Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Lansia


Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia
adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara
individual.

2.1.2. Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan
umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama
(fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun,
ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): >
65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi

4
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun),
dan very old ( > 80 tahun).

2.1.3. Klasifikasi Lansia


Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan
Depkes RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari : pralansia
(prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun, lansia ialah
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia resiko tinggi ialah seseorang
yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

2.1.4. Proses Penuaan


Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang
dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia
tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang
kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan
berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah
sel-sel yang ada di dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan
(Maryam dkk, 2008).
Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang
tidak dapat dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi
secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya infeksi.

2.1.5. Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori
spiritual.

5
Teori biologi. Mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow
theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai
akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan
setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem imun
menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-
bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel
tidak dapat melakukan regenerasi.
Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi
kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya
fungsi sel.

2.2. Penyakit Tidak Menular


2.2.1. Definisi Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh proses infeksi. Data PTM dalam Riskesdas 2013 meliputi : (1)
asma; (2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK); (3) kanker; (4) DM; (5)
hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10)
gagal ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi/rematik. Data penyakit
asma/mengi/bengek dan kanker diambil dari responden semua umur, PPOK dari
umur 30 tahun, DM, hipertiroid, hipertensi/tekanan darah tinggi, penyakit

6
jantung koroner, penyakit gagal jantung, penyakit ginjal, penyakit
sendi/rematik/encok dan stroke ditanyakan pada responden umur 15 tahun.

2.2.2. Diabetes Melitus


Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah
disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin.
Gejala nya berupa sering merasa haus, sering merasa lapar, sering buang
air kecil, gatal-gatal di kulit, cepat lelah, berat badan menurun, infeksi sulit
sembuh.
Penyebabnya adalah genetik, gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat,
kurang aktivitas fisik. Pencegahan agar tidak terkena diabetes melitus adalah
dengan menjaga pola makan, aktivitas fisik dengan olah raga, dan rutin
melakukan pemeriksaan kadar gula darah.

2.2.3. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan darah
yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.

Untuk menilai apakah seseorang itu menderita penyakit hipertensi atau


tidak haruslah ada suatu standar nilai ukur dari tensi atau tekanan darah. Berbagai
macam klasifikasi hipertensi digunakan di masing-masing negara seperti
klasifikasi menurut Joint National Committee 7 (JNC 7) yang digunakan di negara
Amerika Serikat.

Tabel 2.1 | Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

7
Kategori Sistol Dan/atau Diastol
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 160 Atau 100

Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui


secara pasti namun bersifat multifaktorial dengan faktor predisposisi genetik, usia,
asupan garam berlebih, faktor adrenergik, dan obesitas. Hipertensi esensial terjadi
pada sekitar 90% penderita hipertensi.

Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit


ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu.
Faktor resiko hipertensi :
Meningkatnya aktivitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi
diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stres
psikososial
Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan
vasokonstriktor
Asupan natrium berlebihan
Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan
meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron
Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitric oxide (NO), dan
peptida natriuretik
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang
mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal

8
Diabetes mellitus
Resistensi insulin
Obesitas
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular
Berubahnya transpor ion dalam sel

Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut; sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur (yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.

2.2.4. Gagal Jantung

Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah


dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen
dan nutrien. Gagal jantung kongestif adalah keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung
kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi
kanan.

Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :

9
Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan
penyakit degeneratif.

Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan asam laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.

Hipertensi sistemik atau pulmonal


Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.

Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif


Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

Penyakit jantung lain


Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya
terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup
semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade,
perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak
afterload.

Faktor sistemik

10
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme (misal: demam), hipoksia
dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke
jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalitas elektronik dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.

Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :


1) Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
2) Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali dan edema perifer.
3) Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.

2.2.5. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang
dikarakteristikkan oleh adanya hambatan aliran udara secara kronis dan
perubahan-perubahan patologi pada paru, dimana hambatan aliran udara saluran
nafas bersifat progresif dan tidak sepenuhnya reversibel dan berhubungan dengan
respon inflamasi yang abnormal dari paru-paru terhadap gas atau partikel yang
berbahaya.
Faktor-faktor risiko yang ada adalah genetik, paparan partikel,
pertumbuhan dan perkembangan paru, stres oksidatif, jenis kelamin, umur, infeksi
saluran nafas, status sosioekonomi, nutrisi dan komorbiditas.

11

Anda mungkin juga menyukai