PENDAHULUAN
Selama ini masih banyak Puskesmas yang belum melaksanakan perencanaan yang
merupakan fungsi utama dan dasar manajemen (Departemen Kesehatan, 2006)
Departemen Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat
pada tahun 2006 telah menerbitkan buku Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas
(PTP) sebagai pengganti buku pedoman Mikro Planning Puskesmas. Adanya buku
pedoman PTP tersebut mengantisipasi diberlakukannya DIP terpadu dan otonomi daerah
yang memerlukan peningkatan kemampuan perencanaan dari bawah.
Perencanaan pada tingkat Puskesmas adalah suatu proses kegiatan yang sistematis
untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas
pada tahun berikutnya. Pada tingkat Puskesmas, pendanaan diterima langsung oleh
Puskesmas dalam bentuk block grant, yaitu paket dana yang hanya berisi rambu-rambu
program tanpa rinciannya dan diserahkan pada Puskesmas untuk direncanakan
operasionalnya. Konsekuensi dari kebijakan tersebut maka Puskesmas dituntut mampu
melakukan perencanaan kesehatan yang baik, secara terencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, dan berkesinambungan.
A. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
untuk mendeskripsikan pergerakan manajemen pelayanan kesehatan primer
(PHC) di puskemas
untuk mendeskripsikan pelaksanaan manajemen pelayanan kesehatan primer
(PHC) di puskemas
B. Manfaat
Diketahuinya pergerakan manajemen pelayanan kesehatan primer (PHC) di
puskesmas
Diketahuinya pelaksanaan manajemen pelayanan kesehatan primer (PHC) di
puskesmas
BAB II
MANAJEMEN PHC (PUSKESMAS)
2.1 Perencanaan (P1)
1. Perencanaan
2. Penggerakan Pelaksanaan
Perencanan kesehatan dititik beratkan pada upaya peningkatan hasil kerja sistem
kesehatan. Perencanaan merupakan fungsi pertama dalam fungsi manajemen, yang
mendahului fungsi pengorganisasian, ketenagaan, kepemimpinan dan pengendalian.
Ada 2 macam rencana yang disusun dalam perencanaan tingkat Puskesmas (PTP) yaitu :
1. Rencana Usulan Kegiatan (RUK), berisi usulan kegiatan tahun fiskal mendatang
untuk mengajukan program kegiatan beserta biayanya.
2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), berisi rencana pelaksanaan kegiatan tahun
anggaran bersangkutan sesuai alokasi anggaran yang diterima oleh Puskesmas.
2. Tahap Analisis situasi, yaitu diperlukan data dan informasi untuk mengetahui dan
memahami keadaan dan permasalahan operasional Puskesmas yang perlu ditanggulangi
berupa identifikasi masalah, penamaan dan penetapan prioritas masalah. Dengan melihat data
situasi umum dan data khusus serta data pencapaian target program, kemudian dilakukan
analisis.
3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) pada dasarnya melalui kegiatan
perumusan masalah pencapaian kegiatan program, perumusan penyebab terjadinya masalah
dan akhirnya menyusun R.U.K. R.U.K adalah tersusunnya rencana dan prioritas rencana
penyelesaian masalah dengan analisis sumber daya yang dimiliki Puskesmas dan menyusun
prioritas penyelesaian. R.U.K ini kemudian diajukan ke Dinas Kabupaten/Kota, yang
penyebarannya sudah dirumuskan kedalam format RUK, yang mengandung jenis kegiatan
lengkap dengan rincian anggarannya/biaya yang diperlukan. Biasanya karena keterbatasan
dana, tidak semua usulan kegiatan Puskesmas bisa terpenuhi. Juga sampai saat ini belum
banyak Puskesmas yang mencantumkan jumlah yang diperlukan, karena selama ini
Puskesmas lebih banyak menunggu jumlah angaran yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
4. Tahap rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) yang disebut pula Plan Of Action (POA).
Penyusunan R.P.K dilaksanakan melalui suatu pembahasan dalam mini lokakarya pada tahun
yang sedang berjalan setelah Rakerkesda Dati II. RPK disusun setelah diterimanya alokasi
dana yang diberikan oleh pemerintah daerah ke Puskesmas. Setelah ada informasi tentang
besarnya biaya yang bisa disediakan oleh dinas kesehatan kabupate/kota, Puskesmas bisa
menelaah ulang tentang usulan kegiatannya dalam rangka memantapkan pengecekan,
pelaksanaan kegiatan dalam tahun yang sedang berjalan. Bila dana mencukupi, usulan
kegiatan tidak mengalami perubahan. Namun bila hanya sebagian dana yang diberikan, maka
Puskesmas harus memperbaiki usulan kegiatannya.
Bila pemerintah daerah hanya memberikan anggaran sebanyak 70%, maka Puskesmas
perlu menurunkan target dan memodifikasi kegiatan agar 70% dana itu dapat digunakan
secara efektf dan efisien, dengan menyusun perencanaan (RPK) berupa jadwal kegiatan yang
mencakup waktu, jenis kegiatan, sasaran, tempat, pelaksana dan penanggung jawab. Ruang
lingkup perencanaan tingkat Puskesmas ialah kegiatan yang direncanakan adalah semua
kegiatan yang tercakup dalam 18 upaya kesehatan pokok Puskesmas yang dilaksanakan
Puskesmas sebagai pusat pengembangan, pembinaan dan pelaksanaan upaya kesehatan dalam
rangka menunjang pencapaian tujuan dan sasaran program pembangunan di wilayahnya.
Kegiatan yang direncanakan adalah baik kegiatan yang pelaksanaannya di dalam gedung
Puskesmas maupun di luar gedung Puskesmas/di masyarakat.
Sebagaimana kita ketahui, saat ini sudah terbit Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas. Dalam latar belakang Permenkes ini antara lain disebutkan bahwa untuk
melaksanakan upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama dibutuhkan manajemen Puskesmas yang dilakukan
secara terpadu dan berkesinambungan agar menghasilkan kinerja Puskesmas yang efektif dan
efisien.
Beberapa dasar hukum yang mendasari Permenkes 44 tahun 2016, antara lain:
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan
Selanjutnya pada lampiran Permenkes beberapa hal dijelaskan antara lain, bahwa sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Agar Puskesmas dapat
mengelola upaya kesehatan dengan baik dan berkesinambungan dalam mencapai tujuannya,
maka Puskesmas harus menyusun rencana kegiatan untuk periode 5 (lima) tahunan yang
selanjutnya akan dirinci lagi ke dalam rencana tahunan Puskesmas sesuai siklus perencanaan
anggaran daerah.
Semua rencana kegiatan baik 5 (lima) tahunan maupun rencana tahunan, selain mengacu
pada kebijakan pembangunan kesehatan kabupaten/kota harus juga disusun berdasarkan pada
hasil analisis situasi saat itu (evidence based) dan prediksi kedepan yang mungkin terjadi.
Proses selanjutnya adalah penggerakan dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana
kegiatan/program yang disusun, kemudian melakukan pengawasan dan pengendalian diikuti
dengan upaya-upaya perbaikan dan peningkatan (Corrective Action) dan diakhiri dengan
pelaksanaan penilaian hasil kegiatan melalui penilaian kinerja Puskesmas.
Pada dasarnya, jika kita tarik kebelakang, bahwa pemahaman akan pentingnya
manajemen Puskesmas, telah diperkenalkan sejak tahun 1980, dengan disusunnya buku-buku
pedoman manajemen Puskesmas, seperti antara lain :
Pedoman Stratifikasi Puskesmas (tahun 1984), digunakan sebagai acuan Puskesmas dan
dinas kesehatan kabupaten/kota, untuk dapat meningkatan peran dan fungsinya dalam
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Sementara pedoman Microplanning Puskesmas
(tahun 1986), digunakan untuk acuan menyusun rencana 5 (lima) tahun Puskesmas, yang
diprioritaskan untuk mendukung pencapaian target lima program Keluarga Berencana (KB)-
Kesehatan Terpadu, yang terdiri atas Kesehatan Ibu Anak (KIA), KB, gizi, imunisasi dan
diare.
Dengan adanya perubahan kebijakan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan,
diantaranya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga yang berbasis siklus kehidupan, Sustainable
Development Goals (SDGs), dan dinamika permasalahan kesehatan yang dihadapi
masyarakat, maka pedoman manajemen Puskesmas perlu disesuaikan dengan perubahan yang
ada. Melalui pola penerapan manajemen Puskesmas yang baik dan benar oleh seluruh
Puskesmas di Indonesia, maka tujuan akhir pembangunan jangka panjang bidang kesehatan
yaitu masyarakat Indonesia yang sehat mandiri secara berkeadilan, dipastikan akan dapat
diwujudkan.
