Anda di halaman 1dari 4

FAKTA SOSIAL

MENURUT EMILE DURKHEIM

Tugas Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Agama Dan Teori Sosial
Dosen Pengampu : Prof.Noorhaidi, M.A, M.Phil,.P.hd

oleh:
Misbahul Munir: 1620010031

PROGRAM STUDI INTERDISCIPLINARY ISLAMIC


STUDIES PASCASARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2017
FAKTA SOSIAL

Manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki akal, senantiasa


berusaha mengetahui segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Pada
awalnya, semua pengetahuan manusia yang mencakup segala usaha
pemikiran mengenai manusia dan alam sekitarnya termasuk
masyarakat menjadi satu dalam filsafat. Akan tetapi, sejalan dengan
semakin kompleksnya pemikiran manusia, maka terjadilah spesialisasi.
Filsafat alam berkembang menjadi berbagai cabang ilmu, seperti
astronomi, fisika, kimia, biologi, dan geologi. sedang filsafat kejiwaan
dan filsafat sosial berkembang menjadi psikologi dan sosiologi.
Pada saat sosiologi masih dianggap bernaung didalam ilmu
filsafat dan disebut filsafat sosial, materi yang dibahas tidak bisa
disebut sosiologi seperti yang kita kenal seperti sekarang ini. Ada
beberapa ilmuwan yang mengembangkan filsafat sosial, diantaranya
adalah Plato (429-347 SM) yang membahas tentang unsur-unsur dan
sosiologi negara. Sedangkan Aristoteles (384-322 SM) membahas
tentang unsur-unsur sosial yang hubungan dengan etika antara
individu satu dengan individu yang lain.
Menurut Durkheim Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak,
baku maupun tidak, yang dapat berlaku pada diri individu sebagai
sebuah paksaan eksternal; atau bisa juga dikatakan which is general
over the whole of a given society whilst having an existence of Us own,
independent of its individual manifestations bahwa fakta sosial
adalah seluruh cara bertindak yang umum dipakai suatu masyarakat,
dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari manifestasi-
manifestasi individual. Sehingga fakta sosial yang berada dalam
masyarakat saat ini yang sesuai dengan definisi Durkheim misalnya
seorang yang menggunakan atribut yang dilarang negara seperti palu
arit (lambang PKI) apabila diketahui oleh polisi maka akan dikenakan
sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Hal ini menandakan bahwa
peraturan yang berlaku berada di luar individu, berlaku bagi setiap
individu yang berarti universal di wilayah atau negara itu, serta
memaksa individu tersebut untuk bertindak yang seharusnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Durkheim memberikan definisi agar sosiologi
terpisah dari ilmu filsafat dan psikologi. Durkheim berpendapat bahwa fakta sosial tidak
bisa direduksi kepada individu, namun mesti di pelajari sebagai realitas mereka.
Durkheim menyebut fakta sosial dengan istilah latin sui generis, yang berarti unik.
Istilah tersebut digunakan Durkheim untuk menjelaskan bahwa fakta sosial memiliki
karakter unik yang tidak bisa direduksi menjadi sebatas kesadaran individual. Jika fakta
sosial dianggap bisa dijelaskan dengan merujuk pada individu, maka sosiologi akan
tereduksi menjadi psikologi.
Pengaruh aliran filsafat dan psikologi sudah mulai hilang ketika
Emile Durkheim untuk pertama kalinya menggunakan metode riset
ilmiah dalam mengkaji informasi demografi dari berbagai negara, dan
mempelajari hubungan antara angka bunuh diri yang ada di negara-
negara itu dengan faktor agama dan status perkawinan, maka sosiologi
benar-benar lepas dari pengaruh filsafat. Dalam penelitiaanya,
masyarakat Kristen Protestan memiliki tingkat angka bunuh diri lebih
tinggi dibanding masyarakat Katolik. Diantara kedua ajaran agama
tersebut pasti tidak bisa membenarkan tindakan tersebut, tapi ada
perbedaan yang cukup menarik. Masyarakat Protestan lebih
memberikan kebebasan dalam berpikir dan bertindak kepada
penganutnya, bagi agama ini manusia adalah pemilik utama dirinya
sendiri sebelum Tuhan. Sedangkan masyarakat Katolik tingkat
integritasnya sosianya relatif lebih kuat, dimana para pendeta menjadi
perantara masyarakat dengan Tuhan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin kuat ikatan sosial didalam masyarakat, maka rata-rata
tingkat bunuh diri semakin rendah. Durkheim mencoba
menghubungkan masalah perilaku individu seperti bunuh diri dengan
sebab-sebab sosial (fakta sosial) maka ia akan dapat menciptakan
alasan yang meyakinkan tentang pentingnya disiplin sosiologi.
Durkheim sendiri memberikan beberapa contoh tentang fakta sosial , termasuk
aturan legal, beban moral, dan kesepakatan sosial. Dia juga memasukan bahasa sebagai
fakta sosial, dan menjadikannya contoh yang paling mudah dipahami. Pertama bahasa
adalah sesuatu yang harus dipelajari secara empiris. Kedua bahasa adalah sesuatu yang
berada di luar individu. Meskipun individu menggunakan bahasa, namun bahasa tidak
dapat didefinisikan atau diciptakan oleh individu. Ketiga, bahasa memaksa individu.
Bahasa dapat membuat sesuatu itu sulit dikatakan. Terakhir, perubahan dalam bahasa
dapat dipelajari dengan fakta sosial lain dan tidak bisa hanya keinginan individu saja.
Sebagai contoh, seorang balita yang baru belajar bicara, akan diajar dan dituntun orang
tuanya untuk mengucapkan perkataan atau bahasa yang sama digunakan orang tuanya.
Hal ini menunjukkan bahwa sejak manusia lahir dia telah dibentuk oleh lingkungan sosial
dimana ia di didik dan diharusi untuk mengikuti aturan main yang berlaku pada
lingkungan sekitarnya itu, atau boleh dikata kebebasan manusia kecil ini sama sekali
tidak ada subjektifitas dalam dirinya karena dia sama sekali tak bisa melepaskan diri dari
aturan tersebut. Artinya, fakta sosial mempunyai kekuatan untuk memaksa individu
untuk melepaskan kemauannya sendiri sehingga eksistensi kemauannya terlingkupi oleh
semua fakta sosial.
Dari karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa fakta sosial menagarahkan
pada sesuatu yang ada diluar individu yang sifatnya memaksa, seperti norma yang
berlaku. Dengan kata lain, fakta sosial seperti tindakan individu dalam melakukan
hubungan dengan anggota masyarakat lain yang berpedoman dengan norma-norma dan
adat istiadat seseorang sehingga ia melakukan hubungan-hubungan terpola dengan
anggota masyarakat lain.

Anda mungkin juga menyukai