PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air
sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian
akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan di olah.Pengeringan adalah
metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian aiar dari suatu bahan
dengan cara menguapkannya hingga kadar air kesetimbangan dengan kondisi
udara normal atau kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang aman
dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi.Sedangkan dehidrasi adalah
proses pengeluaran atau penghilangan air dari suatu bahan dengan cara
menguapkannya hingga kadar air yang sangat rendah mendekati nol. Hall (1957)
Bahan pangan yang dikeringkan pada umumnya berubah warnanya
menjadi coklat. Perubahan warna tersebut disebabkan reaksi browning, baik
enzimatik maupun non-enzimatik. Reaksi browning non-enzimatik yang paling
sering terjadi adalah reaksi antara asam amino dan gula reduksi. Reaksi asam-
asam amino dengan gula pereduksi dapat menurunkan nilai gizi protein yang
terkandung di dalamnya. (Winarnoetal., 1993).
Beberapa klasifikasi alat pengering yang dapat digunakan antara lain:
pengering tekanan atmosfer dan pengering vakum. Pada pengeringan tekanan
atmosfer panas yang diperlukan untuk penguapan biasanya ditransfer dengan
aliran udara yang disirkulasikan, yang juga menampung dan membawa air yang
diuapkan. Sedangkan dalam pengering vakum bahan yang dikeringkan harus
diletakkan dalam ruang tertutup dan panas untuk penguapan ditransfer dengan
cara radiasi atau konduksi dari permukaan yang panas. Berdasarkan sistem
pengumpanan bahan, pengering diklasifikasikan menjadi pengering kontinue dan
pengering tipe batch. Pengering kabinet atau yang biasa disebut dengan tray
dryerdapat dikelompokkan sebagai pengering batch konveksi udara yang
biasanya ditunjukkan untuk operasi kecil (Wirakartakusumah,et.al,.1992).
pengeringan bahan pangan dapat diartikan sebagai proses pemisahan air
dari suatu bahan pangan dengan maksud untuk mengawetkan bahan pangan dalam
penyimpanan. Kadar air bahan dalam proses pengeringan diturunkan sampai
kesuatu tingkat yang memungkinkan untuk dapat menahan atau menghambat
pertumbuhan mikroba atau reaksi lainnya. Tujuan lain dari pengeringan adalah
mengurangi volume produk sehingga akan meningkatkan efisiensi dalam
pengangkutan maupun penyimpanan dari produk yang bersangkutan. Jadi
pengeringan bahan pangan adalah merupakan salah satu unit
operasi yang penting dalam proses pengolahan bahan pangan. Earle (1982).
Beberapa tipe pengering digunakan untuk bahan padat. Dalam hal ini bahan
pangan dikeringkan dalam baki, pada ban berjalan atau pada rak tanpa wadah.
Sedangkan spray dryer dan drum dryer hanya bisa digunakan untuk pengeringan
bahan berbentuk cair. Klasifikasi lain alat pengering adalah pengering tekanan
atmosfer dan pengering vakum. Dalam pengeringan tekanan atmosfer panas yang
diperlukan untuk penguapan biasanya ditransfer dengan aliran udara yang
disirkulasikan, yang juga menampung dan membawa air yang diupkan. Dalam
pengeringan vakum bahan yang dikeringkan harus diletakan dalam ruang tertutup
dan panas untuk penguapan ditransfer dengan cara radiasi atau konduksi dari
permukaan yang panas. Berdasarkan sistem pengumpanan bahan, pengering
diklasifikasikan menjadi pengering kontinyu dan pengering tipe batch.
Karena proses utama dalam pengeringan adalah penguapan air dari bahan pangan,
maka perlu terlebih dahulu diketahui karakteristik hidratasi yaitu sifat-sifat bahan
pangan yang meliputi interaksi antara bahan tersebut dengan molekul air yang
dikandungnya, molekul air di udara sekitarnya serta faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat-sifat tersebut. Taib et al.,(1988),
dasar proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan udara lebih sedikit atau dengan kata lain udara mempunyai
kelembaban nisbi yang rendah, sehingga terjadi penguapan selama proses
pengeringan, energi yang diterima oleh bahan digunakan untuk menaikkan suhu
bahan dan menguapkan sejumlah air dari bahan.Panas yang digunakan untuk
menaikkan suhu bahan disebut panas sensible, sedangkan panas yang digunakan
untuk menguapkan sejumlah air dari bahan disebut panas laten (Heldman and
Singh, 1981).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
Alat penyangrai drum rotary dryer modifikasi
menggunakan oven dan timbangan.
Bahan
Kopi beras asalan.
3.2 Prosedur Kerja
Siapkan oven, on kan dan set alat pengatur sesuai suhu perlakuan (175 oC,
200oC, dan 225oC) dan waktu yang diperlukan.
Siapkan keranjang penyangrai (Drum rotary evaporator), timbang dalam
keadaan kosong.
Timbang kopi beras yang akan disangrai sebanyak 160gr namun terbagi
menjadi 3 sampel, masukan kedalam keranjang penyangrai.
Lakukan penyangraian selama 2 jam setiap sempel, amati perubahan
bahan selama penyangraian.
Setiap 15 menit dilakukan pengamatan terhadap warna, aroma, berat jenis,
dan kadar air.
Ulangi penyangraian pada suhu yang sama dan suhu yang berbeda.
Biji kopi yang telah disangrai harus disimpan dalam kondisi kedap udara,
dilebel selanjutnya siap untung dimasukan dalam alat pengecilan ukuran.
Bandingkan laju penyangraian pada suhu yang samadan suhu yang
berbeda (175 oC, 200oC, dan 225oC).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.3 Pengamatan perubahan selama penyangraian pada suhu 200oC selama 2 jam.
Penyangraian pada menit ke- Aroma Berat (gram)
0 Belum ada aroma 160
15 Belum ada aroma 151
30 Belum ada aroma 148
45 Belum ada aroma 145
60 Aroma mulai ada 144
75 Aroma mulai ada 141
90 Aroma mulai ada 141
105 Aroma kopi mulai 140
pekat
120 Aroma kopi mulai 139
pekat
4.1.5 Pengamatan perubahan selama penyangraian pada suhu 225oC selama 2 jam.
Penyangraian pada menit ke- Aroma Berat (gram)
0 Belum ada aroma 160
15 Belum ada aroma 150
30 Belum ada aroma 144
45 Belum ada aroma 129
60 Aroma mulai ada 129
75 Aroma mulai ada 127
90 Aroma mulai kopi 127
pekat
105 Aroma mulai kopi 127
pekat
120 Aroma kopi pekat 126
0.2
0
0 15 30 45 60 75 90 105 120
Berdasarkan grafik diatas mengenai berat jenis kopi dengan waktu yang
dibutuhkan saat penyangraian dapat diketahui bahwa berat jenis kopi semakin
meningkat apabila suhu penyangraian semakin tinggi.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah uji penyangraian kopi praktikan mampu untuk meghitung laju
perubahan berat bahan selama penyangraian dengan dibuktikan pada grafik di
pembahasan.
Untuk perubahan aroma praktikan telah mengetahui dengan dibuktikan
pada hasil pembahasan dan untuk warna perubahan saat penyangraian praktikan
juga telah mengetahui namun hasil pengamatan terlampir.
5.2 Saran
Alangka baiknya jika pada penuntun tertera waktu yang dibutuhkan
praktikan untuk menyelesaikan uji penyangraian kopi ini karena kendala dalam uji
penyangraian ada pada waktu serta alat yang digunakan terbatas.
DAFTAR PUSTAKA