Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CYSTOMA OVARI
A. PENGERTIAN
Kista ovarium merupakan pembesaran sederhana ovarium
normal, folikel de graf atau korpusluteum atau kista ovarium
dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium.
(Smelzer and Bare. 2008: 1556)
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang
berlebihan/abnormal pada ovarium yang membentuk seperti
kantong.Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang
dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus
mentsruasi. (Lowdermilk, dkk. 2010)
Kista adalah tumor jinak di yang paling sering ditemui.
Bentuknya kistik, berisi cairan kental, dan ada pula yang
berbentuk anggur. Kista juga ada yang berisi udara, cairan,
nanah, ataupun bahan-bahan lainnya.
Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam
jaringan. Kumpulan sel-sel tumor itu terpisah dengan
jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat menyebar ke
bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah
diangkat dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan
kesehatan penderitanya.

B.KLASIFIKASI

1
1. Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)
a. Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda, sebagian
akibat folikel de graft yang matang karena tidak dapat
menyerap cairan setelah ovulsi. Kista ini bisanya
asimptomotik kecuali jika robek, dimana kasus ini
terdapat nyeri pada panggul. Jika kista tidak robek,
bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi.
b. Kista corpus luteum
Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi
dari progesteron akibat dari peningkatan cairan di
korpus luteum ditandai dengan nyeri, tendenderness
pada ovari, keterlambatan menstuasi dan siklus
menstuasi yang tidak teratur atau terlalu panjang.
Rupture dapat mengakibatkan haemoraghe
intraperitoneal. Biasanya kista corpus luteum hilang
selama 1-2 siklus menstruasi.
c. Sindroma rolisistik ovarium
Terjadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat
dari estrogen yang terlalu tinggi, testosteron dan LH
serta penurunan sekresi FSH. Tanda dan gejala terdiri
dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan)
mens tidak teratur, infertilitas
d. Kista Theca- lutein
Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini
berkembang akibat lamanya stimulasi ovarium dari human
chorionik gonadotropine (HCG).
2. Kista Ovarium Plastik (Abnormal)
a. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi
kista. Kista ini juga dapat menyerang ovarium kanan
atau kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat
penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika
urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontinensia atau
retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas
terutama pada usia di atas 45 tahun atau kurang dari
20 tahun.
b. Kista coklat (endometrioma)
Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak

2
di dalam rahim tapi melekat pada dinding luar indung
telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan
menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun
di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat
terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu
rasa sakit terutama ketika haid atau bersenggama.
c. Kista dermoid
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi
sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat
terjadi perubahan kearah keganasan, seperti karsinoma
epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur
melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah
nyeri mendadak diperut bagian bawah karena torsi
tangkai
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian
endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini
berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan
endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri
hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorrhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan
sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut
bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan.
Kista lutein yang sesungguhnya, umumnya berasal dari
korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat
pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu.
Biasanya terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar
karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista polikistik
ovarium yang menetap (persisten), operasi harus
dilakukan untuk mengangkat kista tersebut agar tidak
menimbulkan gangguan dan rasa sakit.

C. ETIOLOGI

3
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada
beberapa factor pemicu yaitu :
1) Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :
a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
b) Zat tambahan pada makanan
c) Kurang olah raga
d) Merokok dan konsumsi alcohol
e) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f) Sering stress
2) Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu
sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat
karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia tertentuatau
karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi
onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

D. TANDA DAN GEJALA


Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan
gejala. Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah
akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi tumor
tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium
antara lain :
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan tertekan diperut bagian bawah.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin
pendarahan lebih lama, mungkin lebih pendek, atau
mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi
atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah
panggul yang menyebabkan nyeri spontan dan sakit
diperut.
d. Nyeri saat bersenggma

4
Pada stadium lanjut :
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ
di dalam rongga perut (usus dan hati)
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada
rongga dada akibat penyebara
penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita
sangat merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut
diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium
seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan
arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk
menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker
seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta HCG dan
alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa
memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi
hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan
operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka
kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium
biasa.

E. PATOFISIOLOGI
Kista terdiri atas folikel folikel praovulasi yang
telah mengalami atresia (degenerasi). Pada wanita yang
menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan FSH dan SH
tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal
sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH
lebih tinggi dari normal, tetapi tidak memperlihatkan
lonjakan. Peningkatan LH yang terus menerus menimbulkan
pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjar
adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk
kista, yang menyebabkan terjadinya ovarium polikistik.
Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang
berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel sel yang
menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Penyebaran

5
awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan
limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.

Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu


adalah perasaan berat pada pelvis. Sering berkemih dan
disuria dan perubahan fungsi gastro intestinal, seperti rasa
penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan
abnormal vagina skunder akibat hiperplasia endometrium, bila
tumor menghasilkan estrogen beberapa tumor menghasilkan
testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price, Wilson,
2006)
Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan
masalah serius. Kista folikel dan luteal di ovarium sangat
sering ditemukan sehingga hampir dianggap sebagai varian
fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari
folikel graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang
sudah pecah dan segera menutup kembali. Kista demikian
seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan
diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening,
tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai
mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa
dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini
dilapisi granulosa atau sel teka, tetapi seiring dengan
penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat menyebabkan
atropi sel tersebut. Kadang kadang kista ini pecah,
menimbulkan perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen
akut. (Robbins, 2007).

6
NURSING CLINICAL PATHWAY

7
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium:
1. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi sedikit-sedikit,
sehingga berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista,
dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang
minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam
jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat
dari kista yang menimbulkan nyeri perut yang mendadak
2. Torsio. Putaran tangkai dapat terjadi pada ksta yang
berukuran diameter 5 cm atau lebih. Putaran tangkai
menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini
jarang bersifat total.
3. Kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman pada perut dan dapat menekan vesica urinaria
sehingga terjadi ketidakmampuan untuk mengosongkan
kandung kemih secara sempurna.
4. Massa kista ovarium berkembang setelah masa menopouse
sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker
(maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan
pelvic menjadi penting
5. Infertilitas akibat tidak adanya ovulasi
6. Peningkatan resiko pembentukan tumor tumor dependen
estrogen di payudara dan endometrium.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Gambaran Radiologi
a. USG
Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi
lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga
manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama
sekali . Suara yang dapat didengar manusia mempunyai
frekuensi antara 20-20.000 Cpd (cicles per detik = Hz).
Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence
acustic tertentu. dalam jaringan yang heterogen akan
ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut anechoic atau
echofree atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya kista, asites, pembuluh
darah besar, perikardial, atau pleural efusion. . Pada

8
USG kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik
yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat
echolucent dengan dinding dinding yang
tipis/tegas/licin, dan di tepi belakang kista nampak
bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya.
Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta)
atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang
terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen
darah di dalam kista
b. Hitung darah engkap
Penurunan Hb dapat enunjukan anemia kronis
c. Transabdominal Sonogram
Transabdominal ultrasonography lebih baik dibandingkan
endovaginal ultrasonography untuk mengevaluasi besarnya
massa serta struktur intra abdominal lainnya, seperti
ginjal, hati, dan asites. Syarat pemeriksaan
transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica
urinaria terisi/penuh
d. Endovaginal Sonogram
Pemeriksaan ini dapat menggambarkan/memperlihatkan
secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan
dilakukan dalam keadaan vesica urinaria kosong.
3. MRI
Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus
dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam
mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-Scan dapat
pemberian petunjuk tentang organ asal dari massa yang
ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam
beberapa/banyak kasus.
USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi
kista ovarium dan massa/tumor pelvis dibandingkan
dengan CT-Scan.
4. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, serta
untuk menentukan sifat-sifat tumor itu

