Anda di halaman 1dari 8

Nama : MUHAMMAD BAKHTIAR RISQA

NIM : 115.150.066

Kelas : B

TUGAS RESUME

PENGANTAR TEKNIK PENGEBORAN

SISTEM SIRKULASI DAN LUMPUR PEMBORAN

SISTEM SIRKULASI

Fungsi utama dari sistem sirkulasi adalah mengangkat serpihan cutting dari dasar
sumur ke permukaan. Fluida pemboran umumnya berupa suspensi dari clay dan
material lainnya dalam air yang sering disebut dengan fluida pemboran. Aliran
dari fluida pemboran melewati :

1. Dari steel tanks ke mud pump


2. Dari mud pump ke high-pressure surface connection dan ke drillstring
3. Dari drillstring ke bit
4. Dari nozzle bit ke atas ke annulus lubang dengan drillsring sampai ke
permukaan
5. Masuk ke contaminant-removal equipment dan kembali ke suction tank

Peralatan utama dari circulating system adalah :

1. Mud Pumps : berfungsi untuk memompa fluida pemboran dengan


tekanan tinggi. Ada dua macam mud pump yaitu : Duplex dan triplex,
perbedaan utamanya adalah dalam jumlah torak dan cara kerjanya.
2. Mud Pits : Suatu kolam tempat lumpur sebelum disirkulasikan.
Sistem pit dan susunan dari peralatan yang menangani lumpur di atas pit
dirancang atas pertimbangan drilling engineer.
Biasanya rig mempunyai dua atau tiga pit dengan ukuran lebar 8-12 ft,
panjang 20-40 ft dan tinggi 6-12 ft. Volumenya berkisar antara 200-600
bbl.

Pada operasi-operasi di offshore dapat ditambahkan 1-3 pituntuk penyimpanan


kelebihan lumpur dan untuk lumpur yang mempunyai densitas tinggi.

Salah satu bentuk susunan dari pit tanpa variasi dari macam-macam peralatan
pengontrol solid.

Pit pertama dilengkapi peralatan pengontrol solid. Dahulu pit kedua dipakai untuk
tempat mengendapkan solid, walaupun ada perhitungan-perhitungan yang
menunjukkan bahwa kebanyakan solid dalam lumpur tidak akan mengendap
mengingat waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan lumpur relatif singkat. Kini
pit dilengkapi beberapa peralatan pengontrol solid bila pit yang tersedia sejajar.
Pada pit terakhir dilengkapi oleh pipa-pipa isap dan slugging pit untuk persiapan
lumpur berat yang digunakan sebelum tripping dan pipa-pipa untuk memasukkan
chemical treatment.

Pit-pit mempunyai sistem pengaduk yang memutar lumpur untuk mengurangi


barite atau mengendapkan solid.Umumnya ada dua jenis pengaduk yaitu :

1. Perputaran kipas yang ditenggelamkan dan digerakkan masing-masing


oleh motor listrik.
2. Pompa centrifugal dengan gerakan jet dan lumpur yang ditembakkan
untuk memecah viskositas yang tinggi dari lumpur di dalam lumpur.
3. Mud mixing equipment : suatu peralatan yang berfungsi untuk
mencampurkan bahan-bahan atau material pada lumpur dengan
menggunakan mixing hopper.
Mixing hopper adalah peralatan berbentuk corong yang dipakai untuk
menambahkan bahan-bahan padat ke dalam fluida pemboran pada saat
treatment di dalam mud pit.
4. Contaminant Removal : Suatu peralatan yang berfungsi untuk
membersihkan fluida pemboran yang keluar dari lubang sumur setelah
disirkulasikan, terdiri dari :
a. Mud gas separator berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida
pemboran.
b. Shale sharker berfungsi untuk memisahkan cutting berukuran besar
dari fluida pemboran.
c. Degasser berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida
pemboran secara terus menerus.
d. Desander berfungsi untuk memisahkan pasir dari fluida pemboran.
e. Desilter berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang
berukuran lebih kecil dari pasir.
LUMPUR PEMBORAN

Komponen atau fasa Lumpur pemboran :

a. Fasa Cair (air atau minyak)


