Genetics Drift (Hanyutan Genetik) adalah perubahan dalam frekuensi suatu
varian gen (alel) dalam suatu populasi akibat random sampling. (Ridley, 2004) Genetic drift biasanya terjadi dalam populasi kecil, dan karena random sampling. Contoh kasus genetic drift adalah Dobzhansky dan Pavlovsky (1957) membuat 20 populasi yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu 10 populasi Drosophila pseudoobscura dengan 4.000 spesies (populasi besar) dan 10 populasi Drosophila pseudoobscura dengan 20 spesies (populasi kecil), dan diamati perubahannya dalam frekuensi dua varian kromosom selama 18 bulan. Efek dari genetic drift adalah bottleneck effect dan founder effect. Bottleneck effect mengacu pada kondisi dimana banyak anggota populasi yang mati dan sisanya saling kawin hingga jumlah populasinya kembali seperti semula, tetapi variasi alelnya lebih sedikit. Contohnya adalah singa laut di kutub utara, penyakit Huntington, Founder effect mengacu pada kelompok individu yang menempati tempat baru dan membentuk koloni sendiri. Koloni baru ini dapat memiliki frekuensi alel yang berbeda dari populasi induknya karena mereka menikah dengan sesama anggota koloninya. Contoh kasus : British colony on pulau Tristan da Cunha ditemukan sebanyak 15 orang. 1 koloni membawa alel yang menyebabkan kebutaan. Saat ini, 2% dari individu-individu yang hidup di pulau tersebut buta dibandingkan dengan <0.01% dalam seluruh populasi tersebut. Random sampling menyebabkan frekuensi gen berubah dari waktu ke waktu. Dalam frekuensi gen dalam suatu populasi yang menyebabkan terjadinya genetic drift. Jika genetic drift terjadi,maka teori Hardy-Weinberg tidak akan mencapai keseimbangan. Hal ini dikarenakan perbandingan hardy-Weinberg hanya berlaku pada alel netral dalam suatu lokus, dan hasilnya adalah perbandingan gen(genotip) akan stabil pada waktu tertentu. Sedangkan, keseimbangan yang dicapai saat genetic drift adalah saat suatu populasi bersifat homozigotik. Untuk memperoleh berapa tingkat ekspresi homozygous yang terlihat pada suatu populasi adalah dengan menetapkan derajat homozigositas. Untuk menghitung bagaimana f (tingkat homozigositas) berubah dari waktu ke waktu, dapat diperoleh dari jumlah homozigot pada satu generasi dengan jumlah homozigot pada generasi sebelumnya. Namun sebelumnya harus dipisahkan terlebih dahulu gen yang pada kolom gamet yang berasal dari parental yang sama dan yang berasal dari parel berbeda. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai homozigositas juga dipengaruhi oleh
ukuran populasi (N) dan nilai heterozigositas. Apabila N kecil maka homozigositas akan semakin tinggi. Apabila nilai homozigositas meningkat maka nilai heterozigot akan menurun. Nilai heterozigositas dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Teori neutral drift memprediksikan bahwa suatu
populasi harus bersifat homozigot. Tetapi, variasi baru akan tetap terbentuk dari hasil mutasi dan heterozigot yang akan terseleksi karena peristiwa drift dan mutasi itu sendiri. Peluang dari frekuensi homozigot yang tidak mengalami mutasi menjasi hetrozigot adalah:
Homozygositas (f) akan bertemu pada titik
keseimbangan. Keseimbangan terjadi diantara naiknya homozigositas pada peristiwa drift dan turunnya homozigotismelalui mutasi. Maka nilai keseimbangannya dihitung dengan menggunakan:
Hasil penting menyatakan harus ada hetrozigot untuk dapat menyeimbangkan
antara homogizositas dan neutral mutation. Heterozigotas bergantung pada neutral mutation dan ukuran populasi. Semakin homozigositas meningkat artinya ukuran populasinya semakin kecil, sebaliknya bila heterozigositas semakin rendah ukuran populasi juga kecil. Dapat disimpulkan, bahwa populasi akan dalam suatu populasi variable genetiknya sedikit untuk alel saat ukuran populasi kecil, maka tingkat mutasi juga rendah. Beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran populasi efektif: 1. Sex ratio Jika salah satu dari gender (laki-laki atau perempuan) jumlahnya lebih sedikit maka ukuran populasi dari gender yang jumlahnya lebih sedikit akan mendominasi perubahan pada frekuensi gen. Hal ini mungkin seperti gen identik akan drawn dari gender yang lebih sedikit (jarang), karena individu yang sedikit mengkontribusikan gen untuk genrasi selanjutnya. Sewall Wright membuktikan ini pada 1932, sehingga didapat rumus:
Dimana Nm = jumlah laki- laki, and Nf = jumlah
peremupan pada suatu populasi. 2. Fluktuasi Populasi Jika ukuran populasi mengalami fluktuasi maka homozigositas akan meningkat dengan cepat sementara populasi menurun. 3. Sedikitnya kelompok yang berkembang biak Jika hampir semua kelompok yang berkembang biak diletakkan di dalam suatu kelompok kecil maka ukuran populasi efektif akan berbeda dari total ukuran populasi. 4. Variabel fertilitas Jika jumlah gamet bervariasi di antara dua individu akan semakin fertile individu maka semakin cepat membentuk homizgot. Wright menunjukan bahwa bila k adalah rata-rata jumlah gamet yang dihasilkan dalam suatu populasi dan merupakan variasi dari k, maka: