gugus fungsional kelompok senyawa
cyanohydrins. Sianohidrin adalah suatu gugus fungsional kimia yang ditemukan dalam senyawa
organik. Cyanohydrins dapat dibentuk oleh reaksi sianohidrin, yang melibatkan pemurnian keton
atau aldehida dengan hidrogen sianida (HCN) dengan adanya kelebihan alkali sianida (XCN)
sebagai katalis.
RRC=O+HCNRRC(OH)CN

Dalam reaksi di atas, nukleofilik dari ion CN menyerang elektrofilik karbon karbonil di keton,
diikuti oleh protonasi yang dilakukan HCN, sehingga menghasilkan anion sianida.
Gugus fungsional cyanohydrins yang terdapat dalam tumbuhan juga terbagi menjadi senyawa-
senyawa mandelonitril, amygdalin, linamarin, dan lotaustralin.

Amygdalin / Laetrile
Amygdalin adalah glikosida sianogen yang berasal dari fenilalanin asam amino aromatik.
Amygdalin dan prunasin sangat umum ditemukan pada tanaman rosaceae, khususnya genus
Prunus, Poaceae (rumput), Fabaceae (kacang-kacangan), dan pada tanaman pangan lainnya,
termasuk biji rami dan ubi kayu.
Sejak awal 1950-an penelitian telah menemukan bahwa amygdalin / laetrile (laetrile = nama lain
dari amygdalin) bisa digunakan sebagai obat kanker alternatif, sering dengan menggunakan
nama Vitamin B17. Namun penggunaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek keracunan
sianida.

Linamarin
Linamarin adalah glukosida cyanogenik yang ditemukan pada daun dan akar tanaman seperti
singkong, kacang lima, dan rami. Senyawa ini adalah glukosida aseton sianohidrin. Setelah
paparan enzim dan flora usus dalam usus manusia, alcohol dari linamarin dan lotaustralin dapat
terurai menjadi senyawa hydrogen sianida yang beracun. Munculnya sianida dari linamarin
biasanya berlangsung secara enzimatik dan terjadi ketika linamarin terkena enzim linamarase,
suatu enzim yang biasanya berada di dalam dinding sel tanaman singkong.
Oleh karena itu untuk mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan beracun sejenis
linamarin maka makanan menggunakan tanaman yang mengandung jumlah yang signifikan dari
linamarin, perlu dilakukan persiapan pembuangan terlebih dahulu racun (detoksifikasi) yang
terdapat di dalam tumbuhan tersebut. Racun linamarin yang terdapat dalam ubi kayu atau ubi
kayu beracun bisa dikurangi dengan cara hidrolisis dan pemisahan cairan hasil hidrolisis dari sari
pati umbi yang akan diproses selanjutnya melalui perebusan, pengukusan, atau penggorengan.
Memasak merupakan salah satu cara mengurangi kadar racun dari ubi kayu. Sebagian kecil dari
jenis ubi kayu memiliki kandungan racun sianida yang tinggi, namun sebagian besar jenis ubi
kayu hanya mengandung sianida dalam jumlah yang kecil. Menghindari mengkonsumsi ubi
racun merupakan cara aman yang terbaik.

Lotaustralin
Lotaustralin juga merupakan glikosida sianogen, yang ditemukan dalam jumlah kecil di
Fabaceae Austral Trefoil (Lotus australis), singkong (Manihot esculenta), kacang lima (Phaseolus
lunatus), roseroot (Rhodiola rosea) dan semanggi putih (Trifolium repens). Lotaustralin adalah
glukosida metil etil keton sianohidrin dan secara struktural terkait dengan linamarin. Baik
linamarin maupun lotaustralin dapat dihidrolisis oleh enzim linamarase untuk membentuk
glukosa dan senyawa hidrogen sianida yang beracun.

II. Berbagai Fungsi dan Kegunaan Sianida


Sianida umumnya diperdagangkan dalam bentuk senyawa padat alkali sianida, yang bisa
ditemukan dalam senyawa NaCN (sodium sianida) dan KCN (potassium sianida). Sianida
digunakan dalam berbagai bidang, antara lain ; pembasmi hama pada pertanian, pelarut logam
dalam proses ekstraksi logam dari batuan mineralnya (misalnya ekstraksi emas menggunakan
sianida), penyepuhan perhiasan yang terbuat dari logam mulia, sebagai katalis pada industri
pembuatan polimer, cat air dan laundry blue (Prussian Blue), dan sebagainya.Tidak semua
senyawa sianida bersifat racun. Senyawa-senyawa yang bersifat racun adalah senyawa-senyawa
yang bisa mendissosiasi (melepaskan) ion sianida bebas dari senyawanya.

Penggunaan Sianida Dalam Industri Penambangan Emas dan Perak


Sianida memiliki peran yang sangat penting dalam ekstraksi emas berukuran mikro dan nano
dari batuan asalnya. Umumnya jenis sianida yang digunakan dalam proses ekstraksi emas adalah
alkali sianida, yang bisa berupa senyawa NaCN atau KCN.

4 Au (s) + 8 NaCN (l) + O2 (g) + 2 H2O (aq) 4 Na[Au(CN)2] (l) + 4 NaOH (l) (i)

Atau bisa ditulis dalam bentuk ion dalam persamaan reaksi berikut ini :

4 Au (s) + 8 Na+ + 8 CN + O2 + H2O 8 Na+ + 4 Au(CN)2 + 4 OH ..(ii)

Dari 2 persamaan reaksi (i) dan (ii), logam emas larut oleh ion sianida, membentuk anion
kompleks Au(CN)2. Larutan emas ini selanjutnya diadsorbsi menggunakan adsorbent karbon
aktif atau granular resin anion yang bisa dipisahkan dari lumpur melalui proses penyaringan
partikel kasar.
3-
Disamping NaCN atau KCN, ion kompleks heksasianoferat III Fe(CN) 6 juga bisa digunakan
sebagai oksidator dan pelarut emas dalam proses sianidasi.
Senyawa ferri sianida dan ferrosianida memiliki tingkat toksik yang relatif rendah dibanding
senyawa alkali sianida, disebabkan ikatan antara ion besi II dan besi III dan ion sianida yang jauh
lebih kuat. Namun penurunan pH yang terjadi akibat naiknya konsentrasi ion hidrogen dalam
larutan ferri atau ferro sianida dapat melepaskan senyawa hydrogen sianida yang beracun dari
larutannya.

Penggunaan Sianida Dalam Industri Pembuatan Pigmen Warna Prussian Blue


Prussian Blue atau zat kimia Biru Prusia merupakan pigmen biru tua dengan rumus kimia yang
ideal Fe7(CN)18. Namun untuk lebih memahami ikatan kimia dalam senyawa kompleks nya,
Prussian blue dapat juga ditulis dengan rumus kimia Fe4[Fe(CN)6]3xH2O. Nama lain dari
Prussian blue bisa juga disebut Berlin Blue atau biru berlin.

Prussian Blue dibuat dari reaksi kimia antara larutan alkali ferro-sianida dan larutan jenuh besi
III klorida. Kombinasi dari ion ferri yang berasal dari larutan jenuh besi III klorida dan ion ferro
sianida membentuk pigmen warna yang memiliki warna biru tua. Prussian Blue bersifat non-
toksik (tidak beracun) dan justru bisa digunakan sebagai obat. (Kontroversi keterangan saksi
ahli Prof. Beng Beng Ong pada Persidangan Jessica Kumala Wongso).

Prussian Blue digunakan secara luas dalam berbagai bidang. Pengguna terbesar dari pigmen ini
adalah industri cat dan tinta cair, pembiru pakaian putih saat dibilas (laundry blue atau blau).
Prussian Blue juga digunakan sebagai obat bagi beberapa jenis keracunan logam berat, misalnya
keracunan yang disebabkan oleh logam thalium dan isotop radioaktif cesium. Untuk pengobatan
keracunan, Prussian Blue diberikan secara oral.

III. Cara Pembuatan Sianida


Sianida yang beredar di pasaran umumnya merupakan senyawa natrium sianida, potassium
sianida, calcium cyanamide, ferro sianida, ferri sianida, dan Biru Prusia (Prussian Blue).
Senyawa natrium dan kalium sianida memiliki sifat racun yang sangat kuat. Senyawa kalsium
sianida digunakan sebagai pupuk pertanian, dan memiliki tingkat racun yang relatif tinggi jika
masuk ke tubuh melalui oral. Senyawa kompleks Ferro dan ferri sianida bersifat low toksik,
karena memiliki ikatan kimia antara ion besi dan sianida yang sangat kuat. Adapun Prussian Blue
merupakan senyawa kimia sianida tidak beracun (non-toksik) dan aman digunakan secara oral.

Pembuatan Hidrogen Sianida


Proses pembuatan asam sianida (HCN) yang paling sering dilakukan menggunakan metode
oksidasi Andrussow, yang diciptakan oleh Leonid Andrussow, dimana metana, amonia, dan
oksigen, yang menggunakan katalis platina, bereaksi pada suhu sekitar 1200 C.

2 CH4 + 2 NH3 + 3 O2 2 HCN + 6 H2O


.(iii)
Energi yang dibutuhkan untuk reaksi ini berasal dari panas yang timbul akibat reaksi oksidasi
parsial metana dan amonia.
Proses pembuatan HCN lainnya adalah proses Degussa (BMA proses) di mana tidak ada oksigen
ditambahkan dan energi harus ditransfer secara tidak langsung melalui dinding reaktor.

