Abstraksi
Pendidikan Islam di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari
rumusan tujuan pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat sampai
pada persoalan guru, metode, kurikulum, sarana, dan lain sebagainya. Apa pun
bentuknya yang lahir dari peradaban ini, pasti memiliki implikasi dari dua kutub yang
berbeda positif -negatif - berpengaruh atau tidak. Salah satunya pengaruh Media Massa
terhadap pendidikan Islam, pengaruh media massa baik pengaruh negatif maupun positif
amat berdampak besar terhadap perubahan pendidikan Islam. Untuk itu media massa
seharusnya diupayakan dapat menjadi sarana dalam menunjang pendidikan Islam,
sehingga pengaruh negatif dapat diminimalisir, sementara pengatuh yang positif dapat
dioptimalkan.
A. PENDAHULUAN
Dunia pendidikan Islam di Indonesia khususnya dan dunia Islam pada
umumnya masih dihadapkan pada berbagai persoalan, mulai dari rumusan tujuan
pendidikan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat sampai pada
persoalan guru, metode, kurikulum, sarana, dan lain sebagainya.1 Upaya untuk
mengatasi masalah tersebut masih terus diupayakan, namun masalah pendidikan
terus bermunculan.
Di sisi lain media massa, apa pun bentuknyasurat kabar, televisi, film, radio,
DVD, VCD, dan internetsifatnya yang serempak cepat memiliki pengaruh
cukup besar terhadap dunia pendidikan kita, ia dapat mengubah persepsi
pandangan, perilaku dan sikap audiennya.2 Bagaimana tidak beragam persepsi
muncul ketika media massa, misalnya televisi memunculkan tayangan yang
vulgar dan agak porno. Kekhawatiran muncul tidak saja dan kalangan
pendidik semata, orang tua, dan masyarakat juga urun bicara mencermati
persoalan ini. Mulai dari pro dan kontra hingga yang pesimis, semua saling
membenarkan dan menyalahkan, hingga akhirnya menjadi persoalan yang biasa.
Hal ini membuktikan bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar bagi
seluruh aspek kehidupan kita, baik aspek sosial, ekonomi, politik, budaya hingga
pendidikan.
Menyangkut aspek terakhir, pendidikan, tampaknya pengaruh media massa
tidak dapat dipungkiri. Sejauh manakah media massa dapat mempengaruhi dunia
pendidikan kita khususnya pendidikan Islam? Aspek-aspek apa saja yang dapat
dipengaruhinya? Pertanyaan inilah yang akan mengarahkan pembahasan tulisan
berikut.
1
H. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan lslam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1997, cet. I, hal 5.
2
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992, cet.
II, hal. 50.
yang paripurna menurut Islam. Dengan pengertian seperti ini pendidikan Islam
dapat dilaksanakan sejak saat dini saat berada di lingkungan keluarga, berikutnya
ketika memasuki bangku sekolah bahkan setelah nanti ia terjun ke masyarakat.
Oleh karena itu, sebagaimana pendidikan pada umumnya pendidikan Islam juga
terbagi menjadi pendidikan normal dan non-formal.3 Maka dari itu relevan sekali
jika dalam Islam pendidikan tidak semata menjadi tanggung jawab sekolah, akan
tetapi telah diawali dan keluarga hingga masyarakat.
Ditinjau dari prosesnya pendidikan yakni komunikasi, dalam arti bahwa dalam
proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari manusia, misalnya
pengajar (sebagai komunitor) dan pelajar (sebagai komunikan atau orang tua dan
anak) dimana keduanya saling berinteraksi. Tidak dapat diragukan lagi bahwa
dalam setiap jenjang pendidikan memiliki karakteristik tersendiri cara-cara
berinteraksi tersebut. Perbedaan antara jenjang pendidikan bawah, menengah, dan
tinggi terletak pada jenis pesan serta kualitas yang disampaikan oleh pengajar
kepada si pelajar.4
Oleh karena itu, pendidikan merupakan proses komunikasi dua arah yang
interaktif maka sudah barang tentu dalam pendidikan Islam--semua jenjang
pendidikan--diharapkan proses komunikasi itu dapat berjalan secara simultan, dan
dapat meningkatkan pengamalan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan.
Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas
dengan face to face. Karena kelompoknya yang relatif kecil, terjadilah komunikasi
dua arah antara guru dan murid. Terjadinya komunikasi dua arah ini apabila para
pelajar bersikap responsif, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan
diminta atau dak diminta. Jika pelajar itu pasif dalam arti hanya mendengarkan
tanpa ada gairah untuk mengekspresikan suatu pernyataan atau pertanyaan maka
komunikasi bersifat tatap muka tetap saja berlangsung satu arah dan komunikasi
semacam ini tidak efektif .5
Berdasarkan hal di atas diketahui bahwa dalam proses pendidikan yang
komunikatif ditandai oleh proses interaksi yang aktif baik dan guru maupun
murid, sehingga proses komunikasi itu berjalan dua arah. Karena bila hanya
berjalan satu arah komunikasi yang dilakukan dalam proses pendidikan itu tidak
efektif. Oleh karena itu, perlu diupayakan dalam proses belajar mengajar menjadi
komunikasi dua arah.
Agar komunikasi dua arab lebib efektif maka guru memiliki peran yang
dominan. Abuddin Nata menyebutkan salah satu prasyarat guru, adalah mampu
berkomunikasi secara baik.
3
Imam Bawani, Segi-segi Pendidikan Islam, Surabaya: Usaha Offset Printing, 1987, cet ke-1
hal. 102. Hal senada juga disebutkan oleh Muhaimin (et.al). Pendidikan Islam yakni pendidikan yang
dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber
dasarnya, yaitu Al-Quran dan hadis. Dalam pengertian ini pendidikan Islam dapat berwujud
pemikiran, dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-
sumber dasar tersebut. Lihat Muhaimin, et.el. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung. Remaja Rosda Karya, 2001, cet. 1, hal. 50. Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung. Remaja Rosda Karya, 2001, cet. 1, hal. 50.
4
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya.
1992, cet. 6. hal. 101.
5
Ibid. hal. 102.
Islam tersebut. Ketiga, senantiasa meningkatkan kemampuan ilmiahnya,
sehingga benar-benar ahli dalam bidangnya. Keempat, mampu berkomunikasi
dengan baik dengan murid dan masyarakat pada umumnya.6
6
H. Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Hubungan Guru-Murid, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000, cet,1, hal 93. Lebih lanjut Abuddin Nata menjelaskan bahwa proses komunikasi
harus dilakukan dengan lembut dan kasih sayang kepada pelajar (Ibid. hal. 98).
7
Ibid. Hal. 102-103.
memperpendek jarak dunia, sebab dengan kemajuan teknologi informasi melalui
media massa hampir setiap kejadian di belahan bumi dapat disaksikan dalam
waktu bersamaan di belahan bumi yang lain.8
Berkenaan dengan komunikasi massa Bittner menjelaskan bahwa mass
communicationn is massages communical through a mass medium to a large
number of People.9 Berdasarkan definisi ini diketahui bahwa komunikasi; massa
adalah pengkomunikasian pesan melalui media massa kepada orang banyak.
Dengan demikian media massa merupakan sarana dalam berkomunikasi massa.
Hanya saja definisi ini tidak menjelaskan apakah komunikasi massa itu pesan atau
proses?
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pendapat Jalaluddin Rahmat berikut.
Mencermati definisi tersebut di atas, secara jelas bahwa media massa memiliki
karaktestik tersendiri, sebagai berikut.11
a. Sifat komunikan, media massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya
besar heterogen, dan anonim
b. Sifat media massa ialah serempakcepat. Yang dimaksudkan dengan
keserempakan (simultaneity) ialah keserempakan kontak antara komunikator
dengan komunikan yang demikian besar jumlahnya.
c. Sifat pesan-pesan yang melalui media massa adalah umum (public) dan bisa
mengenai segala hal dan berbagai pelosok dunia.
d. Sifat efek yaitu efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung
tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Apakah tujuannya agar
komunikan tahu saja atau berubah sikapnya pandangannya atau berubah
tingkah lakunya.
e. Sifat komunikator karena media massa adalah lembaga/organisasi maka
komunikator dalam komunikasi massa, seperti wartawan, sutradara, penyiar,
adalah komunikator terlembagakan (institutionalized communicator).
