Pengertian Akad Musyarakah
Pengertian Akad Musyarakah
MUSYARAKAH
OLEH :
KELOMPOK VI
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat, karena hanya dengan
keridhaan-Nya makalah dengan judul Musyarakah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati kami berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya kami berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membutuhkan.
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
a. Apa itu musyarakah
b. Bagaimana rukun dan Syarat serta Penerapan Musyarakah
c. Bagaimana Ketentuan Ketentuan yang Terdapat Dalam Musyarakah
d. Dan Bagaimana Penerapan Musyarakah itu
BAB II
PEMBAHASAN
Musyarakah secara bahasa diambil dari bahasa Arab yang berarti mencampur. Dalam hal
ini mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika (fiil madhi), yashruku
(fiil mudhari) syarikan/syirkatan/syarikatan (masdar/kata dasar); ertinya menjadi sekutu
atau syarikat (kamus al Munawar) Menurut erti asli bahasa Arab, syirkah bererti
mencampurkan dua bagian atau lebih sehingga tidak boleh dibedakan lagi satu bagian dengan
bagian lainnya, (An-Nabhani). Pengertian Secara Fiqih Adapun menurut makna syara,
syirkah adalah suatu akad antara 2 pihak atau lebih yang sepakat untuk melakukan kerja
dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Musyarakah adalah bentuk kerjasama dua orang atau lebih dengan pembagian
keuntungan secara bagi hasil.
Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK Np. 106 mendefinisikan musyarakah
sebagai akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana
masing masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan dibagi berdasarkan
kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan kontribusi dana.
2. DASAR HUKUM
a. Al-Quran: tafsir dari surat Al Maidah, ayat 2:
tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa.
Maksud dari pada ayat ini adalah Allah SWT telah berfirman agar manusia saling tolong
menolong dan bersama-sama berusaha untuk suatu tujuan yang baik , dengan kata lain
Musyarakah adalah sebuah bentuk usaha atas dasar saling tolong-menolong antara sesama
manusia dengan tujuan mendapatkan profit/laba, oleh sebab itu Prinsip dari musyarakah ini
sangat dianjurkan dalam agama Islam.
b. Al-Quran: tafsir dari surat Al-Sad ayat 24 :
dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian dari
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali kepada orangorang yang beriman
dan mengerjakan amal yang saleh, dan amat sedikitlah mereka ini.
Penggalan dari ayat Al-Quran ini mendukung keberadaan prinsip dari pada musyarakah,
dimana setiap partner dalam bisnis haruslah mempunya akhlak yang baik pada saat
melakukan usaha bisnisnya.
c. Sunnah
Nabi Muhammad SAW dalam bentuk hadist qudsi mengatakan bahwa Allah telah
berfirman:
Aku pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satunya tidak
mengkhianati yang lainnya.
Hadist ini memberikan indikasi bahwa Allah akan selalu menjaga setiap bisnis partner
beserta usaha/bisnis bersama mereka. Untuk itu setiap Muslim dianjurkan untuk dapat
melakukan kerjasama bisnis, dengan catatan setiap mitra/partner adalah orang yang jujur dan
menghormati hak masing-masing dari para mitra bisnisnya.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi pelaku
yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud dengan mitra aktif adalah pihak yang
mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri maupun menunjuk pihak lain
untuk mengelola atas namanya, sedangkan mitra pasif adalah pihak yang tidak ikut
mengelola usaha (biasanya lembaga keuangan).
Sementara itu, para Ulama dari Mazhab Hanafi berpendapat bahwa rasio laba/profit ratio
boleh tidak sama dengan rasio modal pada kondisi yang normal. Apabila salah seorang bisnis
partner mensyaratkan di dalam akad bahwa beliau tidak akan turut serta dalam mengelola
bisnis tersebut, yang hanya akan menjadi sleeping partner dan hanya menyetorkan modal nya
saja, maka bagian dari laba yang akan di dapat nya hanya sebatas proporsi modalnya
saja/persentasenya sesuai dengan modal yang di setorkan.
