Anda di halaman 1dari 11

BATAS TERITORIAL NEGARA KESATUAN

REPUBLIK INDONESIA

Disusun Oleh :

IPINK OCTAVIANA
5150811187

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA

YOGYAKARTA
2017
BATAS TERITORIAL NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA

1. Kewilayahan Negara Indonesia


Kewilayahan negara Indonesia terdiri atas daratan dan perairan. Dalam
kehidupan bernegara, geografi merupakan suatu fenomena yang mutlak
diperhatikan dan diperhitungkan baik fungsi maupun pengaruhnya terhadap sikap
dan tata laku negara yang bersangkutan. Wilayah indonesia pada saat merdeka
masih berdasarkan peraturan tentang wilayah teritorial yang dibuat oleh Belanda
yaitu Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939),
dimana lebar laut wilayah/teritorial Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air
rendah masing-masing pulau Indonesia.
Luas laut Indonesia sekitar 5.176.800 km2. Ini berarti luas wilayah laut
Indonesia lebih dari dua setengah kali luas daratannya. Pembahasan tentang
wilayah laut Indonesia, perlu adanya pemahaman terhadap hak dan kewenangan
atas laut sesuai UNCLOS yang dibedakan berdasarkan derajat dan tingkat
kewenangan bagi negara yang bersangkutan. Secara prinsip dalam kaitannya
pengelolaan sumber daya laut dan perikanan, perlu diperhatikan 3(tiga) jenis laut,
meliputi :
a. Wilayah laut dengan kedaulatan penuh bagi Indonesia, meliputi :
1) Perairan pedalaman
Merupakan bagian dari wilayah perairan nusantara. Pada
wilayah ini, Indonesia memiliki kedaulatan mutlak dan kapal-kapal
asing tidak mempunyai hak lewat. Ketetapan perairan pedalaman telah
diatur di UNCLOS 1982, namun hingga saat ini Indonesia belum
menetapkan perairan pedalaman tersebut.
2) Perairan Nusantara
Bagian luar perairan pedalaman adalah perairan
kepulauan(nusantara). Wilayah perairan ini sebagai laut-laut yang
terletak diantara pulau-pulau, dibatasi oleh garis-garis pangkal, tanpa
memperhatikan kedalaman dan lebar laut. Kapal-kapal asing dan
untuk kepentingan pelayaran internasional memiliki hak lewat
berdasarkan prinsip lintas damai.
3) Laut teritorial
Laut teritorial adalah wilayah perairan diluar perairan nusantara
yang lebarnya tidak melebihi 12 mil laut yang diukur dari garis
pangkal.wilayah laut ini juga memiliki kedaulatan penuh. Sebuah
negara mempunyai hak kedaulatan sepenuhnya sampai batas laut
teritorial, tetapi mempunyai kewajiban menyediakan alur pelayaran
lintas damai baik diatas maupun dibawah permukaan laut. Deklarasi
Djuanda kemudian diperkuat dengan mengubahnya menjadi Undang-
Undang No. 4 Prp. 1960.

b. Wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang dikandung
serta hal-hal tertentu, meliputi :
1) Zona tambahan
Di luar laut teritorial, terdapat laut dimana Indonesia
mempunyai kewenangan-kewenangan tertentu. Zona tambahan dapat
ditetapkan sampai kebatas 12 mil laut diluar laut teritorial atau 24 mil
laut diukur dari garis pangkal. Pada zona ini, Indonesia memiliki hak
untuk dapat malaksanakn kewenangan-kewenangan tertentu dalam
mengontrol pelanggaran terhadap aturan dibidang bea cukai,
pengawasan imigrasi dan menjamin pelaksanaan hukum
diwilayahnya. Sampai sekarang zona tambahan belum ditetapkan.
2) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Menurut UNCLOS 1982 ayal 56 ayat 1a, ZEE adalah suatu
daerah diluar dan bedampingan dengan laut teritorial, lebar zona ini
tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal. Di ZEE Indonesia
memiliki hak berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan
pengelolaan sumber daya alam.
Di zona ini Indonesia memiliki hak-hak berdaulat atas kekayaan
alam, terutama perikanan serta memiliki kewenangan untuk
memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengijinkan penelitian
ilmiah kelautan serta pemberian ijin pembangunan pulau-pulau
buatan, instalasi dan bangunan-bangunan laut lainnya. Perlu
ditekankan, bahwa dalam zona ZEE Indonesia tidak ada hak negara
lain untuk menangkap ikan, kecuali dengan ijin yang dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan tersendiri.
3) Landas Kontinen
Landas kontinen (continental shelf) adalah pada awalnya
merupakan istilah geologi, maksudnya merujuk pada fakta geologis
bahwa daratan pantai akan menurun kebawah laut dengan kemiringan
kecil hingga disuatu tempat tertentu menurun sacara terjal kedasar
laut. Kemiringan kecil itulah yang disebut landas kontinen.
Landasan kontinen dibahas pada konvensi Hukum Laut
Internasional 1 tahun 1958. Konvensi menetapkan bahwa pemberian
hak-hak berdaulat dan wewenang kepada negara pantai untuk
menguasai kekayaan alam yang terkandung di permukaan dasar laut
dan di dalam tanah di bawahnya dibatasi sampai kedalaman air 200
meter. Konvensi Jenewa tersebut pernah diratifikasi oleh Indonesia.
Ketetapan konvensi di Jenewa, Indonesia mengeluarkan pengumuman
tentang landas kontinen tanggal 17 Februari 1969 dan telah
menetapkan UU No. 17 tahun 1973 tentang landas kontinen.
Seiring dengan perkembangan teknologi eksploitasi dasar laut,
maka penetapan wilayah Landas Kontinen kedalaman air hingga 200
meter menjadi bahan pembicaraan serius pada
Konferensi Hukum Laut Internasional III 1973-1982. Disamping itu
telah pula berkembang pengertian continental shelf dalam artian
geologi dan dalam artian yuridis.
Pada UNCLOS III telah ditetapkan Landas kontinen dengan
pengertian yuridis kewenangan suatu negara pantai atas kekayaan
alam meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya dari daerah dibawah
permukaan laut yang terletak diluar laut teritorial, sepanjang
kelanjutan alamiah daratnya hingga pinggiran luar tepian kontinen,
atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal dimana lebar
laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepian kontinen tidak
mencapai jarak tersebut (pasal 76 ayat 1).
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas,
mengisyaratkan bahwa dalam penetapan batas landas kontinen,
Indonesia memiliki kepentingan menyangkut :
Batas landas kontinen dengan negara tetangga yang
berhadapan yang dilakukan dengan persetujuan atas dasar
hukum internasional.
Batas Landas kontinen hingga 200 mil dari garis pangkal.
c. Wilayah laut, dimana indonesia memiliki kepentingan umum tidak
memiliki kedaulatan kewilayahan ataupun kewenangan dan hak berdaulat
atas laut tersebut, meliputi wilayah perairan laut bebas atau ZEE dan
dasar laut internasional diluar landas kontinen indonesia.

2. Batas Wilayah Negara Indonesia


Indonesia adalah negara kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki 17.504
pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni, yang
menyebar disekitar khatulistiwa, yang memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia
terletak pada koordinat 6LU - 1108'LS dan dari 95'BT - 14145'BT serta
terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia/Oseania.
Negara Kesatuan republic Indonesia juga diapit oleh dua Samudera, yaitu
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Perbatasan Wilayah Darat dan Laut
Negara Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Batas Darat
Setiap negara berwenang untuk menetapkan batas terluar
wilayahnya. Negara Kesatuan Republik Indonesia berbatasan dengan 10
(sepuluh) negara tetangga. Di darat, Indonesia berbatasan dengan
Malaysia, Papua New Guinea (PNG) dan dengan Timor-Leste.
Sedangkan dilaut, Indonesia berbatasan dengan India, Thailand,
Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipin, Palau,Papua Niugini, Ausralia dan
Timor-Leste.

2) Batas Laut
Dalam menentukan batas wilayah laut, batas-batas tersebut diatur
berdasarkan kesepakatan atau kebijakan, antara lain adalah :
a. Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939
(TZMKO 1939) / Ordonansi 1939
Menurut Ordonansi 1939 ini, wilayah Indonesia terpecah-pecah
dengan kebijakan bahwa laut adalah milik internasional. Laut menjadi
pemisah bagi pulau-pulau di Indonesia. Wilayah Indonesia adalah
pulau-pulau serta laut yang berjarak 3 mil sekeliling pulau.
b. Deklarasi Juanda 1959
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia
sebab antara satu pulau dengan pulau yang lain menjadi terpisah-
pisah, sehingga pada tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang isinya :
1) Segala perairan disekitar, diantara dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara
Indonesia dengan tidak memandang luas/lebarnya adalah
bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan
Indonesia.
2) Lalu lintas yang damai diperairan laut pedalaman bagi
kapal-kapal yang dijamin selama dan sekedar tidak
bertentangan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan
negara Indonesia.
3) Batas laut teritorial adalah 12 mil diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-
pulau negara Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang
wilayah perairan lautnya lebih luas daripada wilayah
daratannya, maka peranan wilayah laut menjadi sangat
penting bagi kehidupan bangsa dan negara.
c. UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the Sea) 1982
Pada keputusan hukum internasional ini ditetapkan batas ZEE
wilayah Indonesia, yakni 200 mil. Wilayah ini bukan wilayah
teritorial, tetapi Indonesia memiliki kesempatan yang pertama untuk
memanfaatkan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Batas-batas wilayah Indonesia di laut harus mengacu
pada UNCLOS (United Nations Convension on the Law of the Sea).
Batas-batas tersebut adalah :
1. Barat : Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Rawa, Rusa,
Benggala dan Rondo berbatasan
dengan Samudera Hindia
2. Timur : Pulau Timor berbatasan dengan Timor Leste,
pulau Papua/ Irian berbatasan dengan Papua
Nugini
3. Selatan : Pulau Dana, Dana (pulau ini tidak sama
dengan Pulau Dana yang disebut pertama kali,
terdapat kesamaan nama), Mangudu,
Shopialoisa, Barung, Sekel, Panehen, Nusa
Kambangan, Kolepon, Ararkula, Karaweira,
Penambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan,
Karang, Enu, Batugoyan, Larat, Asutubun,
Selaru, Batarkusu, Masela, dan
Meatimiarang berbatasan dengan Australia dan
Samudera Hindia
4. Utara : Pulaunya perbatasan yang sangat banyak
dan berbatasan dengan negara Malaysia,
Singapura, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
3) Batas Udara
Batas ruang udara Indonesia diukur dengan menarik garis dari
pusat bumi menyinggung batas wilayah laut Indonesia. Begitu pula
dengan batas ruang antariksa Indonesia dan GSO (Geo Stationery Unit).

3. Perbatasan Indonesia dengan Negara Tetangga


Di kawasan Asia Tenggara, ketidak jelasan batas antar dua negara dialami
oleh beberapa negara yang berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan. Indonesia
juga memiliki permasalahan perbatasan dengan negara-negara lain, terlebih lagi
mengingat demikian luasnya wilayah darat dan perairan. Indonesia memiliki
sepuluh negara tetangga yang berbatasan, yakni Malaysia, Singapura, Thailand,
India, Filipina, Vietnam, Papua Nugini, Australia, Palau dan Timor Leste.
1) Perbatasan Indonesia-Singapura
Penambangan pasir laut di perairan sekitar Kepulauan Riau yakni
wilayah yang berbatasan langsung dengan Sinagpura, telah berlangsung
sejak tahun 1970. Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir
setiap hari dan mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir pantai yang
cukup parah. Selain itu mata pencaharian nelayan yang semula
menyandarkan hidupnya di laut, terganggu oleh akibat penambangan
pasir laut. Kerusakan ekosistem yang diakibatkan oleh penambangan
pasir laut telah menghilangkan sejumlah mata pencaharian para nelayan.
Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah
pulau kecil karena dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau
Nipah. Tenggelamnya pulau-pulau kecil tersebut menimbulkan kerugian
besar bagi Indonesia, karena dengan perubahan pada kondisi geografis
pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura
di kemudian hari.
2) Perbatasan Indonesia-Malaysia
Penentuan batas maritim Indonesia-Malaysia di beberapa bagian
wilayah perairan Selat Malaka masih belum disepakati ke dua negara.
Ketidakjelasan batas maritim tersebut sering menimbulkan friksi di
lapangan antara petugas lapangan dan nelayan Indonesia dengan pihak
Malaysia.
Demikian pula dengan perbatasan darat di Kalimantan, beberapa
titik batas belum tuntas disepakati oleh kedua belah pihak. Permasalahan
lain antar kedua negara adalah masalah pelintas batas, penebangan kayu
ilegal, dan penyelundupan. Forum General Border Committee (GBC) dan
Joint Indonesia Malaysia Boundary Committee (JIMBC), merupakan
badan formal bilateral dalam menyelesaikan masalah perbatasan kedua
negara yang dapat dioptimalkan.
3) Perbatasan Indonesia-Filipina
Belum adanya kesepakatan tentang batas maritim antara Indonesia
dengan Filipina di perairan utara dan selatan Pulau Miangas, menjadi
salah satu isu yang harus dicermati. Forum RI-Filipina yakni Joint Border
Committee (JBC) dan Joint Commission for Bilateral Cooperation
(JCBC) yang memiliki agenda sidang secara berkala, dapat dioptimalkan
menjembatani permasalahan perbatasan kedua negara secara bilateral.
4) Perbatasan Indonesia-Australia
Perjanjian perbatasan RI-Australia yang meliputi perjanjian batas
landas kontinen dan batas Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) mengacu pada
Perjanjian RI-Australia yang ditandatangani pada tanggal 14 Maret 1997.
Penentuan batas yang baru RI-Australia, di sekitar wilayah Celah Timor
perlu dibicarakan secara trilateral bersama Timor Leste.
5) Perbatasan Indonesia-Papua Nugini
Indonesia dan PNG telah menyepakati batas-batas wilayah darat
dan maritim. Meskipun demikian, ada beberapa kendala kultur yang
dapat menyebabkan timbulnya salah pengertian. Persamaan budaya dan
ikatan kekeluargaan antar penduduk yang terdapat di kedua sisi
perbatasan, menyebabkan klaim terhadap hak-hak tradisional dapat
berkembang menjadi masalah kompleks di kemudian hari.
6) Perbatasan Indonesia-Vietnam
Wilayah perbatasan antara Pulau Sekatung di Kepulauan Natuna
dan Pulau Condore di Vietnam yang berjarak tidak lebih dari 245 mil,
memiliki kontur landas kontinen tanpa batas benua, masih menimbulkan
perbedaan pemahaman di antara ke dua negara. Pada saat ini kedua belah
pihak sedang melanjutkan perundingan guna menentukan batas landas
kontinen di kawasan tersebut.
7) Perbatasan Indonesia-India
Perbatasan kedua negara terletak antara pulau Rondo di Aceh dan
pulau Nicobar di India. Batas maritim dengan landas kontinen yang
terletak pada titik-titik koordinat tertentu di kawasan perairan Samudera
Hindia dan Laut Andaman, sudah disepakati oleh kedua negara. Namun
permasalahan di antara kedua negara masih timbul karena sering terjadi
pelanggaran wilayah oleh kedua belah pihak, terutama yang dilakukan
para nelayan.
8) Perbatasan Indonesia-Thailand
Ditinjau dari segi geografis, kemungkinan timbulnya masalah
perbatasan antara RI dengan Thailand tidak begitu kompleks, karena
jarak antara ujung pulau Sumatera dengan Thailand cukup jauh, RI-
Thailand sudah memiliki perjanjian Landas Kontinen yang terletak di dua
titik koordinat tertentu di kawasan perairan Selat Malaka bagian utara
dan Laut Andaman. Penangkapan ikan oleh nelayan Thailand yang
mencapai wilayah perairan Indonesia, merupakan masalah keamanan di
laut. Di samping itu, penangkapan ikan oleh nelayan asing merupakan
masalah sosio-ekonomi karena keberadaan masyarakat pantai Indonesia.
9) Perbatasan Indonesia-Republik Palau
Sejauh ini kedua negara belum sepakat mengenal batas perairan
ZEE Palau dengan ZEE Indonesia yang terletak di utara Papua. Akibat
hal ini, sering timbul perbedaan pendapat tentang pelanggaran wilayah
yang dilakukan oleh para nelayan kedua pihak.
10) Perbatasan Indonesia-Timor Leste
Saat ini sejumlah masyarakat Timor Leste yang berada
diperbatasan masih menggunakan mata uang rupiah, bahasa Indonesia,
serta berinteraksi secara sosial dan budaya dengan masyarakat Indonesia.
Persamaan budaya dan ikatan kekeluargaan antarwarga desa yang
terdapat di kedua sisi perbatasan, dapat menyebabkan klaim terhadap
hak-hak tradisional, dapat berkembang menjadi masalah yang lebih
kompleks. Disamping itu, keberadaan pengungsi Timor Leste yang masih
berada di wilayah Indonesia dalam jumlah yang cukup besar potensial
menjadi permasalahan perbatasan di kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai