Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKUNTANSI KOPERASI DAN SYARIAH

MUSYARAKAH

OLEH :

KELOMPOK VI

DIAN ASTUTI A1C014027


ESTI AISYAH SARAH A1C014033
FATHAYA NAWARA A1C014037
FEBRI ROSDIANINGSIH A1C014039
HAZLIN ATIKA A1C014047

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat, karena hanya dengan
keridhaan-Nya makalah dengan judul Musyarakah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati kami berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.

Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membutuhkan.
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang masalah


Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan kegiatan-
kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan suatu dengan sebaik-
baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang
dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan
sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal. Faktor ketidakpastian adalah
faktor yang sudah menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu prinsip yang
sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung aspek keadilan.
Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam. Penetapan suatu hasil
usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai sesuatu hal yang dapat
memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga melanggar aspek keadilan.
Bahwa kegiatan-kegiatan investasi bank Islam oleh para teoritisi Perbanklan Islam
membayangkan mesti di dasarkan pada dua konsep hukum :Mudharabah atau yang dikenal
dengan istilah Profit and Loss Sharing (PLS). Apakah konsep teoritisi yang ditawarkan
dengan system Mudharabah dalam literatur fiqih dapat diaplikasikan secara murni dalam
tingkat realitas?. Makalah ini hendak mencermati bagaimana konsep Mudharabah itu
dikembangkan dan seperti apa itu Musyarakah itu.

2. Rumusan Masalah
a. Apa itu musyarakah
b. Bagaimana rukun dan Syarat serta Penerapan Musyarakah
c. Bagaimana Ketentuan Ketentuan yang Terdapat Dalam Musyarakah
d. Dan Bagaimana Penerapan Musyarakah itu
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AKAD MUSYARAKAH

Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa Arab yang berarti mencampur. Dalam hal
ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fiil madhi), yashruku
(fiil mudhari) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); ertinya menjadi sekutu
atau syarikat (kamus al Munawar) Menurut erti asli bahasa Arab, syirkah bererti
mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan
bagian lainnya, (An-Nabhani). Pengertian Secara Fiqih Adapun menurut makna syara,
syirkah adalah suatu akad antara 2 pihak atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja
dengan tujuan memperoleh keuntungan.

Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan pembagian
keuntungan secara bagi hasil.

Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK Np. 106 mendefinisikan musyarakah
sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana.

2. DASAR HUKUM
a. Al-Quran: tafsir dari surat Al Maidah, ayat 2:
tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa.

Maksud dari pada ayat ini adalah Allah SWT telah berfirman agar manusia saling tolong
menolong dan bersama-sama berusaha untuk suatu tujuan yang baik , dengan kata lain
Musyarakah adalah sebuah bentuk usaha atas dasar saling tolong-menolong antara sesama
manusia dengan tujuan mendapatkan profit/laba, oleh sebab itu Prinsip dari musyarakah ini
sangat dianjurkan dalam agama Islam.
b. Al-Quran: tafsir dari surat Al-Sad ayat 24 :
dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian dari
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali kepada orangorang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.

Penggalan dari ayat Al-Quran ini mendukung keberadaan prinsip dari pada musyarakah,
dimana setiap partner dalam bisnis haruslah mempunya akhlak yang baik pada saat
melakukan usaha bisnisnya.

c. Sunnah
Nabi Muhammad SAW dalam bentuk hadist qudsi mengatakan bahwa Allah telah
berfirman:

Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satunya tidak
mengkhianati yang lainnya.

Hadist ini memberikan indikasi bahwa Allah akan selalu menjaga setiap bisnis partner
beserta usaha/bisnis bersama mereka. Untuk itu setiap Muslim dianjurkan untuk dapat
melakukan kerjasama bisnis, dengan catatan setiap mitra/partner adalah orang yang jujur dan
menghormati hak masing-masing dari para mitra bisnisnya.

Perlakuan Akuntansi PSAK 106

Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud dengan mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri maupun menunjuk pihak lain
untuk mengelola atas namanya, sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut
mengelola usaha (biasanya lembaga keuangan).

Mitra aktif adalah pihak yang bertanggungjawab melakukan pengelolaan sehingga


ia yang wajiib melakukan pencatatan akuntansi.

