Berpikir kritis
BERPIKIR KRITIS
Berpikir kritis tidak dilahirkan tetapi dibentuk. Disiplin berpikir kritis adalah
kunci menjadi seorang pemikir kritis. Memiliki sejumlah pengetahuan tidak cukup
untuk menjadi seorang pemikir kritis. Belajar berpikir kritis adalah belajar
tentang cara berpikir itu sendiri. Belajar berpikir kritis bukan menyangkut apa-
nya tetapi tentang bagaimana-nya materi, informasi, pengetahuan yang
diperoleh. Bahkan bagaimana menerima, menilai, menimbang dan memutuskan
sesuatu. Intinya adalah bagaimana seseorang berpikir hingga mendapat
pengertian dan makna yang paling tinggi.
Acap kali berpikir kritis diartikan sempit, negatif bahkan sesuatu yang
kurang etis. Misalnya ketika seorang mahasiswa membantah pendapat dosen.
Atau ketika mahasiwa demonstrasi menentang kenaikan harga BBM. Di sini
berpikir kritis diartikan tanggapan atau perlawanan terhadap suatu keputusan
atau gagasan, jadi hanya sebuah istilah umum yang menunjuk keahlian kognitif
untuk mencapai suatu makna tertinggi, untuk mencapai tujuan, keputusan,
ideologi, atau tujuan politik. Berpikir kritis lebih luas dari itu.
Berpikir kritis diatur oleh disiplin berpikir dengan standar intelektual yang jelas.
Standar inilah yang menjadi norma dan mengatur kita dalam berpikir kritis. Di
antara standar intelektual penting adalah: klarifitas, presisi, akurasi, relevansi,
konsistensi, kebenaran logis, kelengkapan, dan fairness.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
1 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
Akurasi, contoh yang paling mudah adalah komputer, data yang masuk
itulah yang keluar (input =output). Jika kita memasukkan data yang salah maka
data yang salah itu juga yang keluar dan sebaliknya, jika kita memasukkan data
yang benar itulah juga data yang keluar. Konon, salah satu sebab kekalahan
Amerika dalam perang Vietnam adalah tidak akurasinya informasi. Akibatnya
keputusan yang diambil berpotensi salah.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
2 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
Dalam pemikiran kritis ada dua jenis inkonsistensi: inkonsistensi logis dan
inkonsistensi praktis. Inkonsistensi logis, melibatkan ucapan yang menyangkut
keyakinan tentang benda ini atau itu. Inkonsistensi praktis, menyangkut
pengakuan/ ucapan tentang sesuatu tetapi melakukan yang lain. Kadang-kadang
ada juga orang yang dengan sengaja (sadar) melakukan inkonsistensi dengan
tujuan tertentu, atau mengucapkan sesuatu dan melakukan yang lain. Contoh
seperti ini sering terdapat dalam dunia politik. Namun semua itu juga
mengecewakan pendengar dan akibatnya mereka dituduh munafik (hypocrites).
Konsistensi adalah kata yang penting dalam membangun integritas moral
pribadi. Integritas moral pribadi adalah satunya kata dan perbuatan.
Tentu masih banyak hal dibutuhkan untuk dapat berpikir kritis namun
setidaknya beberapa hal di atas akan membantu kita.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
3 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
4 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
mengatasi endemi flu babi harus juga memusnahkan semua babi? Pertanyaan ini
tentu memerlukan pembahasan mendalam, argumen dan pandangan kritis, oleh
karena banyak hal yang terkait semisal perilaku dan budaya, lingkungan, curah
hujan, tingkat kemampuan pemerintah mencegah, lalulintas manusia dsb..
Pendek kata, berpikir kritis adalah karakter yang mutlak dimiliki oleh mahasiwa
yang berhasil.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
5 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
Ketiga, berpikir kritis patut dipelajari demi berpikir kritis itu sendiri.
Dengan pengayaan dan pemenuhan pribadi menyadarkan kita betapa
pentingnya berpikir kritis. Adalah kenyataan bahwa cara berpikir manusia dari
waktu ke waktu berubah-ubah. Dalam sejarah yang panjang orang menerima
tanpa bertanya bahwa bumi ini adalah pusat alam semesta, bahwa setan adalah
penyebab bencana, bahwa perhambaan adalah adil, dan bahwa wanita lebih
rendah dari pria. Dan banyak gagasan, konsep, aturan yang telah menjadi
bagian budaya manusia yang lalu kini telah ditinggalkan. Berpikir kritis, secara
jujur dan berani telah menolong kita mengoreksi pendapat, asumsi-asumsi yang
tidak teruji, dogma, budaya dan prasangka didikan masyarakat. Berpikir kritis
membawa kita pada suatu pembebesan dalam menanggapi, meyakini,
memutuskan apa yang baik dan benar untuk kita. Pendeknya berpikir kritis
memperkenankan kita memimpin diri langsung, dan menguji kehidupan. Inilah
yang menyebabkan para pendahulu kita mampu membuat keputusan, gagasan
yang mengubah hidup bangsa dan menjadi gaya hidup yang kita alami saat ini.
RA Kartini misalnya mengkritisi budaya yang tidak masuk akal di zamannya di
mana kaum perempuan tidak memiliki derajat dan kesempatan yang sama
dengan pria. Karena itu dia menulis Habis Gelap Terbitlah Terang dia mana ia
memperjuangkan kesetaraan gender. Dan banyak tokoh-tokoh lain di dunia.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
6 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
Sekali pun berpikir kritis perlu dan dibutuhkan dalam segala bidang
kehidupan tetapi dalam kenyataannya orang tidak selalu berberpikir kritis;
termasuk orang berpendidikan tinggi. Pernah terjadi seorang Menteri terobsesi
menggali satu tempat untuk mencari harta karun hanya berdasarkan
mimpi/wangsit/tahayul. Berbagai hambatan untuk tidak berpikir kritis dapat
terjadi. Hambatan itu bersifat kompleks seperti, kurangnya pengetahuan tentang
informasi yang relevan, prasangka, penstereotipan, kebohongan, pemikiran yang
sempit, pentahyulan, egosentrisme (self-centered thinking), sosiosentrisme
(group-centered thinking), tekanan kelompok, mayoritasisme, kedaerahan,
adat/tradisi, kemapanan, prasangka, primordialisme, khayalan (wishful thinking),
pikiran yang pendek, pikiran yang sempit, dan berbagai alasan yang lain. Empat
macam hambatan yang paling sering terjadi adalah: egosentrisme,
sosiosentrisme, asumsi-asumsi yang tidak terjamin, dan impian.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
7 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
yang dialamai atau dinikmati. Kelemahannya adalah belum tentu apa yang kita
alami itu bermutu lebih tinggi dari yang dialami orang lain.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
8 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
lembaran yang dicetak sesuai dengan pelat atau masternya. Pelat atau
masternya adalah tipe awal, sebagai contoh. Jika seorang dokter meyakini
bahwa pasien yang selalu minta discount/ potongan adalah orang miskin, karena
beberapa kali ia mengalami hal yang sama, maka ia telah jatuh pada
penstereotipan. Bagaimana kalau pasien tersebut orang yang nakal?. Jika kita
menganggap setiap bule menganut free sex, karena dalam film sering
ditampilkan, kita jatuh pada hal yang sama, penstereotipan. Pada dasarnya
penstereotipan adalah generalisasi, yaitu sikap yang
menggambarkan/menyamakan kelompok yang lebih luas sama dengan sampel
kecil/sempit. Tuntutan berpikir kritis secara praktis adalah kita wajib menyadari
apa yang kita pikirkan, termasuk asumsi kita. Asumsi yang disadari adalah
sesuatu yang kita sadar tentangnya. Jadi kita berkata, Saya mau
mengasumsikan bahwa laporan ini benar, atau Saya berasumsi bahwa kelas
kuliah... pada hari ini ada, atau Saya mengasumsikan bahwa informasi pasien
benar, dst.
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
9 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
Sejauh ini kita telah membahas: (1) hakekat berpikir kritis, (2) standar-
standar berpikir kritis seperti klarifitas, presisi, akurasi, fairness dan juga
hambatan-hambatan berpikir kritis seperti: kurangnya pengetahuan kita tentang
informasi yang relevan, prasangka, penstereotipan, kebohongan, pemikiran yang
sempit, pentahyulan, (3) keuntungan berpikir kritis, dan (4) beberapa hambatan
berpikir kritis yang penting seperti egosentrisme, sosiosentrisme, asumsi-asumsi
tidak terjamin dan impian/khayalan. Dari semua pembahasan di atas dapat
dikemukakan suatu profil umum berpikir kritis sbb.:
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
10 Universitas Mercu Buana
X. Berpikir kritis
Psikologi Pendidikan
12 Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Hanum Swandarini M.Psi
11 Universitas Mercu Buana