REPUBLIK INDONESIA
Disusun Oleh :
IPINK OCTAVIANA
5150811187
YOGYAKARTA
2017
BATAS TERITORIAL NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA
b. Wilayah laut dengan hak berdaulat atas kekayaan alam yang dikandung
serta hal-hal tertentu, meliputi :
1) Zona tambahan
Di luar laut teritorial, terdapat laut dimana Indonesia
mempunyai kewenangan-kewenangan tertentu. Zona tambahan dapat
ditetapkan sampai kebatas 12 mil laut diluar laut teritorial atau 24 mil
laut diukur dari garis pangkal. Pada zona ini, Indonesia memiliki hak
untuk dapat malaksanakn kewenangan-kewenangan tertentu dalam
mengontrol pelanggaran terhadap aturan dibidang bea cukai,
pengawasan imigrasi dan menjamin pelaksanaan hukum
diwilayahnya. Sampai sekarang zona tambahan belum ditetapkan.
2) Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Menurut UNCLOS 1982 ayal 56 ayat 1a, ZEE adalah suatu
daerah diluar dan bedampingan dengan laut teritorial, lebar zona ini
tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal. Di ZEE Indonesia
memiliki hak berdaulat atas eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan
pengelolaan sumber daya alam.
Di zona ini Indonesia memiliki hak-hak berdaulat atas kekayaan
alam, terutama perikanan serta memiliki kewenangan untuk
memelihara lingkungan laut, mengatur dan mengijinkan penelitian
ilmiah kelautan serta pemberian ijin pembangunan pulau-pulau
buatan, instalasi dan bangunan-bangunan laut lainnya. Perlu
ditekankan, bahwa dalam zona ZEE Indonesia tidak ada hak negara
lain untuk menangkap ikan, kecuali dengan ijin yang dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan tersendiri.
3) Landas Kontinen
Landas kontinen (continental shelf) adalah pada awalnya
merupakan istilah geologi, maksudnya merujuk pada fakta geologis
bahwa daratan pantai akan menurun kebawah laut dengan kemiringan
kecil hingga disuatu tempat tertentu menurun sacara terjal kedasar
laut. Kemiringan kecil itulah yang disebut landas kontinen.
Landasan kontinen dibahas pada konvensi Hukum Laut
Internasional 1 tahun 1958. Konvensi menetapkan bahwa pemberian
hak-hak berdaulat dan wewenang kepada negara pantai untuk
menguasai kekayaan alam yang terkandung di permukaan dasar laut
dan di dalam tanah di bawahnya dibatasi sampai kedalaman air 200
meter. Konvensi Jenewa tersebut pernah diratifikasi oleh Indonesia.
Ketetapan konvensi di Jenewa, Indonesia mengeluarkan pengumuman
tentang landas kontinen tanggal 17 Februari 1969 dan telah
menetapkan UU No. 17 tahun 1973 tentang landas kontinen.
Seiring dengan perkembangan teknologi eksploitasi dasar laut,
maka penetapan wilayah Landas Kontinen kedalaman air hingga 200
meter menjadi bahan pembicaraan serius pada
Konferensi Hukum Laut Internasional III 1973-1982. Disamping itu
telah pula berkembang pengertian continental shelf dalam artian
geologi dan dalam artian yuridis.
Pada UNCLOS III telah ditetapkan Landas kontinen dengan
pengertian yuridis kewenangan suatu negara pantai atas kekayaan
alam meliputi dasar laut dan tanah dibawahnya dari daerah dibawah
permukaan laut yang terletak diluar laut teritorial, sepanjang
kelanjutan alamiah daratnya hingga pinggiran luar tepian kontinen,
atau hingga suatu jarak 200 mil laut dari garis pangkal dimana lebar
laut teritorial diukur, dalam hal pinggiran luar tepian kontinen tidak
mencapai jarak tersebut (pasal 76 ayat 1).
Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut diatas,
mengisyaratkan bahwa dalam penetapan batas landas kontinen,
Indonesia memiliki kepentingan menyangkut :
Batas landas kontinen dengan negara tetangga yang
berhadapan yang dilakukan dengan persetujuan atas dasar
hukum internasional.
Batas Landas kontinen hingga 200 mil dari garis pangkal.
c. Wilayah laut, dimana indonesia memiliki kepentingan umum tidak
memiliki kedaulatan kewilayahan ataupun kewenangan dan hak berdaulat
atas laut tersebut, meliputi wilayah perairan laut bebas atau ZEE dan
dasar laut internasional diluar landas kontinen indonesia.
2) Batas Laut
Dalam menentukan batas wilayah laut, batas-batas tersebut diatur
berdasarkan kesepakatan atau kebijakan, antara lain adalah :
a. Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie 1939
(TZMKO 1939) / Ordonansi 1939
Menurut Ordonansi 1939 ini, wilayah Indonesia terpecah-pecah
dengan kebijakan bahwa laut adalah milik internasional. Laut menjadi
pemisah bagi pulau-pulau di Indonesia. Wilayah Indonesia adalah
pulau-pulau serta laut yang berjarak 3 mil sekeliling pulau.
b. Deklarasi Juanda 1959
TZMKO 1939 tidak menjamin kesatuan wilayah Indonesia
sebab antara satu pulau dengan pulau yang lain menjadi terpisah-
pisah, sehingga pada tanggal 13 Desember 1957, pemerintah Republik
Indonesia mengeluarkan Deklarasi Djuanda yang isinya :
1) Segala perairan disekitar, diantara dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara
Indonesia dengan tidak memandang luas/lebarnya adalah
bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan
Indonesia.
2) Lalu lintas yang damai diperairan laut pedalaman bagi
kapal-kapal yang dijamin selama dan sekedar tidak
bertentangan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan
negara Indonesia.
3) Batas laut teritorial adalah 12 mil diukur dari garis yang
menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-
pulau negara Indonesia. Sebagai negara kepulauan yang
wilayah perairan lautnya lebih luas daripada wilayah
daratannya, maka peranan wilayah laut menjadi sangat
penting bagi kehidupan bangsa dan negara.
c. UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the Sea) 1982
Pada keputusan hukum internasional ini ditetapkan batas ZEE
wilayah Indonesia, yakni 200 mil. Wilayah ini bukan wilayah
teritorial, tetapi Indonesia memiliki kesempatan yang pertama untuk
memanfaatkan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Batas-batas wilayah Indonesia di laut harus mengacu
pada UNCLOS (United Nations Convension on the Law of the Sea).
Batas-batas tersebut adalah :
1. Barat : Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Rawa, Rusa,
Benggala dan Rondo berbatasan
dengan Samudera Hindia
2. Timur : Pulau Timor berbatasan dengan Timor Leste,
pulau Papua/ Irian berbatasan dengan Papua
Nugini
3. Selatan : Pulau Dana, Dana (pulau ini tidak sama
dengan Pulau Dana yang disebut pertama kali,
terdapat kesamaan nama), Mangudu,
Shopialoisa, Barung, Sekel, Panehen, Nusa
Kambangan, Kolepon, Ararkula, Karaweira,
Penambulai, Kultubai Utara, Kultubai Selatan,
Karang, Enu, Batugoyan, Larat, Asutubun,
Selaru, Batarkusu, Masela, dan
Meatimiarang berbatasan dengan Australia dan
Samudera Hindia
4. Utara : Pulaunya perbatasan yang sangat banyak
dan berbatasan dengan negara Malaysia,
Singapura, Vietnam, Filipina, dan Thailand.
3) Batas Udara
Batas ruang udara Indonesia diukur dengan menarik garis dari
pusat bumi menyinggung batas wilayah laut Indonesia. Begitu pula
dengan batas ruang antariksa Indonesia dan GSO (Geo Stationery Unit).