3. RUKUN DAN KETENTUAN SYARIAH dalam AKAD MUSYARAKAH


a. Unsur unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :
1. Pelaku terdiri dari para mitra
2. Objek musyarakah berupa modal dan kerja
3. Ijab qabul
4. Nisbah keuntungan (bagi hasil)
b. Ketentuan syariah
1. Pelaku : mitra harus cakap hokum dan baligh
Objek musyarakah harus : Modal :
Modal yang diberikan harus tunai
Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, asset perdagangan atau
asset tak berwujud seperti hak paten dan lisensi.
Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka harus ditentukan
nilai tunainy aterlebih dahulu dan harus diseoakati bersama.
Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.
2. Kerja
Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah
Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi
Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra
Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak harus sama, mitra
yang bekerja lebih banyak boleh meminta bagian keuntungan lebih besar.
3. Ijab qabul
Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulis dan ekspresi saling ridha antara para
pelaku akad.
4. Nisbah
Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.
Perubahan nisbah harus disepakati para mitra.
Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai proyeksi akan tetapi
harus menggunakan nilai realisasi keuntungan.

4. BERAKHIRNYA AKAD MUSYARAKAH


a. Jika salah satu pihak menghentikan akad
b. Salah seorang mitra meninggal atau hilang kal. Dalam hal ini bias digantikan oleh ahli
waris jika disetujui oleh para mitra lainnya.
c. Modal musyarakah habis

5. JENIS AKAD MUSYARAKAH


Berdasarkan eksistensi :
a. Syirkah Al Milk atau perkongsian amlak
Mengandung kepemilikan bersama yang keberadaannya muncul apabila dua orang
atau lebih memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan. Syirkah ini bersifat
memaksa dalam hokum positif.
Misalnya : dua orang atau lebih menerima warisan atau hibah atau wasiat sebidang
tanah.
b. Syirkah Al Uqud
Yaitu kemitraan yang tercipta dengankesepakatan dua orang atau lebih untuk bekerja
sama dlam mencapai tujuan tertentu. Setiap mitra berkontribusi dana dn atau dengan
bekerja, serta berbagai keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap
kemitraan yang sesungguhnya Karena pihak yang bersangkutan secara sukarela
berkeinginan untuk membuat kerjasama investasi dan berbagi keuntungn dan resiko.
Syirkah uqud sifatnya ikhtiariyah (pilihan sendiri). Syirkah Al Uqud dapat dibagi
menjadi sebagai berikut :
c. Syirkah abdan
Yaitu bentuk syirkah antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja atau
professional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan
dan berbagi penghasilan yang diterima.
Syirkah ini dibolehkan oleh ulama malikiyah, hanabilah dan zaidiyah dengan alasan
tujuan dari kerjasama ini adalah mendapat keuntungan selain itu kerjasama ini tidak
hanya pada harta tetapi dapat juga pada pekerjaan.
Sedangkan ulama syafiiyah, imamiyah dan zafar dari golongan hanafiyah menyatakan
bahwa sirkah jenis ini batal karena syirkah itu dikhususkan pada harta (modal) dan
bukan pada pekerjaan.
d. Syirkah wujuh
Kerjasama antara dua pihak dimana masing masing pihak sama sekali tidak
menyertakan modal dan menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga.
Penamaan wujuh ini dikarenaknan jual beli tidak terjadi secara kontan. Kerjasama ini
hanya berbentuk kerjasama tanggungjawab bukan modal atau pekerjaan.
Ulama hanafiyah, hanabilah dan zaidiyah membolehkan syirkah ini sebab mengandung
unsure perwakilan dari seorang partner dalam penjualan dan pembelian.
Ulama malikiyah, sayifiiyah berpendapat bahwa syirkah ini tidak sah karena syirkah
ini gada unsur kerjasama modal atau pekerjaan.
e. Syirkah inan
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak pihak yang terlibat di
dalamnya adalah tidak sama, baik dalam modal maupun pekerjaan.
Ulama foqoh membolehkan syirkah ini.
f.Syirkah muwafadah
Sebuah persekutuan dimana posisi dan komposisi pihak pihak yang terlibat
didalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun
resiko kerugian. Jika komposisi modal tidak sama maka syirkahnya batal.
Menurut pendapat ulama hanafiyah dan maliki syirkah ini boleh.
Namun menurut syafii dan hanabilah dan kebanyakan ulama fiqih lain menolaknya
karena syirkah ini tidak dibenarkan syara, selain itu syarat untuk menyamakan modal
sangatlah sulit dilakukan dan mengundang unsure ke-gharar-an.

6. MUSYARAKAH BERDASARKAN PSAK


a. Musyarakah permanen
Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
dotentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad (PSAK No 106 par
04).
Contohnya :Antara mitra A dan mitra p yang telah melakukan akad musyarakah
menanamkan modal yang jumlah awal masing masing Rp 20 juta, maka sampai akhir
masa akad syirkah modal mereka masing masing tetap Rp 20 juta.
b. Musyarakah menurun atau musyarakah mutanaqisah
Musyarakah menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra
akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha
musyarakah tersebut.
Contohnya:
Mitra A dan mitra P melakukan akad usyarakah, mitra P menanmkan Rp 100 juta dan
mitra A menanamkan Rp 200 juta. Seiring berjalannya kerjasama akad musyarakah
tersebut, modal mitra P sebesar Rp 100 juta akan beralih kepada mitra A melalui
pelunasan secara bertahap yang dilakukan oleh mitra A.

7. MUSYARAKAH DALAM PENGAPLIKASIANNYA KE DALAM SKEMA


PEMBIAYAAN BANK
a. Pembiayaan Proyek
Musyarakah dapat di lakukan pada sebuah proyek yang sebagian modalnya dibiayai oleh
bank dan setelah proyek itu selesai bank dapat melepas kemitraannya dan menjual kembali
bagian dari sahamnya kepada nasabah.
b. Pembiayaan L/C
Musyarakah dapat pula digunakan untuk pembiayaan export atau import dengan
menggunakan letter of credit atau L/C.
c. Modal Kerja/working capital
Musyarakah dapat digunakan juga untuk modal kerja sebuah usaha atau bisnis.
d. Distribusi Profit/laba

8. SYARAT DAN KETENTUAN DALAM HAL PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DARI


AKAD MUSYARAKAH:
a. Proporsi profit/laba diantara mitra harus disepakati bersama dimuka dan dituangkan dalam
akad.
b. Profit rasio harus ditentukan berdasarkan hasil dari keuntungan yang nyata dan tidak harus
tergantung dari besarnya modal yang telah diinvestasikan oleh masing-masing mitra
bisnis.
c. Tidak boleh dalam bentuk nilai yang pasti atau fixed amount tetapi harus dalam bentuk
persentase.
Dalam pembagian profit ini, para Ulama dari Mazhab Maliki dan Shafii mempunyai
pandangan bahwa sangatlah penting agar legalitas dari Musyarakah ini terjaga apabila
pembagian profit sesuai dengan proporsi modal yang di setorkan, misalnya kalau modalnya
30% maka pendapatan profitnya juga harus 30%. Namun Para Ulama dari Mazhab Hanbali
mempunyai pandangan yang berbeda, dimana mereka mengatakan bahwa rasio pendapatan
keuntungan boleh saja berbeda persentasenya dari modal yang disetor, sepanjang hal itu
disepakati bersama oleh semua bisnis partnernya.

Sementara itu, para Ulama dari Mazhab Hanafi berpendapat bahwa rasio laba/profit ratio
boleh tidak sama dengan rasio modal pada kondisi yang normal. Apabila salah seorang bisnis
partner mensyaratkan di dalam akad bahwa beliau tidak akan turut serta dalam mengelola
bisnis tersebut, yang hanya akan menjadi sleeping partner dan hanya menyetorkan modal nya
saja, maka bagian dari laba yang akan di dapat nya hanya sebatas proporsi modalnya
saja/persentasenya sesuai dengan modal yang di setorkan.

Gambaran Musyarakah secara umum:

CONTOH KASUS

Pada tanggal 01 Agustus bank Syariah memberikan fasilitas pembiayaan musyarakah


kepada Tuan Abdullah dalam usaha pabrik pengolaan kelapa sawit dan telah disepakati
dengan data-data sebagai berikut:

1. Tanggal 05 Agustus dibayar beban pra akad, seperti pembuatan studi kelayakan
proyek, penelitian kelayakan proyek sebesar Rp. 1.000.000,-
2. Modal syirkah keseluruhan sebesar Rp. 150.000.000,- dimana bank syariah
mendapatkan porsi modal sebesar Rp. 70.000.000,- dan porsi modal untuk Tuan
Abdullah sebesar Rp. 80.000.000,- dengan nisbah keuntungan, untuk bank sebesar 40
dan untuk Tuan Abdullah sebesar 60.
3. Modal syirkah yang menjadi porsi bank syariah sebesar Rp. 70.000.000,- dibayar
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tanggal 15 Agustus, dibayarkan modal syirkah dalam bentuk kas sebesar Rp.
20.000.000,-
b. Tanggal 20 Agustus diserahkan modal non kas, berupa dua buah mesin pabrik
yang telah dimiliki oleh bank syariah, mesin pertama sebesar Rp. 30.000.000,-
yangdibeli dengan harga Rp. 32.500.000,- dan mesin kedua sebesar Rp.
20.000.000,- yang dibeli dengan harga Rp. 15.000.000,-

Atas transaksi tersebut diatas dilakukan jurnal dan penjelasan sebagai berikut:
1. Tanggal 01 Agustus pada saat pembiayaan musyarakah disetujui dan disepakati oleh
Tuan Abdullah, bank syariah mempunyai kewajiban yang berupa komitmen atas
pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 70.000.000,-