9
5. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-
kadang dapat dilihat adanya gigi dalam tumor.
6. Parasintesis
Fungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites.
Perlu diperhatikan bahwa tindakan tersebut dapat
mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila
dinding kista tertusuk
H. PENATALAKSANAAN
Adapun prinsip untuk menangani tumor ovarium:
1. Operasi untuk mengambil tumor : Dapat menjadi besar dan
kemungkinan degenerasi ganas.
2. Saat operasi dapat didahului dengan frozen section
untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih
lanjut.\
3. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA sehingga
kepastian klasifikasi tumor dapat ditetapkan untuk
menentukan terapi
4. Operasi tumor ganas diharapkan debulking yaitu dengan
pengambilan jaringan tumor sebanyak mungkinjaringan
tumor sampai dalam batas aman diameter sekitar 2 cm.
Setelah mendapatkan radiasi dan kemoterapi atau
dilakukan terapi kedua untk mengambil sebanyak mungkin
jaringan tumor. Kistoma ovarii diatas umur 45 thn
sebaiknya dilakukan terapi profilaksis.
5. Untuk penanganan tumor nonneoblastik diambil sikap wait
and see. Jika wanita yang masih ingin hamil berovulais
teratur tanpa gejala dan hasil USG menunjukkan kista
yang berisis cairan maka dilakukan pemeriksaan tindakan
menunggu dan melihat dan kista ini akn memnghilang 2-3
bulan kemudian . Penggunaanv pil kontrasepsi dapat
digunakan untuk terpi kista fungsional
6. Pembedahan dilakukan jika kista besar dan padat ,tumbuh
atau tetap selama 2-3 bulan siklus haid maka dapat
dihilangkan dengan pembedahan.Jika tumor besar atau ada
komplikasi maka dilakukan pengangkatan ovarium disertai
saluran tuba ( salpingo ooferektomi ) dan dilakukan

10
pengontrolan .Jika terdapat keganasan aka dilakukan

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CYSTOMA OVARI


1. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Riwayat penyakit dahulu, pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya
3. Riwayat penyakit keluarga, adakah anggota
keluarga dengan riwayat penyakit yang sama atau
dengan kanker yang lain?
4. Wanita dengan faktor resiko, lingkungan, gaya
hidup tidak sehat, kebiasaan menggunakan talk
pada vagina, obat-obatan perangsang ovulasi,
obat-obatan pelangsing tubuh yang menyebabkan
deuretik?
5. Riwayat ginekologi, usia menarche, keluhan saat
haid, siklus haid dan lamanya, penggunaan
kontrasepsi.

6. psikososial klien:
- kecemasan
- ketakutan
- harga diri rendah
7. Data dasar pengkajian :
a. Aktivitas / istirahat
- Perubahan pola istirahat dan jam tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur seperti: nyeri, cemas,
berkeringat malam.
- Kelemahan atau keletihan.

11
- Keterbatasan latihan ( dalam berpartisipasi
terhadap latihan ).
b. Sirkulasi.
Palpilasi, nyeri dada, perubahan tekanan
darah.
c. Integritas ego
Faktor stres ( pekerjaan, keuangan,
perubahan peran ), cara mengatasi stres
( keyakinan, merokok, minum alkohol dan
lain-lain ).
Masalah dalam perubahan dalam penampilan :
pembedahan, bentuk tubuh.
Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi.
Perubahan pola defekasi, darah pada feces,
nyeri pada defekasi.
Perubahan buang air kecil : nyeri saat
berkemih, nematuri, sering berkemih.
Perubahan pada bising usus : distensi
abdoment.
e. Makanan / cairan
Keadaan / kebiasaan diet buruk : rendah
serat, tinggi lemak, adiktif, bahan
pengawet
Anorexsia, mual-muntah.
Intoleransi makanan.
Perubahan berat badan.
Perubahan pada kulit: edema, kelembaban.
f. Neurosensori
Pusing, sinkope
g. Nyeri
Derajat nyeri (ketidaknyamanan ringan sampai
dengan berat).
8. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Abdoment dan pelvis
Inspeksi : Adanya penonjolan, penderita
tampak sakit, mual, muntah, aktivitas

