A. Pengertian
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks tanpa stress emosional, dan bebas
dari ansietas. Oleh karena itu, istirahat tidak selalu bermakna tidak selalu bermakna tidak
beraktivitas; pada kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa
aktivitas tertentu seperti berjalan-jalan di udara segar (Kozier, 2011)
Sedangkan tidur adalah perubahan status kesadaran yang terjadi
ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Mubarak, 2008)
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di inginkannya
(Lynda, 2012).
Fisiologi Tidur
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Sklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus
tiur/terjaga, tidur sendiri terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi
siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan
gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan
tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama
tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan
tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan
gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan
dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
1. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi
menjadi empat tahapan yaitu:
a) Tahap I
- Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.
Berlangsung beberapa menit saja, dan geombang otak menjadi
lambat.
- Tahap I ini ditandai dengan :
Mata menjadi kabur dan rileks.
Seluruh otot menjadi lemas.
Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
Dapat terbangun dengan mudah.
Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
b) Tahap II
- Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat.
- Tahap II ini ditandai dengan :
Kedua Bola mata berhenti bergerak.
Suhu tubuh menurun.
Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik
yang disebut gelombang tidur.
c) Tahap III
- Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-
30 menit.
- Tahap III ini ditandai dengan:
Relaksasi otot menyeluruh.
Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
Sulit dibangunkan dan digerakkan.
d) Tahap IV
- Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada
jam bangun pagi.
Tonus Otot menurun (relaksasi total).
Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
Gerak bola mata mulai meningkat.
Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol).
2. Rapid Eye Movement (REM)
2. Bayi
Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam
sampai 14 jam perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM.
Pertama- pertama bayi terbangun setiap 3 sampai 4 jam,makan dan
kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh mengalami
peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama.
Pada bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan
menetap -kan pola tidur siang yang bervariasi pada setiap individu.
Namun mereka umum nya terbagun lebih awal di pagi hari. Diakhir
tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1 atau 2
kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.
Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap
tidur ringan. Selama tidur ringan,bayi melakukan sebagian besar
aktivitas seperti bergerak, berdeguk dan batuk. Orang orang tua
perlu memastikan bahwa bayi benar-benar terbangun sebelum
mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian.
Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia
antara 5 sampai 9 bulan.
3. Todler
Pada usia 2 tahun, anak-anak biasa nya tidur sepanjang
malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam
perhari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun. Hal yang umum
bagi todler terbagun pada malam hari. Persentasi tidur REM berlanjut
menurun selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari
ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk
otonomi, atau takut perpisahaan. Todler mempunyai kebutuhan untuk
mengeksplorasi dan memuaskan keingin tahuannya, yang dapat
menjelaskan mengapa beberapa dari mereka mencoba untuk
menunda waktu tidur.
4. Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia persekolah sekitar 12 jam semalam
(sekitar 20% adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak persekolah jarang
tidur siang. Kecuali pada kebudayaan yaitu siesta adalah
kebiasaan.Anak usia persekolah biasa nya mengalami kesulitan untuk
rileks atau diam setelah hari-hari yang aktif.Anak usia prsekolah juga
mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada
malam hari,atau mimpi buruk,orang tua paling berhasil untuk
membawa anak prasekolah untuk tidur dengan membina ritual yang
konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang sebelum waktu
tidur.
6. Remaja
Remaja memperoleh sekitar 7 jam untuk tidur setiap
malam pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja
umumnya mengalami sejumlah perubahan yang sering kali
mengurangi waktu tidur. Biasa nya orang tua tidak lagi terlibat pada
penataan waktu tidur yang spesipik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial
setelah sekolah,dan perkerjaan penuh waktu menekan waktu yang
tersedia waktu tidur. Remaja tidur lebih larut dan bangun lebih cepat
pada waktu sekolah menengah atas. Harapan sosial yang umum
adalah remaja membutuhkan tidur. Yang sedikit dari pada para
remaja.
7. Dewasa muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6
samapai 8 jam,tetapi hal ini berpariasi. Dewasa muda jarang
sekali tidur siang. Kurang dari 20% waktu tidur yang di habiskan yaitu
tidur REM,yang tetap konsiten sepanjang hidup. Dewasa muda muda
yang sehat membutukan cukup tidur untuk berpastisipasi dalam
kesibukan aktivitas yang mngisi hari-hari mereka. Akan tetapi,adalah
hal yang umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola
tidur yang umum. Stres perkejaan, hubungan keluarga,dan aktivitas
sosial dapat mngarah pada insomnia.
8. Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang di gunakan
untuk tidur malam hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai
menurun, suatu penurunan yang berlanjut dengan bertambah nya
usia. Gangguan tidur sering kali mulai di diagnosa diantara orang-
orang pada rentang usia ini bahkan ketika gejola dari ganguan yang
telah ada untuk di sebabkan oleh penuaan oleh perubahan stress
usia menengah. Gangguan tidur dapat di sebabkan oleh
kecemasan,depresi,atau penyakit pisik ringan tertentu. Wanita yang
mngalami gejala menopause dapat mngalamai insomnia.anggota
kelompok usia ini dapat terggantung pada obat tidur.
9. Lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan
usia.Akan tetapi,kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada
kebanyakan lansia. Episode tidur REM cenderung memendek.
Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur REM 3 dan
4,berapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam.
Seorang lasia yang terbangun lebih sering di malam hari,dan
membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur. Akan tetapi pada
lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan pisiologis dan
fisikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM
dan keberlangsungan dalam siklus tidur mirip dengan dewasa muda.
Keragaman dalam prilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan
tentang kesulitan tidur waktu malam sering kali terjadi diantara
lansia,sering kali akibat keberadaan penyakit kronik yang
lain.Sebagai contoh,seorang lansia yang mngalami akritis
mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk
tidur siang kelihatan nya meningkat secara progresif dengan
bertambah nya usia. Peningkatan waktu siang hari yang di pakai
untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam
hari.
2. Anak
Sulit tidur
Penyakit Insomnia lekas marah
Alkohol
Butuh lebih banyak istirahat
Lemah/ letih
Tidak dapat tidur dalam periode panjang
Perbaikan pola tidur
Tidak dapat tidur dengan kualitas baik
E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi non farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan
obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.
d) Terapi psikologi/psikiatri Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa
atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan
oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e) Mengubah gaya hidup
f) Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti
ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.
F. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis,
sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi apa keluhan yang dirasakan baik yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui pengamatan perawat.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama
kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau
penyakit keturunan.
3. Kebutuhan Biopsikososial spiritual
a. Bernapas
b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur
f. Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar
4. Data pengkajian fisik
a. Keadaan umum pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit,
warna kulit
b. Gejala Kardinal
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata,
hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan
ekstermitas.
5. Data pemeriksaan penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk
rumah sakit.
2. Deprivasi Tidur
Definisi : periode panjang tanpa tidur ("tidur ayam" yang periodic dan
alami secara terus menerus)
Batasan Karakteristik :
Konfusi akut Tremor tangan
Agitasi Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri
Ansietas Ketidakmampuan konsentrasi
Apatis Iritabilitas
Sering memberontak Letargi
Mengantuk di siang hari Lesu
Penurunan kemampuan Malaise
berfungsi Gangguan persepsi
Keletihan Gelisah
Fleeting nystagmus Reaksi lambat
Halusinasi Paranoia sementara
Faktor yang Berhubungan :
Pergeseran tahap tidur terkait penuaan
Demensia
Paralisis tidur familial
Hipersomnolen sistem saraf pusat idiopatik
Aktivitas di siang hari tidak adekuat
Narkolepsi
Mimpi buruk
Peran sebagai orang tua yang mengakibatkan tidak dapat tidur
Pergerakan ekstremitas periodic
Ketidaknyamanan lama
Hygiene tidur selalu tidak adekuat
Penggunaan obat atau suplemen penahan kantuk
Apnea tidur
Enuresis terkait tidur
Ereksi nyeri terkait tidur
Terror tidur
Batasan Karakteristik :
Jumlah tidur sesuai kebutuhan perkembangan
Mengekspresikan perasaan dapat beristirahat setelah tidur
Mematuhi rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur
Penggunaan obat penginduksi tidur kadang-kadang saja
Menyatakan merasa cukup istirahat setelah tidur
H. Intervensi Keperawatan
Gangguan mengidentifikasi
Manajemen
lingkungan:
kenyamanan
- Ciptakan lingkungan
yang tenang, bersih,
nyaman dan
minimalkan
gangguan.
- Hindari suara keras
dan penggunaan
lampu saat tidur
malam.
- Hindari tindakan
keperawatan pada
waktu klien tidur.
- Batasi jumlah
pengunjung
I. Referensi
Mubarak, W. I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Kozier, ERB, Berman, Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MedAction
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 13. Jakarta: EGC.
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC
Mengetahui ..
Pembimbing Praktik
Mahasiswa
(.) (I Nyoman
Sugiharta Dana)
NIP. NIM. P07120214008
Mengetahui
Pembimbing Institusi
(.....)
NIP.