Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 3

SKENARIO 1

PERAN SISTEM DIGESTIVUS DALAM HOMEOSTASIS

OLEH

Nama : Noor Dhian Maharjanti

NIM : J500090077

Kelompok :7

Nama tutor : dr. Ratih Dewi

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2009

1
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI................ ii

BAB I PENDAHULUAN............. 1

A. Latar Belakang Masalah.. 1


B. Rumusan Masalah... 1
C. Tujuan.. 2
D. Manfaat........... 2
BAB II STUDI PUSTAKA 3

A. Struktur Makroskopis Organ Sistem Digestivus.... 3


1. Oesophagus... 3
2. Gaster.... 3
3. Duodenum. 3
4. Jejunum dan Ileum 4
5. Colon. 4
B. Struktur Mikroskopis Organ Sistem Digestivus. 4
1. Oesophagus.. 4
2. Gaster 5
3. Usus Halus. 5
4. Colon. 5
C. Mekanisme Biokimia dalam Sistem Digestivus.. 6
1. Pencernaan dalam Mulut.. 6
2. Pencernaan dalam Lambung..... 6
3. Pencernaan oleh Enzim Pancreas. 6
4. Pencernaan oleh Enzim Usus Halus. 6
D. Patologi Sistem Digestivus...... 7
1. Oesophagus..
7
2. Lambung.. 7
3. Intestine 7
4. Kolon 7
BAB III PEMBAHASAN... 8

2
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 10

A. Kesimpulan............ 10
B. Saran.. 10
BAB V DAFTAR PUSTAKA.. 11

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saluran pencernaan memberi tubuh persediaan akan air, elektrolit, dan zat
makanan secara terus menerus. Hal ini berguna untuk menghasilkan energi
yang bisa digunakan oleh tubuh untuk melakukan suatu aktivitas.
Sehingga sistem digestivus juga merupakan suatu sistem yang bisa
digunakan untuk menjaga homeostasis tubuh. Tanpa adanya sistem
digestivus melalui saluran pencernaannya, tubuh tidak memiliki energi
untuk melangsungkan kehidupannya. Sehingga akan berdampak pada
kepunahan manusia itu sendiri.
Setiap saluran pencernaan memiliki tugas dan fungsinya secara spesifik.
Ada yang bertugas untuk memotong makanan, melumatkan makanan,
menghasilkan enzim, dan tentunya ada yang mengedarkannya ke seluruh
tubuh. Sistem digestivus terdiri atas cavum oris, oropharynx, dan sistem
digestivus sendiri.
Jika intake makanan dan minuman seimbang dengan aktivitas tubuh, maka
intake tersebut akan dihabiskan semuanya. Jika intake tersebut berlebihan,
maka tubuh bisa menyimpan kelebihan itu dalam bentuk glikogen.
Sehingga, suatu saat tubuh kekurangan energi, maka glikogen tersebut
dapat diubah kembali menjadi energi. Inilah sistem homeostasis yang
diberikan oleh tubuh (Guyton and Hall, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mastikasi, degluitasi, peristaltik, digesti,
absorbsi, reabsorbsi, dan defekasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan sembelit ?
3. Bagaimana struktur makroskopis dan mikroskopis organ pada sistem
digestivus ?
4. Bagaimana mekanisme biokimia pencernaan dan penyerapan?
5. Apa peran sistem digestivus bagi tubuh ?

C. Tujuan

4
1. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan mastikasi, degluitasi,
peristaltik, digesti, absorbsi, reabsorbsi, dan defekasi.
2. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan sembelit.
3. Untuk menjelaskan struktur makroskopis dan mikroskopis organ pada
sistem digestivus.
4. Untuk menjelaskan mekanisme biokimia pencernaan dan penyerapan.
5. Untuk menjelaskan sistem digestivus bagi tubuh.

