Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PEMBELAJARAN

KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


FISIKA POKOK BAHASAN TATA SURYA PADA SISWA KELAS
VII SMP
Masykur, Siti Khanafiyah, Langlang Handayani
Jurusan Fisika FMIPA UNNES
Jl. Raya Sekaran, Gunungpati Semarang

Abstrak Telah dilakukan penelitian penerapan metode jarang ada siswa yang menjawab dengan inisiatif
SQ3R dalam pembelajaran kooperatif untuk
sendiri, siswa hanya mau menjawab pertanyaan
meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
guru bila ditunjuk, itu pun tidak semua siswa.
dan keaktifan siswa kelas VII SMPN 1 Tirto. Penelitian Sebagai hasilnya, ketuntasan belajar pokok
tindakan kelas ini dilakukan dengan dua siklus bahasan tata surya rata-rata hanya mencapai 68%
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan terjadi dari seluruh siswa. Padahal standar ketuntasan
peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa selama belajar sebagai acuan adalah sebanyak 85% dari
proses pembelajaran berlangsung cukup signifikan. seluruh jumlah siswa.
Pada siklus I ketuntasan belajar siswa tercapai 68% Selain itu karakteristik pokok bahasan tata
dengan nilai rata-rata 66,3. Kemudian pada siklus II surya adalah berupa uraian deskriptif, sehingga
ketuntasan belajar menjadi 88% dengan nilai rata-rata sering dianggap bukan dalam kelompok kajian
73,8. Sedangkan aktivitas belajar pada siklus I diperoleh
ilmu sains Fisika melainkan ke dalam kelompok
aktivitas fisik 70%, aktivitas mental 56% dan aktivitas
emosional 60%. Kemudian pada siklus II keaktifan
kajian ilmu geografi. Asumsi seperti ini akan
belajar aktivitas fisik menjadi 88%, aktvitas mental 80% menyebabkan pembelajaran tata surya hanya
dan aktivitas emosional 86%. Disimpulkan bahwa sekedar dihafal, padahal semua pokok
penerapan metode SQ3R dalam pembelajaran kooperatif pembelajaran sains fisika menuntut pemahaman
dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa materi pelajaran sesuai dengan konsep-konsep
pada pokok bahasan tata surya. Untuk memperoleh hasil fisika yang relevan.
penelitian yang lebih baik, sebaiknya siswa sering Metode SQ3R (Survey, Question, Read,
dilatih mempersiapkan diri sebelum pelaksanaan Recite, dan Review) adalah metode belajar atau
pembelajaran. Selain itu sarana belajar juga perlu cara mempelajari teks (bacaan) khususnya yang
ditingkatkan.
terdapat dalam buku, artikel ilmiah, dan laporan
Kata kunci : Metode SQ3R, Pembelajaran Kooperatif, penelitian secara spesifik untuk memahami isi teks
Hasil Belajar tersebut. Metode belajar SQ3R juga diartikan
sebagai kiat mempelajari teks dengan langkah-
PENDAHULUAN langkah pemeriksaan, pembuatan daftar
pertanyaan, membaca secara aktif, memahami
Berdasarkan observasi awal yang berupa setiap jawaban pertanyaan, dan meninjau ulang
wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika jawaban atas semua pertanyaan. Metode ini
SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan terungkap pokok mempunyai kelebihan antara lain dapat lebih
bahasan Tata Surya kurang diminati oleh siswa konsentrasi dalam membaca dan memahami isi
dalam proses pembelajaran. Rendahnya minat materi dengan lebih baik.
siswa tersebut antara lain dapat dilihat dari respon Agar pelaksanaan metode SQ3R berhasil
dengan baik, maka dibutuhkan waktu yang cukup
dan siswa harus lebih rajin, cermat serta teliti.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan belajar
siswa saat guru mengajar di kelas, yakni: Pertama secara berkelompok dan diberikan kesempatan
siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, lebih aktif dalam kegiatan belajar. Sehingga
apabila guru mengajukan pertanyaan untuk terdapat peluang lebih besar untuk dapat
mendapatkan umpan balik, siswa cenderung tidak memahami metode SQ3R dan meningkatkan hasil
memberikan respon. Kedua apabila guru memberi belajar fisika pokok bahasan tata surya. Metode
kesempatan bertanya tentang materi pelajaran, SQ3R sangat sesuai dengan karakteristik pokok
pada umumnya siswa tidak memanfaatkannya. bahasan tata surya yang berupa uraian deskriptif.
Ketiga apabila guru bertanya pada seluruh kelas, Sehingga konsep-konsep fisika yang terkandung

Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 73


dalam pokok bahasan tata surya dapat dipahami catatan yang telah dibuat. Demikian seterusnya
secara lebih mendalam. sehingga seluruh pertanyaan dapat terselesaikan.
Metode SQ3R Review (mengulangi)
Pada langkah kelima atau langkah terakhir
Metode SQ3R dikembangkan oleh Francis guru meminta setiap kelompok mempresentasikan
P. Robinson yang secara spesifik dirancang untuk hasil diskusi kelompok beserta jawaban atas
memahami isi teks yang terdapat dalam buku, pertanyaan-pertanyaan dalam LKS di kelas.
artikel ilmiah dan laporan penelitian (Syah, 1995: Alokasi waktu yang dipergunakan untuk
130). Metode tersebut bersifat praktis dan dapat memahami sebuah teks dengan metode SQ3R
diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar. mungkin sama dengan mempelajari teks biasa
SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan (tanpa metode SQ3R).
langkah langkah yang mempelajari teks yang
meliputi :
Pembelajaran Kooperatif
Survey (memeriksa)
Pada hakekatnya pembelajaran kooperatif
Langkah pertama adalah melakukan (cooperative learning) merupakan kegiatan belajar
Survey. Dalam hal ini tujuan survey adalah agar yang dilakukan siswa dengan cara bekerja sama
siswa dapat mengetahui panjang teks, sub-sub dalam kelompok-kelompok kecil, dimana setiap
bagian, istilah baru dan sebagainya. Dalam siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-tugas
melakukan survey siswa dianjurkan menyiapkan kolektif yang telah ditentukan dengan jelas
pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna (Ibrahim, 2000: 6).
kuning, hijau dan sebagainya) seperti stabilo untuk Setiap metode dapat dipadukan dengan metode lain
menandai bagian yang penting. Bagian-bagian dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan
penting ini akan dijadikan bahan diskusi pembelajaran kooperatif dipadukan dengan metode
kelompok. Dalam survey ini guru berperan sebagai SQ3R, hal ini dimaksudkan agar dapat mengurangi
pemberi petunjuk tentang langkah-langkah yang kelemahan masing-masing metode dan
harus dilakukan siswa. memanfaatkan kelebihannya.
Question (bertanya)
Langkah kedua adalah menyusun daftar Penerapan Metode SQ3R dalam Pembelajaran
pertanyaan yang relevan dengan teks. Guru Kooperatif Pokok Bahasan Tata Surya pada
memberi petunjuk atau contoh kepada siswa cara Siswa kelas VII SMP
menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas,
Pokok bahasan tata surya terdiri atas sub-
singkat dan relevan dengan bagian-bagian teks
sub pokok bahasan: planet dalam tata surya, benda-
yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah
benda antar planet, asal-usul tata surya dan
pertanyaan sudah ditentukan sebelumnya,
matahari sebagai bintang. Penelitian ini
bergantung pada panjang-pendeknya teks dan
menggunakan dua siklus pembelajaran, hal ini
banyak-sedikitnya konsep materi yang sedang
dilakukan dengan mempertimbangkan waktu yang
dipelajari. Selanjutnya pertanyaan-pertanyaan yang
tersedia dan jumlah materi yang diajarkan.
telah dibuat diperiksa oleh guru.
Pembagian materi pada tiap siklus adalah sebagai
Read (membaca) berikut:
Guru menyuruh siswa membaca secara Siklus I: planet dalam tata surya dan benda-benda
aktif dan mencari jawaban atas pertanyaan- antar planet
pertanyaan yang telah disusun. Dalam hal ini Siklus II: asal-usul tata surya dan matahari sebagai
membaca secara aktif juga berarti membaca yang bintang
difokuskan pada paragraf-paragraf yang Pembagian materi tersebut berdasarkan pada
diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah keterkaitan masing-masing sub pokok bahasannya.
tersusun tadi. Langkah-langkah penerapan metode SQ3R dalam
Recite (memahami) pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Langkah keempat, guru meminta agar 1. Pembukaan
siswa mendiskusikan jawaban atas pertanyaan-
Guru memberikan pre tes pada konsep sub pokok
pertanyaan yang telah disusun dalam kelompok.
bahasan planet- dan benda antar planet
Pada kesempatan ini siswa dilatih untuk menjawab
Guru memberikan apersepsi dan motivasi melalui
pertanyaan-pertanyaan tanpa membuka buku atau
tanya jawab tentang tata surya.

74 Jurnal Pend. Fisika Indonesia Vol. 4, No. 2, juli 2006


Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok Peningkatan hasil belajar siswa sebelum
kecil (pre tes) dengan sesudah diadakan tindakan siklus
Guru menjelaskan langkah-langkah metode SQ3R I(post tes) dapat dilihat pada grafik berikut:
Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS) Gambar 1. Grafik hasil belajar siswa siklus I
2. Kegiatan Inti
Siswa melakukan langkah-langkah metode 100

SQ3R sesuai dengan petunjuk guru: 90


80
Survey, yaitu memeriksa panjang teks dan sub 70
pokok materi teks. 60
50 Pre tes
Question, yaitu menyusun daftar pertanyaan 40
Pos tes
yang relevan dengan teks materi pelajaran. 30
20
Read, yaitu membaca secara aktif teks materi 10
dan mencari jawaban atas pertanyaan- 0
Nilai tertinggi Nilai terrendah Rata-rata Ketuntasan
pertanyaan yang telah disusun. belajar klasikal
Recite, siswa mendiskusikan jawaban atas (%)

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun


dalam kelompok.
Review, setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi. Hasil observasi aktivitas siswa
3. Penutup Tabel .2. Hasil observasi aktivitas siswa

Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan Aktivitas fisik


hasil pembelajaran
Guru memberikan post tes pada konsep sub pokok No. Kriteria Jumlah Jumlah Persentase
bahasan planet- dan benda antar planet. Skor siswa
1. Sangat 21 25 25 50%
METODE PENELITIAN baik
2. Baik 16 20 18 36%
3. Cukup 11 15 7 14%
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4. Kurang 6 10 0 0%
VII C SMPN 1 Tirto Pekalongan tahun pelajaran 5. Sangat 05 0 0%
2006/2007. Metode pengumpulan data yang kurang
digunakan adalah metode tes untuk mengetahui
hasil belajar kognitif dan metode observasi Aktivitas mental
digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar
siswa selama mengikuti proses pembelajaran. No. Kriteria Jumlah Jumlah Persentase
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Skor siswa
tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus 1. Sangat 21 25 17 34%
pembelajaran, yang mana setiap siklusnya terdiri baik
dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan, 2. Baik 16 20 25 50%
observasi, serta analisis data dan refleksi. 3. Cukup 11 15 8 16%
4. Kurang 6 10 0 0%
HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Sangat 05 0 0%
kurang

Siklus I Aktivitas Emosional


Hasil belajar kognitif
No. Kriteria Jumlah Jumlah Persentase
Tabel 1. Hasil tes tertulis siswa pada siklus I Skor siswa
1. Sangat 21 25 20 40%
No. Hasil Pre tes Post tes baik
1. Nilai tertinggi 80 85 2. Baik 16 20 22 44%
2. Nilai terrendah 35 45 3. Cukup 11 15 8 16%
3. Rata-rata 56.6 66.3 4. Kurang 6 10 0 0%
4. Ketuntasan belajar 32% 68% 5. Sangat 05 0 0%
klasikal (%) kurang

Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 75


Pembahasan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini masih
dirasakan sebagai hal baru dan belum banyak
Berdasarkan data hasil belajar, proses
dipahami oleh siswa. Berdasarkan hasil observasi
pembelajaran pada siklus I ternyata mampu masih ditemukan kekurangan diantaranya adalah
meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
sebagaian besar siswa masih kesulitan dalam
Hal ini menunjukkan telah terjadi perubahan pada
melakukan review. Selain itu respon siswa masih
siswa ke arah yang lebih baik, karena siswa kurang dalam pelaksanaan diskusi kelompok
mengalami suatu proses yang disebut belajar.
maupun diskusi kelas, guru masih mendominasi
Menurut Winkel WS dalam Darsono (2001),
jalannya diskusi, siswa masih malu dan belum
belajar merupakan kegiatan mental atau psikis berani menyampaikan pendapat.
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
Pada siklus I indikator keberhasilan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-
keaktifan siswa selama proses pembelajaran belum
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, tercapai. Pada aktivitas fisik sebagian besar siswa
ketrampilan dan nilai-nilai sikap. Perubahan itu
sudah banyak melakukan aktivitas membaca teks,
dinyatakan melalui angka-angka atau nilai dari tes
memperhatikan penjelasan guru, dan mencatat
hasil belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud hasil diskusi. Tetapi siswa belum antusias
adalah lingkungan belajar yang diciptakan oleh
melakukan kegiatan tanya-jawab. Pada aktivitas
guru selama proses pembelajaran berlangsung.
mental sebagian besar siswa sudah melakukan
Dalam hal ini adalah penerapan metode SQ3R pemecahan masalah yang diberikan oleh guru.
dalam pembelajaran kooperatif.
Tetapi siswa masih kurang melakukan kerja
Menurut Robinson dalam Syah (1995), kelompok, membuat kesimpulan serta masih malu
metode SQ3R merupakan strategi mempelajari dalam mengemukakan pendapat di depan kelas.
teks secara aktif dan mengarah langsung pada Aktivitas emosional siswa sudah ada meskipun
intisari atau kandungan-kandungan pokok yang masih perlu ditingkatkan lagi. Sebagian besar
tersirat dan tersurat dalam teks suatu materi. siswa berperilaku sopan serta berminat dalam
Sedangkan menurut Muslimin (2000), mengikuti proses pembelajaran. Beberapa
pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan kekurangan dalam pelaksanaan tindakan pada
belajar yang dilakukan siswa dengan cara bekerja siklus I tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi
sama dalam kelompok-kelompok kecil, dimana untuk perbaikan tindakan pada siklus II.
setiap siswa bisa berpartisipasi dalam tugas-tugas
kolektif yang telah ditentukan dengan jelas. Setiap Siklus II
metode dapat dipadukan dengan metode lain dalam
proses pembelajaran. Hasil belajar kognitif
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif Tabel .3. Hasil belajar siswa pada siklus II
dipadukan dengan metode SQ3R, hal ini
dimaksudkan agar dapat mengurangi kelemahan No. Hasil Pre tes Post tes
masing-masing metode dan memanfaatkan 1. Nilai tertinggi 85 95
kelebihannya. Penerapan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil 2. Nilai terrendah 40 50
belajar, karena dengan metode ini siswa dapat 3. Rata-rata 66.1 73.8
mempelajari teks materi secara aktif dan efisien 4. Ketuntasan belajar 72% 88%
sekaligus siswa dapat menuangkan ide-ide klasikal (%)
terhadap konsep yang dipelajari melalui diskusi
kelompok.
Meskipun telah mampu meningkatkan Peningkatan hasil belajar siswa sebelum
hasil belajar, indikator keberhasilan yang (pre tes) dengan sesudah diadakan tindakan siklus I
ditetapkan belum tercapai. Secara umum siswa (post tes) dapat dilihat pada diagram berikut :
belum terbiasa dengan penggunaan metode SQ3R