CH4 + NH3 HCN + 3 H2 ...(iv)


Asam hidrosianat (HCN) juga bisa diekstrak dari daun, bunga, atau umbi-umbian dari tanaman
beracun yang memiliki cyanohydrins, dengan cara hidrolisis yang diikuti proses pengasaman
dan penyulingan.

Pembuatan Sodium Sianida


Pada awal mulai diproduksinya sodium sianida, system produksi menggunakan proses Castner-
Kellner, yang merupakan reaksi kimia antara natrium amida dan karbon pada suhu tinggi.
NaNH2 + C NaCN + H2 .(v)

Perkembangan teknologi membuat proses yang menggunakan metode Castner-Kellner menjadi


kuno, dan digantikan oleh proses yang lebih efisien. Saat ini sodium sianida diproduksi melalui
reaksi kimia substitusi antara hidrogen sianida dengan natrium hidroksida:

HCN + NaOH NaCN + H2O ..(vi)

Karena garam ini berasal dari asam lemah dan basa kuat, maka senyawa NaCN mudah beralih ke
HCN pada saat dilakukan hidrolisis. Meskipun pada pH yang tinggi dalam larutannya, sebagian
kecil dari sianida tetap terlepas dan membentuk gas hydrogen sianida yang berbau seperti
almond pahit (tidak semua orang bisa mencium bau khas ini). Sodium sianida bereaksi cepat
dengan asam kuat, melepaskan gas hidrogen sianida yang jumlahnya sebanding dengan ion
hydrogen yang ditambahkan. Gas HCN yang terlepas bersifat sangat toksik dan dapat
menyebabkan kematian.

Sodium sianida juga bisa dihasilkan dari senyawa kalsium sianamida (calcium cyanamide
Ca(CN)2) melalui 2 tahapan reaksi kimia sebagai berikut :

Ca(CN)2 + 2 HX (l) CaX + 2 HCN (l) (vii)


2 HCN (l) + NaOH (l) NaCN (l) + H2O (aq) (viii)

Alkali Sianida juga bisa diproduksi dari proses hidrolisis senyawa cyanohydrins yang berasal
dari tanam-tanaman, yang diikuti beberapa proses lainnya, dan diakhiri melalui proses
stabilisasi menggunakan larutan NaOH atau KOH.

IV. Ciri-Ciri Keracunan Sianida


Keracunan sianida terjadi ketika organisme hidup terkena senyawa yang menghasilkan ion
sianida (CN-) ketika dilarutkan dalam air. senyawa sianida yang beracun umum termasuk gas
hidrogen sianida dan sianida padatan kristal kalium, natrium sianida, dan calcium cyanamide.
Ion sianida menghentikan respirasi sel dengan menghambat enzim sitokrom c oksidase yang
berada di dalam mitokondria.

Keracunan sianida biasanya sulit dideteksi secara visual. Efek dari menelan sianida sangat mirip
dengan efek dari mati lemas, karena sianida menghentikan kemampuan sel-sel tubuh dalam
menggunakan oksigen, suatu zat yang sangat vital untuk kehidupan sel tubuh. Gejala-gejala
keracunan sianida sangat mirip dengan kekurangan oksigen yang dialami ketika hiking atau
mendaki di ketinggian.

Pada dosis yang lebih rendah, kehilangan kesadaran seseorang mungkin didahului oleh
kelemahan umum, pusing, sakit kepala, vertigo, kebingungan, dan kesulitan bernafas. Pada tahap
pertama dari ketidaksadaran, pernapasan seringkali cukup atau bahkan cepat, meskipun keadaan
korban berlangsung menuju koma, kadang disertai edema paru, dan pada akhirnya menyerang
jantung.

Biasanya, konsumsi akut akan memiliki dramatis, onset yang cepat, mempengaruhi jantung
dengan cepat dan dapat menghentikan detak jantung secara tiba-tiba. Keracunan sianida juga
dapat langsung mempengaruhi otak dan menyebabkan kejang atau koma. Jika sianida yang
dihirup menyebabkan koma dengan kejang, apnea, dan serangan jantung, kematian sudah dalam
hitungan detik. Sianida tidak langsung menyebabkan sianosis. Dosis fatal bagi manusia bisa
terjadi mulai dari 1,5 mg / kg berat badan. Berat tubuh sekitar 50 kg mungkin bisa mengalami
kematian jika menelan minimum 75 mg sianida.

Kulit orang yang terkena racun sianida sianida kadang-kadang bisa menjadi sangat merah muda
atau merah ceri, dan berubah menjadi gelap, yang disebabkan oksigen yang tertinggal di dalam
darah dan tidak masuk ke dalam sel. Penderita mungkin juga bernapas sangat cepat dan memiliki
detak jantung sangat cepat atau sangat lambat. Terkadang napas seorang yang keracunan bisa
berbau seperti almond pahit, meskipun ini mungkin sulit dideteksi. Apakah Mirna Tewas Karena
Racun Sianida?

V. Cara Menetralisir Racun Sianida


Sianida bisa dinetralisir menggunakan beberapa jenis senyawa kimia. Pencegahan pencemaran
sianida di perairan bisa dilakukan menggunakan beberapa jenis bahan kimia. Demikian juga
dengan keracunan sianida pada manusia, yang juga bisa disembuhkan menggunakan beberapa
jenis bahan kimia.

Penetralisiran Kontaminasi Sianida di Perairan Yang Tercemar

Perairan yang tercemar oleh sianida bisa dinetralkan menggunakan senyawa-senyawa kimia,
antara lain ; hydrogen peroksida H2O2, besi II sulfat atau besi II klorida, besi II hidroksida,
klorinasi pada pH tinggi, dan menggunakan cahaya ultraviolet dari matahari.

Hidrogen Peroksida
Efek racun dari sianida bisa dikurangi atau dinetralisir menggunakan larutan hydrogen peroksida
(H2O2). Proses ini umumnya dilakukan di industry penambangan emas, yang menggunakan
sianida sebagai pelarut bijih emas. Detoksifikasi menggunakan H 2O2 juga dilakukan pada
industri pelapisan emas pada perhiasan emas, dan beberapa industry yang menggunakan sianida
sebagai salah satu bahan kimia dalam proses produksinya. Pada proses detoksifikasi sianida
menggunakan H2O2, sianida bereaksi dengan peroksida menghasilkan senyawa baru NaOCN
yang kurang beracun, dan air.

NaCN + H2O2 NaOCN + H2O .(ix)

Hidrogen peroksida tak bisa digunakan untuk mengobati pasien yang terpapar racun sianida,
karena memiliki karakter reaksi yang bisa membahayakan tubuh manusia.

Pengobatan Penderita Keracunan Sianida

Senyawa sianida tidak menimbulkan efek yang berarti terhadap kulit luar seseorang. Jika pun
terjadi iritasi atau gatal-gatal, hal itu lebih disebabkan oleh senyawa alkali hidroksida (NaOH
atau KOH) yang bercampur bersama alkali sianida. Kulit yang terkena alkali sianida (NaCN atau
KCN) akan terasa licin pada saat basah, yang lama-kelamaan berubah menjadi agak lengket pada
saat kulit yang terkena mendekati kering. Membersihkan bagian kulit yang terpapar cairan
sianida bisa dilakukan menggunakan air yang dikombinasi dengan sabun, dilanjutkan pembilasan
menggunakan air bersih dalam jumlah yang banyak, hingga bagian kulit yang terkena sudah tak
terasa licin dan lengket.
Racun sianida bisa masuk ke dalam tubuh bisa melaui mulut, hidung, dan suntikan ke dalam
darah. Sianida yang masuk bereaksi dengan cepat di dalam darah, dan dalam dosis yang cukup
sangat bisa menimbulkan efek kematian. Hingga kini telah ditemukan beberapa jenis senyawa
kimia yang mampu mengobati keracunan sianida. Senyawa-senyawa kimia tersebut dijelaskan
pada bagian berikut ini.

Nitrite
Pada proses netralisasi racun sianida menggunakan ion nitrit (NO 2), nitrit mengoksidasi
sebagian dari senyawa besi dalam hemoglobin, mengubah ion besi II menjadi besi III, yang
mengakibatkan terkonversinya hemoglobin menjadi methemoglobin.
Methemoglobin yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan sianida, membentuk
cyanmethemoglobin. Reaksi ini simultan dengan terlepasnya sianida dari enzim sitokrom
oksidase. Pengobatan dengan nitrit tidak berbahaya karena methemoglobin tidak dapat
membawa oksigen, dan efek methemoglobinemia yang terbentuk bisa diobati menggunakan biru
metilen.

Hydroxocobalamin
Hydroxocobalamin (vitamin B12) bisa digunakan untuk pengobatan penderita keracunan sianida.
Cara kerja dari vitamin B12 adalah reaksi kimia substitusi yang terjadi antara ligand hydroxo dari
hydroxocobalamin dengan ion sianida, membentuk senyawa cyanocobalamin yang tak beracun,
yang juga masih merupakan jenis lain dari vitamin B12.
Thiosulfate
Sodium thiosulfate (Na2S2O3) atau calcium thiosulfate (CaS2O3) bisa digunakan sebagai obat
pada penderita keracunan sianida ringan. Thiosulfate bereaksi dengan sianida, membentuk
senyawa baru thiocyanate (SCN) yang relatif kurang beracun. Penggunaan thiosulfate pada
penderita akut kurang efektif, disebabkan lambatnya laju reaksi antara ion thiosulfate dan sianida
dalam darah. Agar thiosulfate bisa efektif digunakan untuk pengobatan penderita yang terpapar
sianida akut, maka dosis thiosulfate harus ditingkatkan, dan dikombinasikan secara simultan
dengan asupan ion nitrit.