D. Manfaat
1. Untuk memahami yang dimaksud dengan mastikasi, degluitasi,
peristaltik, digesti, absorbsi, reabsorbsi, dan defekasi.
2. Untuk memahami yang dimaksud dengan sembelit.
3. Untuk memahami struktur makroskopis dan mikroskopis organ pada
sistem digestivus.
4. Untuk memahami mekanisme biokimia pencernaan dan penyerapan.
5. Untuk memahami sistem digestivus bagi tubuh.

BAB II

STUDI PUSTAKA

A. Struktur Makroskopis Organ Sistem Digestivus


1. Oesophagus
Oesophagus merupakan organ seperti tabung yang menghubungkan
pharynx dengan gaster. Melalui foramen oesophagicum, oesophagus

5
menembus diaphragma. Suplai darah untuk oesophagus bagian atas,
tengah, dan bawah berturut-turut oleh cabang dari arteria thyroidea
inferior, arteria oesophagica, arteria bronchialis, dan cabang dari arteria
gastrica sinistra. Persarafan parasimpatis diurus oleh nervus vagus.
Sedangkan persarafan simpatis oleh rami oesophageales dari ganglia
thoracica dan nervus splanchnicus major (Wibowo And Paryana,
2009).
2. Gaster (Ventriculus)
Letak gaster di dalam perut mulai hypochondrium kiri sampai
epigastrium dan kadang-kadang mencapai regio umbilicalis. Gaster
dapat membesar sampai mencapai kapasitas dua sampai tiga liter dan
tidak mempunyia bentuk yang tetap. Dalam keadaan kosong,
mempunyai ukuran seperti colon dan bentuknya menyerupai huruf J.
Cardiaca merupakan bagian gaster yang berhubungan dengan
oesphagus dan merupakan bagian yang paling tetap kedudukannya.
Gaster memiliki dua buah curvature, yaitu curvature minor dan
curvature major. Selain itu, gaster mempunyai dua permukaan, yaitu
facies anterior dan facies posterior serta dua pintu, yaitu ostium
cardiacum dan ostium pyloricum (Wibowo And Paryana, 2009).
3. Duodenum
Duodenum terdiri atas empat bagian, yaitu pars superior, pars
descendens, pars inferior, dan pars ascendens. Pars superior
panjangnya dua setengah sampai lima sentimeter, mulai dari pylorus,
membelok ke atas dan belakang pada sisi kanan vertebra lumbalis
pertama pada bidang transpyloricum. Pars descendens panjangnya
delapan sampai sepuluh sentimeter. Bagian ini mempunyai lipatan
mukosa yang lebih tebal. Pars inferior panjangnya bervariasi antara
lima sampai delapan sentimeter. Dan pars ascendens mempunyai
panjang dua setengah sampai lima sentimeter, membelok ke atas dan
ke depan sampai menjadi flexura duodenojejunalis (Wibowo And
Paryana, 2009).
4. Jejunum dan Ileum

6
Jejunum dan ileum merupakan bagian usus halus yang dimulai dari
flexura duodenojejunalis sampai ostium ileale. Panjangnya dapat
mencapai lima sampai tujuh meter. Jejunum membentuk dua per lima
bagian proximal dan ileum tiga per lima bagian distal. Perlu
diperhatikan bahwa tidak ada batas yang tegas dan jelas antara jejunum
dan ileum (Wibowo And Paryana, 2009).
5. Colon
Colon mempunyai panjang satu setengah sampai dua meter, mulai dari
ujung ileum sampai anus. Terdiri dari caecum dan appendix
vermiformis, colon ascendens, colon transversum, colon descendens,
colon sigmoideum, rectum, dan canalis analis (Wibowo And Paryana,
2009).
B. Struktur Mikroskopis Organ Sistem Digestivus
1. Oesophagus
Oesophagus dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
Di dalam submukosa, terdapat kelenjar esophagus dengan secret yang
memudahkan transport makanan dan melindungi mukosa esophagus.
Di dalam lamina propria, terdapat kelenjar kardiak esophagus yang
menyekresi mucus. Lapisan muskularnya terdiri atas sel-sel otot polos.
Hanya bagian esophagus yang terdapat di dalam rongga peritoneum
yang ditutupi serosa. Sisanya ditutupi oleh selapis jaringan ikat
longgar, adventisia, yang menyatu dengan jaringan sekitar (Juncqueira
and Carneiro, 2007).
2. Gaster (ventriculus)
Mukosa lambung terdiri atas epitel permukaan yang berlekuk ke dalam
lamina propria. Lamina proprianya terdiri atas jaringan jaringan ikat
longgar yang disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Lapisan
submukosa terdiri atas jaringan ikat padat yang mengandung pembuluh
darah dan pembuluh limfe. Lapisan muskularisnya terdiri atas serabut
otot polos yang tersusun dalam tiga arah utama. Lapisan luar tersusun
longitudinal, lapisan tengah tersusun sirkular, dan lapisan dalam
tersusun oblik. Lambug dilapisi oleh selapis tipis serosa (Juncqueira
and Carneiro, 2007).

7
3. Usus Halus
Usus halus relatif panjang, rata-rata lima meter, dan terdiri atas tiga
segmen, yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Ketiganya memiliki
kemiripan. Permukaan usus halus memperlihatkan lipatan-lipatan
permanen, yaitu plika sirkularis, yang terdiri atas mukosa dan
submukosa, dengan bentuk semilunar, sirkular, atau spiral. Plika ini
paling berkembang di jejunum. Di duodenum, terdapat vili yang
berbentuk daun dan berangsur berubah bentuk menyerupai jari saat
tiba di ileum. Epitel vili menyatu dengan epitel kelenjar. Kelenjar
intestinal mengandung sel induk, sedikit sel absorptive, sel goblet, sel
paneth, dan sel enteroendokrin (Juncqueira and Carneiro, 2007).
4. Colon
Usus besar terdiri atas membran mukosa tanpa adanya lipatan kecuali
pada bagian distalnya (rectum). Vili usus tidak dijumpai pada bagian
usus ini. Kelenjar usus berukuran panjang dan ditandai dengan
banyaknya sel goblet dan sel absorptive dan sedikit sel enteroendokrin.
Lamina proprianya banyak dijumpai sel limfoid dan nodul yang
seringkali menyebar sampai ke dalam submukosa. Muskularis terdiri
atas berkas-berkas longitudinal dan sirkular (Juncqueira and Carneiro,
2007).
C. Mekanisme Biokimia dalam Sistem Digestivus
1. Pencernaan dalam Mulut
Di dalam mulut terdapat air ludah yang dihasilkan oleh kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Air ludah
ini 99,5% berupa air dengan pH sekitar 6,6-6,8. Kelenjar ini akan
menghasilkan enzim ptialin yang akan mengubah amilum menjadi
maltosa. Enzim ini inaktif pada pH 4 atau kurang (Iswari and
Yuniastuti, 2006).
2. Pencernaan dalam Lambung
Di dalam lambung terdapat enzim pepsin, HCL, dan rennin (pada
bayi). Enzim pepsin dengan bantuan HCL dan autokatalitis, diubah
dari bentuk pepsinogen. Enzim ini bekerja pada pH 1-2 dan mengubah
protein native menjadi protease dan pepton. Sedangkan rennin yang

8
hanya ada pada bayi, berfungsi untuk menahan mengalirnya air susu
dari lambung (Iswari and Yuniastuti, 2006).
3. Pencernaan oleh Enzim Pancreas
Enzim-enzim yang ada di pancreas, yaitu tripsin dan khimotripsin
(enzim proteolitik yang memecah protein), peptidase (mengubah
protein menjadi asam amino), amilase (menghidrolisa amilum menjadi
maltose pada pH 7,1), lipase (memecah lemak menjadi asam lemak,
gliserol, monogliserid, dan digliserid), cholesterol esterase
(menghidrolisa ester cholesterol menjadi cholesterol dan asam lemak),
dan RNAse serta DNAse (memecah asam ribonukleat dan asam
deoksiribonukleat menjadi nukleotidnya) (Iswari and Yuniastuti, 2006).
4. Pencernaan oleh Enzim Usus Halus
Di dalam usus halus terdapat fosfatase (memecah fosfat dari senyawa
fosfat organic), polinukleotidase (memecah nukleotid menjadi
nukleosid), nukleosidase, dan lecthinase (memecah lecithin menjadi
gliserol, asam lemak, asam fosfat, dan kholin) (Iswari and Yuniastuti,
2006).
D. Patologi Sistem Digestivus
1. Esophagus
Akhalasia, timbul akibat adanya kekacauan umum dari motilitas
esophagus. Yang ditandai dengan adanya dilatasi pada bagian proximal
dam penyempitan di bagian distal.
Divertikulosis, yang ada dua macam, yaitu traction diverticul
(akibat penyembuhan inflamasi dari kelenjar limfe local dan terjadi
retraksi) dan pulsion diverticul (terbentuknya suatu divertikel dari
mukosa atau submukosa) (Hadi Sujono, 2002).
2. Lambung
Gastritis, inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa
gaster.
Sindroma dyspepsia, adanya kelainan di saluran makan yang
umumnya akibat kelainan dari saluran makan bagian atas.
Penderitanya akan mengeluh merasakan nyeri perut atas, pedih, mual
yang kadang-kadang disertai dengan muntah,rasa panas di dada dan

9
perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, dan banyak
mengeluarkan gas masam dari mulut (Hadi Sujono, 2002).
3. Intestine
Tumor intestine, ada yang jinak dan ganas. Kejadian tumor di
intestine dapat diaktakan jarang dijumpai. Tumor ganas di intestine
yang terbanyak ialah karsinoma.
Regional enteritis, penyakit intestine yang kronik dan secara patologi
adanya fibrosing granulomatous lymphangitis (Hadi Sujono, 2002).
4. Kolon
Colitis ulserativa, penyakit ulserasi dan inflamasi akut atau kronis
dari rectum dan kolon, dengan tanda-tanda yang khas, yaitu adanya
diare, nyeri di perut, panas, dan penurunan berat badan.
Tumor di kolon dan rectum (Hadi Sujono, 2002).
BAB III

PEMBAHASAN

Pada skenario 1 blok 3 ini, dengan judul Menu Makan, di lampirkan tabel
yang berisi daftar menu makan Ali dan Alex. Jika melihat daftar menu makan
keduanya bisa diambil kesimpulan bahwa daftar menu makan Ali lebih sehat,
seimbang, dan halalan thoyiban daripada daftar menu makan Alex. Hal ini
dikarenakan menu makan Ali lebih memenuhi kriteria 4 sehat 5 sempurna. Menu
makan Ali sudah mengandung karbohidrat (nasi dan roti), protein (tahu, tempe,
telur, ikan, ayam), lemak (susu dan ayam), selain itu ditambah dengan sayur dan
buah yang kaya akan serat. Sedangkan daftar menu makan Alex tidak
mengandung sayur dan buah. Padahal serat banyak ditemukan pada sayur dan
buah. Selain itu menu makan Alex tidak halalan thoyiban karena terdapat swikee
goreng di mana swikee itu merupakan daging katak. Selain membandingkan nilai
gizi makanannya, bisa juga membandingkan dari kebiasaan mereka masing-
masing. Alex memiliki kebiasaan tidak makan pagi dan sering mengalami
sembelit. Padahal, makan pagi atau sering disebut dengan sarapan, sangat penting
untuk tubuh kita. Karena pada pagi hari, kita lebih banyak melakukan aktivitas.

10
Sehingga energi yang diperlukan juga harus sesuai dengan aktivitas yang akan
dijalankan. Jika seseorang jarang bahkan memiliki kebiasaan tidak makan pagi,
akan berakibat pada pelaksanaan aktivitasnya yang terhambat (Soedarmo and
Sediaoetama, 2001).

Proses perjalanan makanan dimulai di cavum oris (rongga mulut). Di sini


makanan mengalami mastikasi (mengunyah) oleh gigi. Gigi sudah dirancang
dengan sangat tepat untuk mengunyah, insisivus menyediakan kerja memotong
yang kuat dan molar menggilingnya. Proses selanjutnya adalah degluitasi
(menelan). Menelan adalah mekanisme yang kompleks, terutama karena faring
membantu fungsi pernapasan dan menelan. Di sini terbagi menjadi 3 tahap, yang
pertama adalah tahap volunteer yang mencetuskan proses menelan, lalu tahap
faringeal yang bersifat involunter dan membantu jalannya makanan melalui faring
ke dalam oesophagus. Tahap terakhir adalah tahap esophageal, yang bersifat
involunter yang mengangkut makanan dari faring ke lambung. Di esophagus juga
terjadi gerak peristaltik bolus makanan. Selain itu, juga ada di lambung. Di
lambung, kontraksi peristaltik menimbulkan pengosongan lambung. Kemudian
proses digesti, di mana makanan dari lambung dicerna setelah bercampur dengan
beberapa enzim. Proses selanjutnya adalah absorbsi di usus halus dan diedarkan
ke seluruh tubuh. Sisanya akan masuk ke colon dan terjadi proses reabsorbsi, di
mana yang direabsorbsi adalah air. Hal inilah yang mengakibatkan feces dalam
bentuk padat. Kemudian proses defekasi oleh rectum dan anus (Guyton and Hall,
2007).
Sistem traktus gastrointestinal merupakan batas antar lingkungan eksternal
dan internal. Sehingga diperlukan sistem pertahanan gastrointestinal, untuk
mengatasi bakteri, virus, dan makromolekul asing yang memasuki tubuh melalui
mulut. Sistem pertahanan ini sangat efisien, garis pertahanan pertama dibentuk
oleh musin yanga da di dalam air liur, kemudian ada HCL di lambung
(Despopoulos, 2000).

Di lambung itulah makanan di simpan. Kapasitas lambung normal


memungkinkan adanya interval waktu yang panjang antara saat makan dan

11
kemampuan menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan ini dapat
terakomodasi di bagan bawah saluran. Makanan di lambung bisa disimpan hingga
4-6 jam. Itulah sebabnya, kita merasa lapar pada pukul 12 siang setelah makan
pagi pukul 6 atau 7 (Sloane, 2004).

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan tidak dapat
digunakan oleh tubuh, bila tidak diserap oleh saluran pencernaan dalam
bentuk molekul-molekul yang lebih kecil.
2. Makanan yang diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh menghasilkan
energi yang bisa digunakan untuk beraktivitas dalam rangka menjaga
kelangsungan hidup.
B. Saran
1. Betapa rumitnya proses pemecahan makanan oleh tubuh mengharuskan
kita untuk berhati-hati dalam memilih makanan. Makan makanan yang
memang benar-benar diperlukan oleh tubuh.
2. Makanan yang kita makan tidaklah hanya yang sehat, seimbang, dan
halal, tetapi juga makanan yang bersih. Paling tidak meminimalisirkan
adanya bakteri atau kuman penyakit. Sehingga, bisa meringankan

12
pekerjaan sistem pertahanan tubuh dalam mengatasi bakteri, virus, dan
kuman.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Despopoulos A., 2000. Atlas Berwarna & Teks FISIOLOGI edisi 4 direvisi dan
diperluas. Jakarta : Hipokrates.

Guyton A. C. and Hall A.J., 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Hadi Sujono., 2002. Gastroenterologi. Bandung : Alumni.

Iswari R. S and Yuniastuti A., 2006. Biokimia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Juncqueira L. C and Carneiro J., 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Jakarta :
EGC.

Sloane Ethel., 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.

Soedarmo P and Sediaoetama A. D., 2001. Ilmu Gizi. Yogyakarta : Dian Rakyat.

13
Wibowo D. S. and Paryana W., 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

14

Anda mungkin juga menyukai