Anda di halaman 1dari 6

EXECUTIVE SUMMARY

EKSTRAKSI LOGAM BERHARGA DARI LUMPUR ANODA


(ANODE SLIME ) PRODUK SAMPING PEMURNIAN TEMBAGA
Oleh :
Azhari, Pramusanto, Ngurah Ardha, Nuryadi Saleh, Yuhelda Dahlan, Eko Setyatmoko,
Abdullah, Soma Somantri

1. LATAR BELAKANG

PT. Smelting Gresik merupakan pabrik peleburan dan pemurnian tembaga pertama dan satu-satunya
di Indonesia dengan kapasitas produksi 300.000 ton copper cathode pertahun untuk memenuhi pasar
Asia Tenggara. Sumber konsentrat tembaga yang diolah di pabrik ini berasal dari PT. Freeport
Indonesia dan PT. Newmont Nusa Tenggara, dengan suplai dari PT. Freport 70% dan PT. Newmont
30%.

PT. Smelting menghasilkan lumpur anoda sebagai produk samping pemurnian tembaga sekitar 1500
ton sampai 1800 ton/tahun. Pada lumpur anoda ini terdapat kandungan logam-logam berharga seperti
emas (Au) 1%; perak (Ag) 3,8%; Bismut (Bi) 2,7%; platina (Pt) 15 ppm; Telurite (Te) 021%;
Selenium (Se) 6,52%; Paladium (Pd) 75 ppm; Timbal (Pb) 55% dan MC 7%. Apabila dihitung
kandungan emas yang terdapat dalam lumpur anoda tersebut, maka akan diperoleh emas sebanyak 15
18 ton/tahun, dan itu belum termasuk perak serta logam-logam berharga lainnya yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi. Namun, selama ini lumpur anoda tersebut langsung dijual ke Luar Negeri.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara yang bertujuan untuk memaksimalkan pengolahan sumber daya alam di dalam negeri,
maka sudah saatnyalah negeri ini memiliki pabrik pengolahan lumpur anoda agar tidak langsung
diekspor begitu saja. Sungguh ironis ketika banyak industri hilir dalam negeri khususnya industri
perak dan emas yang masih menggunakan bahan baku impor dari luar negeri.

2. TUJUAN PENELITIAN
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk memisahkan logam-logam berharga dari lumpur
anoda, produk samping proses pemurnian tembaga PT. Smelting Gresik dan mendapatkan informasi
mengenai jenis mineral dan kadarnya dalam lumpur anoda dan mengkaji penguasaan teknologi
pemisahan logam-logam berharga dari lumpur anoda tersebut.
3. METODOLOGI
Teknologi proses yang telah dikembangkan untuk ekstraksi logam-logam berharga dari lumpur anoda
adalah dengan proses pirometalurgi, hidrometalurgi, atau gabungan dari proses piro-hidrometalurgi.
Tetapi sejak tahun 1980 proses hidrometalurgi lebih dipilih karena keunggulannya, yaitu persen
recovery yang tinggi dan kebutuhan energi yang relatif kecil karena proses ini tidak memerlukan suhu
tinggi. Proses hidrometalurgi ini digunakan oleh perusahaan pemurnian emas di Jepang yaitu
Mitsubishi Metal Corporation (MMC). Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah
hidrometalurgi yaitu dengan klorinasi basah dengan gas klor sebagai oksidator logam-logam berharga.
Logam Au, Se dan Te akan terlarut, sedangkan logam Ag dan Pb akan mengendap. Tetapi sebelum
klorinasi dilakukan pemisahan Pb dahulu dengan cara melarutkan lumpur anoda dengan amonium
asetat. Langkah ini dilakukan melihat kandungan Pb yang besar yaitu 55%, sehingga Pb perlu
dipisahkan dahulu agar proses selanjutnya yaitu klorinasi basah menjadi lebih efektif. Percobaan ini
menggunakan DBC atau Dibutil Carbitol (Diethylene Glycol Dibutyl Ether) yang bertujuan untuk
mengikat Au ke dalam fasa organik sehingga terpisah dari Se dan Te yang ada pada fasa aqueos.
Diagram alir percobaan ditampilkan pada gambar berikut.

Karakterisasi, analisis
Lumpur Anoda
komposisi kimia

Amonium asetat Pelarutan Pb Pb asetat

Residu
Analisis Kimia, XRF

HCl + NaClO Klorinasi Basah Residu AgCl, PbCl2

Filtrat Au, Se, Te


Analisis Kimia, XRF

Solvent Extraction Kons. Se,Te


DBC

Analisis Kimia

Au

Gambar 1. Diagram Alir Percobaan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakterisasi dilakukan dengan analisa XRF (Qual-Quant) dan XRD yang dilakukan di Laboratorium
Fisika Mineral Puslitbang Tekmira. Hasil karakterisasi bahan baku menunjukkan bahwa unsur yang
dominan pada lumpur anoda adalah Pb. Dari hasil ini unsur Pt dan Pd tidak terdeteksi karena
jumlahnya yang sedikit. Dari hasil analisis XRD senyawa yang dominan adalah PbSO4.

Tabel 4.1 Analisis unsur-unsur dalam lumpur anoda dari PT. Smelting Gresik

No. Elemen Kadar


(%)
1 Au 1,57
2 Ag 4,52
3 Se 8,83
4 Pb 52,58
5 Cu 0,49
6 Te 0,12
7 Bi 4,10
8 As 1,74
9 Sn 0,17
10 Sb 0,12
11 Ni 0,02
12 Fe2O3 0,01
13 Al2O3 0,15
14 SiO2 0,45
15 SO3 14,43
16 Cl 1,42
Total 94,78

Percobaan pelarutan Pb dilakukan dengan variasi konsentrasi amonium asetat 2M, 3M, 5M dan 7M,
kemudian variasi suhu 30, 50, 60 dan 70C, variasi waktu 1/2, 1 dan 2 jam dan persen solid 10, 20,
30%. Foto kegiatan percobaan dan hasil percobaan berupa grafik recovery Pb ditunjukkan pada
gambar 4.2 dan 4.3 berikut.
Gambar 4.2 Pelarutan Pb

Recovery Pb
Recovery Pb
80,00 80,00
76,28 78,56
70,00 70,00 72,99
60,00 60,00
50,00 53,60
50,00
40,00 40,00
33,74 33,74 33,03
30,00 30,00
20,00 20,00
10,00 10,00
9,12
0,00 0,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 20 30 40 50 60 70 80
Konsentrasi (M) Suhu (C)

100
100,00 94,24
90
90,00
83,55 83,67 80
80,00 80,47
80,47 73,53
70
70,00
60
60,00
50
50,00
0 10 20 30
0,0 0,5 1,0 1,5 2,0
Persen Solid (%)
Waktu (jam)

Gambar 4.3 Hasil Percobaan Pelarutan Pb

Dari semua percobaan di atas maka kondisi optimum percobaan pelarutan Pb yang diperoleh adalah
pada konsentrasi amonium asetat 5 M, suhu 50C dengan lama waktu leaching 2 jam dan persen solid
10%. Pada kondisi ini recovery Pb mencapai 94,24%.

Percobaan klorinasi dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi HCl 1,1; 1,7; 2,5; 3,3 M dan
Jumlah NaOCl 4M yang ditambahkan 4ml, 5ml dan 6ml. Reaksi antara HCl dan NaOCl menghasilkan
gas klor yang akan mengoksidasi logam-logam berharga.
Gambar 4.4 Percobaan klorinasi

Recovery Recovery
(%) (%)
80 90 84,38 Ag
72,53
86,25
70 80 83,79 84,23 Pb
66,88 70,20 71,73
60 52,62 62,46 70 Cu
70,00 71,56 59,48
62,10
50 60 Sb
50,32 46,00
Au 50 41,40
40 41,34
28,00 40 51,00 40,82
30 32,53 Te
30 34,91
19,86 18,57 Se
20
20 27,60
10 15,47 13,96
10
0 0
1 1,5 2 2,5 3 3,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5
Konsentrasi HCl (M) Konsentrasi HCl (M)

Recovery
Recovery
(%) Ag
(%) 70
100 62,10
88,53 Pb
90 84,89 60
86,67 59,48 Cu
80 83,20 51,00
50
75,63 Sb
70 75,85
40 46,00
60 Au 29,25
52,62 30
50 Te
50,32 28,51 27,25
20 21,00 28,23
40 41,34 Se 16,13
30 10
9,33 9,56
20 0
3 4 5 6 3 4 5 6
Jumlah NaClO 4M (ml) Jumlah NaClO 4 M (ml)

Dari grafik di atas terlihat bahwa recovery Au maksimum 75,63%. Hal ini diperkirakan suhu
proses yang terlalu tinggi yakni 60C sehingga kelarutan gas Cl2 menjadi rendah sehingga unsur
Au tidak teroksidasi secara maksimal. Unsur-unsur Ag, Pb, Cu dan Sb juga ikut terlarut
diperkirakan karena konsentrasi HCl yang berlebih dan suhu yang tinggi.
5. KESIMPULAN SARAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
Proses pelarutan Pb menggunakan amonium asetat dapat dikatakan efektif dengan tingkat
recovery Pb dalam kondisi optimum dapat mencapai 94%. Kondisi optimum dicapai pada
konsentrasi amonium asetat 5 M, suhu 50C dengan lama waktu leaching 2 jam.
Pada percobaan klorinasi, ekstraksi unsur Au, Te dan Se yang terlarut dalam filtrat hasil
klorinasi cukup efektif. Recovery Au, Te dan Se mencapai optimum pada kondisi konsentrasi
HCl 3,3M dan 25% solid, dengan penambahan NaClO 4M sebanyak 6 ml. Pada kondisi ini
recovery Au, Te dan Se berturut-turut mencapai 75%, 88% dan 86%.
Sedangkan ekstraksi unsur Ag, Pb, Cu dan Sb yang diharapkan mengendap dalam residu hasil
klorinasi memiliki tingkat efektifitas yang beragam. Recovery Ag, Pb, Cu dan Sb mencapai
optimum pada kondisi konsentrasi HCl 1,1M dan 10% solid, dengan penambahan NaClO 4M
sebanyak 4 ml. Pada kondisi ini recovery Ag, Pb, Cu dan Sb berturut-turut mencapai 83,8%;
70,2%; 70% dan 84,4%.
Percobaan solvent extraction dengan menggunakan pelarut DBC cukup efektif. Tingkat
recovery emas mencapai 76,77%.

Dari hasil penelitian masih ada beberapa kekurangan dalam melakukan prosedur percobaan
diantaranya adalah :

Perlu dilakukan karkaterisasi lebih lanjut sampel lumpur anoda dengan metode yang lain
seperti ICP, untuk melihat unsur-unsur Pd dan Pt yang kadarnya sangat rendah.
Pada percobaan klorinasi sebaiknya tidak menggunakan panas, bahkan perlu didinginkan agar
kelarutan gas klor pada sluri tinggi sehingga dapat mengoksidasi unsur Au, Se dan Te secara
optimal.
Suhu dan konsentrasi HCl juga sangat berpengaruh terhadap pemisahan unsur-unsur Ag, Pb,
Cu dan Sb. Semakin tinggi suhu dan konsentrasi HCl maka unsur-unsur tersebut akan lebih
mudah ikut terlarut dalam filtrat hasil klorinasi. Walaupun unsur-unsur ini akan terpisah juga
nantinya pada proses solvent extraction Au, tapi akan lebih sulit dalam proses pemisahan
masing-masing unsur secara selektif

Anda mungkin juga menyukai