Berdasarkan hal di atas diketahui bahwa media massa karakteristik yang
khas, yaitu audiennya bersifat massal, heterogen, dan anonim, serempak dan cepat,
mengenai segala hal dan biasanya terlembagakan Oleh karena sifatnya yang demikian
maka komunikasi melalui media massa mempunyai karakteristik psikologis yang khas
jika dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Hal ini tampak pada
pengendalian arus informasi, umpan balik, stimulasi alat indera, dan proporsi unsur isi
8
Peluncuran satelit Palapa oleh pemerintah Indonesia pada 17 Agustus 1976 merupakan sejarah
yang monumental bagi perkembangan media massa di Indonesia. Dengan satelit Palapa pula
penyaluran informasi dapat mencapai wilayah Indonesia yang tersebar luas (lebih lanjut lihat Wawan
Kuswandi, Komunikasi Massa: sebuah Analisis Media Massa,Jakarta; Rineka Cipta, 1996, cet. ke-1.
hal. V-vi.
9
JR. Bnittner, Mass Communication: A Intruduction, Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1980, hal.
10
10
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Karya, 1986, Cet. 2, hal. 177-
178.
11
Santoso Sastropoetra, Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khayalak dalam
Komunikasi Sosial Bandung: Remaja Rosda Karya, 1987. cet. Ke-l. hal l 7.
dengan hubungan.12 Dan asumsi yang demikian itulah maka media massa mengambil
bentuknya yang beragam dan variatif, seperti surat kabar, majalah, radio, televisi atau
film.13
Apa pun bentuknya yang lahir dari peradaban ini, pasti memiliki implikasi dari
dua kutub yang berbeda positf-negatif- berpengaruh atau tidak. Demikian halnya
dengan media massa juga memiliki implikasi terhadap pendidikan Islam.
Mengenai pengaruh media massa Abdul Kaim Nasir menyebutkan terdapat 26
pengaruh buruk yang dihasilkan oleh media massa di antaranya adalah:15
1. Membuat peserta didik lalai melakukan kewajibannya, disebabkan waktunya
tersita oleh kenikmatan menikmati media massa.
2. Membawa perilaku aneh dan menyimpang ke dalam masyarakat, seperti
tayangan homoseksual atau lesbian.
3. Memperlihatkan contoh-contoh akhlak yang buruk yang menurunkan derajat
manusia, sepetti pemberitaan pemerkosaan atau perzinahan.
4. Berpengaruh terhadap prestasi belajar baik di sekolah dasar, sekolah
menengah, dan universitas sebab bagi anak didik yang telah kecanduan
menyaksikan media massa akan lupa kewajiban utamanya yaitu belajar.
5. Pemberitaan dan penyajian yang tidak berimbang dan mendiskreditkan umat
akan menimbulkan kekacauan masyarakat yang berimbas pada rusaknya
sistem pendidikan Islam.
Selain pengaruh buruk di atas, ada pula pengaruh positif yang dapat diambil
dari media massa, hanya saja menurut Abdul Karim media harus dimanfaatkan
untuk hal-hal sebagai berikut.16
1. Sebagai sarana publikasi ilmu pengetahuan tentang keislaman guna
memberikan pelajaran agama kepada umat manusia seperti ilmu hadis, fikih,
dan hukum, ilmu-ilmu bahasa Arab, sejarah Islam, sistem sosial yang islami,
jihad dalam Islam.
2. Sebagai sarana menentang kemurtadan (aportasy). Hal ini dilakukan sebagai
12
Jalaluddin Rahmat, Op.Cit, hal, 178.
13
Bentuk komunikasi setidaknya ada 4 bentuk, yaitu komunikasi personal meliputi
komunikasi interpesonal dan antar-persona. Kedua, komunikasi kelompok seperti ceramah, diskusi,
forum, seminar, dan sebagainya. Ketiga, komunikasi massa seperti pers, radio, televisi, film, sinetron,
dan sebagainya. Keempat, komunikasi media yang meliputi surat, telepon, poster, spanduk, dan lain-
lain (lihat Onong Uchjana Effendy, Op.Cit. hal. 7).
14
Oleh karena keterbatasan penulis maka pengaruh yang dimaksudkan tidak diuraikan
berdasarkan bentuk media massa, akan tetapi pengaruh media massa yang dimaksud di sini adalah
pengaruh media massa secara keseluruhan.