4-Dimethylaminophenol
4-dimethylaminophenol (4-DMAP) bisa digunakan sebagai penangkal untuk racun sianida dan
hidrogen sulfida yang masuk ke dalam tubuh. Zat ini bekerja seperti nitrit dalam pengobatan
keracunan sianida, dimana hasil akhir adalah terbentuknya methemoglobin, yang selanjutnya
berikatan dengan sianida membentuk senyawa cyanmethemoglobin. 4-dimethylaminophenol
cocok digunakan untuk pertolongan darurat terhadap penderita keracunan berat, karena
kemampuan zat ini menghasilkan methemoglobin yang banyak dalam waktu yang sangat
singkat. Pengobatan menggunakan 4-dimethylaminophenol harus ditindaklanjuti dengan
pengobatan menggunakan kombinasi thiosulfate dan cobalamin.

Dicobalt Edetate (Dicobalt EDTA)


Ion kobalt juga dapat mengikat sianida. Saat ini telah diedarkan obat penangkal keracunan
sianida yang berbasis kobalt dengan nama dicobalt edetate atau dicobalt-EDTA, dijual dengan
nama dagang Kelocyanor. Dicobalt EDTA mengikat sianida dalam bentuk senyawa kobalt
sianida. Meskipun dicobalt EDTA bekerja lebih cepat dan kuat dalam menangkal keracunan
sianida, namun kesalahan diagnosa bisa menimbulkan efek yang serius, hal ini disebabkan sifat
kompleks kobalt yang juga beracun. Karena efek samping racun kobalt, maka penggunaan
senyawa ini hanya dianjurkan untuk pengobatan penderita yang mengalami serangan sianida
berat. Terhadap keracunan sianida skala sedang, penggunaan nitrit dan thiosulfate jauh lebih
disukai.

Glukosa
Glukosa cocok digunakan bersamaan dengan pemberian dicobalt EDTA, nitrit, atau obat-obat
penangkal keracunan sianida lainnya. Penggunaan glukosa yang bersamaan dengan dicobalt
EDTA akan mampu menurunkan resiko racun sampingan yang telah ada pada dicobalt EDTA itu
sendiri.

3-Mercaptopyruvate
3-mercaptopyruvate sulfurtransferase (3-MPST) mengkonversi sianida menjadi tiosianat dalam
jaringan tubuh yang jauh lebih luas dibanding enzim rhodanese. 3-MPST menggunakan katabolit
sistein 3-mercaptopyruvate (3-MP). Namun karena ketidakstabilan 3-MP secara kimia, maka
penggunaan 3-MPST dilakukan dalam bentuk senyawa sulfanegen natrium (2, 5-dihidroksi-1,4-
dithiane-2,5-asam dikarboksilat garam disodium), yang terhidrolisi menjadi 2 molekul 3-MP
setelah diberikan secara oral atau parenteral.

Therapy Oksigen
Terapi oksigen bukan merupakan obat sianida, namun hanya membantu fungsi hati dalam
melakukan metabolisme sianida pada dosis yang rendah. Perokok menghirup hidrogen sianida
yang terkandung dalam asapnya, namun dengan bantuan oksigen sianida mampu dimetabolisme
dengan cepat dalam hati, sehingga tak terjadi penumpukan sianida di dalam hati. Pada penderita
keracunan sianida yang berat, penggunaan obat harus diikuti oleh penggunaan oksigen sebagai
pembantu yang mempercepat proses penyembuhan.

Tingkat pengaruh racun sianida terhadap tubuh seseorang bergantung pada


beberapa hal berikut ini :
Berat tubuh seseorang yang terpapar racun. Dalam jumlah yang sama,
pengaruh sianida lebih cepat terjadi pada orang yang memiliki bobot tubuh
yang ringan, dibanding orang yang memiliki bobot tubuh yang lebih berat.

Kondisi kesehatan saat sebelum terpapar racun sianida. Kondisi kesehatan


yang baik membuat daya tahan tubuh yang juga jauh lebih baik. Pada kasus
sianida yang masuk melalui mulut, kondisi asam lambung juga sangat
mempengaruhi kecepatan penyebaran racun sianida di dalam tubuh.
Senyawa alkali sianida yang masuk ke lambung akan bereaksi spontan
dengan asam lambung, membentuk gas HCN yang memiliki toksisitas lebih
tinggi dibanding senyawa-senyawa sianida lainnya.

Tubuh seseorang yang baru saja mengkonsumsi penawar sianida semacam


thiosulfat, vitamin B12, atau senyawa-senyawa kimia penawar sianida
lainnya, memiliki ketahanan yang jauh lebih baik terhadap resiko keracunan
sianida.

"Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam
jangka waktu beberapa menit. Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam
dan ada pada setiap produk yang biasa kita makan atau gunakan," papar Tjandra
melalui keterangan resmi yang diterima Sindonews.

Sianida juga bisa diproduksi oleh sejumlah tanaman seperti singkong dan kacang
almond. Bakteri, jamur dan ganggang pun bisa menghasilkan zat ini. Selain itu,
racun ini juga terdapat dalam asap rokok, asap kendaraan bermotor dan industri
pertambangan. Racun ini pun berbentuk cairan tidak berwarna atau berwarna biru
pucat.

"Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering


digunakan. Bentuk lainnya sodium sianida dan potassium sianida yang
berbentuk serbuk dan berwarna putih," kata dia.
Selain itu, sianida juga mudah masuk ke dalam saluran pencernaan dan kadar
tertinggi di hati. Bahkan, setelah terpapar dalam dosis besar dan masuk ke dalam
pembuluh darah akan berakibat fatal. Namun jika masuk dalam jumlah kecil, sianida
akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan diekskresikan dari tubuh.

"Keracunan sianida berfakibat buruk pada sistem kardiovaskuler, termasuk


peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan darah di dalam otak, sistem
pernapasan dan sistem susunan saraf pusat. Sistem endokrin biasanya terganggu
pada keracunan kronik sianida," ujar dia.

Sianida bisanya digunakan untuk membuat kertas, tekstil dan pabrik. Zat ini juga
dipakai untuk fotografi. Sedangkan garam sianida digunakan membersihkan logam
dan memisahkan emas dari intinya. Gas sianida biasa dipakai untuk membunuh
tikus di kapal dan bangunan.

Gas ini pernah dipakai dalam Perang Dunia II. Jerman menggunakan gas sianida
hydrogen yang disebut Zyklon B sebagai agen genosida. Sejumlah laporan juga
menuturkan, gas ini diduga dipakai dalam Perang IranIrak pada 1980an.

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung (C=N), yang terdiri dari 3 buah
atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen. Secara spesifik, sianida adalah
anion CN-. Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquid dan solid, setiap senyawa
tersebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat
terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang
sangat kuat dan bekerja dengan cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida)
dan KCN (kalium sianida).

Kata sianida berasal dari bahasa Yunani yang berarti biru yang mengacu pada
hidrogen sianida yang disebut Blausure ("blue acid") di Jerman.

Hidrogen sianida merupakan gas yang tidak berasa dan memiliki bau pahit yang
seperti bau almond. Kebanyakan orang dapat mencium baunya, tetapi ada
beberapa orang yang karena masalah genetiknya tidak dapat mencium bau HCN.
Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal
sebagai asam prussit dan asam hidrosianik. Dalam bentuk cairan, HCN tidak
berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. HCN bersifat
volatile dan mudah terbakar serta dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan
peledak juga sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan.

Natrium sianida dan kalium sianida berbentuk bubuk putih dengan bau yang
menyerupai almond. Adanya hidrolisis dari KCN dan NaCN, HCN dapat terbentuk
dengan reaksi sebagai berikut:
NaCN + H2O -----> HCN + NaOH

KCN + H2O ----> HCN + KOH

Bakteri, jamur, dan algae tertentu dapat menghasilkan sianida. Dapat pula
ditemukan di beberapa makanan dan tumbuhan. Meskipun dalam jumlah yang
sedikit, sianida dapat ditemukan di dalam almond, bayam, kecap, bambu, dan akar
cassava. Sianida tersebut terdapat sebagai bagian dari gula atau senyawa alami
lainnya. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor dan pada
beberapa produk sintetik.

Banyak sianida di tanah atau air berasal dari proses industri. Sumber terbesarnya
yaitu aliran buangan dari proses pertambangan logam, industri kimia organik,
pabrik besi dan baja, serta fasilitas pengolahan air limbah publik. Sebagian kecil
sianida dapat ditemukan pada runoff hujan yang membawa garam-garam sianida
yang terdapat di jalan. Sianida yang terdapat di landfill dapat mencemari air tanah.

Garam sianida dan HCN digunakan dalam proses metalurgi, electroplating, proses
produksi kimia organik, pabrik plastik, pengasapan kapal, dan proses
pertambangan. HCN digunakan pula dalam ruangan gas yang dipakai untuk proses
eksekusi (hukuman mati) dan banyak juga digunakan dalam peperangan. Sianida
yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty Organization) adalah
yang jenis cair yaitu asam hidrosianik. Selain itu, banyak bahan-bahan yang
mengandung sianida digunakan dalam proses medic, seperti penggunaan sebagai
vasodilator dalam pemeriksaan pembuluh darah dan digunakan pula untuk
menurunkan tekanan darah manusia secara cepat dalam kondisi kritis.