CONTOH KASUS
1. Tanggal 05 Agustus dibayar beban pra akad, seperti pembuatan studi kelayakan
proyek, penelitian kelayakan proyek sebesar Rp. 1.000.000,-
2. Modal syirkah keseluruhan sebesar Rp. 150.000.000,- dimana bank syariah
mendapatkan porsi modal sebesar Rp. 70.000.000,- dan porsi modal untuk Tuan
Abdullah sebesar Rp. 80.000.000,- dengan nisbah keuntungan, untuk bank sebesar 40
dan untuk Tuan Abdullah sebesar 60.
3. Modal syirkah yang menjadi porsi bank syariah sebesar Rp. 70.000.000,- dibayar
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Tanggal 15 Agustus, dibayarkan modal syirkah dalam bentuk kas sebesar Rp.
20.000.000,-
b. Tanggal 20 Agustus diserahkan modal non kas, berupa dua buah mesin pabrik
yang telah dimiliki oleh bank syariah, mesin pertama sebesar Rp. 30.000.000,-
yangdibeli dengan harga Rp. 32.500.000,- dan mesin kedua sebesar Rp.
20.000.000,- yang dibeli dengan harga Rp. 15.000.000,-
Atas transaksi tersebut diatas dilakukan jurnal dan penjelasan sebagai berikut:
1. Tanggal 01 Agustus pada saat pembiayaan musyarakah disetujui dan disepakati oleh
Tuan Abdullah, bank syariah mempunyai kewajiban yang berupa komitmen atas
pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 70.000.000,-
2. Tanggal 15 Agustus, bank syariah menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai
kepada syirkah sebesar rp.20.000.000,-
Db. Pembiayaan musyarakah Rp. 20.000.000,-
Kr. Kas/Rekening Syirkah/Kliring Rp. 20.000.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan
neraca sebagai berikut :
NERACA
Per 15 agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan Musyarakah 20.000.000
3. Tanggal 20 Agustus pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada syirkah
A. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas atas nilai buku/harga
perolehan. Mesin pertama diserahkan dengan harga pasar/ wajar sebesar Rp.
30.000.000,-, mesin tersebut dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp. 32.500.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar dan neraca
sebagai berikut :
NERACA
Per 15 Agustus 2XXX
Aktiva
Pasiva
Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Pembiayaan Musyarakah 50.000.000
B. Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku/harga perolehan.
Mesin kedua dibeli dengan harga perolehannya sebesar Rp. 15.000.000,- dan
diserahkan dengan harga jual/wajar Rp. 20.000.000,-
Db. Pembiayaan Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Kr. Aktiva non-kas Rp. 15.000.000,-
Kr. Keuntungan penyerahan aktiva Rp. 5.000.000,-
Dr. Komitmen Pemby Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Cr. Kontra Komitmen Pemb Musyarakah Rp. 20.000.000,-
Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar
dan neraca sebagai berikut :
BUKU BESAR (Adm)
Debet
Kredit
Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah
15/08 Penyerahan modal 20.000.000 01/08 Tn Abdullah 70.000.000
20/08 Penyerahan mesin 30.000.000
20/08 Penyerahan mesin 20.000.000
4. Tanggal 05 Agustus 2002 pada saat pengeluaran biaya dalam rangka akad
musyarakah
Db. Uang muka dalam rangka akad
Musyarakah Rp. 10.000.000,-
Kr. Kas/Kliring Rp. 10.000.000,-
http://economicvalueoftime.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-skema-dan-contoh-
musyarakah.html
http://hennyapriyani20.blogspot.co.id/2014/11/musyarakah.html
https://izzanizza.wordpress.com/2012/04/05/pengertian-musyarakah-dari-buku-
akuntansi-perbankan-syariah-di-indonesia/