Jurnal komitmen (rekening administratif) :


Dr. Kontra komitmenPemb
Musyarakah Rp. 70.000.000,-
Cr. Komitmen Pembiayaan
Musyarakah Rp. 70.000.000,-

Dengan adanya persetujuan pembiayaan mudharabah tersebut, buku besar komitmen


(rekening administratif) bank syariah menunjukkan sebagai berikut :

BUKU BESAR (Adm)


Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
01/08 Tn Abdullah 70.000.000

2. Tanggal 15 Agustus, bank syariah menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai
kepada syirkah sebesar rp.20.000.000,-
Db. Pembiayaan musyarakah Rp. 20.000.000,-
Kr. Kas/Rekening Syirkah/Kliring Rp. 20.000.000,-

Dr. Komitmen pemb Musyarakah Rp. 20.000.000,-


Cr. Kontra komitmen Pemb Musyarakah Rp. 20.000.000,-

Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan
neraca sebagai berikut :

BUKU BESAR (Adm)


Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan Modal 20.000.000,- 01/08 Tn Abdullah 70.000.000

BUKU BESAR (Neraca)


Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Tuan Abdullah 20.000.000

NERACA
Per 15 agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan Musyarakah 20.000.000

3. Tanggal 20 Agustus pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada syirkah
A. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas atas nilai buku/harga
perolehan. Mesin pertama diserahkan dengan harga pasar/ wajar sebesar Rp.
30.000.000,-, mesin tersebut dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp. 32.500.000,-

Jurnal atas penyerahan modal non kas adalah :


Db. Pembiayaan musyarakah Rp. 30.000.000,-
Db. Kerugian penyerahan
Aktiva Rp. 2.500.000,-
Kr. Aktiva non-kas Rp. 32.500.000,-

Dr. Komitmen Pemby


Musyarakah Rp. 30.000.000,-
Cr. Kontra komitmen
Pemb Musyarakah Rp. 30.000.000,-

Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca
sebagai berikut :

BUKU BESAR (Adm)


Debet
kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan modal 20.000.000 01/08 Tn Abdullah 70.000.000
20/08 Penyerahan mesin 30.000.000
BUKU BESAR (Neraca)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Tuan Abdullah 20.000.000
20/08 Tuan Abdullah 30.00.000

BUKU BESAR (L/R)


Kerugian Penyerahan Aktiva
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
20/08 Penyerahan mesin 2.500.000

NERACA
Per 15 Agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan Musyarakah 50.000.000

B. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku/harga perolehan.
Mesin kedua dibeli dengan harga perolehannya sebesar Rp. 15.000.000,- dan
diserahkan dengan harga jual/wajar Rp. 20.000.000,-
Db. Pembiayaan Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Kr. Aktiva non-kas Rp. 15.000.000,-
Kr. Keuntungan penyerahan aktiva Rp. 5.000.000,-
Dr. Komitmen Pemby Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Cr. Kontra Komitmen Pemb Musyarakah Rp. 20.000.000,-

Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan modal 20.000.000 01/08 Tn Abdullah 70.000.000
20/08 Penyerahan mesin 30.000.000
20/08 Penyerahan mesin 20.000.000

BUKU BESAR (L/R)


Kerugian Penyerahan Aktiva
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
20/08 Penyerahan mesin 2.500.000

BUKU BESAR (L/R)


Keuntungan Penyerahan Aktiva
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
20/08 Penyerahan mesin 2.500.000
NERACA
Per 20 Agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan Musyarakah 50.000.000

4. Tanggal 05 Agustus 2002 pada saat pengeluaran biaya dalam rangka akad
musyarakah
Db. Uang muka dalam rangka akad
Musyarakah Rp. 10.000.000,-
Kr. Kas/Kliring Rp. 10.000.000,-

5. Pengakuan biaya akad musyarakah


A. Jika diakui sebagai beban
Db. Biaya akad Rp. 1.000.000,-
Kr. Uang muka dalam rangka musyarakah Rp. 1.000.000,-

B. Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan


Db. Pembiayaan musyarakah Rp. 1.000.000,-
Kr. Uang muka dalam rangka akad musyarakah Rp. 1.000.000,-
DAFTAR PUSTAKA

http://economicvalueoftime.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-skema-dan-contoh-
musyarakah.html
http://hennyapriyani20.blogspot.co.id/2014/11/musyarakah.html
https://izzanizza.wordpress.com/2012/04/05/pengertian-musyarakah-dari-buku-
akuntansi-perbankan-syariah-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai