Anda di halaman 1dari 3

Nama : Gerry Valentino Samudera

NPM : 1906410880

TUGAS DASTEP (Mengulang)


1. Renvoi
Larangan Renvoi (Pasal 48 UU No.2 Tahun 2014)
a. Diganti
b. Ditambah
c. Dicoret
d. Disisipkan
e. Dihapus
f. Ditulis tindih
Perubahan isi akta termaksud dalam huruf a,b,c,dan d dapat dilakukan dan sah jika
diparaf atau diberi tanda pengesahan. Jika ketentuan diatas dilanggar, maka suatu akta
hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Perubahan
yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan
tersebut batal (Pasal 49 ayat (3) UU No.2 Tahun 2014).
Tempat Renvoi (Pasal 49 UU No.2 Tahun 2014)
Renvoi dibuat di sisi kiri akta (Pasal 49 ayat (1)). Jika tidak dapat dibuat di sisi kiri
akta, perubahan tersebut dibuat pada akhir akta, sebelum penutup akta, dengan
mnunjuk bagian yang diubah atau dengan menyisipkan lembar tambahan. (Pasal 49
ayat (2)).
Cara Renvoi
Renvoi dapat dilakukan dengan penggantian, penambahan, pencoretan, dan
pensisipan. Namun, harus diparaf atau diberi tanda pengesahan oleh para penghadap,
saksi dan Notaris. (Pasal 48 ayat (2)). Pencoretan kata, huruf, atau angka, pencoretan
dilakukan sedemikian rupa sehinggan tetap dapat dibaca sesuai dengan yang
tercantum semula, dan jumlah kata, hurud, atau angka yang dicoret dinyatakan pada
sisi kiri akta (Pasal 50 ayat (1)). Pencoretan sebagaimana dimaksud diata dinyatakan
sah setelah diparah atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan
notaris.
a. Renvoi dilakukan di sisi kiri akta pada halaman yang sama dan selanjutnya
dilakukan pengesahan dengan dibubuhi paraf para penghadap, saksi-saksi, dan
notaris
b. Dalam pelaksanaan renvoi tersebut maka jumlah angka, huruf atau kata yang
ditambah atau dicoret dan atau penggantiannya harus disebutkan jumlahnya
c. Pada bagian akhir akta harus disebutkan jumlah perubahan yang ada pada akta
yang bersangkutan, dengan menguraikan jumlah penambahan, perncoretan dan
atau penggantian yang terjadi.
Aplikasi dalam akta : “Disahkan tambahan 3(tiga) kata.
2. RUMUSAN (contoh)
- Atas permintaan saya, Gerry Valentino Samudera, Sarjana Hukum, Notaris di
Jakarta, dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris , kenal dan akan
disebut nama-namanya pada bagian akhir akta ini, berada di kantor saya, notaris,
Jalan Otista Raya Nomor 10, Jakarta Timur untuk membuat berita acara
pembetulan/perbaikan kesalahan tulus/ketik yang terdapat pada minuta akta
nomor 10 tanggal 13-02-2019 (tiga belas Februari dua ribu Sembilan belas)
Kesalahan ketik adalah kesalahan yang dilakukan dalam pengetikan akta notaris, yang
terjadi bukan karena kesengajaan, tetapi karena kelalaian atau ketidak hati-hatian
semata-mata, sehingga hal yang tertulis di dalam akta notaris tidak sesuai dengan
yang sebenarnya ingin dituangkan dalam akta. Kesalahan ketik ada 2 :
- Substantif
Kesalahan ketik yang mengakibatkan terjadinya perbedaan makna atau maksud
yang signifikan di dalam substansi akta, sehingga menjadi tidak sesuai dengan
yang sebenarnya ingin dituangkan dalam akta tersebut oleh para penghadap.
- Non Substantif
Kesalahan ketik yang tidak menyebabkan perbedaan makna yang signifikan dalam
substansi akta, jikapun ada perbedaan makna kata, tetapi secara konteks kalimat
tidak dapat ditafsirkan lain dari uang sebenarna dimaksud.
Pengaturan terkait kewenangan notaris dalam membetulkan kesalahan tulis dan ketik
ini terdapat dalam Pasal 51 UU No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.
3. Kewajiban Notaris melekatkan sidik jari penghadap pada minuta akta (Pasal 16 ayat
(1) huruf c UU No. 2 Tahun 2014)
Menurut pengamatan saya, tujuan dicantumkan kewajiban untuk melekatkan sidik jari
pada minuta akta tersebut adalah agar dapat dilakukan pembuktian di kemudia hari
apakah seorang penghadap tersebut benar hadir secara fisik dihadapan Notaris untuk
menandatangani suatu akta atau tidak. Dalam hal jika penghadap bersangkutan
menyangkal kehadirannya dihadapan Notaris atau tandatangannya yang ada pada
minuta akta maka sidik jari tersebut akan dipakai untuk membantah sanggahan yang
dilakukan oleh penghadap. Terkait pengaplikasiannya UUJN tidak menyebutkannya,
tapi pada kebiasaan dengan melekatkan 10 jari tangan atau 5 jari tangan kanan atau
kiri, bisa juga cukup cap ibu jari kanan atau kiri saja. Sidik jari tersebut dimabil
dengan menggunakan tinta basah yang kemudian dicapkan pada minuta akta tersebut.
Sidik jari tersebut diambil berkaitan dengan pembuatan aktat tertentu, yang diambil
pada lembaran tersendiri dengan memuat uraian yang jelas judul akta, tanggal akta,
nomor akta, nama penghadap dan bila dirasa perlu dikuatkan dengan tandatangan dari
penghadap. Sidik jari tersebut diambil pada hari dan tanggal yang sama dihadapan
notaris dan saksi-saksi pada saat berlangsungnya proses pembuatan akta dan sebelum
penandatanganan akta.

Pada UUJN tidak dijelaskan mengenai pengaruhnya terhadap otentisitas akta, namun
karna ini merupakan kewajiban dari notaris dalam menjalankan jabatannya, maka
saya ras berpengaruh terhadap otentisitas akta. Namun pelanggaran terhadap
ketentuan UUJN ini, notaris dapat dikenai sanksi berupa (Pasal 16 ayat (11)) :
a. Peringatan tertulis
b. Pemberhentian sementara
c. Pemberhentian dengan hormat
d. Pemberhentian dengan tidak hormat

Anda mungkin juga menyukai