PERNIKAHAN
DISUSUN OLEH:
DINDA SHABRINA AYU 1304015132
NURUL SUCI ANNISA 1304015378
1. PENGERTIAN
Kata nikah secara bahasa dimaknai berkumpu atau menindas. secara istilah
perkawinan adalah akad yang menghalalkan pergaulan seorang laki-laki dan perempuan yang
keduanya bukan muhrim. Perkawinan dapat dipandang sebagai akad atau perjanjian timbal
balik antara suami dan istri. suami berkewajiban memberi nafkah dan menggauli istrinya
dengan maruf. mahar, nafkah, dan pergaulan yang baik ini adalah anak istri. sebaliknya istri
berkewajiban mematuhi suami dalam hal yang diridhai dan memelihara kehormatanya.
Pasal 2, BAB II, dasar-dasar perkawinan menyebutkan bahwa perkawinan menurut
hukum islam adalah pernikahan , yaitu akat perjanjian yang sangat kuat untuk mentaati
perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Pengertian tersebut menunjukan
bahwa dalam perkawinan menurut islam terdapat nilai-nilai ilahiyah atau makna religius.
Nabi Muhammad menolak pernikahan secara sembunyi-sembunyi dan memerintahkan orang
muslim menikah di hadapan 2 orang saksi laki=laki yang adil kemudian mengumumkan ke
banyak orang banyak, bahkan menganjurkan untuk mengadakan perayaan pernikahan.
2. HUKUM PERKAWINAN
Yunahar Ilyas mengatakan bahwa variasi hukum perkawinan ditentukan oleh beberapa
variable yakni: 1. keinginan untuk menikah, 2.kemampuan untuk memberi nafkah, 3.
kemampuan untuk melakukan hubungan seksual, 4. kekhawatiran terjatuh dalam
perzinahan,5. tidak menimbulkan kemudaratan. apabila kelima variabel terdapat pada diri
seseorang maka orang tersebut wajib menikah. jika semua ada kecuali no.4 maka dia tidak
khawatir jatuh dalam perzinahan, perkawinan sunah baginya. jika nomer 4 dan 5 tidak ada
maka tidak ada kekhawatiran jatuh ke perzinahan sementara pernikahannya akan
menimbulkan kemudharatan maka hukum baginya haram. Bila hanya nomor 2 yang tidak
ada maka hukum perkawinan baginya makruh.
Hukum perkawinan menurut islam dalam banyak buku fiqh sebagai berikut:
Mubah atau boleh adalah hukum asal dari perkawinan, yakni bagi seseorang yangg
terdesak atau tidak memiliki alasan-alasan yang mewajibkan untuk segera
melaksanakan dan juga tidak memiliki alasan-alasan yang mengharamkannya untuk
melaksanakan perkawinan
Wajib atau tidak boleh tidak dilaksanakan, yakni bagi seseorang yang mampu kawin
baik secara finansial fisik dan mentaldan perempuan yang akan dinikahinya ada. jika
dia tidak kawin pada waktu dekat maka dikhawatirkan ia akan terjerumus ke dalam
perbuatan maksiat, seperti zina karena nafsu untuk kawin sudah mendesak dan tidak
ada jalan lain untuk mengatasinya kecuali dengan kawin
Sunah melaksanakan pernikahan bagi seorang yang nafsunya telah mendesak dan ia
sudah mampu untuk kawin , tetapi ia masih bisa mengatasi gejolak nafsunya dengan
menahan diri atau mengalihkan nafsunya ke hal-hal yang positif lain yang diridhai
Allah SWT
Haram melaksanakan perkawinan bagi seorang laki-laki yang tidak mampu
memenuhi nafkah materi untuk istri dan keluarganya atau seseorang yang tidak
mampu memberi nafkah batin dan nafsunya tidak mendesak atau seseorang yang
menikah tanpa tanggung jawab, atau seseorang yang menikah dengan maksud untuk
menyakiti dan menyengsarakan pasangannya.
Makruh melaksanakan perkawinan bagi seorang yang lemah syahwatdan tidak
mampu membei nafkah batin , namun tidak merugikan pasangannya mungkin karena
ia punya kelebihan seperti kaya, bagi seorang yang tidak berkeinginan untuk kawin.
3. TUJUAN PERKAWINAN
Perkawinan dalam islam mempunyai beberapa tujuan, salah satu tujuan itu adalah
untuk menyalurkan atau memenuhi kebutuhan seksual manusia. Islam memandang bahwa
hubungan seksual antara suami dan istri adalah hubungan yang suci dan halal. Tujuan lain
adalah memperoleh keturunan untuk menjaga eksitensi manusia atau melestarikan spesies
manusia di muka bumi, supaya umat islam dapat bangkit melaksanakan kewajiban-
kewajibannya dan tolong- menolong dalam merealisasikan apa yang telah disyariatkan oleh
Allah SWT kepadanya. Al-Quran surat an-nisa ayat 1, Allah menetapkan perkawinan yang
sah sebagai sarana yang sah untuk menciptakan manusia, prokreasi atau reproduksi sepanjang
zaman. Perkawinan adalah salah satu sarana untuk menjaga kesucian, kemurnian dan
menjauhkan seseorang dan keturunannya dari perbuatan zina. selain itu, perkawinan juga
bertujuan untuk memperoleh ketentraman jiwa, cinta dan kasih sayang.
V. PELAKSANAAN PERNIKAHAN
Ketika kita akan menikah, pasti sudah ada calon pasangannya. Dalam
islam menganjurkan agar sebelum menikah pria hendaknya melihat dulu calon
isterinya. Apabila sang pria suka maka ia boleh meminta seorang wanita dari
keluarganya untuk mengatakan setuju kepada wanita yang akan dinikahinya.
Supaya tidak terjadi kesalahan dan penyesalan dikemudian hari.
Ketika kita sudah memilih calon pasangan kita untuk nikah, maka
sebelum pernikahan harus diawali dengan adanya meminang. Meminang
adalah mengatakan bahwa seorang pria ingin mempersunting seorang wanita
pilihannya tersebut, bicara secara langsung tanpa perantara. Meminang ini
dilakukan antara kedua belah pihak, keluarga dari pihak seorang pria dan
keluarga dari pihak wanita. Kemudian menentukan waktu, tempat dan
sebagainya.
3. Ijab Qabul
Ijab qabul termasuk juga rukun syah nikah. Setelah meminang dan
telah menentukan tanggal, waktu dan tempat, maka tiba saat waktu yang telah
ditentukan tersebut dilaksanakannya penikahan dengan cara ijab qabul. Ijab
adalah penyerahan dari wali perwmpuan atau wakilnya. Seperti Saya
nikahkan engkau dengan anak perempuan saya bernama..dengan
mahar.. Sedangkan qabul adalah penerimaan dari calon suami atau
wakilnya. Seperti Saya terima Nikahnya dengan
mahar......
Dalam melakukan ijab dan qabul itu tidak boleh diselangi dengan pembicaraan
lain. Harus dilakukan dalam satu majelis, harus didengarkan oleh kedua belah
pihak, dan tidak boleh dengan batas waktu tertentu.