15
Abdul Karim Nashir, Televisi: Dampak Negatif dan Positifnya, Jakarta: Arista Brahmayatsa,
1997. cet ke-1 hal, 5-15. Selain hal di atas pengaruh buruk yang lainnya adalah membuang-buang
waktu dan menyia-nyiakan umur, merusak keutuhan rumah tangga, membuat seseorang lalai dan
kewajiban utamanya, berperan dalam memutuskan hubungan antar sesama manusia, menanamkan
benih-benih kecurigaan terhadap sesama manusia, dengan menghilangkan rasa saling percaya, terbiasa
mengumbar pandangan dan bermaksiat terhadap perintah-perintah Tuhan, menyaksikan kemungkaran
dengan tidak menentangnya, mencemari citra sejarah Islam, merusak jiwa anak-anak lewat film kartun,
menebarkan kehancuran masyarakat Islam, menimbulkan masalah psikologis, dan biologis bagi orang
yang masih lajang, berbahaya terhadap kesehatan jasmani, membuat lengah terhadap persoalan-
persoalan utama yang sedang dihadapi umat, mengeksploitasi manusia yang sudah menderita,
mendudukkan orang fasik dalam posisi terhormat, di tengah masyarakat, (lebih jauh lagi lihat Ibid, hal.
15.27).
16
Ibid. hal. 33-38.
sarana untuk memberikan pelajaran yang dirancang secara sistematis untuk
menetang kaum murtad, ateis, atau komunis dengan mengutip dalil-dalil al-
Quran dan hadis dengan pendekatan ilmiah dan logis.
3. Program mengenai krisis kehidupan yang melanda Barat.
4. Program pendidikan guna menanamkan keutamaan akhlak dalam diri umat.
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat diketahui bahwa apa pun bentuk media
massa memiliki pengaruh yang baik asal dirancang dan disetting untuk
kepentingan pendidikan Islam yang memiliki pengaruh yang positif bagi
kemajuan pendidikan Islam itu sendiri.
Pengaruh yang lebih signifikan mengenai media massa dapat ditelusuri dari
Jalaluddin Rahmat yang mengkategorisasikan pengaruh itu pada tiga aspek, yaitu
efek kehadiran, efek kognitif dan efek efektif.
17
Ibid, hal. 218.
18
Ibid, hal. 222.
Semua media massa pada akhirnya mengasingkan orang dari pengalaman
personalnya dan walaupun tampak menggoncangkannya media massa
memperluas isolasi moral, sehingga mereka terasing dan yang lain dan realitas
diri mereka sendiri. Orang mungkin berpaling pada media massa bila ia
kesepian atau bosan. Tetapi sekali lagi media massa menjadi kebiasaan media
massa yang dapat merusak kemampuan memperoleh pengalaman yang
bermakna, yang biasanya diperoleh melalui bangku pendidikan dan
pengalaman di masyarakat.19
E. PENUTUP
19
Ibid, hal. 224-225.
20
Ibid, hal. 246.
diupayakan dapat menjadi sarana dalam menunjang pendidikan Islam, sehingga
pengaruh negatif dapat diminimalisir, sementara pengaruh yang positif dapat
dioptimalkan.
Daftar Pustaka
H. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan lslam, Jakarta: Logos Wacana llmu. 1997. cet. ke-1.
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1992, cet 2.
Imam Bawani, Segi-segi Pendidikan Islam, Surabaya: Usaha Offset Printing, 1987, cet ke-1.
Muhaimin, et.el. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah, Bandung. Remaja Rosda Karya, 2001, cet. 1.
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya. 1992,
cet. 6.
H. Abuddin, Nata, Perspektif Islam Tentang Hubungan Guru-Murid, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000, cet,1.
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: sebuah Analisis Media Massa,Jakarta; Rineka Cipta, 1996, cet.
ke-1.
JR. Bnittner, Mass Communication: A Intruduction, Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1980.
Jalaluddin Rahmat; Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Karya, 1986, Cet. 2.
Santoso Sastropoetra, Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khayalak dalam Komunikasi
Sosial Bandung: Remaja Rosda Karya, 1987. cet. ke-l.
Abdul Karim Nashir, Televisi: Dampak Negatif dan Positifnya,Jakarta: Arista Brahmayatsa, 1997. cet
ke-1.