12
berkurang
Auskultasi : Bising usus
Palpasi : Nyeri tekan, nyeri lepas, gejala
infeksi (peningkatan suhu tubuh). Diameter
tumor, massa dapat digerakkan atau tidak,
unilateral atau multi, asites ada atau tidak,
konsistensi padat atau lunak.
b. Genetalia
Pendarahan fangsun mixsi/ defekasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah
sebagai berikut:
Pre operasi
a. Nyeri berhubungan dengan penekanan saraf akibat
pembesaran ovarium

b. Konstipasi berhubungan dengan tekanan pada usus


dan anus oleh sel tumor
Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas
jaringan (insisi pada abdomen)

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


umum

c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan post


operasi

13
3. Rencana tindakan keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
. Keperawatan Hasil
1. Nyeri Tujuan: 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui kondisi umum
Setelah dilakukan
berhubungan pasien
tindakan keperawatan
dengan 2. Kaji skala nyeri (skala 2. Mengetahui tingkat nyeri
selama 1x24 jam nyeri
penekanan PQRST) pasien
pasien dapat teratasi
saraf akibat 3. Atur posisi pasien
Kriteria Hasil:
pembesaran senyaman mungkin 3. Mengurangi rasa nyeri
1. Pasien tidak
ovarium 4. Anjurkan teknik
meringis kesakitan
relaksasi (napas dalam) 4. Mengurangi rasa nyeri
2. Nyeri pasien
5. Kolaborasi: pemberian
berkurang atau
analgesik 5. Analgesik dapat memblok
hilang
reseptor nyeri pada susunan
3. Skala nyeri
syaraf pusat
berkurang
4. KU baik
2. Konstipasi Tujuan: 1. Monitor tanda dan 1. Intervensi dini perlu untuk
Setelah dilakukan
berhubungan gejala konstipasi mengatasi konstipasi secara
tindakan keperawatan
dengan tekanan efektif dan mngurangi
selama 1x24 jam
pada usus dan terjadinya komplikasi

14
anus oleh sel pasien dapat BAB 2. Monitor bising usus 2. Adanya bising usus
tumor dengan lancar (1 kali menandakan adanya
sehari) peristaltik usus
Kriteria Hasil: 3. Monitor feses:
3. Gangguan eliminasi BAB
1. Bebas dari frekuensi, konsistensi,
(konstipasi) bisa dilihat
ketidaknyamanan dan volume
dari frekuensi,
konstipasi
konsistensi, dan volume
2. Feses lunak dan 4. Ajarkan klien untuk
feses)
berbentuk latihan defekasi secara
4. Membantu untuk mengeluarkan
3. Mengidentifikasi teratur
feses dengan stimulasi
indikator untuk
manual

5. Anjurkan klien untuk


makan yang sehat dengan
5. Meningkatkan konsistensi
banyak serat dan
feses untuk dapat melewati
pemasukan cairan lebih
usus dengan mudah
banyak
6. Konsultasikan dengan
ahli gizi
6. Membantu merencanakan makan

15
7. Kolaborasikan pemberian yang sesuai dengan
obat sesuai indikasi kebutuhan pasien
7. Menstiulasi peristaltik
usus dengan cara pemberian
obat
3. Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji nyeri, catat 1. Perubahan pada
Setelah dilakukan
berhubungan lokasi, karakteristik karakteristik nyeri
tindakan keperawatan
dengan nyeri, dan berat nyeri menunjukkan adanya masalah,
selama 1x24 nyeri
diskontinuitas (skala 0-10) memerlukan evaluasi medik
berkurang atau hilang
jaringan dan intervensi
Kriteria Hasil:
(insisi pada 2. Pertahankan istirahat 2. Menghilangkan tegangan
1. Menyatakan rasa
abdomen) dengan posisi semi abdomen yang bertambah
nyaman setelah
fowler dengan posisi telentang
nyeri berkurang
3. Anjurkan klien untuk 3. Meningkatkan normalisasi
2. Mampu mengenali
mobilisasi dini fungsi organ, menurunkan
nyeri (skala,
ketidaknyamanan
intensitas,
4. Ajarkan penggunaan 4. Meningkatkan kontrol
frekuensi, dan
manjemen nyeri terhadap nyeri dan
tanda nyeri)
meningkatkan partisipasi
3. Mampu mengontrol
5. Berikan analgetik pasien secara aktif

16
nyeri sesuai indikasi 5. Menghilangkan nyeri,
mempermudah kerjasama
dengan terapi lain

4. Intoleransi Tujuan: 1. Bantu klien untuk 1. Mengetahui kemampuan klien


Setelah dilakukan
aktivitas mengidentifikasi dalam melakukan aktivitas
tindakan keperawatan
berhubungan aktivitas yang mampu
selama 2x24 jam dapat
dengan dilakukan
melakukan ADL-nya
kelemahan umum 2. Latih klien untuk 2. Memandirikan klien untuk
Kriteria Hasil:
pemenuhan ADL secara melakuakan aktivitas
1. Mampu melakukan
mandiri
aktivitas sehari-
3. Dampingi dan bantu klien 3. Mengontrol kemampuan klien
hari secara
saat memenuhi kebutuhan beraktivitas secara mandiri
mandiri
ADL-nya
2. Tanda-tanda vital
4. Berikan alat bantu jika 4. Penggunaan alat bantu
normal
klien memerlukan mempermudah klien melakukan
3. Mampu berpindah
ADL-nya
dengan atau tanpa
bantuan/alat
5. Kaji tanda-tanda vital
5. Mengetahui keadaan umum

17
klien setelah melakukan klien setelah aktivitas
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari
5. Risiko tinggi Tujuan: 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui tanda-tanda
Setelah dilakukan
infeksi infeksi dari keadaan umum
tindakan keperawatan
berhubungan 2. Cuci tangan sebelum dan klien
selama 1x24 jam klien
dengan luka sesudah meawat luka 2. Menurunkan resiko terkena
tidak mengalami
post operasi post operasi klien infeksi nosokomial
infeksi
3. Observasi luka insisi
Kriteria Hasil:
bekas operasi dan 3. Membrikan deteksi dini
1. Proses
kondisi balutan terjadinya proses infeksi
penyembuhan luka
dan pengawasan terhadap
berjalan dengan
4. Berikan informasi yang penyembuhan luka post
baik
tepat, jujur pada klien operasi
2. Bebas dari tanda
terkait kondisi 4. Pengetahuan tentang kemajun
dan gejala
sebenarnya situasi/kondisi klien
infeksi
5. Kolaborasi pemberian memberikan dukungan emosi
3. Tidak ada demam
antibiotik sesuai dan menurunkan ansietas
indikasi 5. Menurnkan jumlah organisme
penyebab infeksi,

18
menurunkan penyebaran dan
pertumbuhan organisme
oenyebab infeksi

19
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa
keperawatan. Ed.8. EGC. Jakarta

Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan,


edisi 3, penerbit buku kedokteran,
Jakarta.
Sylvia Anderson. (2000). Patofisiologo penyakit, edisi 4,
penerbit EGC buku kedokteran, Jakarta.

Bobak, Lowdermik, Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan


Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC
Joanne McCloskey Dochterman & Gloria M. Bulechek. 2004.
Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth
Edition. Mosby : United States America.
Nanda International. 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA and NIC-NOC.
Jakarta: Mediaction Publishing.

Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi


3. Jakarta : Media Aesculapius FK UI
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2011. Pengantar Ilmu
Kandungan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Pustaka
Smeltzer, Suzanna C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai