Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH PENALARAN HUKUM


LEGAL OPINION
KELAS A

Oleh

Nama : Gerry Valentino Samudera

NIM : E1A014115

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

JURUSAN ILMU HUKUM

PURWOKERTO

2016
Penalaran Hukum

Kasus :

JAKARTA, KOMPAS.com

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah
sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten.

Surat perintah penyidikan atas nama tersangka Ratu Atut Chosiyah telah ditandatangani
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi sejak Senin (16/12/2013) malam.
Informasi yang diperoleh Kompas, penetapan Atut sebagai tersangka dalam kasus dugaan
korupsi pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten disepakati pimpinan KPK dalam gelar
perkara.

Seusai gelar perkara, surat perintah penyidikan (sprindik) atas nama tersangka Atut langsung
ditandatangani, dan langsung ditindaklanjuti dengan penggeledahan rumahnya di Serang.

Juru Bicara KPK Johan Budi, saat dikonfirmasi, mengatakan, gelar perkara baru dilakukan pekan
lalu dan masih butuh pendalaman.

Sementara itu, Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto mengatakan, status Atut akan
diumumkan oleh Ketua KPK Abraham Samad. "Kontak dia saja," kata Bambang saat
dikonfirmasi terpisah.

Dari penelusuran Kompas, Atut diduga mendapatkan bagian fee atas pengadaan alat kesehatan di
Provinsi Banten. Berapa besar bagian feeyang diperoleh Atut masih dalam penghitungan KPK.
Pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten diduga memang dikendalikan oleh keluarga Atut.

Adik Atut, Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan, telah ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus pengadaan alat kesehatan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Wawan adalah suami dari
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany.

Kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di Tangsel dan Provinsi Banten merupakan
bagian dari pengembangan penyidikan KPK atas kasus dugaan korupsi dalam penanganan
perkara sengketa pilkada Kabupaten Lebak di Mahkamah Konstitusi. Wawan merupakan salah
satu tersangka kasus ini, sementara Atut masih sebatas saksi dalam kasus tersebut.

Logika :

Dalam Logika Silogisme Hukum, ada beberapa aturan ketat yang mesti dipenuhi, sebelum
membuat sebuah kesimpulan akhir. Aturan ke-1, ada Premis Mayor. Premis Mayor adalah
proposisi dianggap benar bagi semua anggota kelas tertentu. Aturan ke-2, ada Premis Minor.
Proposisi yang mengidentifikasikan sebuah peristiwa yang khusus sebagai anggota dari kelas
tadi. Aturan ke-3, menentukan Kesimpulan. Proposisi yang mengatakan, apa yang benar pada hal
tertentu juga akan benar pada pada anggota tertentu.

Berdasarkan aturan itu Logika Silogisme Hukum-nya adalah :

Premis Mayor: Semua Tersangkaadalah orang yang melakukan tindak pidana.

Premis Minor: Ratu Atut adalah orang yang melakukan tindak pidana.

Konklusi: Jadi, Ratu Atut adalah Tersangka.

PENYUSUNAN LOGIKA

PREMIS MAYOR : Semua Tersangka Adalah Orang Yang Melakukan Tindak Pidana.

Premis Mayor yang mengandung term mayor di atas menyatakan bahwa apa dan siapa saja yang
disebut Tersangka dalah orang yang melakukan Tindak Pidana. Berdasarakan UU No. 8 tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHP), menyatakan bahwa seseorang ditetapkan sebagai
tersangka manakala ditemukan bukti permulaan yang cukup melakukan sebuah tindak pidana.
Untuk membuktikan terjadinya tindak pidana, penyidik menghadirkan saksi-saksi. Saksi adalah
orang dekat dengan peristiwa pidana karena ia mendengarkan, melihat, dan mengalami sendiri
tindak pidana. Adakalanya saksi adalah tersangka untuk perkara yang sama. Jika dalam
penyelidikan ditemukan bukti keterlibatan saksi dalam suatu perkara, maka aparat penegak
hukum menindaklanjuti dugaaan keterlibatan saksi tersebut. Maka, jika ditemukan bukti yang
cukup dalam perkara yang sama, maka saksi dapat dikenakan status tersangka.
PREMIS MINOR : Ratu Atut Adalah Orang Yang Melakukan Tindak Pidana.

Premis Minor ini disusun berdasarkan pada dua perkara tindak pidana yang dituntut kepada Ratu
Atut Choisiyah, yaitu kasus suap sengketa Pilkada Lebak, Banten dan kasus korupsi pengadaan
alat-alat kesehatan di Provinsi Banten. Pertama, term minornya adalah kasus suap sengketa
Pilkada Lebak, Banten. Dalam kasus ini penyidik KPK menjerat Ratu Atut dengan pasal 6 Ayat 1
huruf a Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1
KUHP. Adapun point Pasal 6 Ayat 1 huruf a UU Tipikor, yang tertera adalah memberikan atau
menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili. Pada poin lain, juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP, juga
menjerat Ratu Atut dalam sangkaan kasus ini melibatkan pihak lain, yakni mantan Ketua
Mahkamah Konstitusi Akil Muchtar ,Tubagus Chaeri Wardana, dan pengacara Susi Tur
Andavani. Kedua, term minornya adalah dugaan Tindak Pidana Korupsi pengadaan alat-alat
kesehatan di Provinsi Banten.

KONKLUSI: Ratu Atut Jadi Tersangka.

kebenaran penetapan suatu kesimpulan ditentukan berdasarkan pemenuhan Silogisme dari


proposisi diatas. Artinya, Premis Mayor Benar dan Premis Minor juga Benar. Maka, kita bisa
menerima konklusi ini apabila kebenaran materiil dari masing-masing proposisi itu sudah di uji
validasinya oleh tim penyidik KPK. Berdasarkan Logika Silogisme Hukum ini, KPK
menetapkan Gubernur Banten, Ratu Atut Choisiyah, sebagai tersangka dalam kasus suap
sengketa Pilkada Lebak, Banten dan kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan di provinsi
banten.

Anda mungkin juga menyukai