Pedoman Manajemen Puskesmas diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada
kepala, penanggungjawab upaya kesehatan dan staf Puskesmas di dalam pengelolaan sumber
daya dan upaya Puskesmas agar dapat terlaksana secara maksimal. Pedoman Manajemen
Puskesmas ini juga dapat dimanfaatkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, dalam rangka
pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis manajemen kepada Puskesmas secara
berjenjang.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, disebutkan bahwa Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dan berfungsi
menyelenggarakan UKM dan UKP tingkat pertama diwilayah kerjanya. Puskesmas dalam
Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, merupakan bagian dari dinas kesehatan
kabupaten/kota sebagai UPTD dinas kesehatan kabupaten/kota. Oleh sebab itu, Puskesmas
melaksanakan tugas dinas kesehatan kabupaten/kota yang dilimpahkan kepadanya, antara lain
kegiatan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/kota dan
upaya kesehatan yang secara spesifik dibutuhkan masyarakat setempat (local specific).
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Puskesmas tersebut, Puskesmas harus melaksanakan
manajemen Puskesmas secara efektif dan efisien. Siklus manajemen Puskesmas yang
berkualitas merupakan rangkaian kegiatan rutin berkesinambungan, yang dilaksanakan dalam
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan secara bermutu, yang harus selalu dipantau secara
berkala dan teratur, diawasi dan dikendalikan sepanjang waktu, agar kinerjanya dapat
diperbaiki dan ditingkatkan dalam satu siklus Plan-Do-Check-Action (P-D-C-A).
2.2 Penggerakan dan Pelaksanaan (P2)
1. Pengorganisasian/ Penggerakkan
2. Penyelenggaraan
3. Pemantauan
Tujuan Penggerakan dan Pelaksanaan (P2) Puskesmas adalah meningkatkan
fungsi Puskesmas melalui peningkatan kemampuan tenaga Puskesmas untuk
bekerja sama dalam Tim dan membina kerja sama lintas program dan lintas
sektoral. Komponen Penggerakan Pelaksanaan (P2) Puskesmas dilakukan melalui
Lokakarya Mini Puskesmas yang terdiri dari 4 (empat) komponen meliputi:
(1) penggalangan kerjasama Tim yaitu lokakarya yang dilaksanakan setahun
sekali di Puskesmas, dalam rangkameningkatkan kerja sama antar petugas
Puskesmas untuk meningkatkan fungsi Puskesmas, melalui suatu proses dinamika
kelompok yang diikuti dengan analisis beban kerja masing-masing tenaga yang
dikaitkan dengan berbagai kelemahan penampilan kerja Puskesmas menurut hasil
stratifikasi Puskesmas,
(2) penggalangan Kerjasama Lintas Sektoral yaitu dalam rangka meningkatkan
peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor terkait melalui suatu
pertemuan lintas sektoral setahun sekali. Sebagai hasil pertemuan adalah
kesepakatan rencana kerja sama lintas sektoral dalam membina peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan termasukketerpaduan KB-Kesehatan,
(3) rapat kerja Tribulanan Lintas Sektoral,sebagai tindak lanjut pertemuan
penggalangan kerja sama lintas sektoral,dilakukan pertemuan lintas sektoral setiap
3 (tiga) bulan sekali untukmengkaji hasil kegiatan kerja sama lintas sektoral
selama 3 (tiga) bulan yang lalu dan memecahkan masalah yang dihadapi,
kemudian disusun rencana kerja sama lintas sektoral bulan selanjutnya, dan
(4) Lokakarya Bulanan Puskesmas, yaitu pertemuan antar tenaga Puskesmas pada
setiap akhir bulan untuk mengevaluasi pelaksanaan rencana kerja bulan yang
lalu dan membuat rencana bulan yang akan datang. Adapun tujuan Lokakarya
Bulanan Puskesmas adalah
a) disampaikan hasil rapat dari tingkat kabupaten, kecamatan dan lain
sebagainya,
b) diketahuinya hasil dan evaluasi kegiatan Puskesmas bulan lalu,
c) diketahuinya hambatan dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan bulan lalu,
d) dirumuskannya cara pemecahan masalah,
e) disusunnya rencana kerja harian petugas selama satu bulan yang akan
datang,
f) diberikannya tambahan pengetahuan baru,
g) disusunnya POA Puskesmas, baik POA tahunan maupun bulanan, dan
h) diketahuinya masalah di Puskesmas berdasarkan hasil
Stratifikasi Puskesmas (Departemen Kesehatan, 1988).