PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian unit sedimentasi pada proses pengolahan air minum.
b. Mengetahui tujuan dan fungsi unit sedimentasi.
c. Mengetahui macam-macam bentuk dan bagian dari bak sedimentasi.
d. Mengetahui macam-macam tipe sedimentasi.
e. Mengetahui apa saja parameter operasi pada unit sedimentasi.
f. Mengetahui bagaimana proses operasi unit sedimentasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
3.2 Tujuan dan Fungsi Unit Sedimentasi pada Proses Pengolahan Air Minum
Pada pengolahan air minum, terapan sedimentasi ditujukan untuk:
a. Pengendapan air permukaan untuk penyisihan partikel diskret khususnya pada pengolahan
dengan filter pasir cepat.
b. Pengendapan flok hasil koagulasi-flokulasi, khususnya sebelum disaring dengan filter pasir
cepat.
c. Pengendapan lumpur hasil pembubuhan soda-kapur pada proses penurunan kesadahan.
d. Pengendapan lumpur pada penyisihan besi dan mangan dengan oksidasi (Anonim, 2007).
Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:
a. Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring
selanjutnya.
b. Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
2. Lingkaran (circular)
Bentuk bak ini umumnya digunakan pada instalasi pengolahan air dengan kapasitas
yang lebih kecil. Bak berbentuk lingkaran umumnya berdiameter 10,7 hingga 45,7 meter dan
kedalaman 3 hingga 4,3 meter (Anonim, 2007). Aliran air dapat secara horizontal ke arah
radial dan umumnya menuju ke tepi lingkaran atau dengan aliran arah vertikal.
Pada kapasitas yang sama, pada kolam pengendapan berbentuk lingkaran ini
kemungkinan terjadinya aliran pendek (short-circuiting) lebih besar daripada kolam
pengendapan berbentuk segi empat, terutama apabila ambang peluapan tidak level sehingga
aliran air menuju ke satu sisi tertentu saja. Bentuk ini secara hidraulika kurang baik karena
tampang alirannya tidak seragam, sehingga kecepatan alirannya tidak konstan. Karena itu
timbul kesulitan dalam pengontrolan kecepatan aliran dan semakin besar dimensi bangunan
pengontrolan kecepatan menjadi lebih sulit lagi.
Pada kolam pengendapan berbentuk lingkaran kelemahan kurangnya panjang peluapan
hampir tidak pernah dijumpai karena ambang peluapan dibangun sepanjang keliling
lingkaran. Namun demikian sering dijumpai panjang peluapan agak berlebihan, sehingga
aliran melewati ambang peluapan berupa aliran yang sangat tipis. Untuk mengatasi hal
tersebut maka ambang peluapan harus diperpendek dengan cara memasang ambang peluapan
yang berbentuk seperti huruf V (V-notch) atau seperti huruf U (U-notch). Keuntungan lain
dari kolam pengendapan berbentuk lingkaran adalah mekanisme pengumpulan lumpur lebih
sederhana dengan memasang scrapper yang bergerak memutar dan pemeliharaan lebih mudah
(Kamulyan, 1997).
Gambar 3. Bak sedimentasi bentuk lingkaran aliran horizontal.
Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan
menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk. Jika dua fungsi ini dicapai, karakteristik
aliran hidrolik dari bak akan lebih mendekati kondisi bak ideal dan menghasilkan efisiensi
yang lebih baik. Zona influen didesain secara berbeda untuk kolam rectangular dan circular.
Khusus dalam pengolahan air, bak sedimentasi rectangular dibangun menjadi satu dengan
bak flokulasi. Sebuah baffle atau dinding memisahkan dua kolam dan sekaligus sebagai inlet
bak sedimentasi. Desain dinding pemisah sangat penting, karena kemampuan bak sedimentasi
tergantung pada kualitas flok.
Gambar 6. Contoh-contoh konstruksi inlet kolam pengendapan
b. Zona pengendapan (tempat flok/partikel mengalami proses pengendapan).
Dalam zona ini, air mengalir pelan secara horizontal ke arah outlet, dalam zona ini
terjadi proses pengendapan. Lintasan partikel tergantung pada besarnya kecepatan
pengendapan.
c. Zona lumpur (tempat lumpur mengumpul sebelum diambil ke luar bak).
Dalam zona ini, lumpur terakumulasi. Sekali lumpur masuk area ini, ia akan tetap
disana. Kadang dilengkapi dengan sludge collector/scapper.
d. Zona Outlet atau struktur efluen (tempat dimana air akan meninggalkan bak).
Seperti zona inlet, zona outlet atau struktur efluen mempunyai pengaruh besar dalam
mempengaruhi pola aliran dan karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi.
Biasanya weir/pelimpah dan bak penampung limpahan digunakan untuk mengontrol outlet
pada bak sedimentasi. Selain itu, pelimpah tipe V-notch atau orifice terendam biasanya juga
dipakai. Diantara keduanya, orifice terendam yang lebih baik karena memiliki kecenderungan
pecahnya sisa flok lebih kecil selama pengaliran dari bak sedimentasi menuju filtrasi.
Waktu tinggal adalah waktu yang diperlukan oleh suatu volume air untuk tinggal di
dalam kolam pengendapan selama air mengalir dari inlet menuju ke outlet. Dalam
perancangan kolam pengendapan yang ideal, lama waktu tinggal nilainya ditetapkan sama
dengan lama waktu pengendapan partikel suspensi.
Laju luapan permukaan adalah besarnya luapan per satuan luas permukaan kolam yang
memungkinkan partikel suspensi dengan kecepatan pengendapan yang sesuai akan
diendapkan secara sempurna di dalam kolam pengendapan.
c. Kecepatan aliran
Pengendapan partikel suspensi berlangsung dengan baik apabila aliran air dalam
keadaan tenang (aliran suspensi). Kecepatan aliran harus diatur sedemikian rupa sehingga
proses pengendapan dapat berlangsung dengan baik, dan besarnya hendaknya tidak melebihi
kecepatan gerusan agar partikel yang telah mengendap tidak tergerus dan melayang lagi serta
terbawa keluar dari ruang pengendapan.
d. Laju luapan (weir overflow rate).
Pengaliran air dari ruang pengendapan menuju ke bagian outlet dilakukan dengan
menggunakan mekanisme peluapan dengan laju luapan yang tertentu. Hal ini dimaksudkan
agar dipeoleh air yang relatif sudah terbebas dari partikel suspensi sesuai dengan yang
diharapkan. Laju luapan mengekspresikan volume air yang melewati ambang outlet per
satuan panjang per satuan waktu dan diperlukan untuk menentukan secara tepat panjang
ambang yang diperlukan untuk melewatkan air menuju ke bagian outlet kolam pengendapan.
Ketentuan ini diperlukan mengingat dimensi ambang peluapan secara tidak langsung akan
menentukan efisiensi dari sebuah kolam pengendapan. Laju luapan yang terlalu besar akan
menyebabkan kecepatan aliran yang melewati ambang outlet akan terlalu besar dan akan
memberikan konsekuensi pada berubahnya pola aliran dan meningkatnya kecepatan aliran
pada bagian akhir kolam pengendapan. Kecepatan aliran yang terlalu besar dapat
menyebabkan tergerusnya partikel suspensi yang telah mengendap dan terbawa menuju ke
outlet kolam pengendapan (Kamulyan, 1997).