Disusun oleh :
Nurani Elok Yafitri (6411414030)
Yoga Reynastu (6411414040)
Kristiana Wulan Sari (6411414044)
Wulan Khoirul Rohmah (6411414048)
Ratih Berliana (6411414049)
Endang Marpuah (6411414055)
Kasyful Ain (6411414056)
Rombel 02
2.1 Identifikasi
PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) bergerak di bidang eksploitasi minyak
bumi. Cakupan eksploitasi mulai dari evaluasi kandungan reservoir hingga
memproduksinya dari dalam perut bumi. Produk yang dihasilkan adalah minyak
mentah yang akan dipasarkan di beberapa negara untuk pengolahan lebih lanjut. PT
CPI Duri memiliki luas 14052 ha.
Limbah yang dihasilkan berupa limbah gas, padat, dan cair dengan bentuk
penanganannya masing masing. Limbah minyak adalah buangan yang berasal dari
hasil eksplorasi produksi minyak, pemeliharaan fasilitas produksi, fasilitas
penyimpanan, pemrosesan, dan tangki penyimpanan minyak pada kapal laut. Limbah
minyak bersifat mudah terbakar, beracun, dan bersifat korosif. Limbah minyak
merupakan bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifatnya, konsentrasi maupun
jumlahnya yang dapat membahayakan lingkungan hidup, serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lainnya (Katz dan Dawston, 1997).
Limbah hasil eksplorasi dan produksi minyak ini termasuk dalam kategori
limbah B3 sumber spesifik dalam lampiran I PP no. 85 Tahun 1999 dengan kode
D220. Berdasarkan uji data hasil uji Toxicity Characterization Leaching Procedures
(TCLP) yang telah dilakukan oleh PT CPI maka lumpur pengeboran, fluida
berminyak dan tanah terkontaminasi minyak merupakan salah satu limbah yang
tergolong B3. Oleh karena itu, limbah tersebut harus ditangani sesuai dengan PP no.
85 Tahun 1999, Permen ESDM No. 45 Tahun 2006 tentang pengelolaan lumpur bor
pada kegiatan pengeboran minyak dan gas bumi, Permen LH No 13 Tahun 2007
tentang injeksi limbah hasil kegiatan eksplorasi minyak bumi, dan Permen LH no 128
Tahun 2003 tentang penanganan tanah terkontaminasi minyak secara biologis.
Pada data sekunder yang kami peroleh dari penelitian sebelumnya yaitu
penelitian yang pernah dilakukan oleh Stiyawardani berdasarkan hasil uji TCLP yang
telah dilakukan, diketahui bahwa hasil pengolahan lumpur bor masih mengandung
beberapa unsur logam berat seperti boron (B), kadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal
(Pb), merkuri (Hg), selenium (Se), perak (Ag), serta seng (Zn) dengan konsentrasi-
konsentrasi tersebut berada dalam kadar yang sangat rendah bahkan dibawah
detection limit dari alat tersebut. Sedangkan untuk kadar arsen (As) dan barium (Ba)
terdeteksi sangat sangat jauh di bawah baku mutu yaitu 0.01 mg/L dan 0.34 mg/L.
Oleh karena itu proses yang terjadi pada CMTF hingga dihasilkan sludge cake cukup
baik untuk mereduksi logam berat yang terdapat dalam lumpur bor. Hal yang utama
menyebabkan penurunan kadar logam berat tersebut adalah pada proses filtrasi hingga
reverseosmosis. Tahap selanjutnya adalah melakukan solidifikasi sludge cake menjadi
paving block. Namun sebelum dilakukan solidifikasi, sludge cake terlebih dahulu
dijemur sekitar 2 3 hari di tempat penampungan sementara. Apabila sudah agak
kering maka dilakukan pencampuran dengan pasir dan semen untuk dibuat paving
block. Perbandingan pencampuran semen, sludgecake dan pasir adalah 2 : 1 : 1,
misalnya 2 kg semen dicampur dengan 1 kg sludge cake dan 1 kg pasir. Proses
solidifikasi sludge cake dilakukan oleh PT CPI sebagai upaya pemanfaatan limbah
agar tidak membuang ke lingkungan.
BAB III
PENGENDALIAN
Stiyawardani, Aisyah. Kajian Pengelolaan Limbah Pasir Berminyak, Lumpur Bor dan Tanah
Terkontaminasi Minyak pada Proses Eksploitasi Minyak Bumi (Studi Kasus: PT Chevron
Pacific Indonesia). Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Surabaya.
www.chevronindonesia.com