Sianida memasuki udara, air, dan tanah baik dengan proses alami maupun karena
proses industri. Keberadaan sianida di udara jauh di bawah ambang batas yang
dapat berbahaya. Sianida di udara berbentuk partikel kecil yang halus. Adanya
hujan atau salju mengurangi jumlah partikel sianida di dalam udara, namun tidak
begitu dengan gas HCN. Waktu paruhnya untuh menghilang dari udara adalah 1-3
tahun. Kebanyakan sianida di air permukaan akan membentuk HCN dan kemudian
akan terevaporasi. Meskipun demikian, jumlahnya tetap tidak mencukupi untuk
memberikan pengaruh negative terhadap manusia. Beberapa dari sianida di air
tersebut akan diuraikan menjadi bahan yang tidak berbahaya oleh mikroorganisme
atau akan membentuk senyawa kompleks dengan berbagai logam, seperti besi.
Seperti halnya di air permukaan, sianida yang berada di tanah juga dapat
mengalami proses evaporasi dan penguraian oleh mikroorganisme. Sekarang ini,
bahkan telah dideteksi sianida di air tanah di bawah beberapa landfill dan tempat
pembuangan limbah industri. Ditemukan pula sianida dalam konsentrasi tinggi di
dalam lindi di landfill atau di dalam buangan limbah industri, konsentrasi tinggi ini
menjadi racun bagi mikroorganisme tanah. Dikarenakan tidak ada lagi
mikroorganisme tanah yang dapat menguraikannya, sianida dapat memasuki air
tanah di bawahnya.

Kita dapat terpapar sianida saat bernapas, minum air, menyentuh tanah atau air
yang terkontaminasi, dan makan makanan yang sudah mengandung sianida.
Konsentrasi HCN di udara yang tidak tercemar adalah kurang dari 0,2 ppm. Di USA
dan Kanada, konsentrasi sianida di dalam air minum berkisar antara 0,001-0,011
ppm. Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen
seperti plastik juga akan melepaskan sianida, begitu pula dengan rokok. Pada
perokok pasif dapat ditemukan sekitar 0.06g/mL sianida dalam darahnya,
sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar 0.17 g/mL sianida dalam
darahnya. Hidrogen sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan
dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas minimal hydrogen
sianida di udara adalah 2-10 ppm, tetapi angka ini belum dapat memastikan
konsentrasi sianida yang berbahaya bagi orang disekitarnya. Selain itu, saraf-saraf
sensoris pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih
ringan dari udara sehingga lebih cepat terbang ke angkasa. Anak-anak yang
terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang sama pada orang dewasa akan
terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi. Selain itu, orang yang tinggal di
dekat pembuangan limbah berbahaya akan terpapar lebih banyak dibanding
dengan orang umum lainnya.

Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul
segera setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60 menit. Kebanyakan kasus
disebabkan kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan
kulit dan meninggalkan luka bakar. sianida sangat mudah masuk ke dalam saluran
pencernaan. Tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena
sianida sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan. Sianida
juga dapat dengan mudah masuk ke dalam aliran darah. Walaupun sianida dapat
mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang mengakibatkan
timbulnya kematian atau timbulnya histotoxic anoxia adalah karena sianida
mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan mengakibatkan
terhentinya metabolisme sel secara aerobik. Sebagai akibatnya hanya dalam waktu
beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal. Sianida dapat di buang
melalui beberapa proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk kedalam sel.
Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan dari cyanomethemoglobin
(CNMetHb), sebagai hasil dari reaksi antara ion sianida (CN) dan MetHb.

Sianida dapat dibuang dengan adanya:

a. Ikatan dengan endothelial-derived relaxing factor (EDRF) dalam hal ini adalah
asam nitirit.
b. Bahan-bahan metal seperti emas, molibdenum atau komponen organik seperti
hidrokobalamin sangat efektif mengeliminasi sianida dari dalam sel.

c. Albumin dapat merangsang kerja enzim dan menggunakan sulfur untuk mengikat
sianida.

Tidak perlu paparan sianida dalam jumlah banyak untuk mengakibatkan gangguan
kesehatan yang merugikan. Kehebatan efek yang ditimbulkan sianida bergantung
pada bentuknya, apakah itu HCN atau dalam bentuk garam dan lainnya. Paparan
sianida dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak, hati, bahkan
koma dan kematian dalam jangka waktu yang pendek. apabila terpapar dalam
konsentrasi yang sangat tinggi, hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan
merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan
kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu
5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan
berakhir dengan kematian. Pekerja yang terpapar dalam konsentrasi rendah akan
tetapi terpapar beberapa tahun dapat mengalami kesulitan dalam pernapasan,
muntah-muntah, sakit dada, dan kepala. Indikasi pertama keracunan sianida adalah
napas cepat dan pendek, sakit kepala, hiperpnea sementara, gelisah dan lainnya.
Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi
pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan,
gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang
keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak
mempunyai riwayat terpapar sianida. Karena efek racun dari sianida adalah
memblok pengambilan dan penggunaan dari oksigen, maka akan didapatkan
rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan funduskopi akan
terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya
penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh
darah vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti cherry-red, tetapi
tanda ini tidak selalu ada.

Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah:
a. Asam hidrosianik sekitar 2,5005,000 mg min/m3
b. Sianogen klorida sekitar 11,000 mg min/m3

c. Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg


d. Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg

Pertolongan di lokasi kasus keracunan sianida adalah sebagai berikut:

1. Pada Zona Kontaminasi (Hot Zone)

Para penolong harus memakai pelindung karena hidrogen sianida adalah zat
berbahaya yang sangat mudah masuk ke dalam. Selain itu juga, tim penyelamat
pada kejadian dengan korban keracunan yang banyak harus sudah terlatih
membawa peralatan yang memadai. Peralatan itu antara lain:

a. Pelindung pernafasan: tekanan positif, dan membawa oksigen sendiri pada lokasi
dengan tingkat hidrogen sianida yang tidak dapat diperkirakan.

b. Pelindung kulit: Pakaian yang anti zat kimia yang melindungi kontak langsung
hidrogen sianida dengan kulit.

Pada korban yang keracunan sianida, segera cek pernafasan dan nadinya. Segera
bawa korban ke tempat yang bebas racun sianida.

2. Pada Zona Dekontaminasi

Periksa respirasi dan nadi ulang. Bila ternyata pernafasan sangat rendah atau tidak
ada, berikan nafas buatan. Segera berikan oksigen 100% dan antidotum spesifik
bila perlu. Selain itu, segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi dan siram kulit
dan air dengan air selama 2-3 menit, setelah itu cuci dengan sabun. Irigasi dan
siram mata yang teriritasi dengan air bersih selama lima menit. Tetap lakukan
irigasi pada mata walaupun sedang dilakukan tindakan lain.Pada kasus yang
tertelan, jangan menyuruh atau membuat korban muntah. Jika korban tidak sadar,
berikan zat karbon misalnya arang sebanyak 60-90 gram. Jika korban dalam
keadaan sadar maak dapat diberikan antidotum dengan segera. Setelah selesai
dilakukan proses dekontaminasi racun maka segera pindahkan ke zona pendukung.

3. Pada Zona Pendukung

Periksa kembali respirasi dan nadi korban. Selain itu nilai juga tingkat kesadaran
korban. Segera nilai apakah antidotum yang diberikan berhasil menghilangkan
gejala-gejala yang timbul akibat keracunan. Tetap teruskan melakukan irigasi pada
kulit dan mata.

Apa yang Terjadi Jika Terkena Sianida?


Jika seseorang terkena sianida dalam jumlah kecil, orang tersebut akan mengalami
beberapa gejala seperti mual, muntah, sakit kepala, pusing, merasa gelisah,
pernapasan cepat, denyut jantung cepat, dan tubuh terasa lemah. Meski begitu,
tidak semua orang yang memiliki beberapa gejala ini berarti mengalami keracunan
sianida.

Lain halnya jika seseorang sudah terkena sianida dalam jumlah besar. Ia bisa jadi mengalami
denyut jantung yang melambat, hilang kesadaran, kejang, kerusakan pada paru-paru, tekanan
darah rendah, dan mengalami gagal napas hingga menyebabkan kematian.
Bagaimana Sianida Bisa Membunuh?
Nah, jika kamu mulai bertanya-tanya kenapa sianida bisa sangat berbahaya, begini
penyebabnya.

Seberapa besarnya jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh, dan berapa
lama orang tersebut terkena racun sangat memengaruhi efek sianida di
dalam tubuh. Dosis fatal sianida adalah 1,5mg/kg tubuh manusia. Bayangkan
jika seseorang mengonsumsi lebih dari dosis yang mematikan tersebut.

Saat sianida masuk ke dalam tubuh, sianida akan mencegah sel-sel di dalam
tubuh untuk menggunakan oksigen. Sehingga sel-sel di dalam tubuh akan
mati.

Adapun organ yang akan paling mengalami kerusakan adalah otak dan
jantung. Karena dibandingkan organ tubuh lainnya, kedua organ ini adalah
organ yang paling banyak menggunakan oksigen.

Selain sianida yang masuk ke dalam mulut melalui makanan, gas sianida juga tidak
kalah berbahaya. Bahkan, paling bahaya dibandingkan dengan jenis lainnya. Gas ini
mungkin tidak terlalu berbahaya jika ada di ruangan terbuka, karena dapat
menyebar dan menguap. Namun lain halnya jika gas tersebut ada di dalam ruangan
tertutup.
Sebenarnya sianida juga terdapat di dalam makanan yang mungkin kamu temui sehari-hari.
Namun, tentu masih dalam jumlah yang rendah. Misalnya saja di dalam kacang almond, biji
aprikot, biji jeruk, biji apel, ubi kayu, rebung, kacang lima, tapioka, dan lubang yang terdapat di
dalam buah. Selain itu, sianida juga terdapat di dalam asap kendaraan, asap rokok, beberapa jenis
alga, bakteri, dan jamur.