75% lumpur pemboran menggunakan air, air terbagi menjadi air asin tak
jenuh dan jenuh. Istilah oil-base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.
Invert emulsions mempunyai komposisi minyak 50-70% (sebagai fase
kontinyu) dan air 30-50% (sebagai fasa terdispersi).
b. Reactive solids
Reactive solids yaitu padatan yang beraksi dengan air membentuk koloid
(clay). Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya untuk membentuk
koloidal. Dalam hal ini clay air tawar seperti bentonite mengisap air tawar
dan membentuk lumpur. Istilah yield digunakan untuk menyatakan
jumlah barrel lumpur yang dapat dihasilkan dari satu to clay agar
viskositas lumpurnya 15 cp.
c. Inert Solids (zat padat yang tak bereaksi)
Inert Solids berasal dari formasi-formasi yang dibor dan terbawa lumpur
seperti chert, pasir atau clay-clay non swelling, dan padatan-padatan
seperti ini bukan disengaja untuk menaikkan densitas lumpur dan perlu
dibuang secepat mungkin (bisa menyebabkan abrasi, kerusakan pompa
dll).
d. Fasa kimia
Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk
mengontrol sifat-sifat lumpur. Banyak sekali zat kimia yang digunakan
untuk menurunkan viskositas, mengurangi water loss dan mengontrol fasa
koloid (disebut surface active agent). Zat kimia yang mendispersi
tujuannya mengurangi viskositas. contohnya Quebracho, Phospate,
Sodium Tannate, Lignosulfonates, Lignites, Surfactant. Zat kimia yang
menaikkan viskositas contohnya C.M.C, starch dan beberapa senyawa
polimer.
Zat-zat kimia bereaksi dan mempengaruhi lingkungan sistem lumpur
tersebut misalnya dengan menetralisir muatan-muatan listrik clay,
menyebabkan dispersi dan lain-lain.
Fungsi lumpur pemboran. :

1. Mengangkat cutting ke permukaan, bergantung pada :


a. Kecepatan fluida di annulus
b. Kapasitas untuk menahan fluida yang merupakan fungsi dari densitas,
aliran (laminer atau turbulen), viskositas. Umumnya kecepatan 100-
120 fpm telah cukup.
2. Mendinginkan dan melumasi bit dan drill string.
3. Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake.
Lumpur akan membuat mud cake atau lapisan zat padat tipis di permukaan
formasi yang permeable.
Sifat wall building ini dapat diperbaiki dengan penambahan :
a. Sifat koloid drilling mud dengan bentonite
b. Memberikan zat kimia untuk memperbaiki distribusi zat padat
dalam lumpur, misalnya starch, CMC, dan cypan yang dapat
mengurangi filter loss dan memperkuat mud cake.
4. Mengontrol tekanan formasi
Tekanan fluida formasi umumnya adalah di sekitar 0,465 psi/ft kedalaman.
Pada tekanan normal air dan padatan di pemboran telah cukup
untuk menahan tekanan formasi.
Pada tekanan dibawah normal, densitas lumpur harus diperkecil
agar lumpur tidak hilang ke formasi.
Pada tekanan diatas normal (lebih dari 0,465 psi/ft) maka barite
kadang perlu ditambahkan untuk memperberat lumpur.
5. Membawa cutting dan material-material pemberat pada suspensi bila
sirkulasi lumpur dihentikan sementara.
6. Melepas pasir dan cutting di permukaan
7. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing
8. Mengurangi efek negatif pada formasi
9. Mendapatkan informasi seperti mud log dan sample log
10. Media logging

Sifat-sifat Lumpur Pemboran

1. Densitas Lumpur
Densitas lumpur peranannya berhubungan dengan fungsi lumpur
pemboran yaitu penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor
yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost
circulation), sedang apabila terlalu kecil akan menyebabkan kick. Maka
densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan
dibor.
2. Kandungan Pasir
Pasir akan mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam
hal ini akan menambah densitas lumpur yang tersirkulasi ke permukaan
akan menambah beban pompa sirkulasi lumpur.
3. Viskositas dan Gel. Strength
Viskositas dan Gel Strength sangat berpengaruh dalam penentuan rheology
suatu lumpur pemboran. Contohnya viskositas plastik dengan
penggambarannya bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan
oleh friksi mekanik. Yield Poitn adalah bagian resistensi untuk mengalir
oleh gaya tarik menari antar partikel yang disebabkan muatan pada
permukaan partikel yang di dispersi dalam fasa fluida. Gel Strength
merupakan ukuran dari gaya tarik menarik dalam suatu sistem lumpur
yang bersifat statik.
4. Filtrasi dan Mud Cake
Filtrasi adalah fluida yang hilang ke dalam batuan karena kontak antar
lumpur pemboran dan batuan porous sehingga fluida dan partikel kecil
melewatinya.
Mud Cake terbagi menjadi dua yaitu Mud Cake tipis yaitu bantalan yang
baik antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud Cake Tebal
akan menjepit pipa pemboran sehingga sulit diangkat dan diputar
sedangkan filtratnya akan mnyusup ke formasi dan menimbulkan
kerusakan pada formasi.

Sifat-Sifat Lumpur Pemboran pada Tekanan dan Temperatur Tinggi

Temperatur tinggi dapat mengurangi efektivitas aditif yang ditambahkan kedalam


lumpur sebagai pembentuk sifat-sifat lumpur. Jika pada sifat-sifat lumpur dapat
dikontrol maka akan terjadi masalah pada kecepatan pemboran, bit dan hole
celaning, kestabilan lubang bor dan masalah-masalah lainnya yang cukup serius.

Analisa Kimia Lumpur Pemboran

Dilakukan percobaan kimia lubang bor dan filtratnya yaitu Analisa kimia
alkanitas, analisis kesadahan total yaitu dari ion Mg +2 dan Ca+2. Analisa
kandungan ion Klor, ion Ca, Ion Fe dan pH lumpur pemboran. Kandungan ion K +
perlu dianalisa karena adanya kontaminasi lumpur oleh gypsum yang
mempengaruhi sifat fisik lumpur seperti water loss dan gel.strength.

Kontaminasi Lumpur Pemboran

Kontaminasi NaCl
Kontaminasi Gypsum
Kontaminasi Semen
Kontaminasi Oksigen

Sifat Pelumasan Lumpur Pemboran (Rubricity)

Sifat Pelumasan lumpur pemboran adalah kemampuan lumpur untuk melumasi


bagian alat-alat pemboran yang sering bersinggungan atau bergesekan pada saat
pemboran berlangsung. Sifat pelumasan lumpur terjadi akibat perubahan harga
beban dan jumlah zat aditif.

Hidrasi Bentonite

Hidrasi Bentonite terbentuk dalam lembaran-lembaran silica dan alumina dengan


aturan yang berbeda-beda untuk membentuk lapisan dari masing-masing mineral
clay.

Jenis Lumpur Pemboran

1. Fresh Water Muds ( Lumpur air tawar )


Adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan kadar garam
yang kecil kurang dari 10.000 ppm = 1% berat garam. Contohnya adalah
Spud Mud, Naturan Mud, Bentonite-treated Mud, Phospate treated Mud,
Organic Colloid treated Mud, Red Mud dan Calcium Mud.
2. Salt Water Muds ( Air Asin )
Jika salt mudnya mempunyai pH yang lebih tinggi, fermentasi terhalang
oleh basa. Suspensi ini bisa diperbaiki denan penggunaan attapulgite
sebagai pengganti Bentonite. Jenisnya ada dua yaitu :
a. Unsaturated Salt water mud
Air laut dari laut lepas atau teluk sering digunakan untuk lumpur
yang tak jenuh kegaramannya ditandai dengan Filtrate loss lebih
besar, medium tinggi pada gel.strength dan suspensi yang tinggi.
b. Saturated Salt water mud
Fase cair lumpur ini dijenuhkan dengan NaCl. Garam lain dapat
pula berada disitu dalam jumlah yang berlainan. Jenis ini dapat
digunakan untuk membor formasi garam dimana rongga yang
terjadinya karena pelarutan garam yang menyebabkan hilangnya
lumpur.
c. Sodium Silicate Mud
3. Oil in Water Emulsion
Pada lumpur ini minyak merupakan fase tersebar dan air sebagai fase
kontinyu. Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya air. Lumpur ini
mempunyai tendensi untuk foaming yang bisa dipecahkan dengan
penambahan surface active agent tertentu. Pemeliharaan lumpur ini sama
seperti salt mud biasa kecuali perlunya menambah emulsifier, minyak dan
surface active defoamer (anti foam).
4. Oil Base dan Oil Base Emulsion Muds
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinyu dengan komposisi
diatur agar kadar air nya rendah dengan 3% sampai 5%. Lumpur ini tidak
sensitif terhadap kontaminan. Tetapi airnya adalah kontaminan karenam
memberi efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol
viskositas, menaikkan gel.strength, mengurangi efek kontaminasi air dan
mengurangi filtrate loss, perlu ditambahkan zat-zat kimia. Manfaatnya
pada completion dan workover sumur dan untuk melepaskan drill pipe
yang terjepit dan mempermudah pemasangan casing dan linier. Jenis mud
ini harus ditempatkan pada suatu tanki besi untuk menghindarkan
kontaminasi air. Rig harus dipersiapkan agar tidak kotor dan bahaya api
berkurang.
5. Gaseous Drilling Fluids
Kegunaannya pada daerah dengan formasi kering dan keras dengan gas
atau udara dipompakan pada annulus, salurannya tidak boleh bocor.
Keuntungannya penentration rate nya lebih besar tetapi adsanya formasi
air dapat menyebabkian bit dilapisi cutting/padatan yang mencurigakan.

Anda mungkin juga menyukai