76 Jurnal Pend. Fisika Indonesia Vol. 4, No. 2, juli 2006


100
90 100
80 80
70
60
60
50
pre tes 40 Siklus I
40 Siklus II
post tes 20
30
20 0
10 aktivitas fisik aktivitas aktivitas
0 (%) mental (%) emosional (%)
Nilai tertinggi Nilai Rata-rata Ketuntasan
terrendah belajar
klasikal (%) Gambar 3. Grafik aktivitas belajar siswa
dalam proses pembelajaran

Gambar 2. Grafik hasil belajar siswa siklus II Pada siklus II, hasil belajar yang dicapai
sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang
ditetapkan yakni secara klasikal hasil ketuntasan
Hasil observasi aktivitas siswa
hasil belajar siswa mencapai 88%. Siswa sudah
Tabel 4. Hasil observasi aktivitas siswa mamahami langkah-langkah metode SQ3R dan
bekerja sebagai kelompok kooperatif secara baik
Aktivitas fisik dalam menyelesaikan tugas selama proses
No. Kriteria Jumlah Jumlah Persentase pembelajaran.
Skor siswa Menurut Robinson dalam Syah (1995),
1. Sangat 21 25 28 56% penerapan metode SQ3R dapat meningkatkan hasil
baik belajar karena metode ini memiliki keunggulan
2. Baik 16 20 19 38%
sebagai berikut :
3. Cukup 11 15 3 6%
4. Kurang 6 10 0 0% Metode SQ3R mempunyai langkah-langkah yang
5. Sangat 05 0 0% yang jelas sehingga memudahkan siswa
kurang memahami teks materi.
Metode belajar SQ3R menuntut siswa menjadi
Aktivitas mental pebelajar yang aktif dan dan terarah langsung pada
No. Kriteria Jumlah Jumlah Persentase intisari yang ada dalam pokok materi.
Skor siswa Metode SQ3R menjadikan siswa dapat memahami
1. Sangat 21 25 25 50% dan mengingat materi dalam jangka waktu yang
baik lebih lama.
2. Baik 16 20 21 42% Metode SQ3R dapat meningkatkan keaktifan dan
3. Cukup 11 15 4 8% keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran
4. Kurang 6 10 0 0% berlangsung.
5. Sangat 05 0 0% Sedangkan menurut Lie (2004), kerja
kurang kelompok memberi kesempatan siswa untuk saling
mengajar dan mendukung. Pembentukan kelompok
Aktivitas Emosional kooperatif ini merupakan salah satu cara untuk
No. Kriteria Jumlah Jumlah Persentase mendapatkan informasi dalam belajar cepat dan
Skor siswa mudah untuk memahaminya. Biasanya informasi
1. Sangat 21 25 27 54% yang didapatkan lebih lama terekam dalam
baik
ingatan.
2. Baik 16 20 21 42%
3. Cukup 11 15 2 4%
Belajar dalam kelompok kooperatif
4. Kurang 6 10 0 0% dimaksudkan agar siswa belajar menghargai
5. Sangat 05 0 0% pendapat orang lain, bersifat tebuka,
kurang mengaktualisasikan diri, dan menambah rasa
percaya diri. Diskusi kelompok dimaksudkan agar
siswa dapat saling membantu dalam memahami
materi yang telah dipelajari. Dengan bantuan
Peningkatan aktivitas siswa selama proses teman, siswa dapat lebih terbuka dalam
pembelajaran dari siklus I dan siklus II dapat mengungkapkan atau menggali pemahaman yang
dilihat pada grafik berikut : telah diperoleh. Hal ini dilakukan dengan

Masykur, dkk., Penerapan Metode SQ3R Dalam Pemb 77


membentuk kelompok kooperatif dan bekerja sama KESIMPULAN
untuk mengefektifkan proses pembelajaran.
Dari hasil penelitian dan pembahasan
Selain itu penerapan metode SQ3R dalam
pembelajaran kooperatif juga berpengaruh positif disimpulkan bahwa penerapan metode SQ3R
terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa. dalam pembelajaran kooperatif dapat
Aktivitas fisik yang dicapai meningkat menjadi meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok
88%, aktivitas mental 80% dan aktivitas emosional bahasan tata surya. Pada siklus I ketuntasan belajar
tercapai 86%. Berdasarkan pada pengalaman siklus klasikal siswa tercapai 68% dengan nilai rata-rata
I, siswa sudah mampu memahami dan 66,3. Sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar
melaksanakan tahap-tahap SQ3R. klasikal siswa meningkat menjadi 88% dengan
Pada tahap survey, siswa membaca seluruh nilai rata-rata 73,8. selain itu penerapan metode
teks dalam LKS dengan singkat. Kemudian tahap SQ3R dalam pembelajaran kooperatif juga dapat
question memberi kesempatan pada siswa untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses
membuat dan menulis pertanyaan yang timbul pembelajaran berlangsung. Pada siklus I diperoleh
setelah siswa melakukan survey. Menurut Nur ketuntasan keaktifan belajar aktivitas fisik sebesar
(2000) kegiatan survey dan question dapat 70%, aktivitas mental 56% dan aktivitas emosional
dijadikan sebagai langkah pengorganisasian awal sebesar 60%. Sedangkan pada siklus II ketuntasan
suatu materi. Tahap selanjutnya adalah read keaktifan belajar aktivitas fisik meningkat menjadi
dimana siswa membaca teks pada LKS untuk 88%, aktivitas mental 80% dan aktivitas emosional
mencari jawaban atas pertanyaan yang telah sebesar 86%. Dengan demikian dapat dikatakan
dibuat. Kemudian siswa melaksanakan langkah bahwa langkah-langkah penerapan metode SQ3R
recite, yaitu siswa menjawab pertanyaan secara dalam pembelajaran kooperatif untuk
tertulis tanpa membuka catatan apapun. De Porter meningkatkan hasil belajar pokok bahasan tata
(2000) mengemukakan bahwa mencatat dapat surya pada siswa kelas VII SMP sudah berhasil
mengaktifkan daya ingat, tanpa menactat dan dengan baik.
mengulangi siswa hanya dapat mengingat sebagian
kecil materi yang telah disampaikan. Pencatatan
yang efektif dapat membantu menyimpan DAFTAR PUSTAKA
informasi secara mudah dan dapat mengingatnya Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang :
kembali jika diperlukan. IKIP Semarang Press
Pada tahap review, siswa diberi De Porter, B dan Hernacki, M. 2004. Quantum Learning
kesempatan untuk maju kedepan kelas untuk membiasakan belajar nyaman dan
mengulangi kembali secara menyeluruh jawaban menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa.
atas peratnyaan yang telah dibuat. Kemudian
Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran
dilanjutkan diskusi, bagi siswa masih dirasakan Kooperatif. Surabaya: University Press.
sebgai hal sulit karena mereka merumuskan
konsep-konsep yang telah diperoleh dalam tahapan Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika SMP untuk kelas
sebelumnya kedalam bentuk pemahaman yang VII semester I. Jakarta : Penerbit Erlangga.
baru. De Porter dkk (2000) menjelaskan bahwa Lie, Anita. 2002. Cooperatife Learning. Jakarta:
dengan kembali konsep dengan cara yang lain Grasindo.
dapat membuat otak memperlakukan informasi Nur, Muhamad dan Prima Retno Wikandari. 2000.
secara berbeda dengan informasi sebelumnya. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan
Sehingga dengan kegiatan mengulang ini dapat Pendekatan Konstruktivisme dalam Pengajaran.
membantu otak memindahkan informasi dari Surabaya: Unesa.
memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya.

78 Jurnal Pend. Fisika Indonesia Vol. 4, No. 2, juli 2006

Anda mungkin juga menyukai