Meski sianida terdapat di dalam beberapa jenis makanan yang mungkin kamu temui sehari-hari,
sebenarnya bisa dikatakan cukup aman asal kamu mengolahnya dengan tepat. Umumnya, efek
mematikan sianida dapat terjadi karena kecelakaan atau karena disengaja. Efek mematikannya
yang cukup cepat tidak jarang dijadikan alat untuk meneror atau bahkan membunuh seseorang.

BAB II
ISI

2.1 DEFINISI SIANIDA

Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano CN, dengan atom
karbon terikat-tiga ke atom nitrogen.
Kelompok CN dapat ditemukan dalam banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan
lainnya adalah padat atau cair. Beberapa juga seperti garam, kovalen, molekular, beberapa ionik,
dan banyak juga polimerik. Senyawa yang dapat melepas ion sianida CN tidak beracun.
Sianida merujuk pada anion CN - atau untuk membentuk asam yang hydrocyanic asam
(HCN). Sianogen (C 2 N 2) dibentuk oleh oksidasi ion sianida, namun istilah sianogen juga datang
untuk merujuk pada suatu zat yang membentuk sianida pada metabolisme dan menghasilkan efek
biologis dari sianida bebas (yang sianogen istilah dari "siano "dan" gennan, "Yunani yang
berarti" untuk menghasilkan "). Sebuah sianida sederhana (HCN, NaCN) adalah senyawa yang
-) +, +).
berdisosiasi dengan anion sianida (CN dan kation (H Na Nitril adalah senyawa organik
yang mengandung sianida. Sianogen biasanya mengacu pada nitril yang membebaskan anion
sianida selama metabolisme dan menghasilkan efek biologis dari anion sianida. Cyanogens
mungkin sederhana (sianogen klorida) atau kompleks (nitroprusside natrium).
Sianida memiliki afinitas tinggi untuk senyawa sulfur tertentu (sulfanes, yang
mengandung dua atom belerang terikat secara kovalen, tetapi tidak setara dibebankan) dan untuk
kompleks logam tertentu, terutama yang mengandung kobal dan bentuk trivalen dari besi (Fe 3 +).
Sianida juga disebut "agen darah," istilah kuno masih digunakan oleh banyak militer.
Pada saat pengenalan sianida dalam Perang Dunia I, agen-agen kimia lainnya menggunakannya
dan menyebabkan efek terutama local, yaitu kerusuhan agen kontrol melukai kulit dan membran
mukosa dari kontak langsung, dan fosgen merusak paru-paru setelah inhalasi. Sebaliknya,
sianida ketika dihirup efek sistemik diproduksi dan diperkirakan untuk dibawa dalam darah
"Agen darah" maka istilah distribusi luas agen saraf diserap dan divesikants melalui darah adalah
sebuah gagasan yang keliru.
Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai
asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida pada suhu di bawah 780 F berbentuk cairan
tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat. Pada suhu yang lebih tinggi berbentuk gas
yang tidak berwarna. Bersifat volatile dan mudah terbakar. Hidrogen sianida dapat berdifusi baik
dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen sianida sangat mudah bercampur dengan air sehingga
sering digunakan. Bentuk lain ialah sodium sianida dan potassium sianida yang berbentuk serbuk
dan berwarna putih.

2.2 BENTUK-BENTUK SIANIDA

Bentuk-bentuk sianida bisa berupa :


1. Inorganic cyanide : Hidrogen sianida (HCN)
2. Cyanide salts ( garam sianida) : Potasium sianida (KCN), sodium sianida (NaCN), calcium
sianida (Ca(CN)2
3. Metal cyanide (logam sianida) : potasim silver cyanide ( C2AgN2K), gold(I) cyanide (AuCN),
mercury cyanide (Hg(CN)2), zinc cyanide (Zn(CN)2, lead cyanide (Pb(CN)2
4. Metal cyanide salts : sodium cyanourite
5. Cyanogens halides : Cyanogen klorida (CClN), cyanogen bromide (CBrN)
6. Cyanogens : Cyanogen (CN)2
7. Aliphatic nitriles : Acetonitrile (C2H3N), acrylonitrile (C3H3N), butyronitrile ( C4H7N),
propionitrile (C3H5N)
8. Cyanogens glycosides : Amygdalin ( C20H27NO11), linamarin (C10H17NO6)
Sianida bisa berupa gas berwarna seperti hydrogen cyanide (HCN) atau cyanogen chloride
(CNCl), dapat juga berbentuk kristal seperti sodium cyanide (NaCN) or potassium cyanide
(KCN). Kadang- kadang sianida berbau seperti bitter almond, tapi sianida tidak selalu berbau,
dan tidak semua orang yang bisa mendeteksi bau sianida.
2.3 SIFAT DAN SUMBER SIANIDA

2.3.1 Sifat Sianida :


1. Bentuk cair yang mendidih pada temperature 26,5 C
2. Maximal Allovable Concentration 100 ppm
3. Dosis letal: HCN = 50 mg atau grain 1 grain
4. Dosis letal: KCN = 200 mg atau 3 grain 5 grain
5. Cairan bening tidak berwarna
6. Bau seperti kentang kayu
7. Mudah menguap pada temperatur kamar
8. Berat molekul ringan dan sukar terionisasi

2.3.2 Sumber Sianida :


Tumbuh-tumbuhan yang mengandung amygdalin:
Singkong gendruwo, buncis, apel, kluwak, tempe, aprikot, temulawak, koro, pear dan kratok.
Hasil dekomposisi sianida oleh suatu asam
Sisa pembakaran selluloid
Gas penerangan
Pembersih kuteks
Bahan pelarut(aliphatic nitriles)
Asap rokok
Buah-buahan seperti apricot, cherry, apel, tanaman tertentu seprti bambu, singkong, almond,
bayam, kacang, tepung tapioka
Asap kendaraan bermotor
Hasil pembakaran dari material sintetik seperti plastik(buku medical toksikology)
2.4 PENGGUNAAN SIANIDA

Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan ganggang..
Adapun penggunaan sianida adalah:

2.4.1 Pada perindustrian dan pekerjaan


Pemadam kebakaran
Industri karet
Industri plastik
Industri kulit
Pertambangan
Penyepuhan dengan listrik(electroplating)
Pengelasan
Petugas laboratorium dan ahli kimia
Pekerja yang menggunakan pestisida
Pengasapan
Industri kertas

2.4.2 Penggunaan pada militer


Pada zaman kejayaan kerajaan Romawi, sianida digunakan sebagai senjata. Sianida
sebagai komponen yang sangat mematikan digunakan untuk meracuni anggota keluarga kerajaan
dan orang-orang yang dianggap dapat mengganggu keamanan. Tidak itu saja, Napoleon III
mengusulkan untuk menggunakan sianida pada bayonet pasukannya selama perang dunia
pertama, Perancis menggunakan asam hidrosianik yang berbentuk gas. Tetapi racun sianida yang
berbentuk gas ini mempunyai efek yang kurang mematikan dibandingkan dengan bentuk cairnya.
Sementara itu, pihak Jerman sendiri pada waktu itu telah melengkapi pasukannya dengan masker
yang dapat menyaring gas tersebut. Karena kurang efektifnya penggunaan gas ini, maka pada
tahun 1916 Perancis mencoba jenis sianida gas lainnya yang mempunyai berat molekul yang
lebih berat dari udara, lebih mudah terdispersi dan mempunyai efek kumulatif. Zat yang
digunakan adalah Cyanogen chlorida, yang dibentuk dari potassium sianida. Racun jenis ini
sudah cukup efektif pada konsentrasi yang rendah karena sudah bisa mengiritasi mata dan paru.
Pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan paralysis hebat pada sistem
pernafasan dan sistem saraf pusat.
Dilain pihak, Austria ketika itu juga mengeluarkan gas beracun yang berasal dari
potassium sianida dan bromin. Zat ini kemudian disebut sianogen bromida yang mempunyai efek
iritasi yang sangat kuat pada konjungtiva mata dan pada mukosa saluran pernafasan. Selama
perang dunia ke II, NAZI Jerman menggunakan asam hidrosianik yang disebut Zyklon B untuk
menghabisi ribuan rakyat sipil dan tentara musuh.
Adapun sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty
Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN), bromin. Zat ini kemudian
disebut sianogen bromida yang mempunyai efek iritasi yang sangat kuat pada konjungtiva mata
dan pada mukosa saluran pernafasan. Selama perang dunia ke II, Nazi Jerman menggunakan
asam hidrosianik yang disebut mereka Zyklon B untuk menghabisi ribuan rakyat sipil dan tentara
musuh.
Adapun sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty
Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).

2.4.3 Penggunan Non Militer


Sianida lebih banyak digunakan untuk kepentingan ekonomi daripada kepentingan
militer. KebanyakAn hampir tiap hari kontak dengan sianida. Ratusan bahkan ribuan ton sianida
dibentuk oleh dunia ini tiap harinya. Sianida banyak digunakan untuk bidang kimia, pembuatan
plastik, penyaringan emas dan perak, metalurgi, anti jamur dan racun tikus. Sementara itu,
keracunan sianida paling banyak dilaporkan setelah memakan singkong dan kacang. Singkong
pada beberapa negara yang baru berkembang masih menjadi makanan utama dan dianggap
sebagai biang kerok tingginya tropical ataxic neuropathy di negara ini.
Pada saat ini, sianida digunakan oleh pemerintah, perusahaan maupun perorangan untuk
bermacam keperluan.
2.5 ASAL PAPARAN SIANIDA

2.5.1 Inhalasi
Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti plastik
akan melepaskan sianida. Rokok juga mengandung sianida, pada perokok pasif dapat ditemukan
sekitar 0.06g/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif ditemukan sekitar 0.17
g/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat mudah diabsorbsi oleh paru-paru, gejala
keracunan dapat timbul dalam hitungan detik sampai menit. Ambang batas g/ml tetapi angka
minimal hydrogen sianida di udara adalah 0,02-0,20 ini belum dapat memastikan konsentrasi
sianida yang berbahaya bagi orang disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris
pernafasan juga sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga
lebih cepat terbang ke angkasa.
Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang sama pada orang dewasa
akan terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi.

2.5.2 Mata dan kulit


Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul segera
setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60 menit. Kebanyakan kasus disebabkan
kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit dan meninggalkan luka
bakar.

2.5.3 Saluran pencernaan (ingested)


Tertelan dari hidrogen sianida sangat fatal. Karena sianida sangat mudah masuk ke dalam
saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk muntah, karena
sianida sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran pencernaan.

2.6 FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK

Seseorang dapat terkontaminasi melalui makanan, rokok dan sumber lainnya. Makan dan
minum dari makanan yang mengandung sianida dapat mengganggu kesehatan. Setelah terpapar,
sianida langsung masuk ke dalam pembuluh darah. Jika sianida yang masuk ke dalam tubuh
masih dalam jumlah yang kecil maka sianida akan diubah menjadi tiosianat yang lebih aman dan
diekskresikan melalui urin. Selain itu, sianida akan berikatan dengan vitamin B12. Tetapi bila
jumlah sianida yang masuk ke dalam tubuh dalam dosis yang besar, tubuh tidak akan mampu
untuk mengubah sianida menjadi tiosianat maupun mengikatnya dengan vitamin B12.
Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan kadar zat kimia lainnya di
dalam darah. Pada percobaan terhadap gas HCN pada tikus didapatkan kadar sianida tertinggi
adalah pada paru-paru yang diikuti oleh hati kemudian otak. Sebaliknya, bila sianida masuk
melalui sistem pencernaan maka kadar tertinggi adalah di hati. Sianida juga mengakibatkan
banyak efek pada sistem kardiovaskuler, termasuk peningkatan resistensi vaskuler dan tekanan
darah di dalam otak. Penelitian pada tikus membuktikan bahwa garam sianida dapat
mengakibatkan kematian atau juga penyembuhan total. Selain itu, pada sianida dalam bentuk
inhalasi baru menimbulkan efek dalam jangka waktu delapan hari. Bila timbul squele sebagai
akibat keracunan sianida maka akan mengakibatkan perubahan pada otak dan hipoksia otak dan
kematian dapat timbul dalam jangka waktu satu tahun.
Kuantitas kecil sianida selalu hadir dalam jaringan manusia dimetabolisme pada tingkat
perkiraan 17 "min Fg / kg, terutama oleh enzim hepatik rhodanese, yang mengkatalisis reaksi
ireversibel sianida dan sulfane untuk menghasilkan tiosianat, senyawa yang relatif tidak beracun
diekskresikan dalam urin (Konsentrasi tinggi dari tiosianat baik dalam darah atau urin adalah
bukti dari paparan sianida.) Faktor pembatas. dalam kondisi normal adalah ketersediaan sulfane
sebagai substrat untuk rhodanese, dan belerang diberikan terapi seperti natrium tiosulfat untuk
mempercepat . reaksi Karena kemampuan tubuh untuk detoksifikasi sianida sejumlah kecil
melalui reaksi-dikatalisis rhodanese dengan sulfane, dosis mematikan sianida tergantung waktu,
yaitu, suatu jumlah sianida diserap perlahan-lahan dapat menyebabkan tidak ada efek biologis
bahkan meskipun jumlah yang sama diberikan selama periode yang sangat singkat bisa
mematikan.

2.7 GEJALA KLINIS

Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara
progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari;
Dosis sianida
Banyaknya paparan
Jenis paparan
Tipe komponen dari sianida
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah,
penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme.
Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas
karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar
dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan
hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan
mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung
terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian.
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian,
sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah;
Hiperpnea sementara,
Nyeri kepala,
Dispnea
Kecemasan
Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.
Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi pupil,
tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal nafas sampai henti
jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan sianida sehingga
menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat terpapar sianida.
Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari
oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan
funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya
penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh darah vena
akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti cherry-red, tetapi tanda ini tidak selalu ada
2.8 TOKSISITAS

Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah;
Asam hidrosianik sekitar 2,5005,000 mgmin/m3
Sianogen klorida sekitar 11,000 mgmin/m3.
Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg.
Perkiraan dalam bentuk oral 1,52mg/kg
Ada juga yang melaporkan kematian bisa terjadi pada dosis 200-300 ppm. Dosis 110-135 ppm
bisa mengakibatkan kefatalan setelah terpapar 30-60 menit, sedangkan pada konsentrasi 45-54
ppm sianida masih bisa ditoleransi oleh tubuh.

2.9 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Sianida bisa diukur dalam plasma, sel darah merah, darah lengkap atau urin. Dari
pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan tekanan partial oksigen (PO 2) dengan
adanya asidosis laktat. Pemeriksaan darah dan urin sangat penting pada mereka yang sering
terpapar agen ini. Selain itu juga, pemeriksaan ini akan menentukan pemberian jenis terapi.
Konsentrasi sianida dalam darah sangat berhubungan dengan gejala klinis yang akan
ditimbulkannya.
Karena sel darah merah banyak mengandung sianida di dalam darahnya, maka
pemeriksaan seluruh komposisi darah sangat diperlukan. Hal ini cukup sulit dilakukan karena
waktu paruh sianida yang pendek sehingga kandungan sianida dalam darah dengan cepat dapat
berkurang. Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi tempat penyimpanan sangat penting dalam
menentukan hasil pemeriksaan.

2.10 TERAPI

Prinsip pertama dari terapi ini adalah mengeliminasi sumber-sumber yang terus-menerus
mengeluarkan racun sianida. Pertolongan terhadap korban keracunan sianida sangat tergantung
dari tingkat dan jumlah paparan dengan lamanya waktu paparan.
Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada di dalam ruangan maka
segera keluar dari ruangan.
Jika tempat yang menjadi sumber, maka sebaiknya tetap berada di dalam ruangan. Tutup pintu
dan jendela, matikan pendingin ruangan, kipas maupun pemanas ruangan sampai bantuan datang.
Cepat buka dan jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh sianida.
Letakkan pakaian itu di dalam kantong plastik, ikat dengan kuat dan rapat. Jauhkan ke tempat
aman yang jauh dari manusia, terutama anak-anak.
Segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan air yang banyak.
Jangan gunakan pemutih untuk menghilangkan sianida. Tindakan pertama adalah segera
cari udara segar. Jika berada di dekat balai pengobatan tertentu maka dapat diberikan oksigen
murni. Berikan antidotum seperti sodium nitrite dan sodium thiosulfat untuk mencegah
keracunan yang lebih serius. Bila korban dalam keadaan tidak sadar maka harus segera
ditatalaksana di rumah sakit karena bila terlambat dapat berakibat kematian. Penggunaan oksigen
hiperbarik untuk mereka yang keracunan sianida masih sering dipakai. Penambahan tingkat
ventilasi oksigen ini akan meningkatkan efek dari antidotum. Asidosis laktat yang berasal dari
metabolisme anaerobik dapat diterapi dengan memberikan sodium bikarbonat secara intravena
dan bila pendertia gelisah dapat diberikan obat-obat antikonvulsan seperti diazepam. Perbaikan
perfusi jaringan dan oksigenisasi adalah tujuan utama dari terapi ini. Selain itu juga, perfusi
jaringan dan tingkat oksigenisasi sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pemberian
antidotum. Obat vasopressor seperti epinefrin bila timbul hipotensi yang tidak memberi respon
setelah diberikan terapi cairan. Berikan obat anti aritmia bila terjadi gangguan pada detak
jantung. Setelah itu berikan sodium bikarbonat untuk mengoreksi asidosis yang timbul.
Cara kerja obat-obatan diatas adalah dengan menghambat pembentukan ikatan sianida
pada sitokrom oksidase dengan bantuan methemoglobin. Methemoglobin akan mengikat sianida
dan membuangnya dari dalam sel maupun cairan ekstra seluler. Salah satu keterbatasan
mengenai antidotum ini adalah hanya berdasar dari eksperimen menggunakan hewan. Karena itu
cukup sulit untuk menilai keberhasilannya pada manusia. Selain itu juga, penelitian ini tidak
dibuat bila sedang berada dalam situasi yang besifat emergensi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sianida adalah salah satu zat yang berbahaya bahkan dapat mematikan. Zat sianida dapat
berwujud gas, padat, dan cair. Salah satu contoh sianida yang berwujud cair adalah hidrosianik
(HCN), hidrosianik ini sering digunakan oleh para militer pada Perang Dunia I untuk membunuh
para musuhnya. Karena dalam konsentrasi yang rendah saja sianida jenis ini dapat mematikan
musuh dalam hitungan menit.
Gejala yang dialami orang yang terkena papara sianida adalah hiperpnea sementara, nyeri kepala,
dispnea, kecemasan, perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah, berkeringat banyak. Gejala
ini dapat diatasi dengan terapi yaitu dengan cara segera menjauh dari tempat atau sumber
paparan, cepat buka dan jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh sianida,
segera cuci sisa sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan air yang banyak. Tetapi
terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya kontak dengan zat toksik tersebut.
Karena Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam jangka
waktu beberapa menit..

BAB II

Kajian Pustaka
A. Asam Sianida
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung kelompok siano CN, dengan
atom karbon terikat-tiga ke atom nitrogen. Kelompok CN dapat ditemukan dalam
banyak senyawa. Beberapa adalah gas, dan lainnya adalah padat atau cair. Beberapa
seperti-garam, beberapa kovalen. Beberapa molekular, beberapa ionik, dan banyak
juga polimerik. Senyawa yang dapat melepas ion sianida CN sangat beracun. Sianida
adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak ribuan
tahun yang lalu. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian
dalam jangka waktu beberapa menit.
Bentuk-bentuk sianida bisa berupa :
1. Inorganic cyanide : Hidrogen sianida (HCN)
2. Cyanide salts ( garam sianida) : Potasium sianida (KCN), sodium
sianida (NaCN), calcium sianida
(Ca(CN)2
3. Metal cyanide (logam sianida) : potasim silver cyanide ( C2AgN2K),
gold(I) cyanide (AuCN), mercury
cyanide (Hg(CN)2), zinc cyanide
(Zn(CN)2, lead cyanide (Pb(CN)2
4. Metal cyanide salts : sodium cyanourite
5. Cyanogens halides : Cyanogen klorida (CClN),
cyanogen bromide (CBrN)
6. Cyanogens : Cyanogen (CN)2
7. Aliphatic nitriles : Acetonitrile (C2H3N), acrylonitrile
(C3H3N), butyronitrile ( C4H7N),
propionitrile (C3H5N)
8. Cyanogens glycosides : Amygdalin ( C20H27NO11),
linamarin (C10H17NO6)
Sianida bisa berupa gas berwarna seperti hydrogen cyanide (HCN) atau cyanogen
chloride (CNCl), dapat juga berbentuk kristal seperti sodium cyanide (NaCN) or
potassium cyanide (KCN). Kadang- kadang sianida berbau seperti bitter almond, tapi
sianida tidak selalu berbau, dan tidak semua orang bisa mendeteksi bau sianida.
Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai
asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida pada suhu di bawah 780 F
berbentuk cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat. Pada suhu yang
lebih tinggi berbentuk gas yang tidak berwarna. Bersifat volatile dan mudah terbakar.
Hidrogen sianida dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak. Hidrogen
sianida sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan. Bentuk lain
ialah sodium sianida dan potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.
B. Penggunaan Sianida
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk
yang biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan
ganggang.. Adapun penggunaan sianida adalah:
1. Pada peindustrian dan pekerjaan
Pemadam kebakaran
Industri karet
Industri plastic
Industri kulit
Pertambangan
Penyepuhan dengan listrik(electroplating)
Pengelasan
Petugas laboratorium dan ahli kimia
Pekerja yang menggunakan pestisida
Pengasapan
Industri kertas
2. Pada Militer :
Sianida sebagai komponen yang sangat mematikan digunakan untuk meracuni
angota keluarga kerajaan dan orang-orang yang dianggap dapat mengganggu
keamanan. Tidak itu saja, Napoleon III mengusulkan untuk menggunakan sianida pada
bayonet pasukannya Selama perang dunia pertama, Perancis menggunakan asam
hidrosianik yang berbentuk gas. Tetapi racun sianida yang berbentuk gas ini
mempunyai efek yang kurang mematikan dibandingkan dengan bentuk cairnya.
Jerman sendiri pada waktu itu telah melengkapi pasukannya dengan masker yang
dapat menyaring gas tersebut. Karena kurang efektifnya penggunaan gas ini, maka
pada tahun 1916 Perancis mencoba jenis sianida gas lainnya yang mempunyai berat
molekul yang lebih berat dari udara, lebih mudah terdispersi dan mempunyai efek
kumulatif. Zat yang digunakan adalah Cyanogen chlorida, yang dibentuk dari potassium
sianida.
Austria ketika itu juga mengeluarkan gas beracun yang berasal dari potassium
sianida dan bromin. Zat ini kemudian disebut sianogen bromida yang mempunyai efek
iritasi yang sangat kuat pada konjungtiva mata dan pada mukosa saluran pernafasan.
Selama perang dunia ke II, Nazi Jerman menggunakan asam hidrosianik yang disebut
mereka Zyklon B untuk menghabisi ribuan rakyat sipil dan tentara musuh.
Adapun sianida yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty
Organization) adalah yang jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).

C. Asal Paparan Sianida


1. Inhalasi
Sisa pembakaran produk sintesis yang mengandung karbon dan nitrogen seperti
plastik akan melepaskan sianida. Rokok juga mengandung sianida, pada perokok pasif
dapat ditemukan sekitar 0.06g/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok
aktif ditemukan sekitar 0.17 g/mL sianida dalam darahnya. Hidrogen sianida sangat
mudah diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan detik
sampai menit. Ambang batas minimal g/ml tetapi angka ini belumhydrogen sianida di
udara adalah 0,02-0,20 dapat memastikan konsentrasi sianida yang berbahaya bagi
orang disekitarnya. Selain itu, gangguan dari saraf-saraf sensoris pernafasan juga
sangat terganggu. Berat jenis hidrogen sianida lebih ringan dari udara sehingga lebih
cepat terbang ke angkasa.
Anak-anak yang terpapar hidrogen sianida dengan tingkat yang sama pada orang
dewasa akan terpapar hidrogen sianida yang jauh lebih tinggi.

2. Mata dan Kulit


Paparan hidrogen sianida dapat menimbulkan iritasi pada mata dan kulit. Muncul
segera setelah paparan atau paling lambat 30 sampai 60 menit. Kebanyakan kasus
disebabkan kecelakaan pada saat bekerja sehingga cairan sianida kontak dengan kulit
dan meninggalkan luka bakar.

3. Saluran Pencernaan
Tertelan dari hidrogen sianida sangat fatal. Karena sianida sangat mudah masuk ke
dalam saluran pencernaan. Tidak perlu melakukan atau merangsang korban untuk
muntah, karena sianida sangat cepat berdifusi dengan jaringan dalam saluran
pencernaan.

D. Racun Sianida
Walaupun sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi
yang mengakibatkan timbulnya kematian atau timbulnya histotoxic anoxia adalah
karena sianida mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksidase sehingga akan
mengakibatkan terhentinya metabolisme sel secara aerobik. Sebagai akibatnya hanya
dalam waktu beberapa menit akan mengganggu transmisi neuronal. Sianida dapat di
buang melalui beberapa proses tertentu sebelum sianida berhasil masuk kedalam sel.
Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan dari cyanomethemoglobin
(CNMetHb), sebagai hasil dari reaksi antara ion sianida (CN) dan MetHb.
Selain itu juga, sianida dapat dibuang dengan adanya :
Ikatan dengan endothelial-derived relaxing factor (EDRF) dalam hal ini adalah asam
nitirit.
Bahan-bahan metal seperti emas, molibdenum atau komponen organik seperti
hidrokobalamin sangat efektif mengeliminasi sianida dari dalam sel.
Terakhir kali, albumin dapat merangsang kerja enzim dan menggunakan sulfur untuk
mengikat sianida.
Sianida dapat dengan mudah menembus dinding sel. Oleh karena itu pihak militer
sering menggunakan racun sianida walaupun secara inhalasi, memakan atau menelan
garam sianida atau senyawa sianogenik lainnya. Karena sianida ini sebenarnya telah
ada di alam walaupun dalam dosis yang rendah, maka tidak heran jika kebanyakan
hewan mempunyai jalur biokimia intrinsik tersendiri untuk mendetoksifikasi ion sianida
ini. Jalur terpenting dari pengeluaran sianida ini adalah dari pembentukan tiosianat
(SCN-) yang diekresikan melalui urin. Tiosianat ini dibentuk secara langsung sebagai
hasil katalisis dari enzim rhodanese dan secara indirek sebagai reaksi spontan antara
sianida dan sulfur persulfida.

E. Toksisitas
Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah;
Asam hidrosianik sekitar 2,5005,000 mgmin/m3
Sianogen klorida sekitar 11,000 mgmin/m3.
Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg.
Perkiraan dalam bentuk oral 1,52mg/kg
Ada juga yang melaporkan kematian bisa terjadi pada dosis 200-300 ppm. Dosis 110-
135 ppm bisa mengakibatkan kefatalan setelah terpapar 30-60 menit, sedangkan pada
konsentrasi 45-54 ppm sianida masih bisa ditoleransi oleh tubuh.

F. Keracunan Sianida
Tanda awal dari keracunan sianida adalah;
Hiperpnea sementara,
Nyeri kepala,
Dispnea
Kecemasan
Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan
vertigo juga dapat muncul.
Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan
dilatasi pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan,
gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang
keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak
mempunyai riwayat terpapar sianida.
Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan
dari oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada
pemeriksaan funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina
karena rendahnya penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen
pada pembuluh darah vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti cherry-
red, tetapi tanda ini tidak selalu ada
ANALISIS FORENSIK BAHAN TOKSIK ( SIANIDA (CN) )
KERACUNAN SIANIDA
Sianida adalah zat beracun yang sangat mematikan. Sianida telah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu. Sianida juga banyak digunakan pada saat perang dunia
pertama. Efek dari sianida ini sangat cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam
jangka waktu beberapa menit.
Hidrogen sianida disebut juga formonitrile, sedang dalam bentuk cairan dikenal sebagai
asam prussit dan asam hidrosianik. Hidrogen sianida adalah cairan tidak berwarna atau
dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar. Bersifat volatile dan mudah terbakar.
Hidrogen sianida dapat berdifusi baik dengan udara dan bahan peledak.Hidrogen
sianida sangat mudah bercampur dengan air sehingga sering digunakan. Bentuk lain
ialah sodium sianida dan potassium sianida yang berbentuk serbuk dan berwarna putih.
Sianida dalam dosis rendah dapat ditemukan di alam dan ada pada setiap produk yang
biasa kita makan atau gunakan. Sianida dapat diproduksi oleh bakteri, jamur dan
ganggan. Sianida juga ditemukan pada rokok, asap kendaraan bermotor, dan makanan
seperti bayam, bambu, kacang, tepung tapioka dan singkong. Selain itu juga dapat
ditemukan pada beberapa produk sintetik. Sianida banyak digunakan pada industri
terutama dalam pembuatan garam seperti natrium, kalium atau kalsium sianida. Sianida
yang digunakan oleh militer NATO (North American Treaty Organization) adalah yang
jenis cair yaitu asam hidrosianik (HCN).
Gejala yang ditimbulkan oleh zat kimia sianida ini bermacam-macam; mulai dari rasa
nyeri pada kepala, mual muntah, sesak nafas, dada berdebar, selalu berkeringat
sampai korban tidak sadar dan apabila tidak segera ditangani dengan baik akan
mengakibatkan kematian. Penatalaksaan dari korban keracunan ini harus cepat, karena
prognosis dari terapi yang diberikan juga sangat tergantung dari lamanya kontak
dengan zat toksik tersebut.
TOKSISITAS
Tingkat toksisitas dari sianida bermacam-macam. Dosis letal dari sianida adalah;1
Asam hidrosianik sekitar 2,5005,000 mgmin/m3
Sianogen klorida sekitar 11,000 mgmin/m3.
Perkiraan dosis intravena 1.0 mg/kg,
Perkiraan dalam bentuk cairan yang mengiritasi kulit 100 mg/kg.
GEJALA KLINIS
Efek utama dari racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara
progresif. Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari;1
Dosis sianida
Banyaknya paparan
Jenis paparan
Tipe komponen dari sianida
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah,
penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem
metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih dimata karena
iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas
sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam
jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu
sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami apnea
yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung
terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian.
Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian,
sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum.
Tanda awal dari keracunan sianida adalah;1,7
Hiperpnea sementara,
Nyeri kepala,
Dispnea
Kecemasan
Perubahan perilaku seperti agitasi dan gelisah
Berkeringat banyak, warna kulit kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga
dapat muncul.
Tanda akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi
pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan, gagal
nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka yang keracunan
sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita tidak mempunyai riwayat
terpapar sianida.1,7
Karena efek racun dari sianida adalah memblok pengambilan dan penggunaan dari
oksigen, maka akan didapatkan rendahnya kadar oksigen dalam jaringan. Pada
pemeriksaan funduskopi akan terlihat warna merah terang pada arteri dan vena retina
karena rendahnya penghantaran oksigen untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen
pada pembuluh darah vena akan mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti cherry-
red, tetapi tanda ini tidak selalu ada.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya penurunan tekanan partial
oksigen (PO2) dengan adanya asidosis laktat. Pemeriksaan darah dan urin sangat
penting pada mereka yang sering terpapar agen ini. Selain itu juga, pemeriksaan ini
akan menentukan pemberian jenis terapi. Konsentrasi sianida dalam darah sangat
berhubungan dengan gejala klinis yang akan ditimbulkannya.
Karena sel darah merah banyak mengandung sianida di dalam darahnya, maka
pemeriksaan seluruh komposisi darah sangat diperlukan. Hal ini cukup sulit dilakukan
karena waktu paruh sianida yang pendek sehingga kandungan sianida dalam darah
dengan cepat dapat berkurang. Oleh sebab itu, faktor waktu dan kondisi tempat
penyimpanan sangat penting dalam menentukan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Sianida(2)
Uji kertas saring.
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga
menjadi lembab. Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai
agak mengering, kemudian teteskan Na 2CO3 10 % 1 tetes. Uji positif bila terbentuk
warna ungu.
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan HNO 3 1%, kemudian ke dalam larutan
kanji 1% dan keringkan. Setelah itu kertas saring dipotong-potong seperti kertas
lakmus. Kertas ini dipakai untuk pemeriksaan masal pada pekerja yang diduga kontak
dengan CN. Caranya dengan membasahkan kertas dengan ludah di bawah lidah. Uji
positif bila warna berubah menjadi biru. Hasil uji berwarna biru muda meragukan
sedangkan bila warna tidak berubah (merah muda) berarti tidak dapat keracunan.
Kertas saring dicelup ke dalam larutan KCL, dan dipotong kecil-kecil. Kertas
tersebut dicelupkan ke dalam darah korban, bila positif maka warna akan berubah
menjadi merah terang karena terbentuk sianmethemoglobin.
Pemeriksaan Laboratorium Forensik Lain

Pemeriksaan sianida (2)

Isi Lambung
a. Reaksi Schonbein-Pagenstecher (Reaksi Guajacol).
Masukkan 50 mg isi lambung/ jaringan ke dalam botol Erlenmeyer. Kertas saring
(panjang 3-4 cm, lebar 1-2 cm) dicelupkan ke dalam larutan guajacol 10% dalam
alkohol, keringkan. Lalu celupkan ke dalam larutan 0,1% CuSO4 dalam air dan kertas
saring digantungkan di atas jaringan dalam botol. Bila isi lambung alkalis, tambahkan
asam tartrat untuk mengasamkan, agar KCL mudah terurai. Botol tersebut dihangatkan.
Bila hasil reaksi positif, akan terbentuk warna biru-hijau pada kertas saring.
Reaksi ini tidak spesifik, hasil positif semu didapatkan bila isi lambung
mengandung klorin, nitrogen oksida atau ozon; sehingga reaksi ini hanya untuk
skrining.
b. Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin).
Isi lambung/ jaringan didestilasi dengan destilator.
5 ml destilat + 1 ml NaOH 50 % + 3 tetes FeSO 4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%,
Panaskan sampai hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat tetes
demi tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH) 3, teruskan sampai endapan larut kembali
dan terbentuk biru berlin.
c. Cara Gettler Goldbaum.
Dengan menggunakan 2 buah flange (piringan), dan diantara kedua flange
dijepitkan kertas saring Whatman No. 50 yang digunting sebesar flange. Kertas saring
dicelupkan ke dalam larutan FeSO 4 10% rp selama 5 menit, keringkan lalu celupkan ke
dalam larutan NaOH 20% selama beberapa detik. Letakkan dan jepitkan kertas saring
di antara kedua flange. Panaskan bahan dan salurkan uap yang terbentuk hingga
melewati kertas saring ber-reagensia antara kedua flange. Hasil positif bila terjadi
perubahan warna pada kertas saring, menjadi biru.
d. Kristalografi
Bahan yang dicurigai berupa sisa makanan/ minuman, muntahan, isi lambung di
masukkan ke dalam gelas beker, dipanaskan dalam pemanas air sampai kering,
kemudian dilarutkan dalam aceton dan disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
didapat, diteteskan dalam gelas arloji dan dipanaskan sampai kering, kemudian dilihat
di bawah mikroskop. Bila terbentuk kristal-kristal seperti sapu, ini adalah golongan
hidrokarbon terklorinasi.
Pemeriksaan kualitatif dapat menggunakan penentuan titik cair, misal veronal
murni mencair pada suhu 191 C. Uji kristal dilakukan terhadap sisa obat yang
ditemukan dalam isi lambung. Masing-masing barbiturat mempunyai kristal yang khas
bila dilihat dengan mikroskop. Metoda Kopanyi (reaksi warna kobalt) dengan
modifikasinya.
e. Metoda Kopanyi
Dilakukan dengan memasukkan 50 ml urin atau isi lambung dalam sebuah
corong. Periksa dengan kertas lakmus, jika bersifat alkali tambahkan HCl sampai
bersifat asam. Tambahkan 100 ml eter, kocok selama beberapa menit. Diamkan
sebentar, tampak air terpisah dari eter, lapisan air dibuang, barbiturat terdapat dalam
lapisan eter. Saring eter ke dalam beaker glass dan uapkan sampai kering di atas
penangas air. Tambahkan 10 tetes kloroform untuk melarutkan sisa barbiturat yang
mengering.
Ambil beberapa tetes larutan dan letakkan pada white pocelain spot plate.
Tambahkan 1 tetes kobalt asetat (1 % dalam metil alkohol absolut) dan 2 tetes
isopropilamin (5% dalam metil-alkohol absolut), Barbiturat akan memberi warna merah
muda sampai ungu.
Pemeriksaan kuantitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan kromatografi lapis
tipis (TLC), kromatografi gas cair (GLC), spektrofotometri ultra-violet dan
spektrofotofluorimetri.
Sumber :
tes keracunan sianida _ Yumizone.htm
Makalah ke Harryracunan sianida oleh wahyudhy Utama, S.Ked.

Anda mungkin juga menyukai